PERKEMBANGAN HEWAN
Makalah ini dibuat untuk mengampu tugas mata kuliah Perkembangan Hewan
Disusun Oleh :
Sukamah (1301145104)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembentukan
Sistem Embrionik” dengan tepat waktu.Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini, dapat membantu pembaca untuk
memahami mengenai materiPembentukan Sistem Embrionik pada Perkembangan Hewan dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Pada akhirnya, kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan dan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Hewan dikelompokkan menjadi hewan Anamniota yaitu hewan yang tidak
mempunyai selaput embrio contohnya ikan & amphibia dan hewan Amniota yaitu
hewan yang mempunyai selaput embrio contohnya reptilia, unggas, dan mamalia.
Terdapat empat macam selaput ekstraembrio yakni amnion, kantung yolk, korion
dan alantois. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara selaput embrio yang
dimiliki unggas dan mamalia. Bahkan, antara beberapa hewan mamalia pun terjadi
pula beberapa perbedaan,misalnya kamtung alantois babi berbeda dengan alantois
manusia, karena dalam perkembangannya alantois manusia tidak lagi berupa
kantung.
Pada unggas, kantung yolk berisi kuning telur serta erat kaitannya
dengan nutrisi embrio. Knatung yolk adalah selaput ekstraembrio yang
dibentuk paling awal. Selaput embrio ini dibangun oleh splanknopleura
dengan endoderm di sebelah dalam dan mesoderm aplanknik di luarnya.
Endoderm kantung yolk berasal dari hipoblas, sedangkan mesodermnya
merupakan penyebaran dari mesoderm yang bermigrasi lewat alur primitif.
Mula-mula seperti halnya amnion, kantung yolk tidak tampak sebagai
kantung yang terpisah dari bagian intraembrio,melainkan merupakan bagian
splanknopleura ekstraembrio yang menyebar diatas yolk, dan menyerupai
penutup dari yolk, dan menyerupai penutup dari yolk. Selanjutnya, pada
splanknopleura di bagian anterior (sebetulnya simultan dengan pembentukan
lipatan kepala amnion), terjadi lipatan yang disebut usus depan. Demikian,
arkenteron yang semula hanya mempunyai dinding selular di bagian dorsal
(atap) dan masih beralas yolk, sekarang pada wilayah usus depan telah
memiliki dinding dan alas yang selular (splanknopleura)
Keadaan yang serupa akan terjadi pada wilayah usus belakang. Usus
depan akan bertambah panjang ke arah posterior, sedangkan usus belakang
yang terjadi oleh adanya pelipatan di bagian posterior akan bergerak
memanjang ke anterior. Bagian arkenteron yang masih terbuka, di antara usus
depan dan usus belakang di sebut usus tengah yang masih berhubungan
dengan yolk.
Usus tengah berbatasan dengan usus depan pada porta usus depan dan
dengan usus belakang pada porta usus belakang. Usus tengah makin
menyempit karena perlipatan usus depan dan usus belakang bertambah
panjang, masing-masing bergerak ke posterior dan ke anterior, akhirnya
terdapat tangkai yolk yang merupakan pangkal kantong yolk, penghubung
usus tengah dengan kantung yolk.
2. Amnion
Amnion adalah selaput embrio yang langsung membungkus
embrio,berupa kantung yang tipis berisi cairan amnion, dam embrio dapat
bebas bergerak di dalamnya. Lapisan penyusun amnion ialah somatopleura
dengan ektoderm di bagian dalam dan mesoderm somatik di luar.
Pembentukan amnion sejalan dengan tepisahnya bagian intraembriodari
bagian ekstraembrio.
Mula-mula terjadi pelipatan somatopleura di bagian kepala (lipatan
kepala) yang menyebabkan bakal kepala itu terangkat dari blastoderm
sehingga terbentuk suatu kantung di bawahnya yakni kantung subsefal
Dengan demikian, bagian intraembrio yaitu bakal kepala mulai terpisah
dari bagian ekstraembrio. Bagian anterior somatopleura yang berhubungan
dengan lipatan kepala, melipat pula (lipatan kepala amnion) ke arah dorsal
lipatan kepala dan kemudian akan bergerak ke posterior. Lipatan kepala
amnion tampak mulai membungkus embrio, demikian pula dengan lipatan
tubuh lateral amnion yang bersamaan dengan terjainyalipatan tbuh lateral, dan
sejalan dengan pemisahan bakal tbuh (intraembio) dari bagian estraembrio.
Selanjutnya, terbentuk lipatan ekor amnion yang juga berkelanjutan dengan
ipatan lateral amnion bagian posterior, bersamaan dengan terbentuknya lipatan
ekor atau bakal ekor (intraembrio) yang terpisah dari bagian ekstraembrio.
Kantung di bawah lipatan ekor adalah kantung subkaudal.
Lipatan kepala amnion akan bergerak ke posterior, sedangkan lipatan ekor
amnion bergerak ke anterior. Akibatnya semua lipatan amnion itu bertemu di
bagian dorsoposterior dan membungkus seluruh embrio. Mula-mula masih
terlihat lubang yang dibatasi oleh lipatan-lipatan amnion itu, tetapi kemudian
lubang itu akan menutup. Dimulai sejak terjadi lipatan kepala amnion sampai
semua lipatan bertemu, selalu terdapat dua lapisan somatopleura.
Lapisan luar melipat berlawanan dengan amnion dan membentuk korion
atau serosa, yaitu selaput embrio terluar. Somatopleura penyusun korion
berlawanan dengan penyusun amnion, sehingga disebut juga sebagai amnion
palsu (false amnion). Serosa dengan amnion untuk sementara masih
berhubungan di tempat pertemuan lipatan-lipatan amnion yang disebut
seroamniotic (choriamniotic) raphe, yang kemudian akan hilang sehingga
serosa menjadi terpisah dari amnion dan menjadi selaput pembungkus embrio
yang terluar. Rongga di antara amnion dengan korion adalah rongga
korionamnion yang juga sama dengan coelom estraembrio.
Rongga ini akan didesak oleh pertumbuhan amnion. Fungsi amnion dan
cairannya selain untuk membungkus embrio serta memberi kebebasan
bergerak kepada embrio, juga sebagai penawar guncangan , antiadhesi, dan
penawar suhu. Cairan amnion selain mengandung air, juga berisi sel-sel
epidermis yang terkelupas, sejumlah kecil leukosit, dan berbagai elektrolit dari
berbagai garam organik dan anorganik.
3. Korion
korion di bentuk dari somatopleura bersamaan dengan pembentukan
amnion, karena itu sebagian sudah di bahas dalam uraian mengenai amnion.
Lapisan penyusun korion, oleh adanya pelipatan yang berlawanan, akan
memiliki susunan lapisan lembaga kembalikan dari amnion, yakni ektoderm
diluar, msoderm somatik di dalam.
Sebagai selaput embrio terluar korion akan berada di bawah selaput
cangkang dan cangkang kapur telur. Fungsi penting korion pada tahap lanjut
perkembang embrio unggas di antaranya ialah menyerap ion dari cangkang
kapur dan mendistribusikannya untuk pembentukan rangka (tulang) embrio
melalui pembuluh-pembuluh darah alantois.
4. Alantois
Alantois muncul sebagai di vertikulum ventral usus belakang segera
setelah usus belakang di bentuk. Oelh karena itu, lapisannya adalah
splanknopleura dengan susunan lapisan lembaga yang sama dengan kantong
yolk. Bagian proksimal alantois membentuk tangkai alantois yang pangkalnya
akan tetap berada di dalam tubuh embrio.
Bagian distal alantois membentukkantong alantois yang tumbuh
membesar kedalam coelom ekstaembrio hampir memenuhi seluruh rongga
telur dan berada tepat di bawah korion. Embrio umur 4-5 hari yang bertumpu
di atas kantong yolk setelah di keluarkan dari cangkang kapur, semua selaput
embrio kecuali korion yang mungkin masih sangat berdekatan dengan amnion
atau tertinggal bersama cangkang telur.
Mesoderm splanknikalantois bersatu dengan mesoderm somatik korion
dan mejadi membran korioalantois tempat terbentuknya pembuluh darah
alantois. Oleh karena membran ini terletak tepat di bawah selaput cangkang
telur yang berpori-pori, maka alantois berperan dalam pertukaran gas-gas
pernapasan dan juga menyebabkan korion menjadi fungsional dalam
penyerapan dan distribusi Ca dari cangkangkapur.
Selain itu, ke dalam kantung alantois diekskresikan sampah-sampah
metabolisme dari ginjal embrio. Pada embrio muda, hasil ekskresi itu berupa
urea, dan makin tua embrio, hasil ekskresi berubah menjadi asam urat.
Asam urat berbentuk padat dan lebih sukar larut daripada urea
sehingga tidak akan terlalu toksik bagi embrio, meskipun jumlanya menjadi
banyak sejalan dengan bertambahnya umur embrio. Pada hewan yang
mempunyai vesika urinaria, organ tersebut berasal dari tangkai alantois. Pada
saat menetas, semua selaput embrio akan ditinggalkan di dalam cangkang
telur, kecuali sisa kantung yolk yang akan diserap ke dalam usus tengah
embrio.
Selaput Embrio Mamalia
Gambar 5.12. Tempat implantasi abnormal.(1) rongga abdomen; (2) bagian ampula tuba fallopii; (3) tuba
fallopii; (4) di dalam bagian yang sempit dari tuba uterine; (5) osteum interna; (6) ovarium.
