Anda di halaman 1dari 5

LAPISAN KORION, ALANTOIS DAN AMNION PADA MANUSIA

NAMA : TAZKIA AMALIA


NIM : 2224170043
KELAS : 6A

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
LAPISAN KORION, ALANTOIS DAN AMNION PADA MANUSIA

Selaput ekstra embrionik merupakan beberapa selaput yang terbentuk pada


masa perkembangan embrio yang berasal dari tubuh embrio, namun terletak di luar
tubuh embrio. Selaput ekstra embrionik ini memiliki fungsi secara umum sebagai
media perantara zat dan sebagai pelindung embrio. Selaput ekstra embrionik terdiri
dari empat macam yaitu kantung kuning telur (yolk sac), amnion, korion dan alantois.
Pada fase embriologi amnion dan korion terbentuk dari lapisan ectoderm dan
mesoderm somatic (somatopleura) sedangkan kantung kuning telur dan alantois pada
masa embriologi terbentuk dari lapisan endonderm dan mesoderm splankis
(spanknopleura) (Pratiwi, et al., 2019).
Perkembangan selaput ekstra embrionik :
1. Amnion dan korion
Perkembangan amnion dan korion dimulai setelah proses gastrulasi dan neurolasi
dengan pembentukan lekukan somatopleura mesoderm dan ectoderm. Perlekukan
ini disebut sebagai amniotic folds. Bagian dalam lapisan somatopleura
berkembang menjadi amnion, sedangkan bagian lapisan luarnya menjadi korion.
Ruang diantara amnion dan embrio disebut amniotic cavity (kantong amnion),
sedangkan diantara amnion dan khorion disebut dengan chorionic cavity atau
extra embryonic coelom.
Didalam kantong amnion terdapat cairan amnion yang berfungsi menjaga
perkembangan embrio dari syok. Menjaga temperature agar tetap stabil, menjaga
dari adesi bagian fetus dengan kantung amnion.
2. Alantois
Alantois berkembang dari hindgut sebagai kantung kecil dan kemudian
berkembang dan tumbuh sebagai membrane ekstraembrionik yang mengelilingi
embrio di luar amnion. Pada mamalia, garis alantois berfusi dengan mesoderm
dari korion untuk membentuk allantochorion yang akan berkembang membentuk
sistem pembuluh darah.
(Pratiwi, et al., 2019).

Amnion
Merupakan selaput ekstra embrionik yang menyelubungi embrio (embrio di
dalam rongga amnion yang berisi cairan amnion). Amnion sebagai salah satu bagian
dari selaput ekstra embrionik terdiri dari 2 bagian yaitu kantung amnion dan cairan
amnion. Kantung amnion berfungsi mencegah embrio kering, mencegah perlekatan
embrio pada selaput ekstra embrionik, meredam guncangan. Cairan amnion yang
terletak di dalam kantung amnion akan bertambah volumenya sesuai dengan umur
kebuntingan, kecuali saat bunting tua. Cairan amnion berfungsi untuk membantu
melebarkan leher rahim dan melumasi jalan lahir (Pratiwi, et al., 2019).
Rongga amnion terisi dengan cairan jernih encer (air ketuban) yang sebagian
dihasilkan oleh sel-sel amnion meskipun sebagian besar berasal dari darah ibu.
Jumlah cairan bertambah dari sekitar 30 ml pada usia kehamilan 10 minggu menjadi
450 ml pada usia kehamilan 20 minggu hingga 800-1.000 ml pada usia kehamilan 37
minggu. Selama bulanbulan awal kehamilan, mudigah tergantung oleh tali pusat di
dalam cairan ini, yang berperan sebagai bantalan pelindung. Cairan ini berfungsi:
(1) meredam guncangan, (2) mencegah melekatnya mudigah ke amnion, dan (3)
memungkinkan janin bergerak. Volume cairan amnion diganti setiap 3 jam. Dan awal
bulan kelima, janin menelan cairan amnionnya sendiri, dan diperkirakan janin
menelan sekitar 400 ml cairan setiap hari, sekitar separuh dari jumlah total cairan
amnion (Sadler, 2012).

Korion
Merupakan selaput ekstra embrionik yang terletak pada bagian paling luar.
Korion berfungsi untuk membawa bahan- bahan berupa gas masuk ke peredaran
darah fetus serta mencegah masuknya bakteri. Pada mamalia, korion fetus
berhubungan dengan endometrium induk membentuk plasenta. Pada mamalia korion
memiliki vili-vili untuk memperluas daerah perlekatan dengan endometrium induk
dan kaya akan pembuluh darah untuk melakukan pertukaran darah dengan induk
(Pratiwi, et al., 2019). Pada minggu-minggu awal perkembangan, vilus menutupi
seluruh permukaan korion. Seiring dengan kemajuan kehamilan vilus di kutub
embrional terus tumbuh dan meluas, membentuk korion frondosum (semak korion).
Vilus di kutub abembrional mengalami degenerasi, dan pada bulan ketiga, sisi korion
ini, kini dikenal sebagai korion laeve, yang tampak licin (Sadler, 2012).

Alantois
Alantois terbentuk dari evaginasi entro-median usus belakang yang terbentuk
seperti kantung. Pada manusia, alantois tidak berkembang. Alantois yang tidak
berkembang akan rudimenter dan menjadi bagian umbilical cord (seperti yang terjadi
pada kuning telur). Alantois berfungsi sebagai kantung urin ekstra embrionik, sebagai
paru-paru ekstra embrionik (Pratiwi, et al., 2019).

Gambar 1. Hubungan selaput janin dengan dinding uterus. A. Akhir bulan kedua.
Perhatikan yolk sac di dalam rongga korion antara amnion dan korion. Di
kutub abembrional, vilus telah lenyap (korion laeve). B. Akhir bulan
ketiga. Amnion dan korion telah menyatu, dan rongga uterus lenyap karena
menyatunya korion laeve dan desidua parietalis.
(Sadler, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, H., A. Firmawati & Herawati. (2019). Embriologi Hewan. Malang: UB


Press.
Sadler, T.W. (2012). Langman’s Medical Embryology. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai