Anda di halaman 1dari 31

Struktur dan Fungsi Amnion

STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION

SELAPUT JANIN (AMNION DAN KORION)


Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi / jonjot meliputi
seluruh lingkaran permukaan korion.
Dengan berlanjutnya kehamilan :
1. jonjot pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat seperti semak-
semak (chorion frondosum) sementara
2. jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus
disebut chorion laeve.
Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga
mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan abembrional :
1. desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis
2. desidua yang meliputi embrioblas / kantong janin di atas korion laeve
menjadi desidua kapsularis.
3. desidua di sisi / bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietalis.
Antara membran korion dengan membran amnion terdapat rongga korion.
Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran
amnion dan membran korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai
membran korion-amnion (amniochorionic membrane).
Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan
chorion laeve dengan desidua parietalis.

CAIRAN AMNION
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai RONGGA AMNION.
Di dalam ruangan ini terdapat cairan amnion (likuor amnii).
Asal cairan amnion : diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput
amnion / plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine janin
yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion

FUNGSI CAIRAN AMNION :


1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
2. Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH)
dalam rongga amnion, untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin.
4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin
(terutama pada persalinan).
5. Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang
steril, sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

KEADAAN NORMAL CAIRAN AMNION :


1. Pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.
2. Keadaan jernih agak keruh
3. Steril
4. Bau khas, agak manis dan amis
5. Terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik
(protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel
epitel.
6. Sirkulasi sekitar 500 cc/jam

KELAINAN JUMLAH CAIRAN AMNION


1. Hidramnion (polihidramnion)
Air ketuban berlebihan, di atas 2000 cc. Dapat mengarahkan kecurigaan
adanya kelainan kongenital susunan saraf pusat atau sistem pencernaan, atau
gangguan sirkulasi, atau hiperaktifitas sitem urinarius janin.
2. Oligohidramnion
Air ketuban sedikit, di bawah 500 cc. Umumnya kental, keruh, berwarna
kuning kehijauan.
Prognosis bagi janin buruk.

Struktur, Fungsi dan Sirkulasi Tali Pusat

Pengertian

Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu
bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan
diikat atau dijepit.

¥ Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai


daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan
tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah
plasenta.

¥ Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari


tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran
spiral.

¥ Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan


diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta
keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban
pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan
mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang
gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek.
Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar
leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi
pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.

2.2 Stuktur Tali Pusat

¥ Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang


menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri
dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion
berasal dari ektoderm.

¥ Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus
vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah
umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga
pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan
melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan
aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu
mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya
tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut
yaitu :

- Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem


peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium
choriodeciduale.

- Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke


plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah
maternal untuk di ekskresikan.
¥ Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi
pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi
seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini
melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian
makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat
membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang
jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan
kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli
inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.

2.3 Fungsi Tali Pusat

Fungsi tali pusat yaitu :

¥ Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin
sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang
sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.

¥ Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida
yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.

2.4 Sirkulasi Tali Pusat

Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan
yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta
penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini
tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut.
Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah
plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan
lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.

Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari
membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu
endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu.
Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan
oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam
tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui
arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon
dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan
memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen,
nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan
cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.

Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi
kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran.
Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan
antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari
darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari
darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini
melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.

2.5 Kelainan Letak Tali Pusat

Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal
plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti :

1. Insersi tali pusat Battledore ® Pada kasus ini tali pusat terhubung ke palin
pinggir plasenta seperti bentuk bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah
kecuali sambungannya rapuh.

2. Insersi tali pusat Velamentous ® Tali pusat berinsersi ke dalam membran


agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran
mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya
untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada
penanganan aktif di kala tiga persalinan.

2.6 Pemotongan Tali Pusat

Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah
ke 26 sampai dengan 28 berikut ini :

a) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali
pusat.

b) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.

c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama.

d) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan


perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
(JNPKR, Depkes RI, 2004).

Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak
dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
2.7 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat
Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai
dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan
sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering
dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah
diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat
fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali
pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam
pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada
tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari ibu.

Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan
terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran
udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat
koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali
pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini
dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali pusat
dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi
yang dirawat di rumah sakit bakteri Streptococcus aureus adalah bakteri yang
sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril.
Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri
pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain Streptococcus
aerus, bakteri Escheseria colli juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.

Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh
keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi
infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal
sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih
menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya
abdomen pada kulit.

2.8 Perawatan Tali Pusat


Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga
sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :

o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.

o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membersihkan tali pusat.

o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya,
untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan
adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini,
Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus
dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.

o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga
menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan
longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian
pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.

2.9 Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat


Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera
setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan.
Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum
ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat
puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut
bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri
dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-


megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4
minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah
sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar
terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut
menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali
pusat.

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat

Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :

1. Timbulnya infeksi pada tali pusat ® disebabkan karena tindakan atau


perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali
pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat
dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.

2. Cara perawatan tali pusat ® penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada
tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.

3. Kelembaban tali pusat ® tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus ® Spora C. tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi
syarat kebersihan.

3.0 Lilitan tali pusat pada janin

Janin terlilit tali pusat, sebenarnya tidak begitu membahayakan. Tapi


kenyataannya ada janin meninggal saat persalinan karena terlilit tali pusat.
Menurut Dr. Nining Haniyanti, SpOG sebenarnya lilitan tali pusat di leher tidak
selalu membahayakan janin. Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar
20% dari persalinan normal. Sedangkan lilitan tali pusat dua kali di leher,
dijumpai pada 2,5% persalinan dan hanya 0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga
kali di leher.

ý Penyebab

Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya
tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai
timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga
panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan
penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya,
suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan
berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.
Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :

ü Usia kehamilan ® Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering
disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total.
Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan
bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami
kekurangan oksigen.

ü Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.

ü Panjangnya tali pusat ® dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat
bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat
berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap
kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak
terhambat.

ý Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :

Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

· Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian
terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu
dicurigai adanya lilitan tali pusat.

· Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah
dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu
dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.

· Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan


USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.

· Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat,
umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah
normal, terutama pada saat kontraksi rahim.

ý Penatalaksaan

Jika bayi terlilit tali pusat, maka harus segera diambil keputusan yang tepat
untuk tetap melanjutkan proses persalinan yaitu dengan memberikan oksigen
pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung
lama dan detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus
segera diakhiri dengan tindakan operasi Cesar.

Sebenarnya bantuan USG, hanya dapat melihat adanya gambaran tali pusat di
sekitar leher. Namun, tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat
tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya
lilitan. Dapat saja tali pusat tersebut hanya berjalan di samping leher bayi.
Namun, dengan USG berwarna (collor dopper) atau USG 3 dimensi, kita dapat
lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak di leher janin, serta
menilai erat tidaknya lilitan tersebut.

Struktur, Fungsi dan Sirkulasi Plasenta

Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari


lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu
untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu
sendiri selama kehidupan intrauterin. Keberhasilan janin untu hidup tergantung
atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan
alat pertukaran zat antara ibu dan anak atau sebaliknya. Jiwa anak tergantung
pada plasenta. Baik tidaknya anak tergantung pada baik burunya faal plasenta.

1. STRUKTUR PLASENTA

PEMBENTUKAN PLASENTA
· Pada minggu-minggu pertama perkembangan, jonjot-jonjot meliputi seluruh
permukaan korion.
· Dengan berlanjutnya kehamilan, jonjot pada kutub embrional terus tumbuh
dan meluas membentuk korion frondosum (korion berjonjot lebat seperti
semak-semak)
· Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi dan menjelang bulan
ketiga sisi korion ini menjadi halus dan disebut korion leave.
· Perbedaan pada kutub embrional dan abembrional korion juga dicerminkan
pada susunan desidua. Desidua di atas korion frondosum, desidua basalis,
sedangkan desidua diatas yang meliputi kutub abembrional disebut desidua
kapsularis. Dengan bertambahnya besar gelembung korion, lapisan ini menjadi
regang dan berdegenerasi.
· Selanjutnya, korion leave bersentuhan dengan dinding rahim pada sisi rahim
yang lain dan keduanya bersatu.
· Rongga rahim kemudian tertutup.
· Oleh karena itu, satu-satunya bagian korion yang ikut serta dalam proses
pertukaran adalah korion frondosum yang bersama dengan desidua basalis
membentuk plasenta.

SUSUNAN PLASENTA
Menjelang permulaan bulan keempat, plasenta mempunyai dua komponen :
a) Bagian janin dibentuk oleh korion frondosum dan vili
b) Bagian ibu dibentuk oleh desidua basalis.

BAGIAN JANIN / PERMUKAAN FETAL (FETAL PORTION)


· Pada sisi janin plasenta dibatasi oleh lempeng korion
· Pada daerah penyatuan, sel-sel trofoblas dan desidua saling bercampur baur.
Daerah ini ditandai dengan adanya sel raksasa desidua dan sinsitium serta kaya
akan zat mukopolisakarida amorf.
· Sebagian besra sel sitotrofoblas berdegenerasi.
· Antara lempeng korion dan lempeng desidua terdapat ruang antar jonjot yang
berisi darah ibu.
· Ruang-ruang ini berasal dari lakuna dalam sinsitotrofoblas dan dibatasi oleh
sinsitium yang berasal dari janin.
· Cabang-cabang jonjot tumbuh ke dalam danau-danau darah antar jonjot.

BAGIAN IBU / PERMUKAN MATERNAL (MATERNAL PORTION)


· Selama bulan keempat dan kelima, desidua membentuk sejumlah sekat yaitu
sekat desidua yang menonjol ke dalam ruang antar jonjot tetapi tidak mencapai
lempeng korion. Sekat-sekat ini mempunyai inti jaringan ibu, tetapi
permukaannya diliputi oleh selapis sel sinsitium sehingga selamanya selapis sel
sinsitium memisahkan darah ibu di dalam danau antar jonjot dari jaringan janin
pada jonjot.
· Sebagai akibat pembentukan sekat ini, plasenta terbagi dalam sejumlah
ruangan atau kotiledon. Oleh karena sekat desidua tidak mencapai lempeng
korion, hubungan antara ruang antar jonjot dalam berbagai kotiledon tetap
terpelihara.

Sebagai akibat berlanjutnya pertumbuhan janin dan pembesaran rahim,


plasenta juga membesar. Peningkatan luas permukaan secara kasar sebanding
dengan pembesaran rahim dan selama kehamilan, plasenta menutupi kira-kira
25 – 30 % permukaan dalam rahim. Peningkatan tebal plasenta diakibatkan oleh
terbentuknya kaki-kaki dari jonjot-jonjot yang sudah ada dan tidak disebabkan
oleh penembusan lebih lanjut ke dalam jaringan ibu.
Ciri-ciri permukaan fetal :
· Tediri dari vili.
· Mengahadap ke janin
· Warnanya keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion. Di bawah
amnion nampak pembuluh-pembuluh darah.

Ciri-ciri permukaan maternal :


· Terdiri dari desidua compacta dan sebagian desidua spongiosa yang kelak
ikut lepas dengan plasenta.
· Mengahadap ke dinding rahim
· Warnanya merah dan terbagi oleh celah-celah. Plasenta terdiri dari 16-20
kotiledon.
· Permukaannya kasar beralur-alur.

LETAK PLASENTA
Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan
bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi.

BENTUK DAN UKURAN PLASENTA


Plasenta berbentuk bundar atau oval. Ukuran diameter 15-20 cm, tebal 2-
3 cm dan beratnya 500-600 gram.
Biasanya plasenta akan terbentuk lengkap pada usia kehamilan kira-kira
16 minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
Meskipun ruang manion membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion,
namun amnion hanya menempel saja tidak sampai melekat pada korion.

TIPE-TIPE PLASENTA
· Menurut bentuknya :
1. plasenta normal
2. plasenta membranasea
3. plasenta suksenturiata
4. plasenta spuria
5. plasenta bilobus
6. plasenta trilobus
· Menurut perlekatan pada dinding rahim :
1. plasenta adhesiva
2. plasenta akreta
3. plasenta inkreta
4. plasenta perkreta

2. FUNGSI PLASENTA

· Nutrisasi
Plasenta sebagai alat nutritif. Penyaluran bahan nutrisi dari ibu ke janin
dengan jalan :
- Difusi air dan bahan yang larut dalam air, garam kalium dan natrium. Makin
besar berat jenis bahan makanan maka makin lambat terjadi difusi.
- Sistem enzimatik. Prinsip bahan tersebut dipecah dan selanjutnya disintesis
ke bentuk aslinya dalam bentuk vili korialis. Bahan yang mengalami proses
enzimatik :
a) Protein dipecah menjadi asam amino
a) Lemak dipecahA menjadi asam lemak
a) Hidrat arang dipecah menjadi glukosa
a) Glikogen dipecah menjadi fruktosa
a) Vitamin dipecah menjadi bentuk yang lebih kecil
a) Obat-obatan
- Pinositosis. Caranya seperti aktivitas amoben. Bahan tersebut adalah
imunoglobulin G dan albumin.

· Ekskresi
Ginjal, hati dan usus janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat
pembuanga. Sisa metabolisme akan dibuang melalui plasenta yang dapat
menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung.
Zat utama yang diekskresi adalah karbon dioksida ( CO 2 ). Bilirubin juga
diekskresi karena sel darah merah diganti relatif sering. Terdapat sedikit
pemecahan jaringan yang terpisah serta jumlah urea dan asam urat yang
diekskresi sangat sedikit.

· Respirasi
Dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin (F) yang memiliki
afinitas tinggi terhadap oksigen dan sebliknya mudah melepaskan karbon
dioksida melalui sistem difusi dalam plasenta. Dengan adanya perbedaan
afinitas tersebut, plasenta dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pernapasan.
Makin tua kehamilan, semakin tinggi konsentrasi adult hemoglobin (A) sebagai
persiapan bernapas melalui paru-paru pada saat kelahiran.

· Produksi
Hormon yang dikeluarkan oleh plasenta adalah :
Korionik gonadotropin
- Merangsang korpus luteum menjadi korpus luteum gravidarum sehingga
tetap mengeluarkan estrogen dan progesteron. Korpus luteum berfungsi samapai
plasenta sempurna.
- Bersifat khas kehamilan sehingga dapat dipakai sebagai hormon tes
kehamilan.
- Puncaknya tercapai pada hari ke- 60
- Setelah persalinan, dalam urin tidak dijumpai lagi.

b. Korionik somato-mammotropin
- Hormon untuk metabolisme protein
- Bersifat laktogenik dan luteotropik
- Menimbulkan pertumbuhan janin
- Mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak

c. Estrogen Plasenta
- Dalam bentuk estradiol, estriol dan estron.
- Pertumbuhan dan perkembangan otot rahim
- Retensi air dan garam
- Perkembangan tubulus payudara sebagai pengganti ASI
- Melaksanakan sintesis protein

d. Progesteron
- Permulaan hamil dibuat oleh korpus luteum dan plasenta.
- Penenang otot rahim selama hamil
- Bersama estrogen megaktifkan tubulus dan alveolus payudara.
- Menghalangi proses pematangan folikel de Graff sehingga tidak terjadi ovulasi
serta menghalangi pengeluaran LH.

· Imunisasi
Janin mempunyai kekebalan pasif sampai umur 4 bulan dan selanjutnya
kekebalan tersebut berkurang. Antibodi yang dibentuk ibu mellaui plasenta
menyebabkan bayi kebal terhadap infeksi. Antibodi disalurkan melalui ASI
sehingga kolostrum harus diberikan.

· Barrier
Sel trofoblas cukup kuat untuk bertindak sebagai barrier terhadap
beberapa bakteria atau virus. Demikian juga obat yang dapat membahayakan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalah rahim dihalangi masuk melalui
plasenta.

3. SIRKULASI PLASENTA

Darah janin, mengandung sedikit oksigen. Dipompa oleh jantung janin


menuju ke plasenta melalui arteri umbilikus dan diangkut sepanjang cabang ke
pembuluh darah kapiler vili korionik. Setelah membuang karbondioksida dan
menyerap oksigen, darah kembali ke janin melalui vena umbilikus.
Darah maternal diangkut ke dasar plasenta dalam desidua oleh arteri
spiralis dan mengalir ke dalam ruang darah di sekitar vili. Sirkulasi
retroplasentaer terjadi karena aliran darah arteri spiralis dengan tekanan 70
mmHg sampai 80 mmHg sedangkan tekanan darah pada vena di dasar desidua
basalis 20mmHg sampai 30mmHg. Diyakini bahwa arah aliran mirip mata air ;
darah mengalir ke atas dan membasahi vilus saat disirkulasikan di sekelilingnya
dan mengalir kembali ke dalam cabang-cabang vena uterin. Darah arteri
maternal kaya akan oksigen dan nutrien.

Darah janin dan maternal memiliki hubungan yang dekat, tetapi tidak
memiliki hubungan langsung. Perpindahan zat antara darah janin dan maternal
adalah melalui difusi, trasnpor aktif dan pinositosis.
Menjelang akhir kehamilan, plasenta memungkinkan antibodi maternal
memasuki sirkulasi janin. Antibodi memberikan imunitas pasif sementara pada
janin. Obat-obatan, alkohol, polutan lingkungan, virus dan agens penyebab
penyakit lainnya masuk dengan bebas dari suirkulasi maternal ke sirkulasi
janin.sebagian zat ini disebut teratogen atau agens yang dapat menyebabkan
defek lahir.

Menentukan Periode Kehamilan

Menghitung masa subur.


Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana
terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan
tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan
progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh
perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti:

1. Perubahan suhu basal tubuh.

2. Perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks).

3. Perubahan pada serviks.


4. Panjangnya siklus menstruasi (metode kalender).

5. Indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.

SAHABAT BIDAN harus tahu!


seorang laki-laki selalu dalam keadaan subur, sedangkan kesuburan
perempuan terjadi dalam suatu siklus.
Melalui pengalaman, fase subur dan fase tidak subur dalam siklus menstruasi
dapat dinilai secara akurat dan pengetahuan ini dapat digunakan untuk
merencanakan kehamilan dan menghindari kehamilan. Metode yang paling
efektif adalah dengan menggunakan pendekatan berbagai indikator biasanya
perubahan suhu yang dikombinasikan dengan perubahan lendir serviks.
Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan perubahan
hormonal dan status kesuburan secara akurat.
Selain suhu dan perubahan lendir serviks, ada beberapa cara yang bisa
digunakan untuk mengetahui masa subur wanita, yaitu: indikator perubahan
pada serviks, Metode Kalender, dan Indikator Minor Kesuburan.
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang
bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:

1. Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi.

2. Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum.

3. Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk


mendapatkan kehamilan.

4. Membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.

Dalam kesempatan ini, kita hanya akan membahas cara menentukan masa subur
melalui perubahan lendir serviks.
Perubahan lendir serviks dapat diamati melalui vulva (alat kelamin luar) dan
dicatat setiap hari. Perubahan lendir dapat juga diamati pada serviks dimana
lendir tersebut akan muncul sehari sebelum muncul di vulva. Perubahan ini
mungkin dikaburkan dengan adanya cairan sperma, spermisida atau infeksi
vagina.
Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes
dengan jari tangan.
Sensasi
Sensasi sangat penting dan sering merupakan hal tersulit untuk dipelajari. Ada
atau tidaknya lendir dikenali dengan sensasi pada vulva. Sensasi mungkin
merupakan rasa yang jelas tentang kering, lembab, lengket, basah, licin, atau
lubrikasi.
Penampakan
Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan basah dan bila ada
lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir dicatat,
mungkin berwarna putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat
pula pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah
berubah
Tes Jari
Tes ini dapat dilakukan pada lendir yang terdapat di atas tisu dengan cara
mengambil lendir tersebut dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari. Dengan
perlahan, jari telunjuk ditarik, untuk melihat elastisitas lendir. Lendir mungkin
elastis, atau mudah pecah, atau lembut, licin seperti putih telur yang mentah.
Elastisitas ini dikenal dengan nama efek Spin dan menunjukkan bahwa lendir
subur.
:: TES 1
Sensasi pada vulva: Lembab atau lengket.
Tes dengan jari:
Penampakan: Lendir awal sedikit tebal, putih lengket, dan cenderung berbentuk
tetap.
:: TES 2
Sensasi pada vulva: Basah
Tes dengan jari:
Penampakan: Lendir pada masa transisi jumlahnya meningkat, lebih tipis,
berawan, dan sedikit elastis.
:: TES 3
Sensasi pada vulva: Licin
Tes dengan jari:
Penampakan: Lendir dengan kesuburan tinggi jumlah banyak, tipis, transparan,
elastis (seperti putih telur yang mentah).
Pada pemeriksaan lendir serviks ini ada beberapa yang harus diingat:

1. Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada seorang perempuan dengan


perempuan lain dan pada satu siklus dengan siklus yang lain.

2. Setiap perubahan sensasi dan bahkan pada sejumlah kecil lendir harus
diperhatikan.

3. Jika menemukan kesulitan dalam mendeteksi lendir dari luar, kadang-


kadang lebih mudah dikenali setelah berolahraga atau setelah buang air
besar.

4. Kegel (gerakan mengerutkan otot panggul bagian bawah seperti menahan


kencing) juga kadang membantu pengeluaran lendir.

Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang
wanita sampai bayinya dilahirkan.Kehamilan terjadi ketika seorang wanita
melakukanhubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur dan sperma
pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Kehamilan
adalah suatu hal yang ditunggu-tunggu bagi pasangan suami isteri yang
mendambakan hadirnya seorang anak di keluarganya. Dengan hadirnya buah
hati, keluarga akan penuh dihiasi oleh gelak canda tawa anak, suara riang anak,
keluarga terasa semakin “hidup” dan yang terpenting keluarga terasa makin
lengkap. Namun, ada kalanya pasangan suami isteri merasa kecewa karena
kehamilan yang ditunggu-tunggu tidak jua kunjung datang. Sulitnya untuk
hamil tersebut sampai-sampai menimbulkan stress yang mendalam pada
pasangan suami isteri.
Banyak kendala yang membuat mereka sulit untuk mendapatkan kehamilan di
mulai dari masalah Kesuburan, tingkat psikologi mereka, disfungsi hormon, dll.
Namun ada kalanya kehamilan tidak mereka dapatkan karena mereka tidak tepat
melakukan hubungan seksual. Mereka tidak mengetahui, kapan wanita
memasuki masa subursehingga kesempatan untuk terjadi ovulasi semakin besar.

Masa subur sangat besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan
bagi yang ingin menunda kehamilan. Bagi yang menginginkan kehamilan, masa
subur bisa dijadikan patokan untuk melakukan hubungan seksual karena saat ini
ovulasi sedang terjadi sehingga kemungkinan hamil sangat besar.
Sedangkan bagi yang mau menunda kehamilan, masa subur merupakan masa
yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Banyak cara dan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kapan masa
subur tersebut, yaitu:

Sistem kalender.
Menentukan masa subur dengan menggunakan sistem kalender ada dua cara
yaitu :
Bagi yang siklus haidnya teratur, masa subur berlangsung 14 +/- 1 hari haid
berikutnya. Artinya masa subur berlangsung pada hari ke 13 sampai hari ke 15
sebelum tanggal haid yang akan datang.
Bagi yang siklus haidnya tidak teratur maka pertama tama harus dicatat panjang
siklus haid sekurang kurangnya selama 6 siklus. Dari jumlah hari pada siklus
terpanjang, dikurangi dengan 11 akan diperoleh hari subur terakhir dalam siklus
haid tersebut. Sedangkan dari jumlah hari pada siklus terpendek dikurangi 18,
diperoleh hari subur pertama dalam siklus haid tersebut. Misal : siklus
terpanjang = 31, sedangkan siklus terpendek = 26, maka masa subur dapat
dihitung, 31 – 11 = 20, dan 26 -18 = 8, jadi masa subur berlangsung pada hari
ke 8 sampai hari ke 20.
MENGHITUNG DAN MENENTUKAN MASA SUBUR
Ingin segera menimang momongan? Lakukan hubungan intim saat masa subur.
Berikut, berbagai cara menghitung masa subur.
Supaya hamil, harus ada sel telur yang siap dibuahi. Adanya sel telur ini
menunjukkan masa subur seorang wanita. Tetapi, bagaimana kita bisa
mengetahui masa subur tersebut agar tidak meleset, sehingga bisa terjadi
konsepsi (pembuahan)?
“Masa subur bisa diketahui dengan menghitung dari periode menstruasi,
perubahan lendir, dan perubahan suhu tubuh basal.”
Sebenarnya tak terlalu sukar untuk melacaknya sendiri. Hanya saja memerlukan
kecermatan. Yang juga tak kalah penting, mau bersabar agar diperoleh hasil
yang lebih akurat. Minimal, pelacakan ini dilakukan beberapa kali dalam
beberapa bulan.
SIKLUS HAID
Melacak masa subur bisa dilakukan melalui hitungan siklus haid/menstruasi.
Masa subur akan amat mudah terlacak jika haid kita selalu teratur setiap
bulannya. Siklus yang normal, terang Lastiko, berjalan antara 28-30 hari. Ada
pula ahli yang berpendapat, antara 22-35 hari. “Dengan demikian, sel telur
keluar pada pertengahan siklus, sekitar hari ke-14 sampai ke-16 dihitung dari
hari pertama menstruasi,” terang Lastiko.
Jadi, 3 hari sebelum hari ke-14 dan 3 hari setelah hari ke-16 adalah masa yang
memungkinkan bagi sel telur untuk dibuahi. Perhitungan ini berdasarkan
kemungkinan sel sperma yang bisa bertahan hidup sampai 72 jam sebelum
mencapai sel telur.
Siklus normal 28 hari, pertengahan siklusnya hari ke-14 (28: 2). Berarti masa
suburnya, tiga hari sebelum hari ke-14, yaitu hari ke-11 (14-3) dan tiga hari
setelah hari ke-14, yaitu hari ke-17 (14+3). Jadi, masa subur berlangsung antara
hari ke-11 sampai hari ke-17 (7 hari) dari suatu siklus wanita yang normal.
Misalnya, kita datang bulan pada tanggal 1. Nah, masa subur adalah tanggal 11
(14-3) sampai 19 (16+3) pada bulan tersebut.
Pada mereka yang haidnya tidak teratur (siklus kurang dari 28 hari), maka masa
subur diperhitungkan dari jadwal menstruasi yang akan datang. Umumnya sel
telur akan keluar pada 14 atau 16 hari sebelum haid yang berikut. Misalnya,
perkiraan menstruasi yang akan datang tanggal 18 Agustus. Diperkirakan sel
telur akan keluar pada tanggal 2 dan 4 Agustus (18-14 hari mundur = 4 Agustus,
dan 18-16 hari mundur = 2 Agustus). Berarti masa subur berlangsung antara 31
Juli (2 Agustus – 3 hari sebelum) sampai 7 Agustus (4 Agustus + 3 hari
sesudah).
Jika siklus haid sama sekali tidak teratur, diperlukan data siklus minimal 6 bulan
sampai setahun. Kemudian dihitung dengan memakai rumus Ogino Knouss.
Dicari siklus yang paling pendek berapa hari dan siklus paling panjang berapa
hari. Masa subur ditentukan berdasarkan siklus terpendek – 18, siklus
terpanjang – 11.
Contoh, siklus terpanjang 40 hari, siklus terpendek 28 hari. Maka, 40-11 = 29
dan 28-18 = 10. Jadi, perkiraan masa suburnya hari ke-10 dihitung sejak
menstruasi pertama sampai hari ke-29. Masa suburnya memang menjadi lebih
panjang, tetapi tidak bisa diperkirakan kepastian yang paling mendekati. Ini
disebabkan menstruasi yang kacau sehingga sulit diketahui, kapan persisnya
perkiraan keluarnya sel telur.
Seorang wanita yang siklus menstruasinya kacau sebaiknya memeriksakan diri
ke dokter untuk mencari penyebab dan melakukan pengobatan. Dengan
demikian, bisa diketahui masa suburnya.
GETAH LENDIR SERVIKS
Masa subur juga bisa diketahui lewat pemeriksaan getah lendir (mukus) mulut
rahim (serviks). Ini pun dapat kita lakukan sendiri. Caranya, lendir dari mulut
rahim diperiksa setiap hari.
Pada masa subur terjadi perubahan yang bersifat spinbarkeit. Lendir lentur,
tidak terputus jika dipegang, dan lengket seperti agar-agar.
Kalau mau lebih pasti, lendir ini bisa diperiksa ahli pada objek gelas dibawah
mikroskop. Lendir yang terjadi pada masa subur, akan terlihat berbentuk seperti
daun pakis.
UKUR SUHU
Cara lain yang bisa ditempuh adalah mengukur suhu tubuh basal. Saat ovulasi,
sel telur dilontarkan dari kantung yang matang. Selanjutnya, tempat asal sel
telur tadi (korpus luteum) memproduksi hormon progesteron yang bertugas
menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.
Terbentuknya progesteron ini mengakibatkan kenaikan suhu tubuh.
Lakukan pengukuran suhu badan pada pagi hari setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktivitas apa pun, seperti turun dari tempat tidur, ke kamar
mandi, makan, atau minum. Kerjakan setiap hari pada jam yang sama selama
tiga bulan. Gunakan termometer yang dimasukkan ke dalam mulut atau dubur
(bukan yang dijepit di ketiak). Letakkan termometer di bawah lidah selama 5-6
menit. Tutup mulut selama pengukuran berlangsung. Catatlah perubahan suhu
yang terjadi setiap hari. Jangan lupa untuk menghubungkan catatan hari ini
dengan hari-hari berikutnya, sehingga membentuk kurva.
Pada saat ovulasi, akan terlihat, mula-mula grafik turun sedikit dari perhitungan
hari sebelumnya. Kemudian akan naik dengan beda paling sedikit dua derajat
celcius. Kalau sudah naik, kurva akan tetap di atas, tidak akan turun lagi.
Suhu normal tubuh biasanya 35,5 – 36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi suhu
akan turun dulu dan naik bisa mencapai 37-38 derajat dan tidak akan kembali
pada suhu 35 derajat. Pada waktu perubahan itulah terjadi masa subur. Kondisi
kenaikan suhu tubuh ini akan terus terjadi sekitar 3-4 hari.
Kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat karena produksi progesteron
menurun, sehingga suhu tubuh pun turun. Dan akhirnya kembali pada suhu
tubuh normal, seperti sebelum menstruasi terjadi.
Bila pada grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
bisa berarti tidak terjadi masa subur karena tidak adanya korpus leteum yang
akan memproduksi progesteron. Ini juga berarti tidak akan terjadi kenaikan
suhu tubuh.
Sebaliknya, jika kenaikan suhu tubuh terus berlangsung setelah masa subur,
pertanda dimulainya kehamilan. Karena jika sel telur berhasil dibuahi, berarti
korpus leteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Dengan demikian,
suhu tubuh pun tetap tinggi.
Syarat menentukan masa subur dengan pengukuran suhu tubuh adalah dalam 3
bulan, suhu tubuh tidak dalam keadaan demam, tidak tidur di dekat lampu yang
sangat panas, atau dengan AC yang sangat dingin. “Kalau suhu badan kacau,
susah mengukurnya dan pemeriksaan pun gagal,” kata Lastiko.
LEWAT USG
Sekarang ini, lewat pemeriksaan USG secara serial, bisa diketahui masa subur
seorang wanita. Caranya dengan melihat kelenjar telur, perkembangan
terjadinya sel telur sampai sel telur tersebut matang dan hendak keluar (ovulasi).
Cara ini bisa dimanfaatkan oleh wanita yang mengalami siklus menstruasi yang
tidak teratur.
Dengan pemeriksaan USG secara serial 2-3 hari dapat diukur siklus haidnya,
tanggalan haid, dan tanggalan timbul ovulasi. “Perkembangan ini akan terus
dipantau. Dari mulai sel telur terbentuk hingga menghilang.” Nah, jika sudah
diperoleh saat terjadinya ovulasi, segera dilakukan pencatatan pada hari ke
berapa masa subur itu terjadi, dihitung dari hari pertama menstruasi.

Faktor Pendukung Kehamilan


Setiap kelainan yang terjadi pada organ reproduksi wanita harus diwaspadai.
Sebab, setiap kelainan akan berpengaruh pada terjadinya ovulasi.

* Infeksi

Infeksi atau peradangan (yang sudah lalu, kronis, dan sedang berlangsung) yang
merusak indung telur dan tuba Fallopi berpengaruh pada kelangsungan
pertemuan sel sperma dengan sel telur. Jika saluran tersumbat, sperma tidak bisa
mencapai sel telur. Pertemuan yang normal terjadi pada bagian yang
menggelembung (Ampula) dari tuba Fallopi.
* Sel Telur

Sel telur mempengaruhi kesuburan. Ovulasi terjadi kalau kelenjar telur


berfungsi dengan baik. Jadi, jika ada kelainan akan menganggu sel telur
tersebut, seperti adanya kista, endometriosis, atau tumor.

* Ketidakseimbangan Hormon

Ketidakseimbangan hormon dapat mencegah terjadinya pelepasan sel telur


secara teratur atau berpengaruh pada produksi hormon (progesteron). Salah
satunya, pengaruh hormon hipopysa (terletak di kelenjar bawah otak) yang
mampu merangsang kematangan sel telur. Jika terdapat tumor di kelenjar
hipopysa, stimulasi pertumbuhan telur tak terjadi dan berakibat produksi sel
telur terganggu.

* Getah Serviks

Kehamilan pun sulit dicapai jika lendir atau getah serviks mengandung zat
antibodi atau anti-imun, zat penolak sperma. Setiap kali sperma masuk, badan
membuat zat antinya. Keadaan ini bisa dilihat dengan melakukan uji pasca
sanggama. Getah lendir diambil usai terjadi sanggama. Lendir yang
mengandung antibodi mengakibatkan banyak sperma mati dan tidak bergerak.

* Kerusakan Struktural

Rahim (uterus) yang menjadi tempat janin tumbuh harus dalam keadaan normal
dan sehat. Kehamilan sulit dicapai apabila terdapat cacat uterus karena infeksi,
permukaan yang abnormal, fibroid (tumor jinak), tumor ganas (kanker), dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai