Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama
kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran
ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
a. Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus
umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
b. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
c. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya
1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim
ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan
trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering.
Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik
janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu
panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi
ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat
persalinan.
2. Struktur Tali Pusat
Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta, panjangnya kira-kira 50 cm,
berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang tidak sama tebalnya pada semua tempat.
Di dalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua buah
arteri umbilikalis.
Pembuluh-pembuluh darah biasanya lebih panjang daripada tali pusat, sehingga
berkelok-kelok dan menimbulkan tonjolan pada permukaan tali pusat dan disebut simpul
palsu.
Tali pusat diliputi oleh amnion, yang sangat erat melekat, selain berisi arteri dan
vena umbilikalis tali pusat berisi pula zat seperti agar-agar yang disebut selei Wharton.
Seperti kita ketahui panjang rata-rata tali pusat adalah 50 cm. Hal ini cukup untuk
kelahiran bayi tanpa menarik plasenta. Tali pusat dianggap pendek jika kurang dari 40
1
cm. tidak ada kesepakatan yang spesifik yang menggambarkan tali pusat terlalu panjang,
tapi ada kerugian dari tali pusat yang terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar
leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan, bahkan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh darah, khususnya pada saat persalinan.
Insersi tali pusat pada plasenta biasanya ditengah (insersio sentralis), di pinggir
plasenta (insersio marginalis) dan kadang-kadang pada plasenta, tetapi pada selaput janin,
disebut insertio velamentosa.
3. Fungsi Tali Pusat
Seperti yang dibahas pada struktur tali pusat bahwa tali pusat merupakan
penghubung janin dan plasenta, maka fungsi dan aktivitas yang ada di plasenta yang
dibutuhkan oleh janin untuk pertumbuhan, perkembangan, kelangsungan hidup janin,
disalurkan oleh tali pusat agar bisa digunakan oleh janin. Misalnya transfer O2 dan nutrisi,
begitupun sebaliknya, buangan dari janin dikirim kembali ke plasenta. Jadi fungsi tali
pusat yaitu sebagai media.
4. Sirkulasi Tali Pusat
Pembuluh darah tali pusat mengantar darah yang kaya akan nutrisi dari villi
korealis dalam plasenta menuju jantung janin dan sebagainya akan mengembalikan darah
yang tidak mengandung nutrisi menuju plasenta untuk kembali diperkaya dengan nutrisi
kembali (rep lenishment).
Pembuluh darah tali pusat terdiri dari :
a. Satu pembuluh vena, dinding tipis dan lebar yang membawa kira-kira 85% darah kaya
oksigen dari plasenta menuju janin.
b. Dua pembuluh arteri, dinding tebal dan sempit yang akan membawa darah yang
kurang mengandung oksigen dari janin menuju plasenta.
Arteri dan vena umbilikalis akan lebih menyempit hingga akhirnya menjadi
pembuluh kapiler pada plasenta dan akan beranastomose sehingga akan terjadi batas
sirkulasi selanjutnya terjadi aliran balik dari janin ke plasenta selanjutnya kembali ke
janin.
5. Kelainan Tali Pusat
a. Di Luar Ukuran Normal
Umumnya, panjang tali pusat berkisar antara 55 hingga 60 cm. Kelainan ukuran
biasanya ditandai jika panjangnya kurang dari 50 cm dan lebih dari 70 cm. Tali pusat
terpendek yang pernah dilaporkan adalah sepanjang 2,5 cm. Sedangkan yang terpanjang
pernah ditemui sekitar 300 cm.
2
Tali pusat terlalu pendek atau terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap
pemberian makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek
atau terlalu panjang dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. "Pada saat
persalinan, janin yang sudah turun ke jalan lahir biasanya naik lagi karena tertahan tali
pusat ini. Tiap kali janin akan turun, tali pusat semakin kuat menahan. Ini biasanya
terlihat selama proses persalinan, dengan tidak terjadinya kemajuan pada penurunan
janin. Pada keadaan yang ekstrem dapat terjadi terlepasnya plasenta sebelum janin lahir
1) Tali Pusat Pendek
Kasus ini sekalipun tidak terlalu berat, belum bisa terdeteksi oleh alat canggih
manan pun. Penyebabnya, kata Judi, tali pusat di dalam rahim melilit-lilit,
sehingga sangat tidak mungkin untuk diukur dari luar.
Panjang tali pusat, normalnya 50-60 cm. Bila di bawah 40 cm berarti pendek.
Nah, jika kasusnya seperti ini, mau tidak mau proses persalinan harus dilakukan
dengan cara sesar karena bayi tidak akan bisa mencapai jalan lahir. Kecuali kalau
tali pusatnya berada di bawah, si bayi bisa dilahirkan normal. "Bila plasenta
berada di atas dan bayi dipaksa keluar lewat jalan lahir, maka rahim bisa ikut
tertarik atau inversio uteri." Di Indonesia kasus ini cukup banyak ditemukan.
2) Tali Pusat Panjang
Sebaliknya, tali pusat dikatakan panjang jika lebih dari 60 cm. Ukuran ini
tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena persalinan bisa dilakukan secara normal.
Bahaya baru terjadi jika tali pusat yang panjang itu melilit leher janin.
Kasus seperti ini untungnya bisa dideteksi dengan alat USG dua dimensi. Lagi
pula, belum tentu lilitan itu berlangsung hingga waktu persalinan tiba, karena janin
di dalam rahim selalu bergerak, sehingga ada kemungkinan ia terlepas dari lilitan.
Hanya saja, setelah itu masih ada kemungkinan ia akan terlilit lagi.
b. Kelainan Insersi
Insersi adalah tempat masukan (muara) yang menempel ke plasenta. Normalnya,
insersi tali pusat di plasenta terletak di tengah. Tetapi dalam keadaan tertentu terjadi
insersi tali pusat yang letaknya di tepi plasenta (plasenta battledore) dan insersi tali pusat
letaknya jauh di luar plasenta, yaitu di daerah membran (insersi velamentosa).
1) Insersi tali pusat Battledore
Pada kasus ini tali pusat terhubung ke paling pinggir plasenta seperti bet tenis
meja. Insersi yang terletak di tepi plasenta tidak berpengaruh buruk pada janin

3
sebab pada umumnya dalam hal pemberian makanan dan oksigen ke janin tidak
berpengaruh. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
2) Insersi tali pusat Velamentous
Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta.
Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta.
Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat
terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
Insersi velamentosa bisa berbahaya bila terjadi vasa previa, jika ketuban
pecah, dan pembuluh darah tersebut ikut pecah yang berarti pula terjadi perdarahan
dari janin. Gejala klinis vasa previa adalah ketuban pecah diikuti perdarahan, dan
terjadi gawat janin. Kematian janin pada pecahnya vasa previa mencapai 60-70%.
"Kematian pada janin ini disebabkan perdarahan yang berasal dari janin dan
keterlambatan mengetahui bahwa perdarahan berasal dari vasa previa. Umumnya
bila pada pemeriksaan dijumpai adanya vasa previa, kehamilan diakhiri dengan
bedah sesar sebelum terjadi pecahnya selaput ketuban
c. Kelainan Diameter
Yang dimaksud diameter tali pusat adalah ukuran besar tali pusat. Tak dapat
dipastikan berapa sebenarnya ukuran normal karena pada setiap bayi berbeda-beda. Lagi
pula lebar diameter ini tidak dapat dipatok dengan ukuran sentimeter, karena belum ada
metode khusus untuk mengukur diameter tali pusat. Umumnya besar diameter sesuai
dengan perkembangan bayi "Contoh, bila bayinya besar, tentu diameter tali pusatnya
besar. Sedangkan bila janin kecil, dengan sendirinya diameter tali pusatnya sesuai ukuran
tubuhnya. Yang menjadi problem, bila diameter tali pusatnya dianggap kekecilan untuk
ukuran janin karena dapat berpengaruh pada penyaluran oksigen dan darah." Pada janin
dengan perkembangan yang terhambat biasanya diameter tali pusatnya juga kecil.
Metode khusus untuk mengetahui apakah aliran darah tali pusat cukup atau kurang
adalah dengan cara pemeriksaan dopler aliran darah tali pusat. Bila aliran darah tali pusat
terhambat, bisa menimbulkan gangguan perkembangan pada janin.
d. Terlilit Tali Pusat
Janin terlilit tali pusat, sebenarnya tidak begitu membahayakan. Tapi kenyataannya
ada janin meninggal saat persalinan karena terlilit tali pusat.
Menurut Dr. Nining Haniyanti, SpOG sebenarnya lilitan tali pusat di leher tidak
selalu membahayakan janin. Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar 20% dari

4
persalinan normal. Sedangkan lilitan tali pusat dua kali di leher, dijumpai pada 2,5%
persalinan dan hanya 0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga kali di leher.
Penyebab adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada
umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai
timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka
lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada
pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen
dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau
hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin.
Usia kehamilan adalah kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering
disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena
dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
a. Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
b. Panjangnya tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-
rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda.
Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama
sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat , Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali
pusat, yaitu:
a. Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin
(kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya
lilitan tali pusat.
b. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha
untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya
lilitan tali pusat.
c. Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3
dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
d. Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat
dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada
saat kontraksi rahim.

5
e. Berbenjol – Benjol
Lazimnya, tali pusat seperti selang yang licin dan mulus. Tapi adakalanya ditemui
tali pusat yang berbenjol-benjol dengan banyak simpul atau sedikit terpuntir. Umumnya
disebabkan gerakan janin yang begitu aktif sehingga terjadi simpulan yang berulang kali.
Bila simpul-simpul ini masih membentuk rongga tak akan jadi masalah sebab
pasokan oksigen dan nutrisi masih dapat diterima janin. Yang jadi masalah, apabila
simpul-simpul ini sedemikian eratnya sehingga menutup sama sekali pembuluh darah,
maka dapat berdampak pada kematian janin dalam rahim. Kejadian ini sangat jarang
karena umumnya gerakan bayi yang berpindah terus justru bisa membuka simpul-simpul .
f. Pembuluh Darah Dalam Tali Pusat Kurang
Normalnya, tali pusat memiliki tiga pembuluh darah; dua pembuluh darah arteri
dan satu pembuluh darah vena. Nah, kalau salah satunya tidak ada, maka janin
kemungkinan mengalami kelainan kromosom. Hal ini akan mengakibatkan bayi yang
dilahirkan mengalami kelainan pula, seperti retardasi mental, Sindroma Down, hingga
jantung bocor.
g. Tumor Tali Pusat
Tumor pada tali pusat sering berkaitan dengan kelainan bawaan (kromosom) pada
janin. Bila bayi ditemukan cacat berat, sebaiknya bayi tersebut dilahirkan secepatnya.
Sekalipun begitu benjolan pada tali pusat yang merupakan tumor biasanya sudah bisa
dideteksi sejak dini lewat USG.
6. Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke
26 sampai dengan 28 berikut ini :
a. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.
c. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama.
d. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan
jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI,
2004).
e. Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat
maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

6
7. Fisiologi Lepasnya Tali Pusat
Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai
dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat
tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya
infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi,
pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat
dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi.
Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam
timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari
ibu.
Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan
terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang
mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri
terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama
terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali
pusat kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari
lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri Streptococcus aureus
adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak
steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada
tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain Streptococcus aerus, bakteri
Escheseria colli juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.
Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya
tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada
proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan
pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah
banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit.
8. Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan
(Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling
terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
a. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
b. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat.

7
c. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.
d. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali
pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara
dengan leluasa.
9. Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera
setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit
tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah
sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah
lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada
juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-
megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau
adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna
merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam
tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada
neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat. Lepasnya tali
pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :
a. Timbulnya infeksi pada tali pusat adalah disebabkan karena tindakan atau perawatan
yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan
bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah,
minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.
b. Cara perawatan tali pusat adalah penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali
pusat yang dibersihkan dengan alkohol.
8
c. Kelembaban tali pusat adalah tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,
karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat,
juga menimbulkan resiko infeksi.
d. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus adalah Spora C. tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta, dan memiliki tiga pembuluh
darah yaitu vena umbilikalis dan dua buah arteri umbilikalis yang masing-masing punya
fungsi masing-masing.
Umumnya, panjang tali pusat berkisar antara 55 hingga 60 cm. Kelainan ukuran
biasanya ditandai jika panjangnya kurang dari 50 cm dan lebih dari 70 cm. Tali pusat
terpendek yang pernah dilaporkan adalah sepanjang 2,5 cm. Sedangkan yang terpanjang
pernah ditemui sekitar 300 cm.
Tali pusat terlalu pendek atau terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap
pemberian makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek
atau terlalu panjang dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. "Pada saat
persalinan, janin yang sudah turun ke jalan lahir biasanya naik lagi karena tertahan tali
pusat ini. Tiap kali janin akan turun, tali pusat semakin kuat menahan. Ini biasanya
terlihat selama proses persalinan, dengan tidak terjadinya kemajuan pada penurunan
janin. Pada keadaan yang ekstrem dapat terjadi terlepasnya plasenta sebelum janin lahir.
Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan
terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang
mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri
terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama
terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali
pusat kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari
lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri Streptococcus aureus
adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak
steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada
tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain Streptococcus aerus, bakteri
Escheseria colli juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.

B. Saran
Bagi rekan yang baru akan menyelesaikan tugas makalah ini diharapkan
menggunakan referensi yang lebih banyak demi kesempurnaan hasil tugas berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/05/ragam-kelainan-plasenta-dan-tali-pusat.html?m=1
http://sichesse.blogspot.com/2012/04/makalah-tali-pusat-umbilikus.html?m=1
https://www.scribd.com/document/51891530/makalah-tali-pusat

11

Anda mungkin juga menyukai