Anda di halaman 1dari 31

Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) / Chronic Obstructive


Pulmonary Diseases (COPD)
adalah
Oleh Ns. Yayan Mulyana, S.Kep.,M.Kep
Definisi

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)


adalah penyakit radang paru-paru kronis
yang menyebabkan pertukaran udara di paru-
paru terhambat; biasanya dipicu oleh paparan
gas atau partikel menganggu lainnya.
Perbedaan PPOK dengan ASMA
Pada asma, keradangan pipa saluran pernapasan yang menimbulkan
penyempitan saluran pernapasan, dapat kembali normal sepenuhnya.

Pada PPOK terjadi kerusakan jaringan paru berupa terbentuknya


jaringan ikat (fibrosis) pada pipa saluran pernapasan, penebalan
dinding saluran napas, kerusakan sekat kantong-kantong
udara (alveolus) yang menetap, dan aktifitas berlebihan dari
kelenjar submukosa saluran pernapasan sehingga mengeluarkan
lendir/dahak yang banyak. Keadaan tersebut diatas berakibat
kurangnya elastisitas (kembang kempis) paru-paru yang progresif
dalam mengeluarkan udara, sehingga udara yang terperangkap
dalam paru-paru makin lama makin bertambah, lalu
menimbulkan sesak napas.
Paru-paru pada PPOK

Terperang
Kantung Udara Kantung Udara Rusak
Normal
Kondisi paru paru yang biasanya ditemukan pada
penderita COPD adalah:

1. Emfisema: paru paru yang biasanya elastis menjadi


kaku dan susah bergerak menyebabkan pertukaran udara
di paru paru tidak berjalan dengan sempurna
2. Bronchitis kronis: adanya proses peradangan pada dinding
cabang saluran pernafasan menyebabkan lubang
pernafasan menjadi lebih sempit dan memproduksi
dahak yang berlebihan
3. Asthma kronis: sesak nafas secara terus menerus
Chronic C bstructive Pulmonary Disease (COPD)
EMFISEMA:
BRONCHITIS KRONIS:
Gejala

1. Sesak nafas terutama setelah olah raga


2. Pada kasus yang berat penderita juga menderita sesak
nafas saat istirahat
3. Wheezing (mengi): nafas bersuara tempo tinggi
4. Batuk
5. Batuk berdahak
6. Badan lemah dan tidak bertenaga
7. Cyanosis: Selaput bibir dan kulit berwarna kebiruan
8. Sangat mudah terjangkit infeksi pada paru paru
Akibat sesak napas yang dirasakan,
penderita PPOK cenderung menghindari
aktivitas fisik dan aktivitas sehari-hari,
sehingga akan menyebabkan immobilisasi,
hubungan pasien dengan aktivitas sosial
menurun dan akhirnya akan berpengaruh
terhadap kualitas hidup penderita.
Faktor Resiko PPOK

1.Merokok
Faktor risiko utama untuk PPOK adalah merokok, yang menjadi
penyebab sampai 90% kematian PPOK, menurut American Lung
Association (ALA). Para perokok kira-kira 13 kali lebih mungkin untuk
mengalami kematian akibat penyakit ini daripada mereka yang
tidak pernah merokok.
Paparan jangka panjang terhadap asap tembakau sangatlah berbahaya.
Semakin lama tahun dan semakin banyak bungkus rokok yang dihisap,
maka semakin besar pula risiko PPOK.
Perokok batang dan perokok cerutu semuanya sama berisikonya. Paparan
terhadap asap rokok pasif (secondhand smoke) juga meningkatkan risiko.
Asap rokok pasif mengandung baik asap dari tembakau yang terbakar dan
asap yang dihembuskan perokok.
Faktor Resiko PPOK

2.Polusi udara
Polutan dalam ruangan dan luar ruangan juga dapat menyebabkan PPOK
jika paparan bersifat intens atau berkepanjangan.
Polusi udara dalam ruangan meliputi partikulat dari asap bahan bakar
padat yang digunakan untuk memasak dan pemanasan. Contohnya
termasuk tungku kayu dengan ventilasi yang buruk, pembakaran
biomassa atau batubara, atau memasak dengan api.
Paparan terhadap polusi lingkungan dalam jumlah besar adalah faktor risiko
yang lain. Kualitas udara dalam ruangan memainkan peran penting
dalam perkembangan PPOK di negara-negara berkembang. Namun,
polusi udara perkotaan—seperti polusi lalu lintas dan polusi terkait
pembakaran— menimbulkan risiko kesehatan yang lebih besar di
seluruh dunia.
Faktor Resiko PPOK

3.Debu dan bahan kimia


Paparan jangka panjang terhadap debu, bahan kimia, dan
gas industri dapat mengiritasi dan mengakibatkan
peradangan saluran napas dan paru-paru, sehingga
meningkatkan kemungkinan PPOK.
Orang-orang dengan profesi yang sering berhadapan
dengan paparan debu dan uap kimia, seperti penambang
batu bara, pekerja biji-bijian, dan pembuat cetakan logam,
memiliki reiiko lebih besar untuk terkena penyakit ini.
American Journal of Epidemiology menemukan bahwa fraksi
PPOK yang dikaitkan dengan pekerjaan diperkirakan
mencapai 19,2% secara keseluruhan dan 31,1% di antara
mereka yang tidak pernah merokok.
Faktor Resiko PPOK

4.Genetika
Dalam kasus yang jarang terjadi, faktor genetik dapat
menyebabkan orang yang tidak pernah merokok atau yang
pernah terpapar partikulat jangka panjang untuk terkena
PPOK. Kelainan genetik menyebabkan kekurangan Α1-
antitrypsin (AAT). Banyak orang sebenarnya memiliki defisiensi
AAT, meskipun hanya segelintir yang menyadarinya.
Meskipun defisiensi AAT adalah satu-satunya faktor
resiko genetik PPOK yang ada, kemungkinan beberapa gen
merupakan faktor risiko tambahan. Para peneliti belum dapat
membuktikan hal ini.
Faktor Resiko PPOK
5.Usia
PPOK paling sering dialami oleh orang yang berusia minimal 40
tahun yang memiliki riwayat merokok. Insidensi ini meningkat
seiring bertambahnya usia. Meskipun tidak ada yang bisa dilakukan
jika sudah menyangkut usia, mengambil langkah untuk menjaga
kesehatan tetap dapat dilakukan.
Deteksi dini PPOK adalah kunci keberhasilan pengobatan.
GEJALA

1. Sesak nafas terutama setelah beraktifitas


2. Pada kasus yang berat penderita juga menderita sesak
nafas saat istirahat
3. Wheezing: nafas bersuara tempo tinggi
4. Batuk
5. Batuk berdahak
6. Badan lemah dan tidak bertenaga
7. Cyanosis: Selaput bibir dan kulit berwarna kebiruan
8. Sangat mudah terjangkit infeksi pada paru paru
KOMPLIKASI

1. Infeksi paru paru


2. Pneumonia
3. Paru paru kolaps
4. Kaki dan pergelangan kaki bengkak.
5. Depresi
6. Penyakit kardiovaskular. PPOK dapat meningkatkan
risiko untuk masalah jantung terkait.Tekanan darah tinggi
(hipertensi) adalah salah satu dari gejala-gejala ini. Stadium
lanjut juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan
stroke.
DIAGNOSIS

Melakukan beberapa pemeriksaan, seperti :


1. Tes fungsi paru. Tes ini berfungsi untuk mengukur apakah paru-
paru mampu mengantarkan cukup oksigen ke darah atau tidak.
2. Spirometri. Tes fungsi paru yang paling umum ini
biasanya mengharuskan pasien untuk meniupkan udara ke
tabung besar yang terhubung ke mesin spirometer. Mesin inilah
yang kemudian mengukur seberapa banyak udara yang bisa
ditahan paru-paru.
3. Rontgen dada
4. Analisis gas darah arteri (AGD). Tes darah ini bertujuan untuk
mengukur seberapa baik paru-paru membawa oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida.
Penanganan

Pasien disarankan untuk menjalani terapi medis dan mengubah gaya hidup sehari-
hari. Untuk penanganan menggunakan obat-obatan, dokter umumnya akan
meresepkan beberapa jenis obat, seperti:
1. Bronkodilator dan steroid (inhaler); terapi ini ditujukan untuk
membantu meringankan batuk dan sesak napas. Selain itu, obat
jenis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi peradangan
saluran napas dan membantu mencegah eksaserbasi (sesak).
2. Steroid oral; jika digunakan dalam jangka waktu panjang, obat jenis
ini dapat memicu penambahan berat badan, diabetes, osteoporosis,
katarak, dan peningkatan risiko infeksi.
3. Teofilin; ditujukan untuk memperbaiki pernapasan dan mencegah
eksaserbasi. Efek sampingnya bisa berupa mual, sakit kepala, detak
jantung cepat, dan tremor.
4. Antibiotik; ditujukan untuk membantu mengobati eksaserbasi akut;
namun, kurang direkomendasikan untuk langkah pencegahan.
Selain dengan menggunakan obat kimia, pasien PPOK
juga disarankan untuk mengubah gaya hidup sehari-hari,
meliputi:

1. Berolahraga secara teratur. Cara ini dapatmeningkatkan


kekuatan dan daya tahan otot pernapasan!
2. Konsumsi makanan sehat. Diet sehat dapat membantu pasien
dalam mempertahankan kekuatan fisiknya.
3. Asupan makanan yang cukup kalori, protein dan anti-oksidan
(Beta carotene,Vitamin C,Vitamin E, zinc dan selenium).
4. Hindari asap dan polusi udara. Selain berhenti merokok,
pasien PPOK juga diharuskan untuk menghindari tempat yang
terpapar polusi udara.
Makanan yang harus dihindari:

1. Makanan Yang Mengandung Nitrat


Makanan pertama yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) adalah makanan yang mengandung nitra.
Nitrat ini umumnya banyak di temukan pada daging olahan seperti:
 bacon,
 hot dog,
 ham,
 sosis,
 dan daging olahan lainnya.

Bahkan, sebuah studi yang dipublikasikan di European Respiratory


Journal menunjukkan bahwa nitrat selain bisa memperburuk gejala
PPOK dan memicu flare-up, juga dapat menyebabkan PPOK.
2. Makanan dan Minuman Yang Mengandung & Bisa
Menimbulkan Gas

Pantangan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)


selanjutnya adalah makanan maupun minuman yang bisa
memicu munculnya gas di dalam perut.

Alasannya, kembung yang di picu oleh gas di dalam perut


bisa mendorong otot diafragma dan paru-paru menjadi
terbatasi dan tidak dapat mengangkut cukup oksigen, sehingga
menyebabkan sulit bernapas.
3. Makanan Yang Mengandung Sulfat

Udang adalah salah satu makanan laut yang memiliki


kandungan zat kimia yang disebut sulfit. Selain udang,
beberapa makanan dan minuman lainnya yang juga
mengandung sulfit adalah kentang dan bir. Bahkan,
beberapa obat juga ada yang mengandung sulfit.

Sulfit ini bisa menyempitkan bagian bronkus pada


penderita PPOK. Saat saluran napas menyempit, penderita
akan kesulitan untuk bernapas.
4. Makanan Yang Mengandung Garam Tinggi

Penderita penyakit PPOK juga sebaiknya tidak


mengkonsumsi makanan yang memiliki
kandungan garam atau natrium tinggi.
Terlalu banyak natrium dapat menyebabkan retensi
cairan dan berakibat pada kesulitan bernapas.
Makanan beku adalah salah satunya.
5. Produk Susu dan Olahannya

Produk susu dan olahannya termasuk makanan yang


dilarang untuk dikonsumsi penderita PPOK
Menurut sebuah penelitian, senyawa dalam susu yang
disebut casomophin dapat menyebabkan peningkatan
produksi lendir atau membuat dahak menebal. Pada
penderita PPOK, sistem pernapasan Anda terganggu dan
tidak mampu mengangkut lendir melalui jaringan dengan
efisien seperti yang seharusnya. Hal ini akan menyebabkan
batuk dan kesulitan bernapas.

Anda mungkin juga menyukai