Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

FISTULA UMBILIKAL

dr. Gusti Putu AB

Pembimbing:

dr. Made Tisnasari

dr. Ketut Suyasni

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fistula adalah kelainan pada penyambungan jaringan antara pembuluh darah, usus,
organ, atau struktur lainnya. Fistula biasanya terjadi akibat dari cedera, pembedahan, infeksi atau
peradangan. Penyakit inflamasi usus, seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn, adalah
contoh penyakit yang bisa menyebabkan fistula antara satu bagian usus dengan yang lain.
Sedangkan cedera dapat menyebabkan fistula antara arteri dan vena. Fistula dapat terjadi di
banyak bagian tubuh. Beberapa di antaranya adalah :

 Arteriovenosa (antara arteri dan vena)

 Bilier (terjadi selama operasi kandung empedu, saluran empedu terhubung ke permukaan
kulit)

 Serviks (celah yang abnormal ke dalam atau di leher rahim)

 Enterovaginal (antara usus dan vagina)

 Kotoran atau anus (tinja dibuang melalui pembukaan selain anus)

 Metroperitoneal (antara rahim dan rongga peritoneal)

 Arteriovenosa paru (dalam paru-paru, arteri paru-paru dan vena yang terhubung,
memungkinkan darah untuk melewati proses oksigenasi di paru-paru (pulmonary fistula
arteriovenosa)

 Umbilical (koneksi antara pusar dan usus)

Fistula Umbilikal atau fistula vitellina adalah suatu keadaan dimana duktus vitellinus
tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan langsung antara pusar dengan
saluran pencernaan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

EMBRIOLOGI

Mulai terbentuk pada kehidupan mudigah 22 hari sebagai akibat dari pelipatan mudigah
kearah cephalo caudal dan lateral, sehingga rongga yang dibatasi entoderm sebagian tercakup ke
dalam mudigah dan membentuk usus sederhana.
Pada bagian kepala dan ekor mudigah, usus sederhana membentuk tabung buntu
masing-masing seperti usus sederhana depan (fore gut), usus sederhana belakang (hind gut).
Diantaranya usus sederhana tengah (mid gut) yang untuk sementara tetap berhubungan dengan
kandung kuning telur

Gambar Tali Pusat Pada Janin


Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang,
tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2 arteri umbilikalis dan 1
vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Pembuluh darah
umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly (Marjono, 2007).

3
Gambar Perkembangan sistem pencernaan
ANATOMI

Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan
menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak
diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.

Gambar Plasenta dan Tali Pusat pada janin

4
 Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus
umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
 Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta
sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
 Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2
cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali
pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan
kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering.

Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin),
maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah
dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat
menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.

STRUKTUR TALI PUSAT


 Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi
permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang
menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.
 Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus
menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang
menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di
dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion
plasenta.

5
Gambar Susunan Pembulah Darah pada Umbilikal

Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu
mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat
tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
 Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah
fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
 Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana
produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.

6
Gambar Aliran Nutrisi dan Pembuangan sisa produk pada bayi

 Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah
pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari
mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut
terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin.
Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan
mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai
gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli
inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.

7
Gambar Susunan Tali
FUNGSI TALI PUSAT
Fungsi tali pusat yaitu :
 Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin
mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih
dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
 Saluran pertukaran bahan-bahan sisa metabolisme seperti urea dan gas karbon dioksida yang
akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.

SIRKULASI TALI PUSAT


Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang
sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh
yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi
masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus
ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya
pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.

8
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali
pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar
500 ml per menit.

Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa
inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana
aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.

Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel
kanan melalui vena cafa superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan
ventrikel kanan menuju aorta melewatiduktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui
aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya.
Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta
tanpa melalui paru-paru.

INSIDEN

Frekuensi pada kelainan umbilical sangat bervariasi. Infeksi umbilical sekarang


diketahui kurang dari 1% dari bayi yang baru lahir dirawat di rumah sakit. Umbilical hernia
sering diidentifikasi pada awal masa bayi, namun dapat menutup secara spontan. Angka kejadian
sama antara pria dan wanita. Insiden pada usia 1 tahun berkisar dari 2-15%. Insiden meningkat
pada bayi dengan berat badan lahir rendah, down syndrome, trisomi 13, trisomi 18 atau dengan
Beckwith-Wiedemann sindrom.

