Anda di halaman 1dari 126

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W DENGAN


DIAGNOSA MEDIS POST LAPARATOMI DI RUANG GARDENIA
RSUD DR.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
NAMA :
SUSED 2018.C.10a.0986

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
2

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Sused
Nim : 2018.C.10a.0986
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul :“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. W Dengan Diagnosa
Medis Post Laparatomi Di Ruang Gardenia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan 2 (PPK 2) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Nia Pristina , S.Kep.,Ners


3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................3
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Post Laparatomi.........................................................................................4
2.1.2 Definisi............................................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi Integumen..........................................................................................4
2.1.2.1 Definisi.........................................................................................................................4
2.1.3 Anatomi Fisiologi Abdomen...........................................................................................6
2.1.4 Etiologi............................................................................................................................8
2.1.5 Klasifikasi........................................................................................................................8
2.1.6 Patofiologi.......................................................................................................................9
2.1.7 Manifestasi Klinis..........................................................................................................12
2.1.8 Komplikasi....................................................................................................................12
2.1.9 Pemerikasaan Penunjang...............................................................................................12
2.1.10 Penatalaksanaan Post Laparatomi...............................................................................13
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.......................................................................................14
2.2.1 Pengkajian.....................................................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................................17
2.3.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................................26
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
4

JURNAL
SAP
LEAFLET

KATA PENGANTAR
5

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah PKK 2
ini.
Adapun Laporan Pendahuluan yang sederhana ini membahas tentang “Laporan Dengan
Diagnosa Medis Penyakit Post Laparatomi”Laporan Pendahuluan ini saya susun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang Asuhan Keperawatan Post Laparatomi, yang saya sajikan dengan
berdasarkan pengamatan  dari berbagai sumber, walau sedikit ada rintangan namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya Laporan Pendahuluan ini dapat
terselesaikan.
          Semoga laporan saya dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada para pembaca .Demi perbaikan laporan ini, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat saya harapkan.

Palangkaraya,29 Oktober 2020

 
                                                                       Penyusun

BAB I
6

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian abdomen, laparatomi
merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada
lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
(hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis
hernia inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus
kronis, kolestisitis dan peritonitis. Sandy 2015 menjelaskan bahwa ada pembedahan laparatomi
yang membutuhkan insisi pada dinding abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko
terjadinya infeksi terutama infeksi luka pasca operasi. Beban penyakit didunia sekitar 11 %
berasal dari penyakit atau keadaan sebenarnya bisa ditanggulangi dengan pembedahan.. Terkait
tindakan bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta pasien menerima layanan bedah dimana
setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat kejadian tidak diinginkan yang
bisa dicegah.
Data dari WHO melaporkan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi didunia berkisar 5%-
34%. Infeksi luka operasi di United Kingdom memiliki angka kejadian infeksi luka operasi
sekitar 10%. Tahun 2013 jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan
yang sangat significan. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien diseluruh rumahsakit di dunia,
pada tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi 148 juta jiwa. Laparatomi meningkat setiap
tahunnya sebesar 15% (Nurlela 2009). sedangkan menurut data tabulasi nasional Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 menjabarkan bahwa tindakan bedah menempati
urutan ke 11 dari 50 penyakit di Indonesia dengan presentase 12,8% dan diperkirakan 32%
diantaranya merupakan bedah laparatomi (Kusumayanti, 2015) 1 xiv Menurut data yang
diperoleh dari RSUD Prof Dr.W.Z.Johanes Kupang khusunya ruang Kelimutu tahun 2019
(dalam bulan Maret sampai tanggal 27 Mei 2019), terdapat 2 pasien dengan post op laparatomi .
Dari hasil pengamatan penulis saat melakukan praktik keperawatan di RSUD Prof, Dr W.Z
Johanes Kupang sebagian besar pasien dengan tindakan pembedahan Membutuhkan proses dan
waktu perawatan yang lama, sehingga peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi laparatomi
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri abdomen yang tidak
diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi
7

digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan
(Smeltzer, 2014).
Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi yang komprehensif
tentang “ Laporan Dengan Diagnosa Medis Penyakit Post Laparatom”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakangmasalah di atasmaka rumusan masalahnya adalah
“BagaimanaPemberianAsuhanKeperawatanDengan Post Laparatomi”.
1.1 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang
bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan DenganDiagnosaMedisPost Laparatomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Post Laparatomi ?
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Laparatomi ?

1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan Pasien Post Laparatomi ?

1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan pada Pasien Post
Laparatomi ?

1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Pasien Post


Laparatomi ?

1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Pasien Post Laparatomi ?

1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Pasien Post Laparatomi ?

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa
Mengedukasi pembaca agar lebih memahami dan menjadi bahan referensi bagi perawat
dalam memberikan pendidikan pentingnya pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang
komprehensif pada pasien dengan Post Laparatomi.
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga
8

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi atau wawasan bagi pasien dan
Keluarga pada pasien Post Laparatomi.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien Post Laparatomi.
1.4.4 Untuk IPTEK
Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagii ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya dalam bidang kesehatan terutama untuk fisioterapi

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Post Laparatomi
2.1.1 Definisi
9

Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan
usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif mansjoer, 2010)
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untukk membuka bagian abdomen,
laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan
pada lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami
masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis, kanker lambung,
kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis.
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka perut dengan operasi. (Lakaman, 2011)
Pelayanan. post operasi laparatomi adalah pelayanan yang diberikan kepada pasienpasien yang
telah menjalani operasi perut.
2.1.2 AnatomiFisiologiAbdomen
Dinding abdomen terdiridaripadakulit, fascia superfiscialis, lemak, otototot, fascia
transversalisdan parietal peritoneum (Shaikh, 2014).Selainitu, posisi abdomen
adadiantaratoraksdan pelvis (Moore, 2014).
Pada abdomen, terdapatempatkuadran yang dibahagidaribagian midline danbagian
transumbilical (Pansky, 2013).

Gambar 1 Kuadranempatbagian abdomen (Netter, 2014)


1) Bagiankananatas: Hepardankantongempedu
2) Bagiankiriatas: Gastric danlimfa
3) Bagiankananbawah: Cecum, ascending colon danususkecil
4) Bagiankiribawah: Descending colon, sigmoid colon, danususkecil

Menurut Singh (2014), bagian-bagian abdomen terbagi kepada:


10

Gambar 2 Bagian-bagian abdomen (Pansky, 2013).


1) hypocondriacadextra
2) epigastrica
3) hypocondriacasinistra
4) lateralisdextra
5) umbilicalis
6) lateralissinistra
7) inguinalisdextra
8) pubica
9) inguinalissinistra
Menurut Singh (2014),tempat organ abdomen adalahpada:
1) Hypocondriacadextrameliputi organ: lobuskananhepar, kantungempedu, sebagian
duodenum fleksurahepatikkolon, sebagianginjalkanandankelenjar suprarenal
kanan.
2) epigastricameliputi organ: pilorusgaster, duodenum, pankreasdansebagianhepar.
3) hypocondriacasinistrameliputi organ: gaster, lien, bagiankaudalpankreas,
fleksuralienaliskolon, bagianproksimalginjalkiridankelenjar suprarenal kiri.
4) lateralisdextrameliputi organ: kolonascenden, bagian distal ginjalkanan, sebagian
duodenum danjejenum.
5) Umbilicalismeliputi organ: Omentum, mesenterium, bagianbawah duodenum,
jejunum dan ileum.
6) Lateralissinistrameliputi organ: kolonascenden, bagian distal ginjalkiri,
sebagianjejenumdan ileum.
7) Inguinalisdextrameliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter
kanan.
11

8) Pubicameliputi organ: ileum, vesicaurinariadan uterus (padakehamilan).


9) Inguinalissinistrameliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiridanovariumkiri.
2.1.3 Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal
yaitu:
1. Trauma abdomen
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran cerna
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5. Masa pada abdomen
2.1.4 Klasifikasi
a. Mid-line incision
Metodeinsisi yang paling seringdigunakan, karenasedikitperdarahan,
eksplorasidapatsedikitlebihluas, cepatdibukadanditutup, sertatidakmemotong ligament
dansaraf.Namundemikian, kerugianjenisinsisiiniadalahterjadi hernia cikatrialis,
indikasinya 4 xvii padaeksplorasigaster, pankreas, hepar, danklienserta di
bawahumbilikusuntukeksplorasiginekologis, restosigmoiddan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
Yaitu; sedikitketepidarigaristengah (2,5cm), panjang (12,5cm),
terbagimenjadiduayaituparamediankanandankiri, denganindikasijenisoperasilambung,
eksplorasipankreas, organ pelvis, ususbagianbawahsertaplenoktomi.
c. Transverse upper abdomen incision
Yaitu; insisibagianatasmisalnyapembedahancolesistotomy dam splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
Yaitu; insisimelintangdibagian bawah4cm diatas anterior spinailiaka,
misalnyapadaoperasiapendictomy.Latihan-latihanfisiksepertilatihannapasdalam,
batukefektif, menggerakanotot kaki, menggerakanototbokong, latihanalih baring
danturundaritempattidur.semuanyadilakukanhari ke-2 post operasi.
2.1.5 Patofiologi
Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosiaonal. (Dorland
2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik lainya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat.
12

Trauma adalah penyebab kematian paling utama pada anak dan orang dewasa kurang dari
44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang telah menjadi faktor komplikasi pada trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah
cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta gtrauma yang disengaja
atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut bisa terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan /penatalaksanaan dapat bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. tusukan / tembakan, pukulan, benturan,
ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman dapat mengakibatkan terjadinya trauma
abdomen sehingga harus dilakukan laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan
individu kehilangan darahmemar / jejas pada dinding perut, kerusakan oragan organ nyeri, iritasi
cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
Sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan atau pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stres
dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan,
kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.
13
Trauma abdomen, pendarahan,
WOC peritoritis, sumbatanpadausus, masa
abdomen

Hospitalisasi

RencanaPembedaha

Laparatomi
(Pembedahan

Selaput perut

Post Laparatomi

B1 B2 B4 B5 B6
B3

Depresi pusat Depresi otot Insisi Bedah Cairan keluar Blockade Kelemahan otot-
pernapasan jantung Menyebar melalui melalui saraf otot ekstermitas
vaskular Menyebabkan kolostomi/ileosto parasimpati
Penurunan curah bawah
Kelemahan otot perlukaan mi
jantung dan dilatasi
diafgragmadan Menuju Hipotalamus
pada abdomen MK : Risiko Penurunan MK : Gangguan
PD Ketidakseimbangan
intercostalis peristalti Mobilitas Fisik
Cairan kusus
Perfusi darahTD
Penurunan ke Terputusnya dan Gangguan
organ turun Perubahan Termostat inkontinuitas integritas
Pengembangan paru
jaringan kulit/jaringan
kurang maksimal Distensi
MK Risiko MK : Hipertermia abdomen
Penurunan Curah Hal ini
MK : Pola Nafas Jantung merangsang
MK : Nyeri MK: Defisit
Tidak Efektif pengeluaran
Histamine dan Nutrisi
14

2.1.6 ManifestasiKlinis
2.1.6.1 Nyeri tekan pada area insisi pembedahan
2.1.6.2 Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
2.1.6.3 Kelemahan
2.1.6.4 Gangguan integumen dan jaringan subkutan
2.1.6.5 Konstipasi

2.1.6.6 Mual dan muntah, anoreksia


2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis Tromboplebitis post
operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah
tersebut lepas dari dinding pembuluh darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
2.1.7.2 Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi, organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens, organisme gram positif. Stapilococus
mengakibatkan pernanahan .untuk menghindari infeksi luka yang palaing penting adalah
perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
2.1.7.3 Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau epiverasi.
2.1.7.4 Ventilasi paru tidak adekuat.
2.1.7.5 Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung.
2.1.7.6 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.1.7.7 Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
15
16

2.1.8 Pemerikasaan Penunjang


Pemerikasaan rektum :
Adanya darah menunjukan kelaina pada usus besar; kuldosentesi, kemungkinan adanya
darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya darah menunjukan adanya lesi pada saluran
kencing.
Laboratorium: hemoglobin, hematokrit, leukosit, analisis urine.

Radiologik: bila diindikasikan untuk dilakukan laparatomi

IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada kecurigaan pada trauma saluran kencing.
Parasentesis perut:
Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan pada
rongga perut yang disertai denga trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan
jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukan melalui dinding perut di daerah kuadran bawah atau
digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokan buli-buli terlebih dahulu.
Lavase peritoneal:
fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan cairan garam fisiologis
melului kanula yang dimasukan kedalam rongga peritoneum.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :
a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.

b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu waran kulit, refil kapiler.

c. Persyarafan: tingkat kesadaran.

d. Balutan: apakan ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses
penyembuhanya?

e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.

f. Rasa nyaman:rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.

g. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi


17

2.1.9 Penatalaksanaan Post Laparatomi


Penatalaksanaan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
kepada pasienyang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan perawatannya antara lain :
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
b. Mempercepat penyembuhan.
c. Mengembalikan funsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien.
e. Mempersiapkan pasien pulang. (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)
2.2 ManajemenAsuhanKeperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik
mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data tersebut sehingga dapat
pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien
.Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-menerus
mengenai keadaan pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan. (Arif
mutaaq 2013).
Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit psikososial.
2.2.2 Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2.2.3  Keluhan Utama
Sering  menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah  nyeri pada
abdomen
2.2.4 Riwayat Kesehatan
2.2.4.1Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil sebelum
akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secara medis.
2.2.4.2 Riwayat kesehatan dahulu
`Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.
18

2.2.4.3 Riwayat kesehatan keluarga


Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes melitus,atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu
2.2.4.5 Riwayat psikososial dan spiritual
pasien  dalam  keluarga  status emosional meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis,
status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari
2.2.5 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
1. B1 (Breathing)
` Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :
Inspeksi : Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan serta penggunaan otot
bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara yang tertangkap) atau bisa juga normo chest,
penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak fektif
dan penggunaan otototot bantu nafas (sternocleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi
saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian
batuk produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama
infeksi pernafasan.
Palpasi : Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor sedangkan diafrgama
menurun
Auskultasi : Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan kadar oksigen yang
rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap
lanjut penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk
untuk mengikat tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersorial). Paru
yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak
dikosongkan secara efektif dari sekresi yang dihasilkannya. Pasien rentan terhadap reaksi
inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien
mengalami mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi.
2. Kardiovaskuler (B2:Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi.
19

Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami pergeseran. Vena
jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang dilihat
adanya sianosis.
3. Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang
serius.
4. Perkemihan (B4: Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah
satu tanda awal dari syok.
5. Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan.
Kadang disertai penurunan berat badan.
6. Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan, sering
didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL (Activity)
2.2.6 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Insisi Bedah (SDKI D.0077 Hal.172)
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan Luka Insisi Bedah Tidak Terawat
(SDKI D.0142 Hal.304)
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Tindakan Pembedahan (SDKI D.0129
Hal.282)
4. Hipertermia berhubungan dengan Perubahan Termostat
(SDKI D.0130 Hal.282)
5. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Depresi Pusat Pernapasan (SDKI D.0005
Hal.26)
6. Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Depresi Otot Jantung (SDKI
D.0011 Hal.41)
7. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan Cairan Keluar Melalui
Kolostomi/Ileostomi
(SDKI D.0036 Hal.87)
20

8. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Mual, Muntah


(SDKI D.0019Hal.56)
21

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1 x 7 jam maka Manajemen Nyeri (SIKI I.08238
Insisi Bedah (SDKI D.0077
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil: Hal.201)
Hal.172)
1. Keluhan nyeri menurun 4 Observasi
2. Meringis menurun 5 1. Identifikasi lokasi,
3. Gelisah menurun 5 karakteristik, durasi, frekuensi,
4. Frekuensi ndi membaik 5 kualitas, intensitas nyeri
5. Pola napas membaik 5 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
22

9. Monitor efek samping


penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
23

dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539


2. Risiko Infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Hal.278)
24

Luka Insisi Bedah Tidak Terawat 1x7 jam, maka tingkat infeksi menurun, dengan Observasi
(SDKI D.0142 Hal.304)
Kriteria Hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Kemerahan menurun 5 local dan sistemik
2. Nyeri menurun 5 Terapeutik
3. Kultur area luka menurun 5 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada
area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan
25

cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

Perawatan Luka (SIKI I.14564


3. Gangguan Integritas Kulit Hal.328)
berhubungan dengan Tindakan
Pembedahan (SDKI D.0129 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
26

Hal.282) 1x7 jam maka integritas kulit dan jaringan 1. Monitor karakteristik luka (mis:
meningkat dengan kriteria hasil: drainase,warna,ukuran,bau
1. Hidrasi Meningkat 5 2. Monitor tanda –tanda infeksi
2. Perfusi jaringan Sedang 5 Terapiutik
3. Kerusakan jaringan menurun 5 1. Lepaskan balutan dan plester
4. Kerusakan lapisan kulit menurun 5 secara perlahan
2. Cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan
NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai di
kulit /lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis
luka
7. Pertahan kan teknik seteril
saaat perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi
setiap dua jam atau sesuai
27

kondisi pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-
35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis vitamin
A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
12. Berikan terapi
TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tandan dan gejala
infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makan
tinggi kalium dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement(mis: enzimatik
biologis mekanis,autolotik), jika
28

perl
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

Manajemen Hipertermia (SIKI


I.15506 Hal.181)
Observasi
4. Hipertermiaberhubungan dengan
Perubahan Termostat (SDKI Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Identifkasi penyebab
D.0130 Hal.282)
1x7 jam, maka termoregulasi membaik dengan hipertermi (mis. dehidrasi
29

kriteria hasil: terpapar lingkungan panas


1. Menggigil menurun 5 penggunaan incubator)
2. Suhu tubuh menurun 5 2. Monitor suhu tubuh
3. Tekanan darah sedang 5 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
30

7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

Pemantauan Respirasi (SIKI


I.01014 Hal.247)
Observasi
5. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi 1 x 7 jam maka
1. Monitor frekuensi, irama,
berhubungan dengan Depresi Pusat
pola napas membaik, dengan kriteria hasil:
Pernapasan(SDKI D.0005 Hal.26) kedalaman, dan upaya napas
1. Dipsnea sedang5
2. Monitor pola napas (seperti
31

2. Penggunaan otot bantu napas sedang 5 bradipnea, takipnea,


3. Pernapasan cuping hidung sedang 5 hiperventilasi, Kussmaul, Chey
4. Ortopnea sedang 5 ne-Stokes, Biot,  ataksik
3. Monitor kemampuan batuk
efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan
napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
32

pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika

Perawatan Jantung (SIKI I.02075


Hal.317)
Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7
1. Identifikasi tanda/gejala primer
jam maka, curah jantung meningkat dengan
Penurunan curah jantung
6. Risiko Penurunan Curah Jantung kriteria hasil: (meliputi dispenea, kelelahan,
berhubungan dengan Depresi Otot 1. Kekuatan nadi perifer sedang 5
Jantung (SDKI D.0011 Hal.41) adema ortopnea paroxysmal
33

2. Lelah menurun 5 nocturnal dyspenea,


3. Dispnea menurun 5 peningkatan CPV)
4. Tekanan darah sedang 5 2. Identifikasi tanda /gejala
sekunder penurunan curah
jantung (meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegali
ditensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk,
kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada
(mis. Intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapoan
34

9. Monitor aritmia (kelainan irama


dan frekwensi)
10. Monitor nilai laboratorium
jantung (mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekwensi nadisebelum dan
sesudah aktifitas
13. Periksa tekanan darah dan
frekwensi nadi sebelum
pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler
atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
35

kafein, natrium, kolestrol, dan


makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intermiten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
36

5. Ajarkan pasien dan keluarga


mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

Manajemen Cairan (SIKI I.03098
Hal.159)
Observasi
1. Monitor status hidrasi ( mis,
frek nadi, kekuatan nadi,

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama akral, pengisian kapiler,

1x 7 jam maka keseimbangan cairan meningkat kelembapan mukosa, turgor


kulit, tekanan darah)
7. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dengan kriteria hasil:
berhubungan dengan Cairan Keluar 1. Asupan cairan meningkat 5 2. Monitor berat badan harian
Melalui Kolostomi/Ileostomi (SDKI
3. Monitor hasil pemeriksaan
37

D.0036 Hal.87) 2. Haluaran urin sedang 5 laboratorium (mis.


3. Kelembaban membrane mukosa sedang 5 Hematokrit, Na, K, Cl, berat
4. Dehidrasi menurun 5 jenis urin , BUN)
4. Monitor status hemodinamik
( Mis. MAP, CVP, PCWP jika
tersedia)
Terapeutik
1. Catat intake output dan hitung
balans cairan dalam 24 jam
2. Berikan  asupan cairan sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan intravena bila
perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
38

Manajemen Nutrisi (SIKI I. 03119


Hal.200)
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Setelah dilakukan intervensi 1x 7 jam maka 3. Identifikasi makanan yang
status nutrisi membaik, dengan kriteria hasil: disukai
Porsi makan yang dihabiskan cukupmeningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori
8. Defisit Nutrisi berhubungan dengan
2. Frekuensi makan membaik5 dan jenis nutrient
Mual, Muntah (SDKI
39

D.0019Hal.56) 3. Nafsu makan membaik 5 5. Identifikasi perlunya


4. Bising usus membaik 5 penggunaan selang nasogastric
5. Membrane mukosa membaik 5 6. Monitor asupan makanan
6. Pengetahuan tentang standard asupan nutrisi 7. Monitor berat badan
yang tepat meningkat 5 8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
40

asupan oral dapat ditoleransi


Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
41
42

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta
dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2005).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
43

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Sused
Nim : 2018.C.10a.0986
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : Kamis , 29Oktober 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : Kamis , 29Oktober 2020 Jam 08.00 Wib
3.1 Pengkajian
Nama : Ny.W
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan: Kawin
Alamat : Kuala Kapuas
Tgl MRS : Oktober 2020
Diagnosa Medis : Post Laparatomi
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengeluh “Nyeri Bekas Operasi”,nyeri terasa terutama setelah berpindah
posisi,nyeri seperti ditusuk-tusuk,nyeri terasa di perut kanan menjalar ke perut kiri,skala
nyeri 6 ( Nyeri Sedang ),nyeri dirasakan sewaktu-waktu/kadang-kadang dengan durasi ± 5
menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
44

Pada tanggal 29 Oktober 2020, dirumah sepulang kerja, pasien mengeluhkan nyeri
perut kanan menjalar ke perut kiri setelah berpindah posisi. Kemudian keluarga memutuskan
pada hari itu juga pasien langsung dibawa ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus. Selama di IGD
pasiendi lakukan pemeriksaan dan tindakan medis dan kemudia Ny. W menjalani tindakan
Operasi laparatomi,Hari ini merupakan Post Op hari ke-3 Ny. W dengan luka post operasi di
perut ± 30 cm,terdapat 15 jahitan pada luka post laparatomi ,keadaan luka masih merah dan
sedikit berair. setelah dilakukan operasi Laporatomi klien dipindahkan keruang Gardenia
selama keadaan pasien membaik.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
3.1.2.3 Riwayat penyakit Dahulu (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi) :
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya,
pasien mengatakan tidak ada riwayat operasi, karena pasien baru kali ini masuk RSUD dr
Doris Sylvanus.
3.1.2.4 Riwayat penyakit keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
,menurun,menahun serta tidak ada dalam keluarga yang mengalami penyakit serupa.

GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. suami Klien
4. Tinggal Serumah
45

1.1.3 Pemerikasaan Fisik


1.1.3.1 Keadaan Umum :
Kesadaran umum klien compos mentis, pasien tampak nyeri, klien tampak
meringis , suasana hati sedih, berbaring terlentang, Terdapat Insisi (Sayatan) pada perut,
sayatan pada perut pasien vertical , luka post operasi di perut ± 30 cm ,terdapat 15 jahitan
pada luka post laparatomi ,terpasang perban dan terpasang infus Nacl 0,9% 15 Tpm.

1.1.3.2 Status Mental :


Tingkat kesadaran compos mentis , ekpresi wajah meringis, bentuk badan sedang,
cara berbaring terlentang bebas, berbicara jelas, suasana hati gelisah, penampilan cukup
rapi. Fungsi kognitif : klien mengetahui waktu (pagi, sore, malam), Klien mampu
mengenal keluarga dan perawat ruangan, klien mengetahui dirinya berada di Rumah
Sakit, klien tidak berhalusinasi, proses berpikir normal, insight baik, Mekanisme pertahan
diri adaptif.

Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.1.3.3 Tanda-Tanda Vital

S: 37,8 °C Axilla, N: 84x/menit, RR: 21x/menit, TD: 120/80mmHg

3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)

Bentuk dada simetris, Klien tidak perokok, tidak ada batuk, tidak ada sputum,
tidak ada sianosis, tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak, tipe pernapasan dada dan perut,
irama pernapasan teratur, dan suara pernapasan Vesikular.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.1.3.5 Cardiovaskular (Bleeding)


Nyeri dada tidak ada, klien tidak pusing, klien tidak sakit kepala, capillary refill
tidak ada, tidak ada oedema, kram kaki tidak ada, clubbing finger tidak ada, palpitasi tidak
ada, wajah pucat, tidak ada sianosis, ekstemitas atas baik, ekstermitas bawah ada masalah,
Ictus Cordis terlihat, Vena Jugularis tidak terlihat, suara jantung normal S1 S2 tidak ada
kelainan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.1.3.6 Persyarafan (Brain)


46

Nilai GCS : 15, E:4 (membuka mata spontan), V:5 (orientasi baik), M:6 (mengikuti
perintah), Kesadaran Compos menthis, pupil normal ,Refleks Cahaya normal, Nyeri pada
luka post operasi, Vertigo tidak ada ,klien tampak gelisah, tidak adaaphasia ,tidak ada
kesemutan, klien tampak bingung, tidak ada disarthia, tidak ada kejang, tidak ada tremor,
dan tidak ada pelo.
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat membedakan bau parfum dengan minyak kayu
putih.
Nervus Kranial II : (Optikus) Klien dapat melihat dengan jelas.
Nervus Kranial III : (Okulomotorius)pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke
bawah.
Nervus Kranial IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata.
Nervus Kranial V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata.
Nervus Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan mata kerateral.
Nervus Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah.
Nervus Kranial VIII : (Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas.
Nervus Kranial IX : (Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus) klien mampu
menelan. Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu menggerakan bahu kiri. Nervus
Kranial XII (Hipoglosal) klien dapat menggerakan lidahnya.
Uji Koordinasi:Ekstemitas Atas : jari ke jari positif, jari ke hidung positif, Estemitas bawah :
tumit ke jempul kaki positif, Uji Kestabilan Tubuh Positif
Masalah Keperawatan : : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)


Produksi urine ± 1.500 ml 6x/hari, warna kuning, bau khas amoniak, tidak ada
msalah/lacer, oliguria tidak ada, poliuri tidak ada, dysuria tidak ada, kateter tidak ada,
menetes, nyeri pada post operasi, tidak panas, Nocturi tidak ada, Cystostomi tidak ada,
inkotinen tidak ada, retensi tidak ada, hematuria tidak ada.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir tampak lembab, gigi lengkap, gusi tidak ada lesi, lidah lembab, mukosa lembab,
tonsil tidak ada peradangan, rectum tidak ada, haemoroid tidak ada, BAB 1x sehari warna
coklat padat tidak ada masalah,Bising usus tidak ada, nyeri tekan pada post operasi perut,
benjolan tidak ada.
47

Keluhan Lainnya : Dari hasil pengkajian fisik, disekitar luka Post operasi perut Luka sedikit
berair.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

3.1.3.9 Tulang-Otot-Intergumen (Bone)


Kemampuan pergerakan sendi bebas, parase tidak ada, paralise tidak ada, hemiparase
tidak ada, krepitas tisak ada, nyeri post operasi perut, tidak ada bengkak, kekakuan pada
perut, flasiditas tidak ada, spastisitas tidak ada, Ulcus ada pada post operasi perut, ukuran otot
simetris, Uji kekuatan otot Ekstemitas atas 5/5 Ekstermitas Bawah 5/5.
Keluhan lainnya :Keadaan luka masih merah dan sedikit berair,Terdapat Insisi (Sayatan) pada
perut, sayatan pada perut pasien vertical , luka post operasi di perut ± 30 cm ,terdapat 15
jahitan pada luka post laparatomi ,terpasang balutan perban.
Masalah Keperawatan :Nyeri Akut dan Risiko Infeksi

3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut


Riwayat alergi obat tidak ada, alergi makanan tidak ada,alergi kosmetik tidak ada,
suhu kulit hangat, warna kulit baik, turgor baik, tekstur kasar, lesi ada pada post operasi
perut, tidak ada jaringan parut, tekstur rambut baik,distribusi rambut baik, Bentuk kuku
simetris.
Keluhan lainnya : Dari hasil pengkajian fisik disekitar luka Post operasi perut Luka
berwarna merah.
Masalah Keperawatan : Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
3.1.3.11 Sistem Pendengaran
1) Sistem penglihatan
Fungsi penglihatan Baik, bola mata bergerak normal, skerela normal/putih, kunjungtiva
anemis, kornea bening dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
2) Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik.
3) Sistem penciuman
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada patensi, tidak ada obstruksi, tidak nyeri
tekan sinus, transluminasi tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak teraba, jaringan parut tidak teraba kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
48

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan


3.1.3.13 Sistem Reproduksi
Tidak ada kemerahan pada system reproduksi, gatal-gatal tidak ada, pendarahan
tidak ada, flour Albus tidak ada, clistoris tidak ada, labis tidak ada, uretra tidak ada,
kebersihan baik, tidak ada kehamilan, tafsiran partus tidak ada, tidak ada keluhan lain,
payudara simetris, putting menonjol, warna areola normal, Asi tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.14 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.14.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien mengetahui keadaannya yang sedang tidak sehat dan klien mengetahui tentang
penyakitnya dan ingin cepat sembuh dari penyakit yang dialaminya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.15.2 Nutrisi dan Metabolisme
TB : 158Cm IMT = BB = 40= 16,1 (kurus)
BB sekarang : 40Kg TB X TB 157 X 157
BB Sebelum sakit: 50Kg

Diet : Lunak, tidak ada diet khusus, ada mual dan muntah, kesukaran menelan, Rasa Haus,
tidak ada keluhan.

Pola makan sehari-hari Sesudah sakit Sebelum sakit


Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu Makan Kurang Baik
Jenis Makanan Bubur Nasi,sayur,ikan dll.
Jenis Minuman Air putih Air putih dan teh
hangat
Jumlah minum/cc/24 jam ± 600-1000cc 1100-1500
Kebiasaan makan Disiapakan oleh RS Masak sendiri dan
makanan cepat saji
Keluhan/masalah Tidak Nafsu Makan Tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi

3.1.15.3 Pola istirahat dan tidur :


Klien mengatakan sulit tidur,ruangan terasa lembab dan panas,ekspresi wajah klien
tampak merigis,tidur sebelum sakit : siang 45 menit dan malam 6-7 jam,tidur sesudah
sakit : klien tidak ada tidur siang ,malam 5 jam
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
49

3.1.15.4 Kognitif :
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
sekarang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.4.5 Konsep diri


G ambaran diri : Klien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang perempuan, ibu dari 3 anak
Peran diri : Sebagai Ibu, selama di rumah sakit klien mengatakan tidak bisa
melakukan apa-apa karena masih sakit.
Harga diri : Klien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah sakit pasien
tidak mampu bekerja sendiri.Namun setelah sakit pasien hanya bisa berbaring ditempat
tidur dengan posisi semi folwer.Saat pengkajian pasien tampak lemah, dan sebagian
aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluaga skala aktivitas pasien 2 ( pasien
memerlukan atau pengawasan orang lain)
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
3.1.4.7 Koping-Tolerasi terhadap stress
Klien mengatakan bila ada masalah biasanya ia ceritakan kepada suami dan
keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


Menganut agama Kristen,nilai keyakinan dengan tindakan medis tidak ada
pengaruhnya, klien menerima tindakan medis dan klien mengatakan meyakini
agamanya sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan.

3.1.5 Sosial Spiritual


3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
50

3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari


Klien menggunakan bahasa Dayak dan Indonesia
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Baik dan Harmonis
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik, kliendapat bekerja sama dengan tim kesehatan dalam pemberian tindakan
keperawatan.
3.1.5.5 Orang Penting / terdekat
Orang yang berarti bagi klien adalah keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Klien mengatakan waktu luang berkumpul dengan keluarganya
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Kegiatan beribadah klien baik dan aktif.
3.Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 29 Oktober 2020

Jenis pemeriksaan
Hasil Nilai normal
WBC 9, 72 x 10^3ˆ/ul 4.00-10.00
RBC 4.64 x 10^6/ul 3,50-5,50
HGB 13,3 g/dl 11-16
PLT 360 x 10^3/ul 150-400

Pemeriksaan labolatorium Tanggal 29 Oktober 2020


N Parameter Hasil Nilai normal
o
1 Glukosa- - <200
sewaktu
2 Glukosa puasa 155mg\dl 65-100
3 Glukosa 2 jam 263 mg\dl < 140
PP

Pemerksaan Lab kimia klinik tanggal 29 -11 -2020

No Parameter Hasil Satuan Nilai normal


1 Glukosa puasa 158 Mg/dl 65-110
2 Glukosa 2 jam PP 140 Mg/dl <140
51

3 Asam urat 4,0 Mg/dl L :4,0- 7,0 P : 2,4-5,7


4 Trigliserida 159 Mg/dl <165
5 Kolesterol total 207 Mg /dl <200
6 Kolesterol HDL 50 Mg/dl >40
7 Kolesterol LDL 125 Mg/dl <180
52

3.1.7 Penatalaksanaan Medis

No Terapi Medis Dosis Rute Indikasi


1. Infus Nacl 0,9% 15Tpm IV Untuk memberikan air dan elektrolit yang di perlukan untuk
tubuh.
2. Aminofluid:Evelip 100cc IV cairan penyuplai nutrisi yang diberikan secara parenteral
1;2;1 (injeksi). Cairan ini mengandung elektrolit, glukosa dan
protein yang biasanya diberikan kepada pasien sebelum atau
setelah melakukan tindakan medis, seperti operasi.
3. Cravit 500 mg IV Untuk mengobati infeksi saluran pernapasan seperti sinusitis,
bronkitis kronis, selain itu dapat digunakan untuk infeksi
saluran kemih dan infeksi kulit.
4. Nefrisol 6x250 cc Oral Makanan diet khusus yang diformulasikan untuk gangguan
ginjal kronik pada tahap dialisis, terutama untuk membantu
memenuhi kebutuhan protein yang hilang akibat dialisis
untuk mencapai 1,2 – 1,3 g protein/kg/hari.
5. Metronidazole 3x1 tab Oral obat antibiotik untuk mengobati infeksi. Obat ini bekerja
dengan cara menghentikan pertumbuhan berbagai bakteri dan
parasit. 
53

Palangka Raya,29 Oktober 2020

Mahasiswa,

SUSED
54

TABEL ANALISA DATA


DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS :
Klien mengeluh Nyeri
Pada Post Operasi,
nyeri terasa terutama
setelah berpindah
Insisi Bedah
posisi, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri
Menyebabkan Perlukaan Pada
terasa di perut kanan
Abdomen
menjalar ke perut kiri
skala nyeri 6 (Nyeri
Sedang),nyeri Jaringan saraf terputus Nyeri Akut
dirasakan sewaktu-
waktu/kadang- Rangsangan pada nosiseptor
nyeri
kadangdengan durasi ±
5 menit
DO :
Nyeri Akut
- Klien Tampak
Gelisah
- Klien Tampak
Meringis
- Pada daerah bekas
operasi terlihat
kemerahan
- Luka Post Operasi di
perut ±30cm
- Terdapat 15 jahitan
pada luka post
operasi
- Skala Nyeri 6(Nyeri
55

Sedang)
- TTV :
TD :120/80mmHg,
S : 37,8ºC,
R : 21x/menit,
N : 84x/menit.

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengatakan
bahwa ada 15 jahitan
pada perut.
DO :
Tindakan Pembedahan
- Luka Post Operasi di
Gangguan
perut ±30cm
Adanya Insisi Bedah Integritas
- Terdapat 15 jahitan Kulit/Jaringan
pada luka post operasi
Gangguan Integritas
- Luka Post Operasi Kulit/Jaringan
Merah dan Sedikit
Berair
- Terpasang Perban
diperut
- Sayatan pada perut
post operasi vertical
56

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengatakan
luka post operasi merah
dan berair
DO :
- Keadaan luka post Luka Insisi Bedah Tidak
Terawat
operasi tampak
Risiko Tinggi
masih merah dan Infeksi
Adanya Peningkatan Leukosit
sedikit berair
- Terdapat 15 jahitan
Risiko Tinggi Infeksi
pada luka post
operasi
- Terpasang perban
diperut
- Sayatan Post Operasi
vertical
- TTV :
TD :120/80mmHg,
S : 37,8ºC,
R : 21x/menit,
N : 84x/menit
57

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS :
Klien mengatakan tidak Produksi glukosa dari
simpanan protein dan lemak
nafsu makan
DO :
Kadar keton dan asidosis
- Klien tampak tidak
nafsu makan
Nafas berbau keton
- Klien hanya
Defisit Nutrisi
memakan makanan 2
Anoreksia
sendok makan
- Klien tampak kurus
Kram/ Nyeri Abdomen
- Klien tampak lemas
- Klien tampak pucat
Nafsu Makan Berkurang
- IMT : 16,1 (kurus)
- Nilai (GCS) 15
Defisit Nutrisi
- Berat badan klien
berkurang 10 kg

\
58

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS:
- Klien mangatakan
sulit tidur sebelum
sakit : siang 45
menit dan malam 6-
7 jam,tidur sesudah
sakit : klien tidak Suhu kulit hangat
ada tidur siang
,malam 5 jam. Gelisah
DO :
- Suhu klien teraba Waktu tidur berkurang Gangguan pola
hangat tidur
- Klien tampak Ketidak nyamanan
gelisah
- Wajah klien tampak Gangguan pola tidur
meringis
- Tida ada kuantitas
tidur siang
- Kuantitas tidur
malam 5 jam
- TTV :
TD : 120/ 80 mmhg
N : 84 x/menit
S : 37, °C
RR : 21 x/menit
59

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS :
pasien mengatakan
Suplai oksigen menurun
aktivitas klien
dibantu,sulit bergerak
Distribusi oksigen ke seluruh
karena merasa lemas
tubuh menurun
DO:
Intoleransi
- Pasien tampak
Terjadi metabolisme anaerob aktifitas
lemah dalam tubuh
- nyeri bertambah sasat
dipindahkan
Timbul asam laktat
posisinya dari
duduk ke berdiri
- Pasien tampak
Intoleransi aktifitas
dibantu oleh
kelurganya pada
saat beraktivitas
- kesadaran
compos metis
- Skala aktivitas 2
( pasienmemerlukan
bantuan atau
pengawasan
orang lain.)
60

Prioritas Masalah

1. Nyeri Akut berhubungan dengan insisi bedah dibuktikan


dengan Klien mengeluh Nyeri Pada Post Operasi, nyeri
terasa terutama setelah berpindah posisi, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri terasa di perut kanan menjalar ke perut kiri skala
nyeri 6 ( Nyeri Sedang ), nyeri dirasakan sewaktu-
waktu/kadang-kadangdengan durasi ± 5 menitKlien Tampak
Gelisah, Klien Tampak Meringis, Pada daerah bekas operasi
terlihat kemerahan, Skala Nyeri 6(Nyeri Sedang)TTV : TD :
120/80mmHg, S : 37,8ºC, R : 21x/menit, N : 84x/menit.
2. Gangguan Integritas Kulit/jaringan berhubungan dengan
tindakan pembedahan dibuktikan dengan Klien mengatakan
bahwa ada 15 jahitan pada perut, Luka Post Operasi di perut
±30cm,, Luka Post Operasi Merah dan Sedikit Berair,
Terpasang Perban diperut, Sayatan pada perut post operasi
vertical .
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah tidak
terawat dibuktikan dengan Klien mengatakan luka post
operasi merah dan berair, Keadaan luka post operasi tampak
masih merah dan sedikit berair, Terdapat 15 jahitan pada luka
post operasi, Terpasang perban diperut, Sayatan Post Operasi
vertical , TTV : TD :120/80mmHg, S : 37,8ºC, R : 21x/menit,
N : 84x/menit.
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kram/nyeri abdomen
dibuktikan dengan Klien mengatakan tidak nafsu makan,
Klien tampak tidak nafsu makan, Klien hanya memakan
makanan 2 sendok makan, Klien tampak lemas, Klien tampak
pucat, Berat badan klien berkurang 10 kg.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
yang ditandai dengan Ny.W mengeluh sulit tidur,suhu kulit
teraba hangat ,gelisah,ekspresi wajah meringis,tidak ada
aktivitas tidur siang,aktivitas tidur malam 5 jam dan
pemeriksaan,dan hasil pemeriksaan TD : 120/ 80 mmhg,N :
84 x/menit, S : 37,8 °C, RR : 21 x/menit
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2
ke jaringan sekunder dibuktikan dengan pasien tampak
gelisah,mengeluh nyeri pada saat beraktivitas dan hanya
dibantu oleh keluarga pasien.
61

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. W
Ruang Rawat : Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional

1. Nyeri Akut berhubungan 1. Identifikasi lokasi, 1. Menge


dengan insisi bedah
Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, tahui lokasi
dibuktikan dengan Klien
keperawatan selama 2 x 8 jam maka
mengeluh Nyeri Pada Post frekuensi, kualitas, terjadinya nyeri
tingkat nyeri menurun, dengan
Operasi, nyeri terasa
kriteria hasil: intensitas nyeri
terutama setelah berpindah
1. Keluhan nyeri cukup menurun (4)
posisi, nyeri seperti ditusuk- 2. Identifikasi skala nyeri 2. Menge
2. Klien Tidak Meringis (5)
tusuk, nyeri terasa di perut
3. Klien Tidak Gelisah (5) tahui skala nyeri
kanan menjalar ke perut kiri
4. Kesulitan tidur menurun (5)
skala nyeri 6 ( Nyeri Sedang 3. Identifikasi faktor yang 3. Menge
5. TTV dalam batas normal
), nyeri dirasakan sewaktu-
memperberat dan tahui faktor
waktu/kadang- 1) TD = 120/80mmHg
kadangdengan durasi ± 5 memperingan nyeri pemberat nyeri
2) Nadi = 60-100x/Menit
menitKlien Tampak
Gelisah, Klien Tampak 3) RR =16-24x/Menit
Meringis, Pada daerah 4. Memb
4) Suhu = 36-37,5℃
bekas operasi terlihat 4. Berikan teknik erikan kenyaman
kemerahan, Skala Nyeri
6(Nyeri Sedang)TTV : TD : nonfarmakologis untuk untuk
120/80mmHg, S : 37,8ºC, R mengurangi rasa nyeri mengurangi
: 21x/menit, N : 84x/menit
(mis. TENS, hypnosis, nyeri
akupresur, terapi musik,
62

biofeedback, terapi pijat,


aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, 5. Untuk
pencahayaan, kebisingan) mengontrol
lingkungan yang
memperberat
6. Ajarkan teknik nyeri
nonfarmakologis untuk 6. Menga
mengurangi rasa nyeri jarkan teknik
napas dalam
untuk
7. Kolaborasi pemberian
mengurangi
analgetik, jika perluseperti
nyeri
paracetamol
7. Untuk
meredakan nyeri
63

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor 1. Mengetahui karakteristik
Kulit/jaringan luka
keperawatan selama 17 jam maka karakteristik luka (mis:
berhubungan dengan
tindakan pembedahan integritas kulit dan jaringan drainase,warna,ukuran,
dibuktikan dengan Klien
meningkat dengan kriteria hasil: bau
mengatakan bahwa ada 15 2. Membersihkan luka
jahitan pada perut, Luka 2. Bersihkan dengan cairan NACL
Post Operasi di perut 1. Perfusi jaringan meningkat (5)
dengan cairan NACL
±30cm,, Luka Post 2. Kerusakan jaringan menurun
Operasi Merah dan atau pembersih non 3. Memberikan salep yang
Sedikit Berair, Terpasang (1) sesuai untuk kulit/lesi
toksik,sesuai kebutuhan
Perban diperut, Sayatan 3. Kerusakan lapisan kulit 4. Memasang balutan sesuai
pada perut post operasi 3. Berikan salep luka
vertical . menurun (5) 5. Memberikan kesterilan
yang sesuai di kulit
4. TTV normal saat melakukan
/lesi, jika perlu perawatan luka
TD : 120/80 mmHg
4. Pasang
N : 80 x/menit 6. Mengajarkan dalam
balutan sesuai jenis perawatan luka
S : 360C
luka
RR : 22 x/menit 5. Pertahankan 7. Untuk meningkatkan
jaringan kulit
Teknik steril saat
perawatan luka
6. Ajarkan
prosedur perawatan
luka secara mandiri
64

7. Kolaborasi
pemberian antibiotic,
Jika PerluSeperti
Metronidazole
65

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan 1. Menge
berhubungan
keperawatan selama 2x8 jam, gejala infeksi local dan tahui tanda dan
dengan luka insisi
bedah tidak maka tingkat infeksi menurun, sistemik gejala infeksi
terawat dibuktikan
dengan Kriteria Hasil: 2. Berikan 2. Memb
dengan Klien
mengatakan luka 1. Kemerahan pada kulit perawatan kulit pada erikan perawatan
post operasi merah
klien menurun (5) area edema pada kulit yang
dan berair,
Keadaan luka post 2. Nyeri menurun (5) 3. Pertahankan beresiko infeksi
operasi tampak
3. Kultur area luka membaik teknik aseptic pada 3. Meme
masih merah dan
sedikit berair, (5) pasien berisiko tinggi pertahakan teknik
Terdapat 15
4. Anjurkan aseptic pada pasien
jahitan pada luka
post operasi, meningkatkan asupan beresiko tinggi
Terpasang perban
nutrisi 4. Menga
diperut, Sayatan
Post Operasi 5. Anjurkan njurkan
vertical , TTV :
meningkatkan asupan meningkatkan
TD :
120/80mmHg, S : cairan asupan nutrisi
37,8ºC, R :
6. Ajarkan cara 5. Menga
21x/menit, N :
84x/menit. memeriksa kondisi njurkan
luka atau luka operasi meningkatkan
asupan cairan
6. Menga
66

jarkan cara
memeriksa luka

Diagnosa Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
4.Defisit Nutrisi Setelah melakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi
berhubungan dengan
keperawatan selama 1x7 jam maka, 2. Monitor asupan makanan 2. Memonitor asupan makan
kram/nyeri abdomen
dibuktikan dengan nafsu makan membaik dengan 3. Sajikan 3. Memberikan makanan
Klien mengatakan
kriteria hasil: makanan secara menarik yang menarik untuk
tidak nafsu makan,
Klien tampak tidak 1. Keingnan dan suhu yang sesuai menambah nafsu makan
nafsu makan, Klien
makan meningkat (5) 4. Berikan suplemen 4. Untuk menambah nafsu
hanya memakan
makanan 2 sendok 2. Asupan makanam, jika perlu makan
makan, Klien
makanan meningkat (5) 5. Anjurkan posisi 5.Menganjurkan klien untuk
tampak lemas, Klien
tampak pucat, Berat 3. Asupan duduk, jika mampu duduk saat makan
badan klien
Cairan meningkat (5) 6. Kolaborasi 6. Untuk meningkatkan
berkurang 10 kg.
dengan ahli gizi untuk nafsu makan
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
67

Diagnosa Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
5.Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Identifikasi pola aktivitas 1. M
berhubungan dengan asuhan keperawatan dan tidur engumpulkan data seberapa lama
ketidaknyamanan yang 4x24 jam diharapkan 2. Modifikasi lingkungan aktivitas dan tidur klien
ditandai dengan Ny.W masalah gangguan pola 2. Menciftakan lingkungan yang
mengeluh sulit tidur dapat teratasi, 3. Sesuaikan jadwal nyaman
tidur,suhu kulit teraba dengan kriteria hasil : pemberian obat 3. Membantu dalam menunjang siklus
hangat 1 Tidur malam 8 jam 4. Tetapkan jadwal tidur tidur
,gelisah,ekspresi wajah 2 Suhu badan normal rutin 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
meringis,tidak ada 3 Klien rileks 5. Jelaskan pentingnya tidur
aktivitas tidur 4 TTV normal cukup selama sakit 5. Memberitahukan pentingnya
siang,aktivitas tidur TD : 120/80 mmHg kecukupan tidur untuk
malam 5 jam dan N : 80 x/menit meningkatkan kesehatan
6. Anjurkan menepati
pemeriksaan S : 360C kebiasaan waktu tidur
6. Mendorong waktu tidur tepat
waktu.
RR : 22 x/menit
68

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


6.Intoleransi Tujuan :setelah dilakukan tindakan 1. Observasi respon 1. Evaluasi
aktifitasberhubungan dengan keperawatan 1x7 jam meningkatkan individu terhadap kelemahan dan
penurunan suplai O2 ke toleransi aktifitas pasien aktivitas (status tingkat toleransi
jaringan sekunder dibuktikan Kriteria hasil : pernafasan dan pucat) aktivitas pasien
dengan pasien tampak 1. Tanda-tanda vital normal 5 2. Mengobservasi 2. Untuk
gelisah,mengeluh nyeri pada 2. Menunjukkan peningkatan tanda-tanda vital mengetahui
saat beraktivitas dan hanya toleransi aktivitas 5 perkembangan
dibantu oleh keluarga pasien. lebih lanjut
3. Anjurkan pasien
untuk istirahat 1 jam
setelah makan 3. Meningkatkan
(misalnya berbaring toleransi
atau duduk aktivitas pasien
4. Ciptakan lingkungan
yang terapeutik

4. Lingkungan
5. Tingkatkan aktivitas yang terapeutik
secara bertahap membantu
69

dengan periode proses


istirahat diantara dua penyembuhan
aktivitas misalnya 5. Meningkatkan
duduk dulu sebelum istirahat untuk
tidur dan berjalan menurunkan
setelah tidur kebutuhan
6. Kolaborasi oksigen tubuh
pemberian oksigen 6. Meningkatkan
setelah beraktivitas perfusi jaringan
bila terjadi dan
peningkatan status meningkatkan
pernafasan suplai oksigen
70
71

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.W


Ruang Rawat :Gardenia
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
Diagnosa 1 1. Mengidentifikasi lokasi dan S : Klien mengatakan nyeri
Kamis ,29 Oktober 2020 penyebab nyeri berkurang
Jam 14.00 WIB 2. Mengidentifikasi skala nyeri O :
3. Mengidentifikasi faktor 1. Post operasi hari ke-3
pemberat nyeri 2. Klien tampak lebih
4. Memberikan memberikan tenang
teknik nonfarmakologis 3. Kemerahan sekitar luka
seperti terapi musik dan operasi berkurang
aromaterapi. 4. Keluhan nyer iberkurang
5. Mengontrol lingkungan 5. Skala Nyeri dari 6
yang memperberat nyeri menjadi 3
Sused
6. Mengajarkan cara teknik 6. Suhu ruangan normal
napas dalam pada klien 7. Klien tampak melakukan
7. Menjelaskan penyebab, teknik napas dalam
periode, dan pemicu nyeri 8. Klien tampak paham
8. Berkolaborasi dalam tentang masalah nyeri
pemberian analgetik Seperti yang dialaminya
Paracetamol 9. Pemberian Analgetik
seperti Paracetamol
untuk pereda nyeri
10. TTV dalam batas Normal
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjukan Intervensi no.
1,2,3,4,5,7,8 dan 9
72

Diagnosa 2 1. Mengidentifikas S : Klien mengatakan ada 15 jahitan


Kamis,29 Oktober i karakteristik luka pada perut
2020 2. Membersihkan O:
Pukul 15.00 WIB luka dengan menggunakan - Post operasi hari ke-3
Cairan NACL - Kedalaman luka post op ±30cm
3. Memberikan - Terdapat 15 jahitan pada perut
salep yang sesuai pada - Kemerahan pada luka berkurang
kulit/jaringan dan tidak berair
4. Memasang - Sayatan pada perut vertical
balutan/perban sesuai jenis luka - Membersihan luka menggunakan Sused
5. Memberikan NACL
sterilisasi saat perawatan luka - Pemberian salep pada kulit/
6. Mengajarkan jaringan pada klien
prosedur perawatan luka - Terpasang balutan perban pada
7. Bekolaborasi perut
dalam pemberian - Melakukan perawatan luka secara
AntibiotikSeperti Metronidazole sterilisasi
- Klien tampak dapat melakukan
perawatan luka secara mandiri
- Pemberian Antibiotik seperti
Metronidazole
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,7
73

Diagnosa 3 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala S : Klien mengatakan kemerahan pada


Kamis , 29 Oktober infeksi luka post operasi berkurang dan
2020 2. Memberikan perawatan luka pada tidak berair lagi.
Pukul 16.00 WIB area post operasi O:
(Diagnosa 3) 3. Mempertahakan teknik aseptic pada - Post operasi hari ke-3
pasien beresiko tinggi - Kemerahan pada Luka post operasi
4. Menganjurkan meningkatkan asupan berkurang dan tidak berair lagi Sused
nutrisi - Dilakukan perawatan luka pada post
5. Menganjurkan meningkatkan asupan operasi
cairan - Melakukan teknik aseptik
6. Menjelaskan tanda dan gejala - Klien tampak meningkatkan asupan
tejadinya infeksi nutrisi dan cairan
7. Mengajarkan klien cara memeriksa - Klien dapat memeriksa luka post
luka operasi operasi
- Operasi post hari ke-3
- TTV dalam batas Normal
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no.1,2,3,4,5
74

Diagnosa 4 1. Mengidentifikasi status nutrisi S : Klien mengatakan nafsu makan


Kamis ,29 Oktober klien meningkat
2020 2. Memonitor asupan makanan klien O :
Pukul 16.30 WIB 3. Menyajikan makanan yang - Post operasi hari ke-3
menarik pada klien - Nafsu makan klien meningkat
4. Memberikan Suplemen makan - Klien mampu menghabisi
kepada klien untuk menambah makanan yang diberikan Sused
nafsu makan seperti Curvit Sirup - Klien tidak lemas
5. Menganjurkan untuk duduk ketika - Klien tidak pucat
makan - Berat badan belum meningkat
6. Berkolaborasi dalam pemberian - Klien diberikan Suplemen makan
gizi pada klien seperti Curvit Sirup
- Berkolaborasi dalam pemberian
gizi pada klien
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi no.1,2,3,4,6

Diagnosa 5 1 Mengidentifikasi pola aktivitas


Kamis , 29 Oktober
dan tidur (Tidur siang pukul S = klien mengatakan tidur menjadi
2020
Jam 17 .00 WIB 13:00-14:00 WIB dan tidur nyenyak
malam 22:00-05:00 WIB, O=
tetapkan jadwal tidur rutin) - Klien mengerti dan ingin
melakukan jadwal tidur rutin
2 Modifikasi lingkungan (suhu
- Tidur siang pukul 13:00-14:00
rungan 20 °C kulit klien teraba WIB dan tidur malam 22:00- Sused
05:00 WIB, klien menjadi lebih
hangat)
rileks
3 Menjelaskan pentingnya tidur - Kulit klien teraba hangat
- Tidur malam mnejadi 7 jam
cukup selama sakit (klien
- TTV dalam batas normal
mengerti dan ingin melakukan TD : 120/80 mmHg
75

jadwal tidur rutin) N : 80 x/menit


S : 36.0C
4 Tetapkan jadwal tidur rutin (tidur
RR : 22 x/menit
siang pukul 13:00-14:00 WIB dan
A = Masalah teratasi
tidur malam 22:00-05:00 WIB,
P = intervensi terselesaikan
klien menjadi lebih rileks)

Diagnosa 6 1. Menciptakan lingkungan yang


Kamis , 29 Oktober
terapeutik S : Pasien mengatakan lelah setelah
2020
Jam 17.30 WIB 2. Mengobservasi respon individu berakifitas
terhadap aktivitas (status O:
pernafasan dan pucat) 1. Nadi = 96x/menit
3. Mengobservasi tanda-tanda vital 2. RR = 26x/menit Sused
4. Menganjurkan pasien untuk 3. Pasien tampak lemah
istirahat 1 jam setelah makan 4. Pasien tampak sesak
(misalnya berbaring atau duduk) 5. Belum menunjukkan
5. Tingkatkan aktivitas secara peningkatan toleransi
bertahap dengan periode istirahat aktivitas
diantara dua aktivitas misalnya
A: Masalah belum teratasi
duduk dulu sebelum tidur dan
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
berjalan setelah tidur
76

CATATAN PERKEMBANGAN 1

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan dan


Nama Perawat
Jumat , Diagnosa 1 : S : Klien mengatakan nyeri berkurang
30 Oktober 2020 Post Operasi Hari Ke-4 O:
10.30 1. Mengidentifikasi lokasi dan - Post operasi hari ke-4
penyebab nyeri - Klien tampak lebih tenang
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Meringis berkurang
3. Mengidentifikasi faktor
- Kemerahan Berkurang
pemberat nyeri
4. Memberikan memberikan - Klien tampak mengalihkan rasa nyeri
teknik nonfarmakologis seperti dengan terapi musik dan aromaterapi
terapi musik dan aromaterapi. - Keluhan nyeriberkurang
5. Berkolaborasi dalam pemberian - Skala Nyeri dari 6 menjadi 3
analgetik Seperti Keterolac Sused
- Suhu ruangan normal
- Klien tampak melakukan teknik napas
dalam
- Pemberian Analgetik seperti keterolac
untuk pereda nyeri
- TTV dalam batas Normal

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjukan Intervensi no. 2,4,5,6
77

Jumat , 30 Diagnosa 2 S : Klien mengatakan ada 15 jahitan pada


Oktober 2020 Post Operasi Hari Ke-4 perut
Pukul 11.00 1. Mengidentifikasi karakteristik O :
WIB luka - Post operasi hari ke-4
2. Membersihkan luka dengan - Kedalaman luka post op ±30cm
menggunakan Cairan NACL - Terdapat 15 jahitan
3. Memberikan salep yang sesuai
- Kemerahan pada luka berkurang dan
pada kulit/jaringan
4. Memasang balutan/perban sesuai tidak berair
jenis luka - Sayatan pada perut verticak
5. Memberikan sterilisasi saat - Membersihan luka menggunakan
perawatan luka NACL Sused
6. Bekolaborasi dalam pemberian - Terpasang balutan perban pada perut
Antibiotik Seperti Penisilin - Melakukan perawatan luka secara
sterilisasi
- Pemberian Antibiotik seperti penisilin
untuk mengobati infeksi kulit

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4,5,6

Jumat, 30 Oktober Diagnosa 3 S : Klien mengatakan kemerahan pada luka


78

2020 Post Operasi Hari Ke-4 post operasi berkurang dan tidak
Pukul 11.30 WIB
1. Mengidentifikasi tanda dan berair lagi.
gejala infeksi O:
2. Memberikan perawatan luka - Post operasi hari ke-4
pada area post operasi - Kemerahan pada Luka post operasi
3. Mempertahakan teknik aseptic berkurang dan tidak berair lagi
Sused
pada pasien beresiko tinggi - Dilakukan perawatan luka pada post
4. Menganjurkan meningkatkan operasi
asupan nutrisi - Melakukan teknik aseptik
5. Menganjurkan meningkatkan - Klien dapat memeriksa luka post operasi
asupan cairan - TTV dalam batas Normal

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi 2 dan 3

Jumat, 30 Diagnosa 4 S : Klien mengatakan nafsu makan


oktober 2020
Post Operasi Hari Ke-4 meningkat
79

Pukul 12.30 1. Mengidentifikasi status nutrisi O :


WIB
klien - Post operasi hari ke-4
2. Memonitor asupan makanan klien - Nafsu makan klien meningkat
3. Menyajikan makanan yang - Klien mampu menghabisi makanan
menarik pada klien yang diberikan
4. Memberikan Suplemen makan - Klien tidak lemas
kepada klien untuk menambah - Klien tidak pucat Sused
nafsu makan seperti Curvit Sirup - Berat badan belum meningkat
5. Berkolaborasi dalam pemberian - Klien diberikan Suplemen makan
gizi pada klien seperti Curvit Sirup
- Berkolaborasi dalam pemberian gizi
pada klien

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4,5

Jumat, 30 Diagnosa 5 S : Klien mengatakan tidurnya nyenyak


Oktober 2020 Post Operasi Hari Ke-4 O:
Pukul 13.00 1. Mengidentifikasi faktor yang - Post operasi hari ke-4
80

WIB menggangu tidur - Klien tampak tidak lemas


2. Memodifikasi lingkungan (mis,
- Kesulitan tidur berkurang
pencahayaan, kebisingan, suhu
ruangan dan tempat tidur) - Suhu ruang normal Sused
3. Melakukan prosedur untuk
- Klien tampak rileks dengan posisi
meningkatakan kenyamanan (mis.
Pijat dan mengantur posisi) supinasi
4. Kolaborasi pemberian analgetik
- Pola tidur klien kembali normal
seperti keterolac
- Tidur siang sekitar 1 jam dan Tidur
malam sekitar 7-8 jam
- Berkolaborasi dalam Pemberian
analgetic keterolac untuk meredakan
nyeri

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4

Jumat, 30 Diagnosa 6 S : Pasien mengatakan lelah setelah


Oktober 2020 1. Menciptakan lingkungan yang
beraktifitas
Pukul 13.00
terapeutik
WIB O:
2. Mengobservasi respon individu
- Nadi = 96x/menit
terhadap aktivitas (status
- RR = 26x/menit
pernafasan dan pucat)
- Pasien tampak lemah
Sused
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
- Pasien tampak sesak
4. Menganjurkan pasien untuk
- Belum menunjukkan peningkatan
istirahat 1 jam setelah makan
81

(misalnya berbaring atau duduk) toleransi aktivitas


5. Meningkatkan aktivitas secara
A: Masalah belum teratasi
bertahap dengan periode
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4 dan 5
istirahat diantara dua aktivitas
misalnya duduk dulu sebelum
tidur dan berjalan setelah tidur
82

CATATAN PERKEMBANGAN 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan dan


Nama Perawat
Sabtu, Diagnosa 1 : S : Klien mengatakan nyeri berkurang
30 Oktober 2020 Post Operasi Hari Ke-5 O:
10.30 1.Mengidentifikasi lokasi dan - Post operasi hari ke-5
penyebab nyeri - Klien tampak lebih tenang
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Meringis berkurang
3.Memberikan memberikan - Kemerahan Berkurang
teknik nonfarmakologis - Klien tampak mengalihkan rasa nyeri
seperti terapi musik dan dengan terapi musik dan aromaterapi
aromaterapi. - Keluhan nyeriberkurang Sused

4.Berkolaborasi dalam - Skala Nyeri dari 3 menjadi 1


pemberian analgetik Seperti - Suhu ruangan normal
Keterolac - Klien tampak melakukan teknik napas
dalam
- Pemberian Analgetik seperti keterolac
untuk pereda nyeri
- TTV dalam batas Normal

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjukan Intervensi no. 2,4,5,7
83

Sabtu , 30 Diagnosa 2 S : Klien mengatakan ada 15 jahitan pada


Oktober 2020
Post Operasi Hari Ke-5 perut
Pukul 11.00
WIB 1. Mengidentifikasi karakteristik O :
luka - Post operasi hari ke-5
2. Membersihkan luka dengan - Kedalaman luka post op ±30cm
menggunakan Cairan NACL - Terdapat 15 jahitan
3. Memasang balutan/perban sesuai - Tidak ada Kemerahan pada luka tidak
jenis luka berair
Sused
4. Memberikan sterilisasi saat - Sayatan pada perut vertical
perawatan luka - Membersihan luka menggunakan
5. Bekolaborasi dalam pemberian NACL
Antibiotik Seperti Penisilin - Terpasang balutan perban pada perut
- Melakukan perawatan luka secara
sterilisasi
- Pemberian Antibiotik seperti penisilin
untuk mengobati infeksi kulit

A : Masalah teratasi sebagian


84

P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4,5,6

Sabtu, 30 Diagnosa 3 S : Klien mengatakan kemerahan pada


Oktober 2020
Post Operasi Hari Ke-5 luka post operasi berkurang dan tidak
Pukul 11.30
WIB 1. Mengidentifikasi berair lagi.
tanda dan gejala infeksi O:
2. Memberikan - Post operasi hari ke-5
perawatan luka pada area - Kemerahan pada Luka post operasi
post operasi berkurang dan tidak berair lagi
Sused
3. Mempertahakan - Dilakukan perawatan luka pada post
teknik aseptic pada pasien operasi
beresiko tinggi - Melakukan teknik aseptik
- TTV dalam batas Normal

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi 2 dan 3
85

Sabtu , 30 Diagnosa 4 S : Klien mengatakan nafsu makan


oktober 2020
Post Operasi Hari Ke-5 meningkat
Pukul 12.30
WIB 1. MO :
engidentifikasi status nutrisi - Post operasi hari ke-5
klien - Nafsu makan klien meningkat
2. M - Klien mampu menghabisi makanan
emonitor asupan makanan yang diberikan
klien - Klien tidak lemas
3. M - Klien tidak pucat Sused
enyajikan makanan yang - Berat badan meningkat
menarik pada klien - Klien diberikan Suplemen makan
4. M seperti Curvit Sirup
emberikan Suplemen makan - Berkolaborasi dalam pemberian gizi
kepada klien untuk pada klien
menambah nafsu makan
A : Masalah teratasi
seperti Curvit Sirup
P : Masalah teratasi
5. B
erkolaborasi dalam
pemberian gizi pada klien
86

Sabtu , 30 Diagnosa 5 S : Klien mengatakan tidurnya nyenyak


Oktober 2020 Post Operasi Hari Ke-5 O:
Pukul 13.00 1. Mengidentifikasi faktor yang - Post operasi hari ke-5
WIB
menggangu tidur - Klien tampak tidak lemas
2. Memodifikasi lingkungan (mis, - Klien tidur nyenyak
Sused
pencahayaan, kebisingan, suhu - Suhu ruang normal
ruangan dan tempat tidur) - Klien tampak rileks dengan posisi
3. Melakukan prosedur untuk supinasi
meningkatakan kenyamanan - Pola tidur klien kembali normal
(mis. Pijat dan mengantur posisi) - Tidur siang sekitar 1 jam dan Tidur
4. Kolaborasi pemberian analgetik malam sekitar 7-8 jam
seperti keterolac - Berkolaborasi dalam Pemberian
analgetic keterolac untuk meredakan
nyeri

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi teratasi

Sabtu, 30 Diagnosa 6 S : Pasien mengatakan lelah setelah


Oktober 2020 1.Menciptakan lingkungan yang
87

Pukul 13.00 terapeutik beraktifitas


WIB
O:
2. Mengobservasi respon individu
- Nadi = 60nx/menit
terhadap aktivitas (status
- RR = 22 x/menit
pernafasan dan pucat)
- Pasien tidak lemah Sused
3. Mengobservasi tanda-tanda vital - Pasien tidak sesak

4. Menganjurkan pasien untuk - Sudah menunjukkan peningkatan

istirahat 1 jam setelah makan toleransi aktivitas

(misalnya berbaring atau duduk) A: Masalah teratasi

5. Meningkatkan aktivitas secara P: Masalah teratasi

bertahap dengan periode


istirahat diantara dua aktivitas
misalnya duduk dulu sebelum
tidur dan berjalan setelah tidur
88

BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Laparatomiadalahpembedahanperut,membukaselaput perut dengan operasi. (Lakaman
2011).Post Operasi Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahanpada area
abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkanbahwatindakan
post operatif dilakukan dalam tahap yaitu periode pemulian segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihanter sebut membutuhkan perawatan
post laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di
berikan kepada klien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
Berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis menyimpulkan beberapa hal :
Pengkajian pada Ny. W dengan diagnosa Post Laparatomi dengan pengkajian kondisi
luka,perkembangan kesembuhan pasien pengetahuan pasien mengenai penyakit nya.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan kasus ini ada enam,yaitu Nyeri Akut
berhubungan dengan insisi bedah,Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
tidakan pembedahan,Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi,Defisit nutrisi
berhubungan dengan kram/nyeri abdomen,Gangguan pola tidur berhubungan dengan
ketidaknyamanan,Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke
jaringan sekunder. Dalam perencanaan keperawatan pada laporan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Post Laparatomi dilakukan Merawata luka,Mengidentifikasi tanda dan gejala
infeksi, Mengajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar,Mengidentifikasi rasa
nyeri,Mengidentifikasi Pola tidur,Mengidentifikasi Intoleransi aktivitas. Mengajarkan
tekhnik napas dalam dan batuk efektif,mengatur posisi klien. Implementasi keperawatan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini.
Fasilitas yang berada di ruangan mendukung penulis dalam melakukan tindakan-tindakan
kepada pasien.Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap
penderita post laparatomi. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai
pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien
maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya
89

DAFTAR PUSTAKA

Dorlan, W.A. Newman. (2012) dalam Erlin Natalia (2016). Kamus Kedokteran Dorlan : Edisi
28. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. p. 702, 1003.
Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. (2012). Asuhan keperawatan post operasi pendekatan
nanda, nic, noc. Yogyakarta : Nuha Medika
Jitowiyono S. (2010) dalam Neli (2017). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Muha
Medika.
Keith L. Moore , Arthur F. Dalley AM. A. Clinically Oriented Anatomy. 7th Ed. China; 2014.
LeMone, P., Burke, K. and Bauldoff, G. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.5th edn.
Jakarta:EGC
Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.
Sjamsuhidajat dan Wim De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Vol 3. Jakarta: EGC.
PPNI.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.(SDKI). Jakarta
PPNI.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.(SIKI). Jakarta
PPNI.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.(SLKI). Jakarta
90

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI

DISUSUN OLEH
NAMA :
SUSED 2018.C.10a.0986

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
91

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Nyeri


Sasaran : Pasien dan Keluarga di Ruangan Gardenia
Hari,tanggal : Kamis ,29 Oktober 2020
Tempat : Rumah Sakit Doris Sylvanus Ruang Gardenia
Waktu : 30 Menit
Penyuluhan : Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Eka Harap
Palangka Raya

1. Tujuan Instruksional umum


Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
pengertian nyeri
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu :
a) Menyebutkan pengertian nyeri
b) Menyebutkan macam-macam nyeri
c) Menyebutkan penyebab nyeri
d) Menyebutkan tujuan mengatasi nyeri
e) Menyebutkan cara mengatasi nyeri
3. Materi
a) Pengertian nyeri
b) Macam-mam nyeri
c) Penyebab nyeri
d) Tujuan mengatasi nyeri
e) Cara mengatasi nyeri
4. Metode
a) Ceramah
b) Diskusi/Tanya Jawab
5. Media
a) Leaflet
6. Evaluasi
1). Bentuk : test lisan
2). Materi test :
Klien dapat menjelaskan kembali :
a). Menyebutkan pengertian nyeri
92

b). Menyebutkan macam-macam nyeri

c). Menyebutkan penyebab nyeri

d). Menyebutkan tujuan mengatasi nyeri

e). Menyebutkan cara mengatasi nyeri

7. Kegiatan Penyuluhan

N
Waktu KegiatanPenyuluh Kegiatan Peserta
o
1. Pembukaan :
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
mengucap salam.
b. Mendengarkandan
1 b. Menjelaskan tujuan dari
5menit
penyuluhan. memperhatikan
c. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
pPelaksanaan : a. Memperhatikan dan
Menjelaskan tentang : menjawab pertanyaan yang
a) Menyebutkan pengertian nyeri di ajukan.
b) Menyebutkan macam-macam
b. Bertanya dan menjawab
2 15 menit nyeri
c) Menyebutkan penyebab nyeri pertanyaan yang di ajukan.
d) Menyebutkan tujuan
mengatasi nyeri
e) Menyebutkan cara mengatasi
nyeri
1. Evaluasi : Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan kepada peserta
3 5menit tentang materi yang telah
3.
diberikan, meminta peserta untuk
mengulang kembali.
Terminasi : a. Mendengarkan

4 a. Mengucapkan terimakasih b. Menjawab salam


5 menit
atas perhatian peserta
b. Mengucapkan salam penutup.
8 Tugas Pengorganisasian
Pemberian Materi :
93

9 Tugas Pengorganisasian
Pemberian Materi :
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh
individu yang mengalaminya,yang ada kapanpun individu mengatakannya atau
nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme
pertahanan organisasi tubuh terhadap suatu lesi (kerusakan jaringan)
2. Macam-Macam Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan karena suatu
cidera,prosedur pembedahan,proses penyakit atau fungsi abnormal otot
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang
waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu normal tercapainya suatu
peyembuhan periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan
3. Penyebab nyeri
Adanya gangguan jaringan tubuh sehingga jaringan tubuh tidak bisa berfungsi
secara normal.
4. Tujuan Mengatasi Nyeri
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Merelaksasi ketegangan otot
3. Mengalihkam perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang
4. Mengurangi kecemasan
5. Cara Mengatasi Nyeri
1. Tehnik Relaksasi
Tehnik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara
perlahan melalui mulut dengan gerakan lambat dan teratur.
2. Tehnik Distraksi
Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri misalnya :
 Mengobrol dengan orang lain
94

 Mendengarkan musik
 Melakukan aktivitas atau permainan seperti bermain catur
 Membaca dan menonton
3. Tehnik Imajinasi
Membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan
4. Tehnik Rangsangan Dan Masase (Pijatan)
Untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan
nyeri tidak dipersepsikan,misalnya :
 Menggosok kulit atau mengusap-usap kulit
 Kompres dengan air panas atau hangat
95

Pengertian
Macam-Macam Nyeri

Nyeri adalah sensasi


Penyebab
1. Nyeri Akut
apapun yang Nyeri akut dapat didefinisikan
menyakitkan tubuh sebagai nyeri yang Adanya gangguan
yang dikatakan oleh disebabkan karena suatu jaringan tubuh
individu yang cidera,prosedur sehingga jaringan
mengalaminya,yang pembedahan,proses penyakit tubuh tidak bisa
ada kapanpun individu atau fungsi abnormal otot
mengatakannya atau
berfungsi secara
2. Nyeri kronik
nyeri adalah perasaan Nyeri kronik didefinisikan normal
spesifik seseorang yang sebagai nyeri yang menetap Tujuan Mengatasi
diinformasikan oleh melebihi rentang waktu suatu Nyeri
mekanisme pertahanan proses akut atau melebihi
1. Mengurangi rasa
organisasi tubuh kurun waktu normal
terhadap suatu lesi tercapainya suatu nyeri
(kerusakan jaringan) peyembuhan periodenya 2. Merelaksasi
dapat bervariasi dari 1 hingga ketegangan otot
6 bulan 3. Mengalihkam
perhatian agar
nyeri tidak terasa
atau hilang
4. Mengurangi
kecemasan
96

Cara Mengatasi 3. Tehnik Imajinasi


Nyeri
Membayangkan
1. Tehnik Relaksasi sesuatu yang
MANAJEMEN NYERI
Tehnik nafas dalam menarik dan
melalui hidung menyenangkan
kemudian
mengeluarkannya
secara perlahan
melalui mulut dengan
gerakan lambat dan
teratur.
2. Tehnik Distraksi
Memfokuskan
perhatian diri pada 4. Tehnik Rangsangan
sesuatu selain pada Dan Masase (Pijatan)
nyeri misalnya :
 Untuk menghalangi
Mengobrol dengan DISUSUN OLEH :
orang lain sampainya rangsangan
 nyeri ke otak agar
Mendengarkan musik SUSED
 Melakukan aktivitas rangsangan nyeri tidak
atau permainan dipersepsikan,misalnya :
seperti bermain catur  Menggosok kulit atau
mengusap-usap kulit YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA
 Membaca dan RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
menonton  Kompres dengan air PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
panas atau hangat 2020
97
36
ISSN: 2548-1843

EISSN: 2621-8704

STUDI DESKRIPTIF PERAWATAN LUKA PASIEN DENGAN


INFEKSI POST OP LAPAROTOMI DI KABUPATEN
SUMEDANG

Ressa Andriyani Utami1), Cecep Eli Kosasih2), Anastasia Anna2)


1
) Dosen Akademi Keperawatan RS Husada , Jakarta, 10730, Indonesia
2
) F.Kep, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, 45363, Indonesia

E-mail :ressa.andriyani.utami@gmail.com

ABSTRAK

Laparotomi merupakan tindakan pembedahan pada area abdominal untuk mengatasi


masalah kesehatan. Risiko infesi dapat terjadi akibat perawatan luka yang tidak
adekuat pasca operasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan perawatan luka pasien post operasi laparotomi
di Kabupaten Sumedang. Sampel penelitian adalah 60 responden, diambil dengan
random sampling. Pengukuran pelaksanaan perawatan luka digunakan
menggunakan instrumen SOP Pelaksanaan Perawatan Luka Depkes RI
menggunakan metode observasi non partisipasif. Hasil penelitian menunjukkan
tahap pengkajian yang dilakukan oleh perawat dilaksanakan 44% adekuat, 35%
tahap analisa data adekuat, 48% perencanaan keperawatan adekuat , 32%
implementasi adekuat, dan 80% tahap evaluasi dan dokumentasi adekuat. Penelitian
ini merekomendasikan untuk perawat untuk melakukan perawatan luka sesuai SOP
dan pihak Rumah Sakit menyediakan fasilitas yang memadai untuk melakukan
tindakankeperawatan.

Kata kunci : infeksi nosokomial, laparotomi, pasca operasi, perawatan luka

ABSTRACT

Laparotomy is a surgical procedure in the abdominal area to overcome health


problems. The risk of infection can occur due to inadequate postoperative wound
care. This study used a descriptive approach to determine the description of the
implementation of wound care for postoperative laparotomy patients in Sumedang
District. The study sample was 60 respondents, taken by random sampling.
Measuring the implementation of wound care was used using the SOP of the
Ministry of Health's Republic of Indonesia Health Care Implementation Instrument
98

using a non-participatory observation method. The results showed that the stage of
the study carried out by nurses was 44% adequate, 35% of the data analysis stage
was adequate, 48% of adequate nursing planning, 32% of adequate implementation,
and 80% of the evaluation and documentation stages were adequate.

. This study recommends that nurses do wound care according to the SOP and the
Hospital provides adequate facilities to carry out nursing actions.

Keywords: nosocomial infections, laparotomy, postoperative, wound care


47

PENDAHULUAN kematian. Mikroorganisme dapat


Pelayanan keperawatan di Rumah mencapai jaringan selama dilakukan
Sakit merupakan salah jenis pembedahan, perawatan luka,
pelayanan kuratif professional penggantian balutan, dan tindakan
utamayang diselenggarakan untuk minor yang melibatkan luka
memenuhi kebutuhan serta tuntutan bedah.Sedangkan penyebaran
masyarakat sebagai pengguna jasa mikroorganisme tersebut dapat
kesehatan.Pelayanan keperawatan melalui manusia (yaitu: perawat,
dilakukan sebagai upaya pasien atau setiap orang yang
meningkatkan derajat kesehatan, menyentuh luka tersebut); benda mati
mencegah penyakit, penyembuhan, (yaitu: instrument, benang jahit, sprei,
pemulihan dan pemeliharaan kain kassa dan cairan); udara (yaitu:
kesehatan yang dilakukan sesuai debu, droplet udara dari orang yang
dengan wewenang, tanggung jawab membantu bedah atau yang merawat
dan etika profesi keperawatan.(Awad luka, serta teknik sterilisasi dan
et al,2009). desinfeksi yang dipakai kurang tepat).
Tujuan teknis aseptik adalah untuk
Permasalahan yang sering dihadapi mengurangi atau menghilangkan
pada post operasi adalah terjadinya sejumlah mikroorganisme, baik yang
komplikasi pada luka operasiterutama terdapat pada permukaan benda hidup
infeksi, yaitu suatu keadaan masuknya (kulit/jaringan) maupun yang terdapat
kuman, menetap dan multiplikasi. pada permukaan benda-benda mati
Infeksi Luka Operasi (ILO) (alat-alat kesehatan) hingga mencapai
merupakan kondisi yang ditandai taraf yang aman (Gruendemann,
dengan adanya pus, inflamasi, 2005).
bengkak nyeri dan panas . (Awad et
al, 2009). Kuman tersebut masuk ke Laparatomi merupakan pembedahan
dalam tubuh yang mengakibatkan perut sampai membuka selaput perut.
berbagai manifestasi dari yang ringan Sedangkan yang dimaksud
seperti pengingkatan suhu tubuh pembedahan perlaparatomi adalah
sampai yang berat seperti sepsis yang berbagai jenis operasi pada uterus,
dapatmengakibatkan operasi pada tuba fallopii dan operasi
JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari201SN: 2548-1843, EISSN:2621-8704)
19 (IS
48

pada ovarium. Ada empat cara (Kozier, 1991).Proses perawatan


pembedahan pada perut, yaitu: terhadap rumah sakit akan menurun
midline incision,paramedium, dengan tingginya angka Infeksi
Nosokomial. Untuk menurunkan
,transverse upper abdomen incision,
tingkat Infeksi Nosokomial harus
dan transverse lower abdomen
dilakukan beberapa pencegahan,
incision. Indikasi untuk dilakukan
diantaranya; mengisolasi sumber
laparatomi adalah jika terjadi trauma
infeksi potensial dengan barrier
abdomen (baik tumpul maupun
keperawatan, membersihkan dan
tajam), perforasi, peritonitis,
melakukan desinfeksi secara efektif
perdarahan saluran pencernaan
terhadap lingkungan fisik, mencuci
(Internal Blooding), adanyan
tangan efektif, teknik pembalutan
sumbatan pada usus halus dan besar
aseptik, dan barrier keperawatan
dan adanya masa pada
terbalik atau isolasi protektif
abdomen.Komplikasi yang biasanya
(Morison, Moya,2004).
terjadi pada klien post laparatomi,
diantaranya; infeksi luka operasi, Penelitian mengenai gambaran
ventilasi paru tidak adekuat, perawatan post operasi laparatomi ini
gangguan kardiovaskuler, gangguan dilakukan karena berdasarkan hasil
keseimbangan cairan dan elektrolit, Studi Pendahuluan yang didapatkan
gangguan rasa nyaman dan injury dari Instalasi Bedah Sentral dan SIM
(Arif & Kumala,2009). RS , jumlah tindakan operasi
laparatomi lebih banyak dilakukan
Setiap operasi merupakan tindakan
daripada jumlah tindakan operasi
yang dapat mengancam jiwa
lainnya, seperti: appendectomy.
penderita. Operasi pada dasarnya
Berdasarkan data yang diperoleh,
merupakan trauma yang akan
jumlah tindakan laparatomi dari bulan
menimbulkan perubahan faali sebagai
Januari 2016 sampai Desember 2016
respon (Sjamsuhidajat, 1997). Oleh
sebanyak 185 orang, sedangkan
karena itu, maka perawatan pasca
jumlah tindakan appendectomy dari
bedah dinilai sangat penting karena
bulan Januari 2016 sampai Desember
merupakan fase pemulihan pasien
2016 hanya 121 orang. Selain itu,
49
data mengenai kejadian dilakukan untuk menemukan adanya
laparatomipasien yang telah menjalani
operasi pembedahan perut. Adapun kebutuhan-kebutuhan fisik dan
tujuan perawatan post laparatomi, psikologis yang ada dan memfasilitasi
antara lain; mengurangi komplikasi
akibat pembedahan, mempercepat pasien untuk pulih (Lippincott, 1997).
penyembuhan, mengembalikan fungsi Seorang pasien yang masuk Rumah
pasien semaksimal mungkin seperti
sebelum operasi, mempertahankan Sakit untuk menjalani perawatantentu
konsep diri pasien, dan
berharap mendapat kesembuhan atau
mempersiapkan pasienpulang.
perbaikan penyakitnya, setidaknya
Infeksi Rumah Sakit sering disebut mendapat keringanan keluhannya.
sebagai Infeksi Nosokomial. Infeksi Namun adakalanya pasien terkena
nosokomial adalah infeksi yang infeksi baru yang mengakibatkan
timbul atau terjadi sesudah 72 jam penyakitnya lebih berat, lebih lama
perawatan pada pasien rawat inap perawatannya, banyak tindakan
didapat di rumah sakit dan terjadi diagnostik yang harus dilakukan serta
pada pasien yang dirawat lebih obat yang dibutuhkan dan biaya yang
lamadari masa inkubasi suatu penyakit meningkat.
(Zulkarnain, Iskandar, 2006). Infeksi
nosokomial dapat terjadi karena Perawatan pasca bedah merupakan
faktor kontaminasi kuman, keadaan salah satu runtutan dari keperawatan
penderita, keadaan setempat pada perioperatif, yaitu istilah yang
luka, lama perawatan sebelum digunakan untuk menggambarkan
operasi, dan lama operasi (Depkes tanggungjawab keperawatan yang
RI, 1993:3). Hal ini perlu diantisipasi berhubungan dengan fase-fase pre
agar kejadian tersebut tidak dialami operasi, intra operasi dan pasca
oleh pasien dengan melakukan operasi (Capernito, 1999).Perawatan
perawatan secara paripurna mulai dari pasca bedah dimulai sejak klienselesai
persiapan pre operatif dan post pembedahan dan berlanjut sampai
operatif dengan baik. MenurutPalmar klien selesai perawatan medis (Lewis
(1987), persiapan yang dilakukan et.all. 2000). Perawatan post
laparatomi adalah bentuk pelayanan
perawatan yang di berikankepada
50

pasien yang telah menjalani operasi mulai dari pre operatif dapat
pembedahan perut. Adapun tujuan mencegah infeksi luka operasi di atas
perawatan post laparatomi, antara lain; 1 % sadangkan intra operatif dan
mengurangi komplikasi akibat pembedahan, post operatif dapat mencegah infeksi
mempercepat nosokomial di bawah1%.
penyembuhan, mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti sebelum Infeksi post laparatomi adalah infeksi
operasi, mempertahankan konsep diri pada waktu penderita di rawat di
pasien, dan mempersiapkan pasienpulang. rumah sakit tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut (Kozier,
Infeksi Rumah Sakit sering disebut et al, 1991:462). Infeksi nosokomial
sebagai Infeksi Nosokomial. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara
nosokomial adalah infeksi yang host, agent dan environment.Ada
timbul atau terjadi sesudah 72 jam beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan pada pasien rawat inap terjadinya infeksi nosokomial, yaitu:
didapat di rumah sakit dan terjadi faktor endogen seperti umur, seks,
pada pasien yang dirawat lebih penyakit penyerta dan faktor eksogen
lamadari masa inkubasi suatu penyakit seperti lama penderita dirawat di
(Zulkarnain, Iskandar, 2006). Infeksi rumah sakit, kelompok yang merawat
nosokomial dapat terjadi karena penderita, lingkungan, peralatan, dan
faktor kontaminasi kuman, keadaan teknis medis yang dilakukan
penderita, keadaan setempat pada (Hasbullah T, 1993:8). Infeksi
luka, lama perawatan sebelum nosokomial merupakan masalah yang
operasi, dan lama operasi (Depkes besar di suatu Rumah Sakit, apalagi
RI, 1993:3). Hal ini perlu diantisipasi di Rumah Sakit dengan jumlah pasien
agar kejadian tersebut tidak dialami yang banyak dan tenaga perawat yang
oleh pasien dengan melakukan sedikit. Di negara maju program
perawatan secara paripurna mulai dari pengendalian infeksi lebih baik
persiapan pre operatif dan post dibandingkan dengan negara
operatif dengan baik. MenurutPalmar berkembang. Di Amerika Serikat
(1987), persiapan yang dilakukan dilaporkaninfeksimencapat5%per
tahun bahkan mungkin lebih baik
51

dengan angka mortalitas 1 % (Utji R,


1993:5).
kasa steril di area yang steril.

Hasil penelitian di beberapa Rumah Sedangkan terhadap 2 pasien lainnya

Sakit Amerika memperlihatkan tindakan perawatan luka dilakukan

insiden infeksi nosokomial sesuai dengan SOP (Standar

menduduki peringkat kedua setelah Operasional Prosedur) yang mengacu

infeksi saluran kemih. Datanya adalah pada standar DepartemanKesehatan

sebagai berikut: infeksi saluran R.I. dimana perawat mempertahankan

kemih: 42%, infeksi luka operasi prinsip steril, menggunakan sarung

nosokomial: 21%, infeksi saluran tangan, mencuci tangan dengan

bagian bawah: 14% dan bekteriemia: antiseptic serta menggunakan pinset

5%, sisanya infeksi yang lain steril untuk mengambil kassa/kapas

(Beunett, 1998). Di Indonesia, data steril.

dari studi epidemiologi tentang


Ruang perawatan pasca bedah
infeksi nosokomial masih sangat
memiliki SOP (Standar Operasional
sedikit. Data klinis yang berasal dari
Prosedur) mengenai perawatan luka
Rumah Sakit Rujukan nasional
yang mengacu pada Panduan
ataupun profesi menunjukan bahwa
Perawataan Luka Departemen
insiden nosokomial masih tergolong
Kesehatan R.I tahun 1995 dan sudah
tinggi.
disosialisasikan kepada perawat

Pencegahan Infeksi Nosokomial pelaksana yang berkerja di RS. Akan

sangat penting karena dampak dari tetapi, pelaksanaannya terkadang tidak

infeksi tersebut sangat merugikan, sesuai SOP tersebut. Banyak hal yang

diantaranya: proses penyembuhan mempengaruhi petugas/perawat

luka laparatomi akan menjadisemakin melakukan tindakan yang kurang

lama, hospitalisasi menjadi semakin baik, karena tindakan seseorang akan

lama, biaya perawatan dan dipengaruhi oleh fasilitas, kebiasaan

pengobatan akan meningkat serta dan dukungan dari lingkungansekitar,

mortalitas semakin naik. Selain itu, sikapdan

tingkat kepercayaan masyarakat


52

pada tahun 2016 adalah sebanyak


0,29% dan infeksi post laparatomi
pada tahun 2016 adalah 1,81%.Angka
infeksi tersebut menunjukkan angka
yang cukup tinggi karena sebaiknya
angka tersebut adalah dibawah1%.

Pada saat dilakukan studi


pendahuluan melalui observasi dan
wawancara pada perawat pelaksana
dan pasien yang sedang dirawat pada
di RS di wilayah Kabupaten
Sumedang, pelaksanaan tindakan
secara aseptik terhadap 3 (tiga) dari 5
(lima) orang pasien yang meliputi
kesterilan alat, dan antiseptik
meliputi: desinfeksi luka, mencuci
tangan dan isolasi masih kurang
diperhatikan, misalnya dalam hal
mencuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakan perawatan luka masih
ada diantaranya perawat yang tidak
melakukan cuci tangan terlebih
dahulu, ada juga yang mencuci tangan
tidak memakai antiseptik, dan
dalampelaksanaan perawatan luka
sendiri masih ada perawat yang tidak
menggunakan sarung tangan dan juga
penggunaan pinset yang telah
dipergunakan pada luka tetapidipakai
juga untuk mengambil kapas atau
53

Pelaksanaan perawatan luka pasca menurunkan angka kejadian infeksi


laparatomi dilakukan melalui proses nosokomial. Berdasarkan latar
perawatan yang terdiri dari 4 (empat) belakang di atas, maka penulis
tahapan, yaitu: pengkajian, persiapan melakukan studi deskriptif mengenai
(klien, alat-alat dan lingkungan), perawatan Luka pada Pasien dengan
pelaksanaan perawatan luka, dan infeksi Post Laparatomy di RS yang
evaluasi serta dokumentasi yang ada di Kabupaten Sumedang”.
masing-masing saling
berkesinambungan dan berkaitan satu
METODE
sama lain. Perawatan luka pasca
laparatomi dikatakan adekuat jika Jenis penelitian yang digunakan
proses pengkajian, persiapan (klien, dalam penelitian ini adalah penelitian
alat-alat dan lingkungan) didapat hasil deskriptif.Pada penelitian ini penulis
lebih dari 65%, dan tidak adekuat jika ingin menjelaskan gambaran
didapat hasil kurang atau mengenai kondisi perawatan luka
samadengan 65%. Pelaksanaan pada klien pasca laparatomi di RS
perawatan luka pada klien pasca Jakarta, apakah pelaksanaannya
operasi laparatomi di RS nampak adekuat atau tidak adekuat mulai dari
masih belum optimal/ adekuat tahap pengkajian, persiapan (klien,
sehubungan dengan latar belakang alat-alat dan lingkungan),
pendidikan dan pengalaman kerja pelaksanaan, serta evaluasi dan
perawat yang bervariasi dan kurang dokumentasi. Sampel pada penelitian
lengkapnya alat-alat atau instrument ini adalah 60 orang perawat dengan
di ruangan serta dokumentasi yang menggunakan metode total sampling.
kurang lengkap. Instrumen yang digunakan berasal
dari Pedoman Pelaksanaan Perawatan
Setelah melakukan studi pendahuluan
Luka Dep.Kes.R.I. tahun 1995
maka penelitian ini penting dilakukan
halaman 66-67. Jumlah instrument
untuk mengetahui bagaimana
yang akan digunakan tergantung pada
gambaran perawatan luka post
variabel yang diteliti. Pada penelitian
laparatomi sehingga dapat dilakukan
ini variabel yang diteliti jumlahnya
pencegahan-pencegahan untuk
satu variabel dengan empat sub
54
variabel. Pengisian instumen
55

dilakukan oleh tiga orang observer. Variabel Sub n %


Teknik observasi menggunakan variabel
Jenis Laki-laki 17 28,3
metode observasi non partisipasif.
kelamin Perempua 43 71,7
Lembar observasi akan diisi pada saat n
Masa ≤ 10 tahun 18 30
responden melakukan tindakan kerja
>10 tahun 42 70
perawatan luka oleh observer, yaitu
Tingkat DIII 49 81,7
peneliti itu sendiri dan dua orang tim
pendidika Profesi 11 18,3
pengumpul data yang akan membantu n
penulis. Teknik pemilihan timbantuan
Hasil analisa variabel pengkajian,
pengumpul datanya adalah dengan
analisa data, perencanaan pelaksanaan
bekerjasama dengan pihak Rumah
dan evaluasi serta dokumentasi
Sakit dengan kriteria: perawat
keperawatan digambarkan melalui
pelaksana minimal memiliki tingkat
tabel di bawah ini:
pendidikan DIII dan memiliki
Tabel 2
pengalaman bekerja minimal 5tahun. Distribusi frekuensi pelaksanaan
perawatan luka pada pasiendengan
Pembobotan instrument menggunakan infeksi post oplaparatomy
Variabel Sub n %
scoring 0 dan 1. Jumlah observasi 44 variabel
Pengkajian Adekuat 4 73,3
pernyataan. Kriteria scoring dari tiap- 4
Tidak 1 26,7
tiap observasi sebagai berikut: nilai 1 adekuat 6
Analisa Adekuat 2 35
jika kegiatan kritikal point Data 1
Tidak 3 65
dilaksanakan dan nilai 0 jika kegiatan adekuat 9
Perencanaan Adekuat 4 80
kritikal point tidak dilaksanakan. 8
Tidak 1 20
adekuat 2
Implementas Adekuat 3 53,3
HASIL i 2
Tidak 2 46,7
adekuat 8
Pada penelitian ini didapatkan hasil Evaluasidan Adekuat 4 80
8
analisis univariat mengenai usia, dokumentasi
Tidak 1 20
jenis kelamin dan tingkat pendidikan adekuat 2
dengan data sebagaiberikut Pada penelitian ini diperoleh
Tabel 1 gambaran pelaksanaan perawatan
Distribusi frekuensi karakteristik
luka, mulai dari tahap pengkajian
responden
56
sampai dengan tahap evaluasi.Pada
57

tahap pengkajian didapatkan data44% berupa sayatan tegak lurus(vertikal),


adekuat melaksanakan tahapan
pengkajian sesuai SOP, pada tahap
analisa data didapatkan 35% adekuat
perawat membuat analisa data
keperawatan, pada tahap perencanaan
48% perawat secara adekuat
melakukan perencanaan keperawatan,
pada tahap implementasi sebanyak
32% perawat secara adekuat
melaksanakan tahapan implementasi
sesuai SOP, pada tahap evaluasi dan
dokumentasi sebanyak 80% perawat
secara adekuat melaksanakan tahapan
evaluasi dan dokumentasi sesuai
SOP.

PEMBAHASAN

Fokus penelitian ini adalah untuk


mengatahui gambaran yang jelas
tentang pelaksanaan perawatan luka
pada pasien dengan infeksi
postlaparatomi di RS.Luka adalah
suatu kerusakan anatomi berupa
diskontinuitas jaringan yang
disebabkan oleh trauma dari luar
(Perdanakusuma,1998).
Laparatomi merupakan suatu tindakan
pembedahan membuka abdomen
dengan cara membuat sayatan,
dimana tipe sayatan tersebutdapat
58
miring (diagonal) (Monahan, et.
all., 1998). Pendapat yang lebih
singkat dikemukakan oleh (Ahmad,
2002) bahwa laparatomi merupakan
pembedahan perut, membuka
selaput perut dengan
operasi.Berdasarkan data dari SIM
RS, tindakan operasi laparatomy
dapat dilakukan atas berbagai
indikasi misalnya herniotomy,
operasi caesar dan operasi lainnya
yang membuka jaringanperut.

Widasari (2002) mengungkapkan


faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi pada luka pasca
bedah (laparatomi)
adalah karakteristik
pasien, misalnya usia, nutrisi,
imunologi, penyakit dan obat-
obatan, serta jenis perlukaan
(bersih/kotor). Selain hal-hal diatas,
jenis pembedahan bisa menjadi
faktor risiko terjadinya infeksi
nosokomial, jenis operasi cito lebih
berisiko mengalami infeksi
dibandingkan jenis operasi elektif.
Infeksi luka operasi laparatomi,
yang hampir seluruhnya merupakan
infeksi nosokomial, menjadi
kendala bagi kesehatan, karena
menyebabkan efek bermakna pada
peningkatan angka mortalitas
dan morbiditas. Teknik perawatan
59

luka pada klien post laparatomi yang penurunan fungsi hati dapat
baik akan mengurangi risiko mengganggu sintesis dari faktor
timbulnya komplikasi terhadap pembekuan darah; berdasarkan nutrisi
pasien, tetapi apabila teknik yang menyatakan penyembuhan
dilakukan kurang baik, maka akan menempatkan penambahan
meningkatkan risiko timbulnya pemakaian pada tubuh. Klien
komplikasi. memerlukan diit kaya protein,
karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
Luka adalah kerusakan hubungan
dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
antar jaringan-jaringan pada kulit,
kurang nutrisi memerlukan waktu
mukosa membran dan tulang atau
untuk memperbaiki status nutrisi
organ tubuh lain (Agung, 2005).
mereka setelah pembedahan jika
Selain itu, menurut Koiner danTaylan
mungkin. Klien yang gemuk
(2001), Luka adalah terganggunya
meningkatkan resiko infeksi luka dan
integritas normal dari kulit dan
penyembuhan lama karena supply
jaringan di bawahnya yang terjadi
darah jaringan adipose tidak adekuat,
secara tiba-tiba atau disengaja,
berdasarkan infeksi menyatakan
tertutup atau terbuka, bersih atau
infeksi luka menghambat
terkontaminasi, superficial atau
penyembuhan (Ismail,2008).
dalam. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengertian luka Kondisi fisik dapat mempengaruhi
seperti Klasifikasi Luka yang penyembuhan luka.Adanya sejumlah
diklasifikasikan dalam beberapa besar lemak subkutan dan jaringan
bagian antara lain luka disengaja dan lemak (yang memiliki sedikit
Luka tidakdisengaja. pembuluh darah) mengakibatkan
gangguan sirkualsi dan oksigenisasi
Ismail (2008) menjelaskan faktor
pada jaringan.Pada orang-orang yang
yang mempengaruhi luka yaitu:
gemuk penyembuhan luka lambat
berdasarkan usia menyatakan bahwa
karena jaringan lemak lebih sulit
anak dan dewasa penyembuhan lebih
menyatu, lebih mudah infeksi, dan
cepat daripada orang tua. Orangtua
lama untuk sembuh. Aliran darah
lebih sering terkena penyakitkronis,
dapat terganggu pada orang dewasa
60

dan pada orang yang menderita tubuh akibat dari obstruksi dari aliran
gangguan pembuluh darah perifer, darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
hipertensi atau diabetes millitus. balutan pada luka terlalu ketat. Dapat
Oksigenasi jaringan menurun pada juga terjadi akibat faktor internal
orang yang menderita anemia atau yaitu adanya obstruksi pada
gangguan pernapasan kronik pada pembuluh darah itu sendiri; Diabetes
perokok. Kurangnya volume darah dengan Hambatan terhadap sekresi
akan mengakibatkan vasokonstriksi insulin akan mengakibatkan
dan menurunkan ketersediaan oksigen peningkatan gula darah, nutrisi tidak
dan nutrisi untuk penyembuhan luka; dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal
Hematoma (bekuan darah), tersebut juga akan terjadi penurunan
merupakan hal yang sering terjadi, protein-kalori tubuh; Keadaan
sehingga darah pada luka secara lukamenyatakan bahwa keadaan
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk khusus dari luka mempengaruhi
kedalamsirkulasi. kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka
Apabila terdapat bekuan yang besar,
dapat gagal untuk menyatu. Beberapa
hal tersebut memerlukan waktu untuk
diantaranya adalah penggunaan obat
dapat diabsorbsi oleh tubuh, sehingga
antiinflamasi (seperti steroid dan
menghambat proses penyembuhan
aspirin), dimana heparin dan anti
luka; berdasarkan faktor benda asing
neoplasmik mempengaruhi
bahwa benda asing seperti pasir atau
penyembuhanluka.
mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum Penggunaan antibiotik yang lama
benda tersebut diangkat. Abses dapat membuat seseorang rentan
initimbul dari serum, fibrin, jaringan terhadap infeksi luka seperti steroid
sel mati dan lekosit (sel darah putih), akan menurunkan mekanisme
yang membentuk suatu cairan yang peradangan normal dan tubuh
kental yang disebut dengan nanah terhadap cedera, antikoagulan dapat
(Ismail, 2008) Iskemia merupakan mengakibatkan perdarahan, antibiotik
suatu keadaan dimana terdapat dapat efektif diberikan segera
penurunan suplai darah padabagian sebelum pembedahan untukbakteri
61
penyebab kontaminasi yangspesifik.
jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular
(Ismail, 2008).

Sotani (2009) mengungkapkan bahwa


dalam proses penyembuhan luka
dapat diklasifikasikan menjadi
penyembuhan primer dimana luka
diusahakan bertaut, biasanya dengan
bantuan jahitan dan penyembuhan
sekunder dimana penyembuhan luka
tanpa ada bantuan dari
luar(mengandalkan antibodi).

Pada penelitian ini didapatkan data


bahwa terdapat 71% perawat
perempuan yang melakukan
perawatan luka di instalasi bedah
sentral dan 28,3 % perawat berjenis
kelamin laki-laki. Perawat yang
memiliki masa kerja atau pengalaman
kerja lebih dari 10 tahun ada 70% dan
yang masa kerjanya kurang dari 10
tahun terdapat 30%. Berdasarkan
penelitian ini meskipun mayoritas
perawat memiliki masa kerja yang
lama, akan tetapi tingkat kepatuhan
perawat terhadap SOP tidak berjalan
linear hal ini dibuktikan dengan
adanya data 46,7% perawattidak
s
62

melaksanakan SOP perawatan luka membatasi pengunjung, memasang


dengan adekuat. sampiran
(bila perlu), alat tenun dalamkeadaan
Data lain yang diperoleh dari
penelitian ini adalah jumlah
perawat dengan latar pendidikan
DIII keperawatan sebanyak 81,7 5
dan perawat dengan latar belakang
pendidikan Ners sebanyak 18,3 %.
Hal ini juga tidak menjamin bahwa
perawat DIII yang merupakan
perawat vokasi dan terampil
mampu melaksanakan SOP
denganadekuat.

Pada pelaksanaan pengkajian


sebanyak 73,3%
perawat
melaksanakan SOP dengan
adekuat, artinya masih ada 26,7%
perawat yang belum melaksanakan
pengkajian keperawatan secara
adekuat. Pengkajian dalam
penelitian ini meliputi: lokasi dan
letak luka, bentuk dan ukuran luka,
tanda-tanda infeksi, dan mengkaji
apakah ada perdarahan, pus atau
bau tidak sedap.Persiapan dalam
penelitian ini meliputi tiga bagian,
yaitu: persiapan pasien pasca
laparatomi, persiapan alat-alat steril
dan tidak steril, dan lingkungan
yang mendukung misalnya
63

bersih dan ruangan sudah dibersihkan membuka plester, membuka balutan


(Nursalam,2003). lama, mencuci tangan, memakai
sarung tangan, mengambil alat steril,
Pada penelitian ini didapatkan data
mencuci atau membersihkan luka,
sebanyak 35 % perawat
mengeringkan lukaa, membuang
tidakmelaksanakan analisa data sesuai
kapas lidi/ kassa yang kotor,
dengan SOP. Hal ini sejalan dengan
menyimpan pinset dan gunting yang
data lain yaitu jumlah perawat DIII
telah digunakan pada tempat alat yang
yang dominan, hal ini terjadi
terpisah dari alat steril, memberikan
dikarenakan perawat DIII merupakan
topical terapi, memberi kompres
perawat vokasi yang memiliki peran
lembab, menutup luka, melepas
lebih sedikit dalam menyusun analisa
sarung tangan, memasang plester,
data. Tahap analisa data keperawatan
melakukan komunikasi, merapikan
meliputi penyusunan data fokus (data
klien, membereskan alat-alat dan
objektif dan subjektif), menentukan
mencuci tangan kembali dengan benar
diagnosa keperawatan dan menyusun
(Potter & Perry,2005).
prioritas diagnosa keperawatan
(Nursalam,2003). Hasil penelitian pada tahap evaluasi
dan dokumentasi didapatkan
Pada penelitian ini didapatkan data
datasebanyak 80% perawat
bahwa terdapat 53,3% perawat tidak
melaksanakan sesuai SOP dan
menyusun perencanaan sesuai SOP,
sebanyak 20% tidak menjalankan
artinya 46,7% perawat tidak
SOP dengan adekuat. Evaluasi dalam
menyusun perencanaan sesuai SOP
penelitian ini meliputi: mengamati
dengan adekuat. Data
respon pasien, menanyakan
lainmenunjukkan 80% perawat
kenyamanan pasien. Sedangkan
melaksanakan implementasi sesuai
dokumentasi adalah pencatatan yang
SOP, artinya masih ada 20% perawat
dilakukan setelah tindakan selesai
tidak melaksanakan prosedur sesuai
dilaksanakan, meliputi:
SOP. Pelaksanaan dalam penelitian
mendokumentasikan tanda- tanda
ini mulai dari memasangperlak/
infeksi jika ada dan proses
pengalas, mendekatkan bengkok,
penyembuhan atau granulasi(Potter
64
& Perry, 2005)
65

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahap pengkajian 44% perawat adekuat
melaksanakan tahapan pengkajian sesuai SOP, pada tahap analisa data didapatkan
35% perawat adekuat membuat analisa data keperawatan, pada tahap perencanaan
48% perawat secara adekuat melakukan perencanaan keperawatan, pada tahap
implementasi sebanyak 32% perawat secara adekuat melaksanakan tahapan
implementasi sesuai SOP, pada tahap evaluasi dan dokumentasi sebanyak 80%
perawat secara adekuat melaksanakan tahapan evaluasi dan dokumentasi sesuaiSOP.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen
rumah sakit untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan terhadap pasien
dengan memfasilitasi kegiatan yang berbentuk sosialisasi dan pelatihan tentang
keselamatan pasien kepadaseluruh staf rumah sakit, mengevaluasi pelaksanaan
standar operasional prosedur (SOP) asuhankeperawatan yang aman,
mencantumkan informasipendukung
66

dan
67
68
69
70
71
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai