Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN KEGAWATDARURATAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARDS ( GAGAL NAFAS) ”

OLEH
KELOMPOK 10
•1.NI LUH PUTU LABANI 21089144090
•2.NI KADEK SUARDANI 21089144092
•3.NI MADE KRISTYA DWIJAYANTHI 21089144093
•4.NI MADE DWI YUNAWATI 21089144094
•5.PUTU KRISNA YANTI 21089144095
•6.NI KOMANG SRI INDRAWATI 21089144096
•7.NI LUH PUTU GERIANTI 21089144099
•8.NI WAYAN AYU SUPADMI 21089144112
•9.LUH PUTU GITA ASRINI 21089144120
•10.NI KADEK MONALISA 21089144121

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng


Program Studi Sarjana Keperawatan
Jurusan Keperawatan
2022
PENGERTIAN ARDS

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah suatu


kondisi dimana oksigen tidak cukup masuk dari paru-paru ke
dalam darah. Organ tubuh, seperti jantung dan otak,
membutuhkan darah yang kaya oksigen untuk bekerja dengan
baik. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi jika paru-paru
tidak dapat membuang karbon dioksida dari darah. Terlalu
banyak karbon dioksida dalam darah dapat membahayakan
organ tubuh (Putu Aksa, 2017). Keadaan ini disebabkan oleh
pertukaran gas antara paru dan darah yang tidak adekuat
sehingga tidak dapat mempertahankan pH, pO2, dan pCO2,
darah arteri dalam batas normal dan menyebabkan hipoksia
tanpa atau disertai hiperkapnia.
KLASIFIKASI Gagal napas tipe I adalah kegagalan paru untuk mengoksigenasi
darah, ditandai dengan PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau
menurun. Gagal napas tipe I ini terjadi pada kelainan pulmoner dan
tidak disebabkan oleh kelainan ekstrapulmoner

Gagal napas tipe II adalah kegagalan tubuh untuk mengeluarkan CO2, pada
umumnya disebabkan oleh ke gagalan ventilasi yang ditandai dengan retensi CO2
(peningkatan PaCO2 atau hiperkapnia) disertai dengan penurunan PH yang
abnormal dan penurunan PaO2 atau hipoksemia. Kegagalan ventilasi biasanya
disebabkan oleh hipoventilasi karena kelainan ekstrapulmonal. Hiperkapnia yang
terjadi karena kelainan ekstrapulmonal dapat disebabkan karena: penekanan
dorongan pernapasan sentral atau gangguan pada respon ventilasi.
ETIOLOGI PATOFISIOLOGI

Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan


1. Depresi Sistem Saraf Pusat hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru
2. Kelainan primer neurologis kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks struktur paru alami kerusakan yang irreversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan
4. Trauma dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal
5. Penyakit akut paru ialah 16-20 x/menit. Kapasitas vital adalah ukuran
ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal nafas
penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.
Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
KOMPLIKASI

a. Laboratorium
Analisa gas darah:  
a) Hipoksemia (penurunan PaO2) 1. Infeksi paru
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap 2. Abnormalitas obstruktif
awal karena hiperventilasi
( keterbatasan aliran udara )
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan
gagal ventilasi 3. Defek difusi sedang
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap 4. Hipoksemia
dini 5. Toksisitas oksigen
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada
tahap lanjut.
Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia
(refleksi implamasi sistemik dan injuri endotel),
peningkatan kadar amilasee (pada pancreatitis).
MANIFESTASI KLINIS

1.Dikatakan gagal napas jika memenuhi salah satu keriteria yaitu


PaO2 arteri <60 mmHg atau PaCO2>45 mmHg, kecuali
peningkatan yang terjadi kompensasi alkalosis metabolik  gagal napas hiperkapnia, bila kadar
(Arifputra, 2014). PCO2 yang cukup tinggi dalam alveolus
2.Selain itu jika menurut klasifikasinya gagal napas bisa terbagi menyebabkan pO2 alveolus dari arteri
menjadi hipoksemia yaitu bila nilai PaCO2 pada gagal napas tipe turun. Hal tersebut dapat disebabkan
ini menunjukkan nilai normal atau rendah.
oleh gangguan di dinding dada, otot
3.Gejala yang timbul merupakan campuran hipoksemia arteri dan pernapasan, atau batang otak. Contoh
hipoksia jaringan, antara lain:
pada PPOK berat, asma berat, fibrosis
1) Dispneu (takipneu, hipeventilasi) paru stadium akhir, ARDS berat atau
2) Perubahan status mental, cemas, bingung, kejang, asidosis landry guillain barre syndrome. Gejala
laktat hiperkapnia antara lain penurunan
3) Sinosis di distal dan sentral (mukosa,bibir) kesadaran, gelisah, dispneu (takipneu,
4) Peningkatan simpatis, takikardia, diaforesis, hipertensi bradipneu), tremor, bicara kacau, sakit
5) Hipotensi, bradikardia, iskemi miokard, infark, anemia, kepala, dan papil edema.
hingga gagal jantung dapat terjadi pada hipoksia berat.
PENATALAKSANAAN

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman


kehidupan dengan segera, salah satunya adalah pemberian oksigen. Untuk
mengatasi hipoksemia, cara pemberian oksigen bergantung FiO2, yang
dibutuhkan. Masker rebreathing dapat digunakan jika hipoksemia desertai kadar
PaCO2 rendah. Perbaikan Ventilasi dilakukan dengan memperbaiki jalan napas
(Airway). Jalan napas sangat penting untuk ventilasi, oksigenasi, dan pemberian
obat-obat pernapasan. Pada semua pasien gangguan pernapasan harus
dipikirkan dan diperiksa adanya obstruksi jalan napas atas. Pertimbangan untuk
insersi jalan napas buatan seperti endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat
dan resiko jalan napas buatan dibandingkan jalan napas alami.
Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
CIRCULATION 2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
1) Penurunan curah jantung : 3) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan
gelisah, letargi, takikardia benda asing,
2) Sakit kepala 4) Jalan napas bersih atau tidak
3) Gangguan tingkat kesadaran

BREATHING
1) Distress pernapasan : pernapasan
DISABILITY cuping hidung, takipneu/bradipneu,
1) Keadaan umum : GCS, tingkat retraksi.
kesadaran, nyeri atau tidak 2) Peningkatan frekuensi nafas.
2) Adanya trauma atau tidak pada thoraks 3) Nafas dangkal dan cepat
4) Kelemahan otot pernapasan
5) Reflek batuk ada atau tidak
6) Penggunaan otot Bantu pernapasan
7) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada
Exposure atau tidak
1) Enviromental control 8) Irama pernapasan : teratur atau tidak
2) Buka baju penderita tetapi cegah 9) Bunyi napas Normal atau tidak
terjadinya hipotermia
Diagnose keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR
ARDS/ GAGAL NAFAS
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
PRIMER
PENGKAJIAN PRIMER
PENGKAJIAN
SEKUNDER
ANALISA DATA
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN

•  

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi berlebih ditandai dengan

dispnea, sputum berlebih, suara nafas ronchi, gelisah, pola napas abnormal

2. Pola nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai dengan

dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, SaO2 85%.


RENCANA KEPERAWATAN
• RENCANA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai