Anda di halaman 1dari 8

KORION DAN AMNION

Definisi korion dan amion


Korion adalah salah satu membran yang ada selama kehamilan antara janin dan ibu.
Korion ini dibentuk oleh mesoderm ekstraembrionik dan dua lapisan trofoblas. Korion
mengelilingi embrio dan membran lainnya. Vili korionik muncul dari korion, menyelusup ke
dalam endometrium, dan memungkinkan transfer nutrisi dari darah ibu ke darah janin.6
Amnion adalah membran pembentuk kantung ketuban yang mengelilingi dan
melindungi embrio. Pada reptil, burung, dan mamalia, disebut "Amniota", tapi pada amfibi
dan ikan (Ichthyopsida), disebut "Anamniota". Peran utamanya adalah melindungi
perkembangan embrio. Amnion berasal dari mesoderm somatik ekstraembrionik pada sisi
luarnya dan ektoderm ekstraembrionik pada sisi dalamnya.6
Dalam perkembangan embrio manusia, tahap-tahap awal pembentukan amnion belum
diamati secara terperinci, tapi pada embrio yang paling muda telah dipelajari bahwa amnion
sudah hadir sebagai kantung tertutup, dan muncul di dalam sel-massa sebagai rongga.
Rongga ini beratapkan strata tunggal pipih, sel ectodermal, ektoderm ketuban, dan lantai
yang terdiri dari ektoderm prismatik dari disk-kontinuitas embrio, antara atap dan lantai yang
membentuk disk embrio. Di luar ektoderm ketuban terdapat lapisan tipis mesoderm, yang
menyambung ke somatopleure dan dihubungkan oleh tangkai tubuh-dengan lapisan
mesodermal dari korion.5
Ketika pertama kali dibentuk, amnion menempel dengan tubuh embrio, tetapi pada
minggu keempat atau kelima cairan (cairan amnion) mulai menumpuk di dalamnya. Lapisan
amnion meningkatkan jumlah cairan dan meluaskan rongga amnion dan akhirnya menyentuh
permukaan dalam korion, sehingga bagian ekstra-embrio coelom tersebut berangsur-angsur
lenyap. Jumlah cairan amnion meningkat sampai dengan bulan keenam atau ketujuh
kehamilan, setelah itu berkurang sedikit, pada akhir kehamilan jumlah cairan mencapai
sekitar 1 liter.5
Cairan ketuban memungkinkan gerakan bebas dari janin selama tahap-tahap akhir
kehamilan, dan juga melindungi dengan mengurangi risiko cedera dari luar. Cairan ini berisi
padatan kurang dari 2 persen, yang terdiri dari urea dan ekstraktif lainnya, garam anorganik,

sejumlah kecil protein dan gula. Bahwa beberapa cairan amnion ditelan oleh janin dibuktikan
oleh fakta bahwa sisa-sisa epidermal dan rambut telah ditemukan di antara isi saluran
pencernaan janin.5

Anatomi korion dan amnion

Gambar 1. Anatomi Amnion


Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam
selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang berasal dari
ectoderm. Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial dan mengandung kolagen I,
III, dan IV. Bagian luar dari selaput ialah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm.
Lapisan amnion ini berhubungan dengan korion Laeve.4
Selaput amnion juga meliputi tali pusat. Sebagian cairan berasal dari difusi pada tali
pusat. Pada kehamilan kembar dikorionik-diamniotik terdapat selaput amnion dari masingmasing yang kemudian bersatu. Namun, ada jaringan koroin leave di tengahnya (pada USG
tampak sebagai huruf Y, pada awal kehamilan); sedangkan pada kehamilan kembar dikorion

monoamniotik (kembar satu telur) tidak akan ada jaringan korion di antara kedua amnion
(pada USG tampak gambaran huruf T).4
Pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada perokok dan infeksi
terjadi pelemahan pada pada ketahanan selaput sehingga pecah. Pada kehamilan normal
kadang ditemukan sedikit makrofag. Pada saat persalinan, leukosit akan masuk kedalam
cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL-1B,
tetapi pada persalinan pretem IL-1B akan ditemukan. Dikarenakan terjadinya infeksi.4
Amnion berkembang dari delaminasi sitotrofoblas sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan ovum normal atau pada dasarnya berkembang sebagai ekstensi dari ekstoderm
janin. Dimulai sebagai vesikel kecil, amnion berkembang menjadi sebuah kantong kecil yang
menutupi permukaan dorsal embrio. Ketika amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini
meliputi embrio yang sedang berkembang yang akan prolaps kerongganya. Distensi kantong
amnion akhirnya mengakibatkan kantong tersebut menempel dengan bagian interior korion.
Amnion dan korion, walaupun menempel tidak pernah berhubungan erat dan biasanya dapat
dipisahkan dengan mudah bahkan pada waktu aterm. Amnion normal mempunyai tebal 0,020,5 mm. Volume rata-rata yaitu 1 liter, banyaknya dapat berbeda-beda, pada minggu ke-36
banyaknya 1030 cc, minggu ke-40 banyaknya 790 cc dan pada minggu ke-43 sudah
berkurang menjadi 240 cc. Jika banyaknya lebih dari 2 liter dinamakan Polyhidramnion atau
Hidramnion kalau terlalu sedikit kurang dari 500 cc disebut Oligohidramnion. Cairan amnion
merupakan bantalan bagi fetus akibat trauma dengan memperhalus dan menghilangkan
kekuatan benturan dan memungkinkan pergerakan yang bebas bagi perkembangan sistem
muskuloskeletal. Cairan amnion yang normalnya berwarna putih, akan menjadi agak keruh
lalu berkumpul di dalam rongga amnion kemudian jumlahnya bertambah banyak selama
kehamilan lanjut sampai mendekati aterm dan normalnya akan berkurang pada saat aterm.
Cairan amnion reaksinya alkalis dengan BJ 1.008, komposisinya terdiri dari 99 % air, sisanya
albumin, urea, asam urea, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam
organik. Secara makroskopis berbau amis, adanya lanugo, rambut, dan verniks kaseosa,
bercampur mekonium. Secara mikroskopis terdapat lanugo dan rambut, melalui pemeriksaan
laboratorium dapat dilihat kadar urea (ureum) lebih rendah dibanding dengan air kencing. 5

Pembentukan korion dan amnion

Ketika morula masuk ke dalam ruang uterus, cairan mulai penetrasi melewati zona
pelusida ke dalam ruang interselular, cairan menjadi confluent dan membuat satu ruang di
dalam yang disebut blastocele. Saat ini embrio dikenal sebagai blastocyst. Sel yang berada di
dalam blastocyst disebut embryoblast yang terletak pada satu kutub, dan sel yang ada di luar
disebut trofoblast.5

Gambar 2. Anatomi embrio hari ke-8

Mencapai umur embrio hari ke 8, blastocyst telah menempel sebagian pada stroma
endometrium. Trofoblast kemudian berdiferensiasi menjadi 2 lapis: (1) lapisan dalam adalah
sel mononukleus yang disebut cytotrofoblast dan (2) lapisan luar dengan sel multinukleus
yang disebut sinsitiotrofoblast.5
Embrioblast juga berdiferensiasi menjadi 2 lapis: (1) lapisan dengan sel kuboid yang
masuk ke dalam kavitas blastocyst, yang dikenal sebagai lapisan hypoblast, dan (2) lapisan
dengan sel silindris yang berada pada kavitas amnion yang disebut lapisan epiblast. Sel
epiblas yang masuk ke dalam cytotrofoblast disebut amnioblast, bersama dengan epiblast,
mereka membentuk ruang amnion. 5

Gambar 3. Anatomi embrio hari ke 11 dan 12


Pada hari 11 dan 12, populasi sel baru mulai terbentuk diantara permukaan dalam
cytotrofoblast dan lapisan luar kavitas eksokoelomik. Sel-sel ini berasal dari sel yolk sac,
membentuk jaringan konektif yang disebut ekstraembrionik mesoderm, yang kemudian akan
mengisi ruang antara bagian luar trofoblas dan amnion serta bagian dalam membrane
eksokoelomik. Sesaat kemudian, akan terbentuk ruang yang besar pada ekstraembrionik
mesoderm, dan ketika confluent, mereka membentuk ruang baru yang disebut ruang
ekstraembrionik atau ruang korion. 5

Gambar 4. Anatomi embrio hari ke 13


Pada hari ke 13, hipoblast memproduksi sel yang bermigrasi di membrane
eksokoelomik. Kemudian sel ini berproliferasi dan bertahap membentuk ruang baru yang
disebut secondary yolk sac atau definitive yolk sac. Ketika masa pembentukannya, sebagian
besar ruang eksokoelomik terpisahkan dan biasanya ditemukan di dalam ruang korion. Pada

waktu yang sama, ekstraembrionik coelom meluas, dan membentuk ruang, yaitu ruang
korion. Mesoderm ekstraembrionik yang berada di dalam cytotrofoblast kemudian disebut
korion plate. Satu-satunya daerah dimana mesoderm ekstraembrionik dapat berhubungan
dengan ruang korion adalah melewati stalk penghubung (connecting stalk). Yang kemudian
berkembang menjadi pembuluh darah, dan stalk akan menjadi tali pusat. 5

Gambar 5.

Pada minggu pertama perkembangannya, vili menutupi seluruh permukaan korion.


Ketika kehamilan berlanjut, vili dari kutub embrionik tumbuh dan meluas sehingga
membentuk korion frondosum (bushy chorion). Vili pada kutub abembrionik berdegenerasi,
dan menginjak usia kehamilan 3 bulan, daerah korion ini disebut chorion leave, yang halus.
Perkembangan selanjutnya, chorion leave ini akan bersentuhan dengan dinding uterus di sisi
baliknya uterus, dan kemudian keduanya akan berfusi / menyatu. Korion frondosum bersama
dengan desidua basalis akan membentuk plasenta. Sedangkan penyatuan antara amnion dan
korion akan membentuk membrane amniokorionik yang akan mengisi ruang korion. 5
Ruang amnion diisi oleh cairan jernih yang diproduksi oleh sel amnion tapi
dipengaruhi terutama dari darah ibu. Jumlah cairan meningkat dari 30 mL pada 10 minggu

pertama sampai mencapai 450 mL pada umur 20 minggu, kemudian 800 sampai 1000 mL
pada minggu ke 37. Pada kehamilan bulan pertama, embrio ditahan oleh tali pusat yang
berada pada cairan ini, sehingga melindunginya dari trauma. Volume cairan amnion
tergantikan setiap 3 jam. Pada awal bulan ke 5, fetus dapat menelan cairan amnion dan
diperkirakan dapat minum sampai 400mL perhari, sekitar setengah dari jumlah total. Urine
dari fetus menambah volume cairan amnion setiap harinya pada bulan ke 5 kehamilannya,
tapi urinnya hanya terdiri dari air, karena placenta yang akan berfungsi sebagai pertukaran
sisa metabolisme. 5

Fungsi korion dan amnion


Amnion jelas lebih dari sekedar membrane avaskular yang berfungsi menampung
cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis, terlibat dalam transport air dan zat
terlarut untuk mempertahankan homeostasis cairan aminion, dan menghasilkan berbagai
senyawa bioaktif menarik, termasuk peptide vasoaktif, factor pertumbuhan, dan sitokin.
Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfer cairan dan
metabolic. Lapisan ini menghasilkan zat penghambat metalloproteinase-1.6
Sel mesenkim itu, jaringan tersebut menghasilkan sitokin IL-6, IL-8, MCP-1 (monosit
chemoattraciant protein-1); zat ini bermanfaat untuk melawan bakteri. Disamping itu, selaput
amnion menghasilkan zat vasoaktif: endotelin-1 (vasokonstriktot), dan PHRP (parathyroid
hormone related protein), suatu vasorelaksan. Dengan demikian selaput amnion mengatur
peredaran darah dan tonus pembuluh lokal.4
Sejak awal kehamilan cairan amnion telah dibetuk. Cairan amnion merupakan
pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar
natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar di cairan
amnion merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan amnion mengandung banyak sel janin
(lanugo, verniks kaseosa). Fungsi cairan amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri
karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.4

Fungsi cairan amnion antara lain memungkinkan anak bergerak dengan bebas dan
tumbuh dengan optimal kesegala jurusan karena tekanan pada anak sama pada semua
bagiannya. Hal ini sangat penting karena seandainya anak tertekan oleh organ sekitarnya
maka pertumbuhan akan terganggu. Selain itu juga untuk melindungi anak terhadap pukulanpukulan dari luar dan ibu terhadap gerakan-gerakan anak. Jika cairan berkurang pergerakan
anak dirasakan nyeri oleh ibu. Kemudian mempertahankan suhu yang tetap bagi anak.
Mencegah terjadinya perlengketan. Waktu persalinan cairan amnion dapat membuka servik
dengan mendorong selaput janin kedalam ostium uteri. Bagian selaput anak yang diatas
ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban dan membuka servik pada saat
persalinan.

DAFTAR PUSTAKA
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, 2010. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
5. Sadler, T.W. Langmans Medical Embryology, 12 nd. 2012: chapter 8. Baltimore,
Maryland: Lippincott Williams & Wilkins
6. Cunningham, F.Gary. Obstetri Williams, 21 nd. Vol 2. 2005. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai