Anda di halaman 1dari 8

MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL

Oleh:
Nama : Diah Nanda Utari
NIM : B1A015092
Rombongan : II
Kelompok :4
Asisten : Kamilah Dwi Septiani

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membran ekstra embrional merupakan perluasan berlapis dari jaringan-


jaringan embrio. Membran tersebut akhirnya tumbuh mengelilingi embrio dan
menghasilkan empat kantung pada embrio yang sedang tumbuh. Perkembangan
membran ekstra embrional merupakan suatu adaptasi pada kehidupan vertebrata
yang berguna agar embrio selalu dalam keadaan basah (Allen, 2009).
Hal ini dimulai dari reptilia yang pertama meletakkan telurnya di darat dan
telur tersebut dapat berkembang dengan baik. Keberhasilan tersebut disebabkan
oleh cangkang dan berbagai selaput yang menyelubungi tubuh embrio, selaput-
selaput tersebut berasal dari embrio itu sendiri dan melakukan fungsi yang vital
seperti memberikan nutrisi, pertukaran gas, dan pembuangan atau penyimpanan
bahan-bahan sisa metabolisme (Syahrum, 1994).
Dalam praktikum kali ini preparat yang digunakan adalah fetus mencit dan
embrio ayam. Karena kedua preparat tersebut mudah didapatkan dan mudah
diamati, selain itu ukuran embrio dan fetus yang kecil sehingga mudah diamati.
Fetus mencit memiliki empat macam selaput embrio yaitu plasenta, alantois,
amnion, chorion dan saccus vitellinus atau yolk sac. Sedangkan, membran ekstra
embrional yang terdapat pada embrio ayam yaitu alantois, amnion, chorion dan yolk
sac (Hafez, 2002).
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum membran ekstra embrional yaitu mahasiswa dapat


mengenali dan menggambar morfologi membran ekstra embrional serta
menjelaskan fungsinya.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum membrane ekstra embrional


adalah gunting, pinset, gelas arloji, dan pensil.
Bahan yang digunakan dalam praktikum membrane ekstra embrional adalah
embrio ayam umur 15-18 hari dan fetus mencit umur 11-16 hari kehamilan.
B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah


1. Cangkang telur digunting pada posisi tumpulnya secara melingkar sehingga
membran cangkang dalam terlihat.
2. Membran cangkang digunting secara hati-hati dan dicari bagian pada membran
cangkang yang tervaskularisasi. Bagian tersebut adalah chorio-allantois.
3. Embrio dikeluarkan dari cangkang dan diletakkan diatas gelas arloji.
4. Kantung berisi cairan transparan yang langsung membungkus embrio (amnion)
diamati
5. Bagian yolk diamati kemudian kenali saccus vitellinus
6. Allantois (kantung berisi cairan jernih berwarna kekuningan dengan ukuran
lebih besar dari amnion) diidentifikasi.
7. Bagian dalam cangkang telur diamati dan temukan chorion atau serosa.
8. Mencit hamil dimatikan secara servical dislocation. Dinding abdomen mencit
dibedah dan diangkat uterus yang mengandung fetus.
9. Uterus yang mengandung fetus diletakkan di atas cawan petri, uterus di bedah
dari arah posterior ke anterior hingga tampak fetus dan plasenta. Pengguntingan
uterus dilakukan dengan hati-hati agar tidak sampai menggunting fetus ataupun
membrane ekstra embrional.
10. Fetus besarta plasentanya dilepaskan dari dinding uterus menggunakan pinset.
11. Plasenta, amnion, dan membrane ekstra embrional lain yang tampak
diidentifikasi.
12. Embrio dengan membran ekstra embrional digambar dan disebutkan bagian-
bagiannya.
B. Pembahasan