Kontras yang diamati antara fisiologis pentingnya umbilikus selama pengembangan dan
setelah kelahiran. Selama pengembangan, umbilikus berfungsi sebagai saluran yang
memungkinkan aliran darah antara plasenta dan janin. Ini juga melayani peran penting dalam
pengembangan usus dan sistem saluran kemih. Setelah kelahiran, setelah tali pusat jatuh, tidak
ada bukti sambungan ini harus hadir. Namun demikian, gangguan tali sering dijumpai dalam
pembedahan. Gangguan ini sangat umum untuk infeksi seperti omphalitis, yang dapat menjadi
kehidupan mengancam. Kebanyakan pasien dengan masalah tali yang hadir dengan massa atau

9
drainase dari umbilikus. Pemahaman tentang anatomi dan Embriologi dinding perut dan
umbilikus adalah penting untuk mengidentifikasi dan benar memperlakukan kondisi ini.

DEFINISI

Umbilikalis fistel atau fistel umbilikalis adalah suatu keadaan congenital dimana duktus
vitellinus tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan langsung antara pusat
dengan seluruh pencernaan. Dalam hal ini dapat dikeluarkan tinja melalui pusat.

Gambar Fistula Umbilical

ETIOLOGI

Bisa disebabkan oleh infeksi namun pada beberapa kasus lebih sering pada kelainan
kongenital. Pengembangan anterior dinding perut tergantung pada pertumbuhan diferensial
jaringan embrio, ditunjukkan di bawah ini. Sebagai embrio tumbuh, kantung merah telur dibagi
menjadi bagian intracoelomic dan bagian extracoelomic. Bagian intracoelomic menjadi canal
alimentary primitif dan berkomunikasi dengan bagian extracoelomic melalui saluran vitelline,
juga dikenal sebagai saluran omphalomesenteric. Komunikasi ini hilang 5-7 minggu kehamilan.
Persistensi sebagian atau seluruh sambungan ini mengakibatkan anomali omphalomesenteric.

Beberapa penyebab terjadinya fistula umbilikalis pada anak dan dewasa adalah

a. Kelainan kongenital

b. Obstuksi pada sistem pencernaan

c. Pembedahan

10
d. Keganasan

e. Malnutrisi

PATOGENESIS

Kegagalan dari proses obliterative vitelline duct yang normal dan urachus mengarah ke
komunikasi abnormal atau kista. Retensi komponen tali pusar juga dapat menyebabkan massa
atau drainase. Patensi cincin umbilical pada kelahiran berperan pada beberapa kejadian hernia
umbilikalis. Kejadian umbilikus yang terbuka biasanya pada bagian atas, karena pada bagian
bawah diperkuat perlekatan dari ligamentum umbilikalis median (sisa urachus) dan sepasang
ligamentum umbilikalis medial (sisa arteri umbilikalis). Berbeda dengan bagian atas yang lebih
lemah karena hanya diperkuat oleh ligamentum rotundum (bekas vena umbilikalis).

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan sejumlah cairan yang keluar dari lubang
umbilikal. Cairan dapat berupa cairan jernih sampai cairan bewarna kekuningan berupa nanah.
Biasanya cairan tersebut tidak berbau bila masih bewarna jernih tetapi dapat tercium bau bila
sudah tercampur nanah atau kotoran.. Pada palpasi abdomen dapat disertai nyeri tekan apabila
terbentuk abses berupa nanah pada jaringan perut. Demam bisa terjadi apabila disertai tanda
tanda infeksi pada pasien.

PEMERIKSAAN PUNUNJANG

Pemeriksaan lab darah rutin digunakan untuk persiapan operasi, bukan untuk
menegakkan diagnosis

Pada pemeriksaan histologi sisa umbilikal dapat menunjukkan jaringan asalnya yang
berupa jaringan mukosa usus atau mukosa lambung. Pemeriksaan sisa urachus menunjukkan sel
epitel kolumnar atau transisional.

Fistulography atau sinography mungkin dilakukan jika pembukaan secara definitive


terlihat pada umbilicus. Fistulography boleh dilakukan dengan menginjeksi kontras ‘water-
soluble’ dalam pembukaan di dasar umbilicus. Jika saluran berupa ‘blind-ended’ ada sinus; atau
jika memasuki intestine atau buli-buli, maka terbukti adanya fistula.

11
Gambar Pemeriksaan Fistulography

DIAGNOSA BANDING

Gambar Diagnosa Banding Fistula Umbilikas

12
PENATALAKSANAAN

Pengobatan untuk fistulae bervariasi tergantung penyebabnya dan sejauh mana


keparahan fistula, tetapi sering melibatkan operasi intervensi dikombinasikan dengan terapi
antibiotik.

Biasanya langkah pertama dalam mengobati fistula adalah pemeriksaan oleh dokter
untuk menentukan batas dan 'rute' bahwa fistula melalui jaringan. Operasi ini sering diperlukan
untuk menjamin drainase yang memadai dari fistula (sehingga nanah dapat keluar tanpa
membentuk abses).

Berbagai prosedur bedah yang umum digunakan, yang paling sering adalah fistulotomy,
berupa penempatan seton (tali yang melewati jalur fistula untuk tetap terbuka sebagai drainase),
atau sebuah prosedur pelipatan endorectal (di mana jaringan sehat ditarik keatas sisi internal
fistula untuk menjaga kotoran atau bahan lain dari re-infeksi saluran).

Fistulektomi merupakan tindakan bedah dimana dilakukan pengangkatan jaringan


fistula berupa tindakan eksisi. Seluruh jaringan akan diangkat dan lubang celah yg terbuka akan
kembali dijahit. Biasanya sisa jaringan yang diangkat akan dilakukan pemeriksaan histologis
untuk menentukan jenis jaringan.

Pemberian antibiotik untuk mengurangi infeksi yang disebabkan oleh nanah atau pus
pada jaringan dan untuk pencegahan sepsis pada pasien.

Gambar Fistulotomy dan Fistulektomi


13
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : A A MS
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Kebowa GG Gn Gede no 2 Denpasar
Suku Bangsa : Bali
Status perkawinan : Sudah menikah
No RM : 15.49.33
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juli 2018

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Keluar cairan dari lubang pusar

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien datang dari poli spesialis bedah dan dirawat inap dengan keluhan cairan dari
lubang pusar sejak 1 minggu lalu. Sebelumnya cairan hanya keluar sedikit dan sekarang
makin banyak sampai menetes. Cairan berwarna putih abu-abu, sedikit kental, berbau
sedikit amis. Daerah sekitar pusar berwarna kemerahan dan teraba hangat. Demam
disangkal, nyeri perut (+) didaerah pusar. Kulit terlihat kemerahan di daerah pusar.
Makan minum normal. Bab normal. Bak normal

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat trauma disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes mellitus disangkal.

14
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat Operasi disangkal
Riwayat sakit sebelumnya disangkal
Riwayat infeksi disangkal
Riwayat keganasan disangkal

Riwayat alergi (+) Asam Mefenamat

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga atau teman sekitarnya yang mengeluh hal serupa.
Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama keluarga.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Keadaan umum : pasien tampak sakit ringan
Derajat kesadaran : compos mentis
Status gizi : gizi cukup
Tanda vital
BB : 72 kg
TB : 165 cm
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2º C (per axilar)

Kulit : Warna sawo matang, kelembaban cukup, kelainan kulit (-)


Kepala : Normocephali,
Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-),sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, konka tampak normal, sekret (-/-)

15
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
Telinga : Bentuk normal, sekret(-).
Tenggorok : Uvula di tengah, tonsil hiperemis (-), T1-T1 , faring hiperemis (-)
Leher : Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar
Lymphonodi : Retroaurikuler : tidak membesar
Submandibuler : tidak membesar
Thorax : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Cor:
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar
Auskultasi : S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan =kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan =kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), Ronki(-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak cairan putih abu abu di lubang pusar, distensi (-)
Palpasi : Hepar tidak teraba membesar, Lien tidak teraba membesar, Nyeri tekan
pada abdomen (+), tidak teraba massa. Pusar teraba hangat, Kulit
terliahat kemerahan di daerah pusar.
Perkusi : Timpani pada sembilan kuadran abdomen.
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal

16
Ekstremitas :

Akral hangat + + Sianosis - -


+ + - -

Oedem
- +- +
- -

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


CRT < 2 detik

17
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 12 Juli 2018

18
Pemeriksaan Foto Rhontgen Thoraks pada tanggal 12 Juli 2018

Dengan hasil bacaan


Cor dan Pulmo dalam batas normal
Pemeriksaan EKG pada tanggal 12 Juli 2018

19
V. RESUME
Pasien perempuan usia 41 tahun datang dari poli spesialis bedah dan dirawat inap
dengan keluhan cairan dari lubang pusar sejak 1 minggu lalu. Sebelumnya cairan hanya
keluar sedikit dan sekarang makin banyak sampai menetes. Cairan berwarna putih abu-
abu, sedikit kental, berbau sedikit amis. Daerah sekitar pusar berwarna kemerahan dan
teraba hangat. Demam disangkal, nyeri perut disangkal. Makan minum normal. Bab
normal. Bak normal
Dari pemeriksaan fisik didpatkan kesadaran kompos mentis dan tanda-tanda
vital: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, laju nafas 20 x/menit, dan suhu
37,2oC. Pada pemeriksaan abdomen tampak cairan keluar dari lubang pusar berwarna abu
abu, sedikit kental dan sedikit berbau. Pada daerah sekitar pusar teraba hangat dan sedikit
kemerahan.
Dari pemeriksaan darah lengkap ditemukan sedikit peningkatan pada leukosit. Dari
pemeriksaan thorak dalam batas normal. Pada pemeriksaan EKG dalam batas normal

VI. DIAGNOSIS KERJA


Fistula Umbilikal

VII. PENTALAKSANAAN
1. Pro fistulektomi
2. Ceftriaxone 2x 1 gram (IV)
3. Dexketoprofen 3x1 PO
4. IVFD RL 24 tpm
5. Konsul dokter penyakit dalam untuk persiapan operasi  acc tindakan
6. Konsul dokter anastesi untuk persiapan operasi  acc tindakan

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam

20
IX. MONITORING
Tanggal Pemeriksaan Terapi
12/07/2018 S : Keluar cairan dari lubang  IVFD RL 24 tpm
pusar  Ceftriaxone 2 x 1 gram
O : CM (IV)
TD = 120/80 mmHg  Dexketoprofen 3x1
N = 92 x/menit  Diet bubur biasa
RR = 22 x/menit
S = 36,6 oC (per axilar)
A : Fistula Umbilikal
13/07/18 S : Nyeri luka post operasi (+),  IVFD RL 24 tpm
Demam (-) Flatus (+) BAB  PCT flask 1000mg IV 1x
(+) BAK (+)  Dexketoprofen 3x1 PO
O : CM  Diet bubur biasa
TD = 120/60 mmHg
N = 80 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36,5 oC (per axilar)
A : Follow up post fistulektomi
hari ke 1

21
14/07/2018 S : Nyeri luka post operasi (+),  IVFD RL 24 tpm
Demam (-) Flatus (+) BAB (+)  PCT flask 1000mg IV 1x
BAK (+)  Dexketoprofen 3x1
O : CM  Petidin 25mg IV
TD = 110/70 mmHg
 Pantoprazole 1x1 IV
N = 82 x/menit
 Ketorolac 60mg 1x1 IV
RR = 18 x/menit
 Wound Toilet Ringan
S = 36,7 oC (per axilar)
 Diet bubur biasa
SL: luka operasi terawat, pus (-),
darah (-).
A :Follow up post fistulektomi
hari ke 2
15/7/2018 S : Nyeri luka post operasi (+),  IVFD RL 24 tpm
Demam (-) Flatus (+) BAB (+)  PCT flask 1000mg IV 1x
BAK (+)  Ketorolac 60mg 1x1 IV
O : CM  Wound Toilet Ringan
TD = 110/70 mmHg
 Diet bubur biasa
N = 82 x/menit
RR = 18 x/menit
S = 36,7 oC (per axilar)
SL: luka operasi terawat, pus (-),
darah (-).
A :Follow up post fistulektomi
hari ke 3
16/7/2018 Boleh Pulang

22
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
TEORI KASUS
 Gejala berupa keluar cairan dari dalam pusar  Gejala yang dialami pasien berupa
bisa berupa cairan,darah,atau tinja. keluar cairan putih dari pusar.

 Pada anamnesis yang didapatkan yaitu keluhan  Pasien datang dengan keluhan keluar
berdasarkan manifestasi klinis berupa nyeri cairan dari daerah pusar. Perut terasa
perut di daerah pusar, pusar bewarna sakit di daerah pusar dan terlihat kulit
kemerahan dan keluar carian dari daerah pusar kemerahan di daerah pusar.

 Tatalaksana pada kasus fistula berupa tindakan  Pada kasus, os di diagnosa dengan
operasi fistulektomi fistula umbilical dan dilakukan
tindakan berupa fistelektomi

23
BAB V
KESIMPULAN

1. Fistula Umbilikal atau fistula vitellina adalah suatu keadaan dimana duktus vitellinus tetap
dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan langsung antara pusat dengan
saluran pencernaan.
2. Diagnosis fistula umbilikal ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
berupa keluar cairan dari lubang pusar. Pemeriksaan penunjang dapat berupa
pemeriksaan histologi jaringan untuk menentukan jenis jaringan.
3. Bila diagnosis klinis fistula umbilikal sudah jelas, tatalaksana bedah fistelektomi dapat
dilakukan untuk terapi.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Salder, TW.1988. Embriologi Kedokteran, Edisi ke V. Alih bahasa : Dr. Irwan Susanto. EGC

Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

2. Watson, JE. dan Joan R. Royle, 1987. Medical Surgical Nursing and Related Physiology.

Clays Ltd. St. Ives plc, England.

3. Vane DW, West KW, Grosfeld JL. Vitelline duct anomalies. Experience with 217 childhood

cases. Arch Surg 1987; 122: 542-7.

4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta,1995.

5. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,Jakarta, EGC, Hal:

683-684.

6. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC,Jakarta, Hal :

554.

7. Https://emedicine.medscape.com/article/935618-overview ; Disorders of the Umbilicus ;

Updated: Sep 27, 2017 ; Author: Robert K Minkes, MD

25

Anda mungkin juga menyukai