5. Patofisiologi
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder.Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yangmenyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorpsi cairan di kantong hidrokel.Kelainan tersebut mungkin merupakan
suatu tumor, infeksi atau trauma pada testisatau epididimis. Dalam keadaan
normal cairan yang berada di dalam rongga tunikavaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistemlimfatik (Purnomo,
2003)
9. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel menurut Mursalim (2012) adalah :
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannyatinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa
infeksi. Beberapaindikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah sebagai
berikut :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu
pasiendalam melakukan aktivitasnya sehari-hari
2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena
seringkalihidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat
operasi hidrokel,sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis
dewasa dilakukanpendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan
marsupialisasi kantong hidrokelsesuai cara Winkelman atau aplikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord. Padahidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi
hidrokel secara in toto. Pada hidrokeltidak ada terapi khusus yang diperlukan
karena cairan lambat laun akan diserap,biasanya menghilang sebelum
umur 2 tahun. Tindakan pembedahan untukmengangkat hidrokel ini bisa
dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).Indikasi operasi
perbaikan hidrokel menurut Noviana (2011) adalah sebagaiberikut :
1. Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
2. Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
3. Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan
pembuluhdarah
4. Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)
Diagnose keperawatan
Intervensi keperawatan
Referensi
1. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
2. Purnomo, B., Daryanto, B., Seputra, K.P. 2010. Pedoman Diagnosis & Terapi.SMF
Urologi Laboratorium Ilmu Bedah. RSU dr. Saiful Anwar. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijara Malang
3. Mantu, F. N, 1994, Catatan Kuliah Bedah Anak, 145, Jakarta, EGC.
4. Noviana, Retno Sindi., Etna Nur Afri Yuyetta 2011. Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei Periode 2006 - 2010). Jurnal Akuntansi & Auditing. Volume 8. No.
1
5. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta,EGC, 1997
6. Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran
UniversitasBrawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186