Membran ekstra embrional merupakan membran atau selaput seluler yang


dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio dan berperan penting dalam
perkembangan embrio. Membran ekstra embrional pada dasarnya merupakan
lipatan-lipatan yang akan tumbuh mengelilingi embrio yang sedang berkembang.
Embrio yang sedang berkembang membutuhkan nutrisi yang cukup, saran untuk
mengeluarkan sisa metabolisme, perlindungan baik dari faktor fisik maupun
biologis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka terbentuklah membran ekstra
embrional untuk menunjang semua kebutuhan embrio selama masih di kandungan
atau telur. Struktur membran ekstra embrional dibentuk dari jaringan embrional
tetapi tidak menjadi bagian tubuh organisme pada periode setelah kelahiran ataupun
penetasan (Yatim, 1982).
Ayam memiliki empat membran ekstra embrional yang terdiri dari chorion,
allantois, yolk sac dan amnion. Sedangkan pada mencit membran ekstra
embrionalnya terdiri dari chorion, alantois, yolk sac, amnion, dan plasenta. Berikut
penjelasan dan fungsi dari masing-masing membran ekstra embrional:
1. Karian atau chorion, berasal dari bahasa Yunani, chorion yang berarti kulit.
Karion atau serosa adalah membran embrio yang paling luar dan berbatasan
dengan cangkang atau jaringan induk, jadi merupakan tempat pertukaran
antara embrio dan lingkungan sekitarnya. Pada hewan-hewan ovipar, korion
berfungsi sebagai pertukaran gas bagi respirasi. Pada mamalia, korion tidak
hanya berperan sebagai pembungkus dan respirasi saja tetapi juga dalam
nutrisi, ekskresi, filtrasi, dan sintesis hormon (Nawangsari, 2011).
2. Allantois, membran ini tumbuh dari saluran pencernaan belakang dan
terletak dibagian dalam dari korion seperti balon besar yang kempis. darah
dari embrio dialirkan ke luar masuk dalam allantois oleh pembuluh
allantois. Fungsi utamannya adalah sebagai tempat penampung dan
penyimpan urin dan sebagai organ pertukaran gas antar embrio dan
lingkunga luarnya. Pada reptile dan burung, allantois merupakan suatu
sistem tertutup. Sehingga allantois harus memisahkan sisa-sisa metabolisme
nitrogen agar tidak menimbulkan efek toksik terhadap embrio. Pada
mamalia, peran allantois erat kaitannya dengan efisiensi pertukaran yang
berlangsung pada perbatasan fetus maternal (Sufyan, 2011).
3. Kantung kuning telur atau yolk sac, dibentuk di semua amniota ovipar
sebagai hasil dari endoderm dan ektoderm blastodisc yang menyelubungi
massa yolk sac yang membentuk massa besar cairan dan dikelilingi oleh
hasil dari embrio (Elinson et al., 2014). Sangat erat fungsinya dalam nutrisi
pada embrio dan kuning telur bekerja dalam waktu yang cukup singkat
karena fungsi kerjanya dalam pertumbuhan berikutnya akan dilanjutkan
oleh allantois. Mencegah embrio dari kekeringan, mengurangi resiko
guncangan, dan menyerap putih telur (pada ayam). Mengangkut bahan
makanan, gas, dan sisa metabolism lain. Sebagai kantung urin embrional
dan sebagai paruparu embrional. Kuning telur dicerna oleh enzim yang
dihasilkan kantung kuning telur dan hasil cernaan itu dibawa ke embrio
melalui pembuluh darah kantung kuning telur (Sufyan, 2011).
4. Amnion, Berasal dari bahasa Yunani, amnion yang berarti membran fetus.
Seperti kantung tipis yang berasal dari somaotopleura, membentuk suatu
kantung menyelubungi embrio dan berisi dengan cairan. Keberadaan
selaput ini sangat khas pada reptile, burung dan mamalia sehingga pada
kelompok ini sering disebut dengan kelompok amniota, sedangkan ikan dan
amfibi tidak mempunyai amnion dan disebut anamiota. Fungsi amnion
antara lain sebagai alat pernapasan, menyelubungi dan melindungi embrio
dari tekanan fisik, dan tempat mengambang, memungkinkan pergerakan
tungkai dari tubuh embrio (Mariya et al., 2012).
5. Plasenta, membran ekstra embrional ini terdapat pada mamalia tetapi tidak
terdapat pada ayam, pada hewan vivipar berkembang lebih dari satu kali dan
melibatkan penyebaran membran ekstra embrionik untuk transfer nutrisi ke
embrio. Fungsi utama plasenta adalah difusi bahan makanan dari darah
induk ke darah fetus dan difusi hasil-hasil ekskresi dari fetus ke induk. Awal
kehamilan, permeabilitas plasenta relativ kecil, karena membran vili tebal,
akan tetapi ketika plasenta bertambah tua permeabilitasnya akan meningkat
secara progesif sampai akhir kehamilan (Leal & Martha, 2010).
Perbedaan membran ekstra embrional pada ayam dan mencit yaitu pada
mencit terdapat plasenta sedangkan pada ayam tidak ada. Hal tersebut dikarenakan
fungsi plasenta sebagai penyalur nutrisi antara induk dengan embrio, plasenta
terletak di endometrium uterus atau dinding rahim si ibu. Sedangkan pada ayam,
embrio tumbuh diluar tubuh induknya dan embrio mendapat suplai nutrisi dari yolk
sac sehingga di dalam telur ayam tidak terdapat plasenta (Stewart et al., 2011).
IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum membran ekstra embrional


yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Membran ekstra embrional merupakan perluasan berlapis dari jaringan-
jaringan embrio yang dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio
dan berperan penting pada perkembangan embrio.
2. Membran ekstra embrional yang terdapat pada ayam yaitu amnion,
chorion, yolk sac, dan allantois.
3. Membran ekstra embrional pada mencit yaitu amnion, chorion, yolk sac,
plasenta, dan allantois.
4. Perbedaan antara membran ekstra embrional ayam dan mencit yaitu
adanya plasenta pada mencit sedangkan pada ayam tidak ada.

B. Saran

Saran untuk praktikum membran ekstra embrional ini adalah agar praktikan
dapat melihat proses pengambilan fetus mencit dan embrio ayam.
DAFTAR REFERENSI

Allen, R, M. 2009. Larval Size in Elysia stylifera is Determined by Extra-


Embryonic Provisioning but Not Egg Size. Journal of Development, Vol.
389. pp: 127-137.
Elinson, R. P., James, R. S., Laurie, J. B., & Daniel, G. B. 2014. Amniote Yolk
Sacs: Diversity in Reptiles and a Hypothesis on Their Origin. International
Journal Development Biology, Vol. 58. pp: 889-894.
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm Animal. Philadelphia: A Wolterz
Kluwer Company.
Leal, Francisca, & Martha, P. R. 2010. Evolution and Development of The
Extraembryonic Membranes in Lizards : Heterochronies and
placentotrophy. Herpetological Conservation and Biology 5(2):297-310.
Symposium: Reptile Reproduction
Mariya, P.D., Larissa, L., Paulo, N.G.P., Lieve, U., Susana, M.C and An, Z. 2012.
Periostin as a biomarker of the amniotic membrane. Hindawi publishing
corporation, Stem cells international journal, volume 2012, Article ID
987185, 10 pages doi:10.1155/2012/987185.
Nawangsari. 2011. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Stewart, James R., Tom W. Ecay, Benoit Heulin, Santiago P. Fregoso and Brent J.
Linville. 2011. Developmental expression of calcium transport proteins in
extraembryonic membranes of oviparous and viviparous zootoca vivipara
(lacertilia, lacertidae). Journal of Experimental Biology, Vol. 214. pp: 2999-
3004.
Sufyan, Asep. 2011. Biologi Reproduksi. Bandung: Refika Adiatama.
Syahrum, M, H., Kamaludin & Arjatmo, Tjokronegoro. 1994. Reproduksi dan
Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta: FKUI.
Yatim, W. 1982. Embriologi dan Reproduksi. Bandung: Tarsit.

Anda mungkin juga menyukai