Oleh:
Auliaur Rokhim
SN181023
POST LAPARATOMY
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat
terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif
Mansjoer, 2010). Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput
perut dengan operasi. (Lakaman, 2011).
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu
insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen. Ditambahkan
pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi
laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi
dan fistuloktomi. Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan
dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus,
operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic,
salpingooferektomi bilateral.
Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau
akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
2. ETIOLOGI
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Jitowiyono Sugeng, 2012). Dibedakan atas
2 jenis yaitu :
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritoneum) yang dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa
rongga abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan
tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder
disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit
ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),
sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.
3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi
usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan
gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan
darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa
perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh
secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen),
Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain
yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus
besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan
usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area
yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor
(tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).
4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks
5. Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis
adalah obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran
darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
6. Tumor abdomen
7. (inflammation of the pancreas)
8. Abscesses (a localized area of infection)
9. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
10. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the
intestines)
11. Intestinal perforation
12. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
13. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
14. Internal bleeding
3. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
a. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
b. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
c. Kelemahan
d. Mual, muntah, anoreksia
e. Konstipasi
f. Kulit dingin dan terasa basah
Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak /
rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana
serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh
pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru
tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul
jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
Fase keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut (Jitowiyono
Sugeng, 2012).
4. KOMPLIKASI
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan
kaki, ambulasi dini post operasi.
b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
stapilococus aurens, organisme gram positif. Stapilococus
mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik
dan antiseptik (Jitowiyono Sugeng, 2012)
5. PATOFISIOLOGI
Truma abdomen
perdarahan, peritonitis, sumbatan pada usus
Hospitalis
Rencana operasi
Laparotomi
(pembedahan)
Post laparotomi terbentuknya stoma pemasangan
kantong
susah tidur
Gangguan
pola tidur
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan
secara sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data
menganalisis data tersebut sehingga dapat pengkajian adalah
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
pasien. Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah
memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan pasien
yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan.
(Arif mutaaq 2013).
Pengkajian pada laparatomi meliputi identitas klien keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit psikososial.
Pengkajian Pola Gordon
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri pada abdomen.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang
telah diambil sebelum akhirnya klien dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan penanganan secara medis.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di
rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu.
4) Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga status emosional meningkat,
interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa
cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin
dalam melakukan ibadah sehari-hari.
5) Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga status emosional meningkat,
interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa
cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin
dalam melakukan ibadah sehari-hari.
d. Aktivitas sehari-hari
Pola nutrisi, pola eliminasi, pola personal hygine, pola istirahat dan
tidur, pola aktivitas dan latihan, seksualitas / reproduksi, peran,
persepsi diri/konsep diri, kognitif diri, kognitif diri/konsep diri,
kognitif perseptual
2.Pengkajian Fokus
B1 (Breath)➢ Takipnea
➢ Peningkatan kerja napas
➢ Bunyi napas turun atau tak ada
➢ Fremitus menurun
➢ Perkusi dada hipersonan
➢ Gerakkkan dada tidak sama
➢ Kulit pucat
➢ Sianosis
➢ Berkeringat
➢ Krepitasi subkutan
➢ Mental ansietas
➢ Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
B2 (Bleed) Takikardia
Disritmia
Irama jantunng gallops
Nadi apical berpindah
Tanda Homman
Hipotensi/hipertensi
Distensi Vena Jugularis
B3 (Brain) Bingung
Gelisah
Pingsan
B4 (Blader)Tidak ada kelainan
B5 (Bowel)Tidak ada kelainan
B6 (Bone) Perilaku distraksi
Mengkerutkan wajah.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau
riwayat operasi.
b. Mata
penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan
nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata
(nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan
gangguan dalam menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus
olfatorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus
vagus adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
Inspeksi :kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih dada.
Palpasi :ada tidaknya nyeri tekan dan massa.
Perkusi :mendengar bunyi hasil perkusi
Auskultasi :vesikuler ,ada suara tambahan tidak
f. Abdomen
Inspeksi : Bentuk, ada tidaknya pembesaran.
Auskultasi : mendengar bising usus.
Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi.
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.
g. Ekstremitas
Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)
a. Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi
d. Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
e. Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang.
f. Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada
usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam
lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi
pada saluran kencing.
Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis
urine.
Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
trauma saluran kencing.
Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul
perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau
trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang
berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20
yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah
atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli
terlebih dahulu.
Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut
dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang
dimasukkan kedalam rongga peritonium.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah
a. Respiratory
Bagaimana saluran pernafasan , jenis pernapasan, bunyi
pernapasan.
b. Sirkulasi
TTV lengkap,suhu,warna kulit, CRT
c. Persarafan
Tingkat kesadaran sedikit terganggu
d. Balutan
Apakah ada tube, darainage, apakah ada tanda-tanda infeksi,
bahaya penyembuhan
e. Peralatan
Monirot yang terpasang, cairan infud atau tranfusi
f. Rasa nyaman
Rasa sakit, mual, muntah,fasilitas ventilasi
g. Psikologis
Kecemasan, suasana hati setelah operasi
2. Diagnosa keperawatan
mengontrol kecemasan
Mengontrol nyeri
nyeri Instruksikan pasien
kenyamanan kebutuhan
meningkat • Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
infeksi infeksi
Menunjukkan • Instruksikan
normal perlu
Klien pemenuhan
peningkatan mobilisasi
mobilitas • Konsultasi
Memeragakan dengan terapi
(walker) kebutuhan
• Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
4. Evaluasi keperawatan
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien
yang baik. Tujuan evaluasi antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2013. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. Jakarta: EGC
Smeltzer, dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC