Disusun Oleh :
NAMA :
SUSED 2018.C.10a.0986
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................3
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Post Laparatomi.........................................................................................4
2.1.2 Definisi............................................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi Integumen..........................................................................................4
2.1.2.1 Definisi.........................................................................................................................4
2.1.3 Anatomi Fisiologi Abdomen...........................................................................................6
2.1.4 Etiologi............................................................................................................................8
2.1.5 Klasifikasi........................................................................................................................8
2.1.6 Patofiologi.......................................................................................................................9
2.1.7 Manifestasi Klinis..........................................................................................................12
2.1.8 Komplikasi....................................................................................................................12
2.1.9 Pemerikasaan Penunjang...............................................................................................12
2.1.10 Penatalaksanaan Post Laparatomi...............................................................................13
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.......................................................................................14
2.2.1 Pengkajian.....................................................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................................17
2.3.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................................26
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
JURNAL
SAP
LEAFLET
KATA PENGANTAR
5
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah PKK 2
ini.
Adapun Laporan Pendahuluan yang sederhana ini membahas tentang “Laporan Dengan
Diagnosa Medis Penyakit Post Laparatomi”Laporan Pendahuluan ini saya susun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang Asuhan Keperawatan Post Laparatomi, yang saya sajikan dengan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, walau sedikit ada rintangan namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya Laporan Pendahuluan ini dapat
terselesaikan.
Semoga laporan saya dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada para pembaca .Demi perbaikan laporan ini, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat saya harapkan.
Penyusun
BAB I
6
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian abdomen, laparatomi
merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada
lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
(hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis
hernia inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus
kronis, kolestisitis dan peritonitis. Sandy 2015 menjelaskan bahwa ada pembedahan laparatomi
yang membutuhkan insisi pada dinding abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko
terjadinya infeksi terutama infeksi luka pasca operasi. Beban penyakit didunia sekitar 11 %
berasal dari penyakit atau keadaan sebenarnya bisa ditanggulangi dengan pembedahan.. Terkait
tindakan bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta pasien menerima layanan bedah dimana
setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat kejadian tidak diinginkan yang
bisa dicegah.
Data dari WHO melaporkan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi didunia berkisar 5%-
34%. Infeksi luka operasi di United Kingdom memiliki angka kejadian infeksi luka operasi
sekitar 10%. Tahun 2013 jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan
yang sangat significan. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien diseluruh rumahsakit di dunia,
pada tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi 148 juta jiwa. Laparatomi meningkat setiap
tahunnya sebesar 15% (Nurlela 2009). sedangkan menurut data tabulasi nasional Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 menjabarkan bahwa tindakan bedah menempati
urutan ke 11 dari 50 penyakit di Indonesia dengan presentase 12,8% dan diperkirakan 32%
diantaranya merupakan bedah laparatomi (Kusumayanti, 2015) 1 xiv Menurut data yang
diperoleh dari RSUD Prof Dr.W.Z.Johanes Kupang khusunya ruang Kelimutu tahun 2019
(dalam bulan Maret sampai tanggal 27 Mei 2019), terdapat 2 pasien dengan post op laparatomi .
Dari hasil pengamatan penulis saat melakukan praktik keperawatan di RSUD Prof, Dr W.Z
Johanes Kupang sebagian besar pasien dengan tindakan pembedahan Membutuhkan proses dan
waktu perawatan yang lama, sehingga peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi laparatomi
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri abdomen yang tidak
diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi
7
digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan
(Smeltzer, 2014).
Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi yang komprehensif
tentang “ Laporan Dengan Diagnosa Medis Penyakit Post Laparatom”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakangmasalah di atasmaka rumusan masalahnya adalah
“BagaimanaPemberianAsuhanKeperawatanDengan Post Laparatomi”.
1.1 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang
bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan DenganDiagnosaMedisPost Laparatomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Post Laparatomi ?
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Laparatomi ?
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan pada Pasien Post
Laparatomi ?
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Pasien Post Laparatomi ?
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Pasien Post Laparatomi ?
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi atau wawasan bagi pasien dan
Keluarga pada pasien Post Laparatomi.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien Post Laparatomi.
1.4.4 Untuk IPTEK
Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagii ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya dalam bidang kesehatan terutama untuk fisioterapi
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Post Laparatomi
2.1.1 Definisi
9
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan
usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif mansjoer, 2010)
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untukk membuka bagian abdomen,
laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan
pada lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami
masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis, kanker lambung,
kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis.
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka perut dengan operasi. (Lakaman, 2011)
Pelayanan. post operasi laparatomi adalah pelayanan yang diberikan kepada pasienpasien yang
telah menjalani operasi perut.
2.1.2 AnatomiFisiologiAbdomen
Dinding abdomen terdiridaripadakulit, fascia superfiscialis, lemak, otototot, fascia
transversalisdan parietal peritoneum (Shaikh, 2014).Selainitu, posisi abdomen
adadiantaratoraksdan pelvis (Moore, 2014).
Pada abdomen, terdapatempatkuadran yang dibahagidaribagian midline danbagian
transumbilical (Pansky, 2013).
Trauma adalah penyebab kematian paling utama pada anak dan orang dewasa kurang dari
44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang telah menjadi faktor komplikasi pada trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah
cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta gtrauma yang disengaja
atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut bisa terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan /penatalaksanaan dapat bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. tusukan / tembakan, pukulan, benturan,
ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman dapat mengakibatkan terjadinya trauma
abdomen sehingga harus dilakukan laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan
individu kehilangan darahmemar / jejas pada dinding perut, kerusakan oragan organ nyeri, iritasi
cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
Sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan atau pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stres
dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan,
kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.
13
Trauma abdomen, pendarahan,
WOC peritoritis, sumbatanpadausus, masa
abdomen
Hospitalisasi
RencanaPembedaha
Laparatomi
(Pembedahan
Selaput perut
Post Laparatomi
B1 B2 B4 B5 B6
B3
Depresi pusat Depresi otot Insisi Bedah Cairan keluar Blockade Kelemahan otot-
pernapasan jantung Menyebar melalui melalui saraf otot ekstermitas
vaskular Menyebabkan kolostomi/ileosto parasimpati
Penurunan curah bawah
Kelemahan otot perlukaan mi
jantung dan dilatasi
diafgragmadan Menuju Hipotalamus
pada abdomen MK : Risiko Penurunan MK : Gangguan
PD Ketidakseimbangan
intercostalis peristalti Mobilitas Fisik
Cairan kusus
Perfusi darahTD
Penurunan ke Terputusnya dan Gangguan
organ turun Perubahan Termostat inkontinuitas integritas
Pengembangan paru
jaringan kulit/jaringan
kurang maksimal Distensi
MK Risiko MK : Hipertermia abdomen
Penurunan Curah Hal ini
MK : Pola Nafas Jantung merangsang
MK : Nyeri MK: Defisit
Tidak Efektif pengeluaran
Histamine dan Nutrisi
14
2.1.6 ManifestasiKlinis
2.1.6.1 Nyeri tekan pada area insisi pembedahan
2.1.6.2 Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
2.1.6.3 Kelemahan
2.1.6.4 Gangguan integumen dan jaringan subkutan
2.1.6.5 Konstipasi
IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada kecurigaan pada trauma saluran kencing.
Parasentesis perut:
Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan pada
rongga perut yang disertai denga trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan
jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukan melalui dinding perut di daerah kuadran bawah atau
digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokan buli-buli terlebih dahulu.
Lavase peritoneal:
fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan cairan garam fisiologis
melului kanula yang dimasukan kedalam rongga peritoneum.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :
a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu waran kulit, refil kapiler.
d. Balutan: apakan ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses
penyembuhanya?
f. Rasa nyaman:rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.
Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami pergeseran. Vena
jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang dilihat
adanya sianosis.
3. Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang
serius.
4. Perkemihan (B4: Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah
satu tanda awal dari syok.
5. Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan.
Kadang disertai penurunan berat badan.
6. Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan, sering
didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL (Activity)
2.2.6 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Insisi Bedah (SDKI D.0077 Hal.172)
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan Luka Insisi Bedah Tidak Terawat
(SDKI D.0142 Hal.304)
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Tindakan Pembedahan (SDKI D.0129
Hal.282)
4. Hipertermia berhubungan dengan Perubahan Termostat
(SDKI D.0130 Hal.282)
5. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Depresi Pusat Pernapasan (SDKI D.0005
Hal.26)
6. Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Depresi Otot Jantung (SDKI
D.0011 Hal.41)
7. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan Cairan Keluar Melalui
Kolostomi/Ileostomi
(SDKI D.0036 Hal.87)
20
Luka Insisi Bedah Tidak Terawat 1x7 jam, maka tingkat infeksi menurun, dengan Observasi
(SDKI D.0142 Hal.304)
Kriteria Hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Kemerahan menurun 5 local dan sistemik
2. Nyeri menurun 5 Terapeutik
3. Kultur area luka menurun 5 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada
area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan
25
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
Hal.282) 1x7 jam maka integritas kulit dan jaringan 1. Monitor karakteristik luka (mis:
meningkat dengan kriteria hasil: drainase,warna,ukuran,bau
1. Hidrasi Meningkat 5 2. Monitor tanda –tanda infeksi
2. Perfusi jaringan Sedang 5 Terapiutik
3. Kerusakan jaringan menurun 5 1. Lepaskan balutan dan plester
4. Kerusakan lapisan kulit menurun 5 secara perlahan
2. Cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan
NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai di
kulit /lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis
luka
7. Pertahan kan teknik seteril
saaat perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi
setiap dua jam atau sesuai
27
kondisi pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-
35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis vitamin
A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
12. Berikan terapi
TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tandan dan gejala
infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makan
tinggi kalium dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement(mis: enzimatik
biologis mekanis,autolotik), jika
28
perl
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
Manajemen Cairan (SIKI I.03098
Hal.159)
Observasi
1. Monitor status hidrasi ( mis,
frek nadi, kekuatan nadi,
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Sused
Nim : 2018.C.10a.0986
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : Kamis , 29Oktober 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : Kamis , 29Oktober 2020 Jam 08.00 Wib
3.1 Pengkajian
Nama : Ny.W
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan: Kawin
Alamat : Kuala Kapuas
Tgl MRS : Oktober 2020
Diagnosa Medis : Post Laparatomi
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengeluh “Nyeri Bekas Operasi”,nyeri terasa terutama setelah berpindah
posisi,nyeri seperti ditusuk-tusuk,nyeri terasa di perut kanan menjalar ke perut kiri,skala
nyeri 6 ( Nyeri Sedang ),nyeri dirasakan sewaktu-waktu/kadang-kadang dengan durasi ± 5
menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
44
Pada tanggal 29 Oktober 2020, dirumah sepulang kerja, pasien mengeluhkan nyeri
perut kanan menjalar ke perut kiri setelah berpindah posisi. Kemudian keluarga memutuskan
pada hari itu juga pasien langsung dibawa ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus. Selama di IGD
pasiendi lakukan pemeriksaan dan tindakan medis dan kemudia Ny. W menjalani tindakan
Operasi laparatomi,Hari ini merupakan Post Op hari ke-3 Ny. W dengan luka post operasi di
perut ± 30 cm,terdapat 15 jahitan pada luka post laparatomi ,keadaan luka masih merah dan
sedikit berair. setelah dilakukan operasi Laporatomi klien dipindahkan keruang Gardenia
selama keadaan pasien membaik.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
3.1.2.3 Riwayat penyakit Dahulu (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi) :
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya,
pasien mengatakan tidak ada riwayat operasi, karena pasien baru kali ini masuk RSUD dr
Doris Sylvanus.
3.1.2.4 Riwayat penyakit keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
,menurun,menahun serta tidak ada dalam keluarga yang mengalami penyakit serupa.
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. suami Klien
4. Tinggal Serumah
45
Bentuk dada simetris, Klien tidak perokok, tidak ada batuk, tidak ada sputum,
tidak ada sianosis, tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak, tipe pernapasan dada dan perut,
irama pernapasan teratur, dan suara pernapasan Vesikular.
