Disusun oleh:
SN202010
dan splenektomy
d. Transverse lower abdomen incision
Yaitu insisi melintang di bagian bawah kurang lebih 4 cm di
atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendectomy.
2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena
disebabkan oleh beberapa hal (Jitowiyono Sugeng, 2017) yaitu :
a. Trauma Abdomen (Tumpul atau Tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk Dibedakan atas
2 jenis yaitu : Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi
kedalam rongga peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk,
luka tembak. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi
kedalam rongga peritoneum) yang dapat disebabkan oleh
pukulan,
benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman
(sit- belt).
b. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa
rongga abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan
tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous
bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis
sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering
kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan
penyebab peritonitis tersier
8. Manifestasi Klinik
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy
diantaranya :
a. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
b. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
c. Kelemahan
d. Mual, muntah, anoreksia
e. Konstipasi
f. Kulit dingin dan terasa basah
Fase Pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak /
rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh
dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
Fase Kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh
pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan
baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan
Fase Ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun,
timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
Fase Keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut
(Jitowiyono Sugeng, 2017).
>. Komplikasi
Trauma abdomen
Perdarahan, peritonitis, sumbatan pada usus
Hospitalitis
Rencana Operasi
Laparatomi (Pembedahan)
Terpasang selang NG/usus Pembentukan Drainase Kerusakan Integritas Kulit Gangguan Citra Tubuh
i) Berkeringat
j) Krepitasi subkutan
k) Mental ansietas
l) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif
2) B2 (Fleen)
a) Takikardia
b) Disritmia
c) Irama jantunng gallops
d) Nadi apical berpindah
e) Tanda Homman
f) Hipotensi/hipertensi
g) Distensi Vena Jugularis
3) B3 (Frain)
a) Bingung
b) Gelisah
c) Pingsan
4) B4 (Flanner)
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma
atau riwayat operasi.
2) Mata
penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Menurut PPNI (2017) diagnosa yang muncul pada pasien post op
laparatomi yaitu :
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (mis. Prosedur Operasi)
(D.077)
b. Resiko Infeksi (D.0142)
c. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan otot (D.0054)
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan
(SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
1) Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika
2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
2) Kebersihan
badan
1) Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik :
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
3) Demam dengan pasien dan
menurun (5) lingkungan pasien
4) Kemerahan 4) Pertahankan teknik
menurun (5) anti septik pada
5) Nyeri menurun pasien berisiko tinggi
(5) Edukasi :
6) Kultur area luka 1) Jelaskan tanda
membaik (5) dan gejala infeksi
7) Nafsu makan 2) Ajarkan cara
membaik (5) mencuci tangan
denga benar
3) Ajarkan etika batuk
4) Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5) Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6) Anjurkan
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam
proses keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2017). Evaluasi dapat
berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selamaprogram
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan
Smeltzer, dkk. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah., (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi :4 . Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Interνensi Keperawatan
Indonesia (I). Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (lst ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.inna- ppni.or.id