Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PRATIK KLINIK KEPERAWATAN I

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
SEMESTER GANJIL TA. 2020-2021

PKK 1 : KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1 ( KDM 1 )


KOMPETENSI : Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

NAMA : CHRISTOFHORUS ISSAFAJAR BACURA’


NIM : 191121007
KELAS : Tk 2 SARJANA TERAPAN DAN NERS KEPERAWATAN
PONTIANAK

A. KONSEP KEBUTUHAN PENYAKIT TERKAIT GANGGUAN YANG


DIIDENTIFIKASI :
1. Pengertian
Penyakit paru obstruktif kronis atau sering disingkat PPOK adalah istilah yang digunakan
untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang. Penyakit ini
menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami
kesulitan dalam bernapas.PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit
pernapasan, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.

Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang menyebabkan


pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran udara berlebihan.

Emfisema adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru yang terjadi


secara bertahap.
2. Etiologi
Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari PPOK, termasuk perokok
pasif.
Merokok merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan elastase yang
akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
penurunnan fungsi paru dan perubahan struktur paru pada pasien yang merokok telah
terjadi jauh sebelum gejala klinis PPOK muncul.

Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor lingkungan
dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme belum diketahui pasti. Pada
negara dengan penghasilan sedang hingga tinggi, merokok merupakan penyebab utama
PPOK, namun pada negara dengan penghasilan rendah paparan terhadap polusi udara
merupakan penyebabnya. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan antara lain adalah
polusi dalam ruangan, polusi luar ruangan, zat kimia dan debu pada lingkungan kerja,
serta infeksi saluran nafas bagian bawah yang berulang pada usia anak.

Penyebab PPOK Lainnya


Hal lain yang dapat menyebabkan PPOK adalah :
Hiperresponsif jalan nafas
Penggunaan obat intravena
Sindrom Immunodefisiensi
Sindrom vaskulitis
3. Patofisiologi / mekanisme gangguan kebutuhan terkait
Patofisiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary
disease utamanya adalah perubahan pada saluran nafas, tapi dapat juga ditemukan
perubahan pada jaringan parenkim paru dan pembuluh darah paru. Sebagian besar kasus
PPOK disebabkan karena paparan zat berbahaya, paling sering disebabkan oleh asap
rokok. Mekanisme patofisiologi masih belum jelas, namun diperkirakan disebabkan oleh
banyak faktor.
1. Zat iritan
iritan merupakan zat yang memicu peradangan atau gejala iritasi lainnya pada tubuh.
Zat-zat yang paling sering menjadi iritan adalah bahan kimia
2. Iritasi saluran nafas
Infeksi saluran pernapasan atas atau upper respiratory tract infections (URI/URTI)
adalah infeksi yang terjadi pada rongga hidung, sinus, dan tenggorokan. Beberapa
penyakit yang termasuk dalam infeksi ini adalah pilek, sinusitis, tonsillitis, dan
laringitis.
3. Inflamasi kronik
Inflamasi kronik adalah inflamasi yang durasinya panjang (minggu sampai bulan
sampai tahun) pada inflamasi aktif, jaringan yang cedera, dan proses penyembuhan
dengan stimulasi.
4. Hipertropi
Hipertrofi otot adalah peningkatan ukuran otot di bagian tubuh tertentu.
5. Kelenjar submukosa
Kelenjar Brunner adalah kelenjar submukosa yang berada di usus duabelas jari.
Fungsi utamanya adalah memproduksi sekresi alkalis yang mengandung bikarbonat
untuk: melindungi usus duabelas jari dari zat asam dari kim (kumpulan makanan dari
hasil pencernaan sebelumnya).
6. Sel globet
Sel Goblet memberi perlindungan permukaan usus halus dari patogen dan membatasi
pergerakan serta perlekatan dari patogen. Sel Goblet mensintesis dan mensekresikan
mukus glikoprotein berbentuk gel untuk melindungi sel-sel epitelium intestinal
7. Mukus
Mukus adalah lendir yang diproduksi secara alami oleh hidung atau sinus, sedangkan
dahak dihasilkan karena adanya kondisi tertentu seperti infeksi. Oleh karena itu,
dahak umumnya mengandung sel-sel radang, partikel benda asing seperti debu, sel
darah putih, hingga bakteri atau virus.
8. Batuk
Dorongan suara mendadak yang kuat untuk melepaskan udara dan membersihkan
iritasi pada tenggorokan atau saluran pernapasan.
9. Reseptor muskarinik
Reseptor asetilkolin muskarinik adalah bagian dari superfamili GPCR. Ada lima
subtipe reseptor muskarinik yaitu M1-M5. Reseptor ini merupakan target untuk
beberapa penyakit yaitu Alzheimer's Disesase (AD) dan skizofrenia. Ada dua binding
domain pada reseptor yaitu ortosterik (primer) dan alosterik (skunder).
10. Spasme otot polos
Spasme otot adalah kontraksi pada satu otot atau lebih secara tiba-tiba yang tidak
disengaja. Kondisi ini bisa membuat penderitanya merasa tidak nyaman, nyeri, kram,
atau bahkan tidak bisa bergerak.
11. Silia
Silium adalah organel sel yang berfungsi sebagai alat bantu pergerakan yang
menonjol dari sebagian sel yang diameternya kira-kira 0,25 μm dan panjangnya
sekitar 2 sampai 20 μm. Bentuk silia itu memanjang dan dibungkus oleh membran sel
dan bersifat lincah. Jumlah silia pada setiap sel mencapai 200 buah.
12. obstruksi
Obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi di dalam usus, baik usus halus
maupun usus besar. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan penyerapan makanan
atau cairan, di dalam saluran pencernaan. Bila tidak segera ditangani, bagian usus
yang mengalami sumbatan bisa mati dan menyebabkan komplikasi serius.
13. Sesak
Sesak napas/kesulitan bernapas adalah suatu kondisi dimana seseorang terengah-
engah, tidak dapat bernapas lega, atau merasa tidak mendapatkan cukup udara.
4. Tanda dan Gejala
Sejumlah gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK adalah:
1. Batuk tidak kunjung sembuh yang dapat disertai dahak
2. Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik
3. Berat badan menurun
4. Nyeri dada
5. Mengi
6. Pembengkakan di tungkai dan kaki
7. Lemas
5. Komplikasi Penyakit
Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit paru obstruktif kronis menyebabkan penderitanya sulit bernapas. Bila terus
dibiarkan, penderita juga dapat mengalami komplikasi serius, seperti:
1. Depresi
2. Diabetes
3. Sleep apnea
4. Demensia
5. Hipertensi pulmonal
6. Berat badan turun drastis
7. Pneumonia
8. Pneumothorax
9. Kanker paru-paru
10. Atrial fibriasi
11. Gagal jantung
12. Gagal napas
6. Pemeriksaan Diagnostik
Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk memastikan
diagnosis:
Tes fungsi paru-paru (spirometri), untuk mengukur volume udara yang dihirup dan
dikeluarkan oleh pasien, serta untuk mengetahui apakah paru-paru dapat mengirimkan
oksigen dalam jumlah cukup ke dalam darah

Tes darah, untuk mengukur kadar protein alpha-1-antitrypsin dalam darah dan
menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit lain, seperti anemia atau
polisitemia Analisis gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida
dalam darah Pemindaian dengan foto Rontgen dan CT scan, untuk mendeteksi emfisema
atau gangguan lain di paru-paru.

pemeriksaan lain untuk menentukan tingkat keparahan PPOK yang diderita pasien.
Pemeriksaan tersebut dapat berupa:
Elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram, untuk mengetahui kondisi jantung
Pemeriksaan sampel dahak, untuk mendeteksi kemungkinan adanya infeksi bakteri atau
jamur

7. Penatalaksanaan Medik
Berikut ini adalah beberapa metode penanganan PPOK:
1. Obat-obatan
Obat yang biasanya digunakan untuk meredakan gejala PPOK adalah obat hirup
(inhaler) berupa:Bronkodilator, seperti salbutamol, salmeterol dan terbutaline
Kortikosteroid, seperti fluticasone dan budesonide
2. Terapi oksigen
Terapi ini bertujuan untuk memberikan pasokan oksigen ke paru-paru. Pasien bisa
menggunakan tabung oksigen portabel yang bisa dibawa ke mana saja.Lamanya
penggunaan tabung oksigen tergantung pada kondisi pasien. Sebagian pasien hanya
menggunakannya saat sedang beraktivitas atau saat tidur. Namun, sebagian lain harus
menggunakannya sepanjang hari.
3. Rehabilitasi paru
Rehabilitasi paru-paru atau fisioterapi dada bertujuan untuk mengajarkan pasien
terapi fisik yang sesuai dengan kondisinya, pola makan yang tepat, serta untuk
memberikan dukungan secara emosional dan psikologis.
4. Alat bantu napas
Jika gejalanya cukup serius, pasien harus menggunakan alat bantu napas yaitu mesin
ventilator. Ventilator adalah mesin pemompa udara yang akan membantu pasien
bernapas. Ventilator terhubung dengan saluran pernapasan pasien lewat selang yang
dimasukkan hingga ke trakea dengan cara intubas

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN :


1. Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan oleh orang dengan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) adalah Sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas, kadangkadang
disertai mengi, batuk kering atau dengan dahak yang produktif, rasa berat di dada.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Oemiati (2013) Bahwa Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus
dan obstruksi jalan napas kronik. Perokok pasif juga menyumbang terhadap symptom
saluran napas dan dengan peningkatan kerusakan paru-paru akibat menghisap partikel
dan gas-gas berbahaya. Kebiasaan memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi
dapur yang jelek misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar
minyak diperkirakan memberi kontribusi sampai 35% dapat memicu terjadinya
PPOK.Produsi mukus berlebihan sehingga cukup menimbulkan batuk dengan
ekspetorasi selama beberapa hari ± 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit dalam
dua tahun berturut-turut dapat memicu terjadinya PPOK (Somantri, 2012).
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan, riwayat
terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja (PDPI, 2011). memiliki riwayat
penyakit sebelumnya termasuk asama bronchial, alergi, sinusitis, polip nasal, infeksi
saluran nafas saat masa kanak-kanak dan penyakit respirasi lainya. Riwayat
eksaserbasi atau pernah dirawat di rumah sakit untuk penyakit respirasi (Soeroto &
Suryadinata, 2014).
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan PPOK menurut Wahid
& Suprapto (2013) adalah sebagai berikut:
1) Pernafasan
a) Inspeksi. Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan
serta penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara
yang tertangkap) atau bisa juga normo chest, penipisan massa otot, dan
pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak fektif dan
penggunaan otototot bantu nafas (sternocleidomastoideus). Pada tahap
lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan
sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan
sputum purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama
infeksi pernafasan.
b) Palpasi. Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
c) Perkusi. Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor
sedangkan diafrgama menurun.
d) Auskultasi. Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing
sesuai tingkat beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian lain,
didapatkan kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar
karbondioksida yang tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut
penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti
membungkuk untuk mengikat tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan
keletihan (dispnea eksersorial). Paru yang mengalami emfisematosa tidak
berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak dikosongkan secara
efektif dari sekresi yang dihasilkannya. Pasien rentan terhadap reaksi
inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi
terjadi, pasien mengalami mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi.
2) Kardiovaskuler
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi.
Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami pergeseran. Vena
jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang
dilihat adanya sianosis.
3) Persyarafan
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang
serius.
4) Perkemihan
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan
salah satu tanda awal dari syok.
5) Pencernaan
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu
makan. Kadang disertai penurunan berat badan.
6) Tulang
otot dan integument Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien
terlihat keletihan, sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan
pemenuhan ADL (Activity Day Living).
7) Psikososial
Pasien biasanya cemas dengan keadaan sakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
i. Bersihan jalan nafas tidak efektif
ii. Gangguan pertukaran gas
iii. Pola napas tidak efektif

3. Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif
1. Latihan batuk efektif
2. Manajemen jalan nafas
3. Pemantauan respirasi
Gangguan pertukaran gas
1. Dukungan berhenti merokok
2. Terapi oksigen
3. Pemberian obat
Pola napas tidak efektif
1. Dukungan ventilasi
2. Manajemen energy
3. Pencegahan aspirasi

4. Implementasi
1. Mengajarkan klien cara melakukan teknik batuk efektif
2. Memberikan cara relaksasi nafas dalam
3. Memantau adanya aspirasi
4. Memanajemen jalan nafas
5. Memberikan dukungan ventilasi
6. Memberikan terapi oksigen

5. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan Intervensi dan terapi keperawatan dievaluasi dengan
membandingkan kemajuan pencapaian klien terhadap tujuan intervensi dan hasil akhir
yang diharapkan dari rencana asuhan keperawatan. Klien diharapkan dapat :
a. Mempertahankan jalan nafas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk bernafas, jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan, frekuensi, irama dan
kedalaman nafas normal serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
b. Mempertahankan pola nafas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk bernafas, frekuensi, irama dan kedalaman nafas normal, tidak
ditemukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
c. Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan pengisian
kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalam batas normal dan status hidrasi normal.
d. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk bernafas, tidak ditemukan dispnea pada usaha nafas, inspirasi dan
ekspirasi dalam batas normal, normal, serta saturasi saturasi oksigen oksigen dan pCO 2
dalam keadaan normal.

C. DAFTAR PUSTAKA
a. https://www.slideshare.net/UmmiBalqis1/pengkajian-keperawatan-oksigenasi
b. https://www.academia.edu/19848014/LP_OKSIGENASI
c. https://studylibid.com/doc/4343332/lp-oksigenasi-helen

Anda mungkin juga menyukai