Nilai GCS : 15, E:4 (membuka mata spontan), V:5 (orientasi baik), M:6 (mengikuti
perintah), Kesadaran Compos menthis, pupil normal ,Refleks Cahaya normal, Nyeri pada
luka post operasi, Vertigo tidak ada ,klien tampak gelisah, tidak adaaphasia ,tidak ada
kesemutan, klien tampak bingung, tidak ada disarthia, tidak ada kejang, tidak ada tremor,
dan tidak ada pelo.
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat membedakan bau parfum dengan minyak kayu
putih.
Nervus Kranial II : (Optikus) Klien dapat melihat dengan jelas.
Nervus Kranial III : (Okulomotorius)pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke
bawah.
Nervus Kranial IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata.
Nervus Kranial V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata.
Nervus Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan mata kerateral.
Nervus Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah.
Nervus Kranial VIII : (Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas.
Nervus Kranial IX : (Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus) klien mampu
menelan. Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu menggerakan bahu kiri. Nervus
Kranial XII (Hipoglosal) klien dapat menggerakan lidahnya.
Uji Koordinasi:Ekstemitas Atas : jari ke jari positif, jari ke hidung positif, Estemitas bawah :
tumit ke jempul kaki positif, Uji Kestabilan Tubuh Positif
Masalah Keperawatan : : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Keluhan Lainnya : Dari hasil pengkajian fisik, disekitar luka Post operasi perut Luka sedikit
berair.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
Diet : Lunak, tidak ada diet khusus, ada mual dan muntah, kesukaran menelan, Rasa Haus,
tidak ada keluhan.
3.1.15.4 Kognitif :
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
sekarang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Jenis pemeriksaan
Hasil Nilai normal
WBC 9, 72 x 10^3ˆ/ul 4.00-10.00
RBC 4.64 x 10^6/ul 3,50-5,50
HGB 13,3 g/dl 11-16
PLT 360 x 10^3/ul 150-400
Mahasiswa,
SUSED
54
Sedang)
- TTV :
TD :120/80mmHg,
S : 37,8ºC,
R : 21x/menit,
N : 84x/menit.
\
58
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS:
- Klien mangatakan
sulit tidur sebelum
sakit : siang 45
menit dan malam 6-
7 jam,tidur sesudah
sakit : klien tidak Suhu kulit hangat
ada tidur siang
,malam 5 jam. Gelisah
DO :
- Suhu klien teraba Waktu tidur berkurang Gangguan pola
hangat tidur
- Klien tampak Ketidak nyamanan
gelisah
- Wajah klien tampak Gangguan pola tidur
meringis
- Tida ada kuantitas
tidur siang
- Kuantitas tidur
malam 5 jam
- TTV :
TD : 120/ 80 mmhg
N : 84 x/menit
S : 37, °C
RR : 21 x/menit
59
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS :
pasien mengatakan
Suplai oksigen menurun
aktivitas klien
dibantu,sulit bergerak
Distribusi oksigen ke seluruh
karena merasa lemas
tubuh menurun
DO:
Intoleransi
- Pasien tampak
Terjadi metabolisme anaerob aktifitas
lemah dalam tubuh
- nyeri bertambah sasat
dipindahkan
Timbul asam laktat
posisinya dari
duduk ke berdiri
- Pasien tampak
Intoleransi aktifitas
dibantu oleh
kelurganya pada
saat beraktivitas
- kesadaran
compos metis
- Skala aktivitas 2
( pasienmemerlukan
bantuan atau
pengawasan
orang lain.)
60
Prioritas Masalah
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. W
Ruang Rawat : Gardenia
7. Kolaborasi
pemberian antibiotic,
Jika PerluSeperti
Metronidazole
65
jarkan cara
memeriksa luka
4. Lingkungan
5. Tingkatkan aktivitas yang terapeutik
secara bertahap membantu
69
CATATAN PERKEMBANGAN 1
2020 Post Operasi Hari Ke-4 post operasi berkurang dan tidak
Pukul 11.30 WIB
1. Mengidentifikasi tanda dan berair lagi.
gejala infeksi O:
2. Memberikan perawatan luka - Post operasi hari ke-4
pada area post operasi - Kemerahan pada Luka post operasi
3. Mempertahakan teknik aseptic berkurang dan tidak berair lagi
Sused
pada pasien beresiko tinggi - Dilakukan perawatan luka pada post
4. Menganjurkan meningkatkan operasi
asupan nutrisi - Melakukan teknik aseptik
5. Menganjurkan meningkatkan - Klien dapat memeriksa luka post operasi
asupan cairan - TTV dalam batas Normal
CATATAN PERKEMBANGAN 2
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Laparatomiadalahpembedahanperut,membukaselaput perut dengan operasi. (Lakaman
2011).Post Operasi Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahanpada area
abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkanbahwatindakan
post operatif dilakukan dalam tahap yaitu periode pemulian segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihanter sebut membutuhkan perawatan
post laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di
berikan kepada klien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
Berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis menyimpulkan beberapa hal :
Pengkajian pada Ny. W dengan diagnosa Post Laparatomi dengan pengkajian kondisi
luka,perkembangan kesembuhan pasien pengetahuan pasien mengenai penyakit nya.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan kasus ini ada enam,yaitu Nyeri Akut
berhubungan dengan insisi bedah,Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
tidakan pembedahan,Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi,Defisit nutrisi
berhubungan dengan kram/nyeri abdomen,Gangguan pola tidur berhubungan dengan
ketidaknyamanan,Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke
jaringan sekunder. Dalam perencanaan keperawatan pada laporan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Post Laparatomi dilakukan Merawata luka,Mengidentifikasi tanda dan gejala
infeksi, Mengajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar,Mengidentifikasi rasa
nyeri,Mengidentifikasi Pola tidur,Mengidentifikasi Intoleransi aktivitas. Mengajarkan
tekhnik napas dalam dan batuk efektif,mengatur posisi klien. Implementasi keperawatan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini.
Fasilitas yang berada di ruangan mendukung penulis dalam melakukan tindakan-tindakan
kepada pasien.Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap
penderita post laparatomi. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai
pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien
maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya
89
DAFTAR PUSTAKA
Dorlan, W.A. Newman. (2012) dalam Erlin Natalia (2016). Kamus Kedokteran Dorlan : Edisi
28. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. p. 702, 1003.
Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. (2012). Asuhan keperawatan post operasi pendekatan
nanda, nic, noc. Yogyakarta : Nuha Medika
Jitowiyono S. (2010) dalam Neli (2017). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Muha
Medika.
Keith L. Moore , Arthur F. Dalley AM. A. Clinically Oriented Anatomy. 7th Ed. China; 2014.
LeMone, P., Burke, K. and Bauldoff, G. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.5th edn.
Jakarta:EGC
Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.
Sjamsuhidajat dan Wim De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Vol 3. Jakarta: EGC.
PPNI.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.(SDKI). Jakarta
PPNI.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.(SIKI). Jakarta
PPNI.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.(SLKI). Jakarta
90
MANAJEMEN NYERI
DISUSUN OLEH
NAMA :
SUSED 2018.C.10a.0986
7. Kegiatan Penyuluhan
N
Waktu KegiatanPenyuluh Kegiatan Peserta
o
1. Pembukaan :
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
mengucap salam.
b. Mendengarkandan
1 b. Menjelaskan tujuan dari
5menit
penyuluhan. memperhatikan
c. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
pPelaksanaan : a. Memperhatikan dan
Menjelaskan tentang : menjawab pertanyaan yang
a) Menyebutkan pengertian nyeri di ajukan.
b) Menyebutkan macam-macam
b. Bertanya dan menjawab
2 15 menit nyeri
c) Menyebutkan penyebab nyeri pertanyaan yang di ajukan.
d) Menyebutkan tujuan
mengatasi nyeri
e) Menyebutkan cara mengatasi
nyeri
1. Evaluasi : Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan kepada peserta
3 5menit tentang materi yang telah
3.
diberikan, meminta peserta untuk
mengulang kembali.