Cara Implantasi :
1. Non invasif :
Blastosis mengembang
Blastosis tetap berada di rongga uterus
Tropoblas bersentuhan dengan permukaan uterus yang mengelilinginya
Disebut implantasi superficial atau sentral
Contoh : hewan ternak, babi, kuda, kelinci, marsupialia
2. Invasif jenis interstitial :
Blastosis tidak mengambang
Tropoblas “masuk” ke dalam endometrium → embrio terbenam sampai
jaringan ikat subendotelium → terbungkus endometrium (tidak terdedah ke
rongga uterus lagi)
Contoh : manusia, marmot, dan simpanse
Plasenta
Adalah organ ekstraembrio yang merupakanpertautanantarajaringan fetus (
plasentafetalis ) danjaringaninduk/endometrium uterus ( plasenta maternal )
dalamberbagaiderajatkeeratan.
Tipe Plasenta :
Beberapa Marsupialia : korion dan kantung yolk, dengan vaskularisasi dari kantung
yolk → plasenta koriovitelin.
Manusia dan beberapa Mamalia lain : korion dan alantois, dengan vaskularisasi dari
alantois → plasenta korioalantois.
Beberapa Marsupialia lain : korion dan alatois, dengan alantois masih berbentuk
kantung → plasenta korioalantois primitif.
Gambar Plasenta
Fungsi Plasenta :
Respirasi, ekskresi, nutrisi, penyaringan bahan yang berbahaya bagi fetus, sekresi
hormon.
Bagian Sitotrofoblas korion berfungsi sebagai antigen spesifik embrio sehingga tidak
dikenal sistem imun induk jadi respon imun uterus terhadap fetus dihambat sehingga
embrio aman terimplantasi.
Bagian Sintrofoblas korion sebagai kelenjar endokrin :
hCG (human Choronic Gonadotropin) → mulai praimplantasi
hPL (human Placental Lactogen) atau “choronic somatomammotropin”
Estrogen
Progesteron
KL
Sel-sel plasenta
Tes kehamilan
hPL → kelenjar mammae induk → sekresi air susu
Cat : laktasi terjadi bila [estrogen] dan [progesteron]
Nutrisi Embrio
Pra implantasi
- Sumber : sel-sel induk dan uterus
Korialis vora
korialis Rodenti
a
Oleh karena yang berperan dalam pelayanan fisiologis itu adalah darah, maka berdasarkan
histologi sawar susunan jaringan plasenta diurutkan sebagai berikut :
1. Endotelium pembuluh darah uterus
2. Jaringan ikat
3. Epitel uterus
(1,2,3 plasenta maternal)
4. Eitel korion
5. Jaringan ikat
6. Endotelium pembuluh darah umbilikus
(4,5,6 plasenta fetalis)
Vili Korioalantois
Adalah vili/jonjot yang terdiri atas selaput korion dan alantois, awalnya dari
trofoblas menjadi korion (epitel). Vili pada bagian tertentudari korion berdegenerasi
membentuk korion laeve sedangkan bagian korion yang vilinya tetap dan berkembang
disebut korion frondosum (lawan korion laeve). Pengelompokkan plasenta berdasarkan
penyebaran vili korioalantois :
3. Plasenta zonaria : vili yang tinggal dan berkembang berbentuk ikat pinggang/sabuk
4. Plasenta diskoidal : pertautan korion frondosum dengan endometrium berbentuk
diskus (cakram)
Tali Pusat (Tali Umbilikus) adalah penghubung antara fetus dan plasenta. Tali pusat
“terbangun” atas kaki amnion, tangkai yolk, tangkai alantois dan pembuluh darah umbilikus
(2 arteri + 1 vena).
Kembar dizigot adalah terbentuknya dua orang janin yang berasal dari dua sel telur
yang masing-masing dibuahi oleh dua sperma. Janin yang dihasilkan akan terpisah
sempurna dan membentuk dua individu yang selayaknya disebut kakak-adik, hanya saja
waktu kelahiran mereka yang hanya berselang beberapa menit.
Gambar 8.8 Perkembangan kembar dizigot
Kembar monozigot adalah terbentuknya dua janin yang berasal dari satu sel telur
yang akan membelah selama perkembangannya. Proses pembelahan janin ada yang
berlangsung sempurna sehingga menghasilkan dua janin yang hampir sama (kembar
identik), namun ada yang pembelahannya tidak sempurna sehingga akan dihasilkan
individu yang dempet di lokasi tertentu (kembar siam).
Sadler, T.W., 1990, langman’s Medical Embryology. 6th ed. The williams and wilkinds Co. Baltimore
Johnson, M & Everitt, B., 1988, Essential Reproductions, 3nd ed. Blackwell Sci. Publ. Oxford-
London-Endinburgh