Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KERACUNAN GAS DI


RSAL DR MIDIYATO SURATANI
TANJUNGPINANG
LATAR BELAKANG

Di Indonesia, berdasarkan data dari Direktorat Kenelayanan Provinsi Maluku pada tahun
2017, jumlah nelayan secara keseluruhan ada 5.931 orang yang terbagi dalam dua
kelompok yaitu nelayan biasa sebanyak 4.237 orang (71%) dan penyelam tradisional
sebanyak 1.694 orang (29%). Beberapa penyakit atau masalah kesehatan yang muncul saat
menyelam yaitu: Barotrauma, Vertigo, Tinnitus, Hipotermia, Penyakit dekompresi serta
keracunan oksigen atau gas (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi udara normal
terdiri atas gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%, karbondioksida 0,03%, dan selebihnya
berupa gas argon, neon, kripton, xenon dan helium.
Keracunan gas adalah terhirupnya udara bercampur racun yang berbahaya bagi tubuh. Gas
yang dapat menyebabkan keracunan yaitu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan non-iritatif, yang densitasnya relatif sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
udara seperti karbon monoksida (CO).
KONSEP DASAR NARKOSIS
NITROGEN

Gas nitrogen merupakan gas yang mudah larut dilingkungan


bertekanan tinggi terutama dijaringan lemak. Nitrogen di bawah
tekanan tinggi dapat mempengaruhi sistem saraf kita, pada
kedalaman lebih besar (30 sampai 40 meters/100 dengan 133
kaki) akan menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai
pembiusan nitrogen.
ANATOMI
 Gejala narkosis nitrogen meliputi : woozines, pusing, euforia,
disoreintasi, kehilangan keseimbangan, hilangnya ketangkasan
manual,dan memperlambat waktu reaksi.
 Narkosis nitrogen menyebabkan penurunan intelektual akut,
disorientasi waktu dan tempat, kehilangan memori jangka
pendek sehingga menyulitkan dalam memonitor kedalaman,
waktu maupun lokasi partner menyelam. Narkosis berat dapat
menyebabkan halusinasi, perilaku menyimpang bahkan tidak
sadarkan diri.
KONSEP DASAR KERACUNAN
OKSIGEN

 menghirup oksigen pada tekanan parsial lebih tinggi dari normal


menyebabkan hiperoksia dan dapat menyebabkan keracunan
oksigen.Toksisitas oksigen adalah kondisi yang muncul akibat efek-efek
berbahaya dari molekul oksigen (O2) pada tekanan parsial yang tinggi.
Sejumlah kasus dapat mengakibatkan kerusakan sel dan kematian,
dengan efek yang sering terlihat di sistem saraf pusat, paru-paru dan
mata.
KLASIFIKASI
 Efek keracunan oksigen dapat diklasifikasikan oleh organ yang terkena,
menghasilkan tiga bentuk utama:
 1. Sistem saraf pusat, ditandai oleh kejang diikuti oleh ketidaksadaran, terjadi di
bawah kondisi hiperbarik
 2. Paru-paru (paru-paru), ditandai oleh kesulitan bernafas dan nyeri di dalam
dada, terjadi ketika bernafas meningkatkan tekanan oksigen untuk waktu yang
lama
 3. Mata ( kondisi retinopatik ), ditandai oleh perubahan mata, terjadi ketika
bernafas meningkatkan tekanan oksigen untuk waktu yang lama.Keracunan
oksigen sistem saraf pusat dapat menyebabkan kejang, periode kekakuan yang
singkat diikuti oleh kejang-kejang dan ketidaksadaran, dan menjadi perhatian bagi
penyelam yang menghadapi tekanan atmosfer yang lebih besar.
 Efek paru dapat muncul sedini mungkin dalam 24 jam
setelah menghirup oksigen murni. Gejalanya meliputi :
 1. Nyeri dada pleuritik
 2. Berat badan tidak normal
 3. Dispnea sekunder akibat trakeobronkitis dan serap
atelektasis serap yang dapat menyebabkan edema paru.
 Gejala paru biasanya mereda 4 jam setelah penghentian
pajangan pada sebagian besar pasien.
Tanda dan gejala toksisitas oksigen yaitu batuk, nyeri
dada substernal, sesak, ronki basah, hipoksemia
arterial progresif, infiltrat paru bilateral, yang sangat
sulit dibedakan dari manifestasi akibat perjalanan
penyakit paru itu sendiri. Namun, penanda
utamanya biasanya adalah progresivitas hipoksemia
arterial
Komplikasi
 Komplikasi SSP terutama meliputi: kejang tonik-klonik dan
amnesia.
 Komplikasi mata terdiri dari miopia reversibel, keterlambatan
pembentukan katarak, dan pada anak-anak, fibroplasia
retrolental.
Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan Fungsi  Bronkoskopi
Paru  Endoskopi
 Pemeriksaan gas darah  Fluoroskopi
arteri  CT-Scan
 Oksimetri
 Pemeriksaan Sinar X
dada
 Penatalaksaan Medik
 1. Pemantauan Hemodinamika
 2. Pengobatan bronkodilator
 3. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu
mengencerkan secret
 4. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu
pemberian oksigen jika diperlukan
 5. Penggunaan ventilator mekanik
 6. Fisioterapi dada
KONSEP DASAR HIPOKSIA DAN
KERACUNAN KARBONDIOKSIDA
 Hipoksia adalah kondisi Klasifikasi Hipoksia di bagi
rendahnya kadar dalam 4 tipe :
oksigen di sel dan  Hipoksemia
jaringan. Akibatnya, sel  Hipoksia Hipokinetik
dan jaringan yang ada di 
Overventilasi Hipoksia
seluruh bagian tubuh
 Hipoksia histotoksik
tidak dapat berfungsi
dengan normal.
Gejala yang ditimbulkan dari hipoksia ini bisa terjadi tiba-tiba, bersifat kronis dan dengan cepat akan semakin
memburuk. Gejala tersebut meliputi:
 1) Merasa kebingungan
 2) Berhalusinasi
 3) Mengalami sesak nafas
 4) Nafas terasa pendek
 5) Berkeringat lebih banyak
 6) Terjadi perubahan warna pada kulit seperti merah agak ungu atau biru
 7) Merasa lelah dan lesu
 8) Batuk Terjadi masalah pada otak atau masalah kesadaran seperti sakit kepala
 9) Sesak nafas saat beraktivitas atau istirahat
 10) Jantung berdetak lebih cepat
 11) Pingsan atau kejang
 12) Bibir berubah warna menjadi biru atau putih dan juga pada area lidah serta wajah atau lebih dikenal dengan
sianosis. Ini bisa terjadi apabila kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen mencapai lebih dari 5 g/dL dan
ada 2 jenis sianosis yakni perifer serta sentral.
 13) Jari tangan dan kaki berbentuk seperti tabuh
 14) Kesemutan
 15) Tidak bisa bicara karena tersedak atau tersumbat
Pemeriksaan Diagnostik
 1. Tes darah
 Untuk mengetahui adanya infeksi atau anemia
 2. Tes fungsi paru
 Untuk memastikan fungsi paru pada pasien
 3. Tes Oksimetri
 Untuk memantau kadar oksigen dalam darah
 4. Elektrokardiogram (EKG)
 Untuk melihat kondisi detak jantung dan memastikan ada tidaknya kerusakan jantung.
 5. Analisis Gas Darah
 Untuk mengetahui melihat kondisi detak jantung dan memastikan ada tidaknya kerusakan
jantung.
 6. CT Scan atau foto Rontgen
 Untuk melihat potensi kelainan di paru-paru seperti infeksi paru
 7. CT Scan atau Mri kepala
 Untuk memprediksikan adanya kelainan di otak seperti stroke,tumor atau pendarahan otak.
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
01
1. Pengkajian
a. Survei Primer
Pertama, saluran napas (A) harus dibersihkan dan muntah atau beberapa
gangguan lain dan, bila diperlukan, suatu alat yang mengalirkan napas
melalui oral atau dengan memasukkan pipa endotrakea. Pada kebanyakan
pasien, penempatan pada posisi sederhana dalam posisi dekubitus lateral
cukup untuk menggerakkan lidah yang kaku (flaccid) keluar dan saluran
napas. Pernapasan (B) yang adekuat harus diuji dengan mengobservasi
dan mengukur gas darah arteri. Pada pasien dengan insufisiensi
pernapasan harus dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik.
 Sirkulasi (C) yang cukup harus diuji dengan mengukur denyut nadi,
tekanan darah, urin yang keluar, dan evaluasi perfusi perifer. Alat
untuk intravena harus dipasang dan darah diambil untuk
penentuan serum glukosa dan untuk pemeriksaan rutin lainnya.
Pada waktu ini, setiap pasien dengan keadaan mental yang
berubah harus diberi larutan dekstrosa pekat (D). Orang dewasa
diberikan larutan dekstrosa sebanyak 25 g (50 mL larutan dekstrosa
50% secara intravena). Dekstrosa ini harus diberikan secara rutin,
karena pasien koma akibat hipoglikemia yang dengan cepat dan
ireversibel akan kehilangan sel-sel otak.
b. Survei Sekunder
1) Riwayat: Pernyataan dengan mulut tentang jumlah dan jenis obat
yang ditelan dalam kedaruratan toksik mungkin tidak dapat dipercayai.
Bahkan anggota keluarga, polisi, dan pemadam kebakaran atau
personil paramedis harus ditanyai tintuk menggambarkan lingkungan
di mana kedaruratan toksik ditemukan dan semua alat suntik, botol-
botol kosong, produk rumah tangga, atau obat-obat bebas di sekitar
pasien yang kemungkinan dapat meracuni pasien harus dibawa ke
ruang gawat darurat.
2) Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan yang cepat harus dilakukan dengan
penekanan pada daerah yang paling mungkin memberikan petunjuk
ke arah diagnosis toksikologi. Hal ini termasuk tanda-tanda vital, mata
dan mulut, kulit, abdomen, dan sistem saraf.
DIAGNOSA
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis.
2. Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
intake tidak adekuat (anoreksia, mual dan muntah),
kesulitan menelan.
4. Defisit volume cairan b/d muntah, diare.
5. Hambatan mobilitas fisik b/d paralisis,
ketidakmampuan otot berkontraksi.
6. Intoleransi aktivitas b/d k
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah hasil yang diinginkan dari
asuhan keperawatan yang diharapkan dapat dicapai
bersama pasien serta direncanakan untuk mengurangi
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis
keperawatan (Manurung, 2011).
Implementasi Keperawatan
Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan menfasilitasi koping (Nursalam, 2013).
EVALUASI KEPERAWATAN
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapat
tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat megambil
keputusan (lyer et al., 1996 dalam Nursalam 2013):
a) Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan)
b) Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan)
c) Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerluan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan.
Review Jurnal
 Hasil Penelitian
 keracunan karbon monoksida lebih banyak dialami oleh pria, hal ini disebabkan karena pria lebih banyak beraktivitas yang
terpapar dengan pembakaran. Seperti bekerja dekat dengan generator, kendaraan bermotor, bensin, dan lain sebagainya.
 Terapi oksigen hiperbarik (HBO) masih menjadi kontroversi dalampenatalaksanaan keracunan gas CO.
 HBO bermanfaat untuk terapi keracunan CO karena oksigen bertekanan tinggi dapat mengurangi dengan cepat kadar
HbCO dalam darah, meningkatkan transportasi oksigen intraseluler, mengurangi aktifitas-daya adhesi neutrofil dan dapat
mengurangi peroksidase lipid.
 HASIL PENELITIAN
 Oksigen hiperbarik dapat memicu kejadian injuri pulmo, gaangguan pada sistem syaraf pusat yang
dimanifestasikan dengan kejang grand mal dan efek terhadap okular seperti reversibel miopia. ROS
memiliki efek baik efek positif maupun negatif bergantung konsentrasi dan akumulasi intraseluler.
Toksisitas oksigen dapat dicegah dengan dengan menggunakan udara bebas selama 5 menit setiap
30 menit terapi oksigen hiperbarik.
TAHNK YOU

Anda mungkin juga menyukai