Terminasi : a. Mendengarkan
9 Tugas Pengorganisasian
Pemberian Materi :
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh
individu yang mengalaminya,yang ada kapanpun individu mengatakannya atau
nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme
pertahanan organisasi tubuh terhadap suatu lesi (kerusakan jaringan)
2. Macam-Macam Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan karena suatu
cidera,prosedur pembedahan,proses penyakit atau fungsi abnormal otot
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang
waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu normal tercapainya suatu
peyembuhan periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan
3. Penyebab nyeri
Adanya gangguan jaringan tubuh sehingga jaringan tubuh tidak bisa berfungsi
secara normal.
4. Tujuan Mengatasi Nyeri
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Merelaksasi ketegangan otot
3. Mengalihkam perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang
4. Mengurangi kecemasan
5. Cara Mengatasi Nyeri
1. Tehnik Relaksasi
Tehnik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara
perlahan melalui mulut dengan gerakan lambat dan teratur.
2. Tehnik Distraksi
Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri misalnya :
Mengobrol dengan orang lain
94
Mendengarkan musik
Melakukan aktivitas atau permainan seperti bermain catur
Membaca dan menonton
3. Tehnik Imajinasi
Membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan
4. Tehnik Rangsangan Dan Masase (Pijatan)
Untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan
nyeri tidak dipersepsikan,misalnya :
Menggosok kulit atau mengusap-usap kulit
Kompres dengan air panas atau hangat
95
Pengertian
Macam-Macam Nyeri
EISSN: 2621-8704
E-mail :ressa.andriyani.utami@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
using a non-participatory observation method. The results showed that the stage of
the study carried out by nurses was 44% adequate, 35% of the data analysis stage
was adequate, 48% of adequate nursing planning, 32% of adequate implementation,
and 80% of the evaluation and documentation stages were adequate.
. This study recommends that nurses do wound care according to the SOP and the
Hospital provides adequate facilities to carry out nursing actions.
pasien yang telah menjalani operasi mulai dari pre operatif dapat
pembedahan perut. Adapun tujuan mencegah infeksi luka operasi di atas
perawatan post laparatomi, antara lain; 1 % sadangkan intra operatif dan
mengurangi komplikasi akibat pembedahan, post operatif dapat mencegah infeksi
mempercepat nosokomial di bawah1%.
penyembuhan, mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti sebelum Infeksi post laparatomi adalah infeksi
operasi, mempertahankan konsep diri pada waktu penderita di rawat di
pasien, dan mempersiapkan pasienpulang. rumah sakit tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut (Kozier,
Infeksi Rumah Sakit sering disebut et al, 1991:462). Infeksi nosokomial
sebagai Infeksi Nosokomial. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara
nosokomial adalah infeksi yang host, agent dan environment.Ada
timbul atau terjadi sesudah 72 jam beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan pada pasien rawat inap terjadinya infeksi nosokomial, yaitu:
didapat di rumah sakit dan terjadi faktor endogen seperti umur, seks,
pada pasien yang dirawat lebih penyakit penyerta dan faktor eksogen
lamadari masa inkubasi suatu penyakit seperti lama penderita dirawat di
(Zulkarnain, Iskandar, 2006). Infeksi rumah sakit, kelompok yang merawat
nosokomial dapat terjadi karena penderita, lingkungan, peralatan, dan
faktor kontaminasi kuman, keadaan teknis medis yang dilakukan
penderita, keadaan setempat pada (Hasbullah T, 1993:8). Infeksi
luka, lama perawatan sebelum nosokomial merupakan masalah yang
operasi, dan lama operasi (Depkes besar di suatu Rumah Sakit, apalagi
RI, 1993:3). Hal ini perlu diantisipasi di Rumah Sakit dengan jumlah pasien
agar kejadian tersebut tidak dialami yang banyak dan tenaga perawat yang
oleh pasien dengan melakukan sedikit. Di negara maju program
perawatan secara paripurna mulai dari pengendalian infeksi lebih baik
persiapan pre operatif dan post dibandingkan dengan negara
operatif dengan baik. MenurutPalmar berkembang. Di Amerika Serikat
(1987), persiapan yang dilakukan dilaporkaninfeksimencapat5%per
tahun bahkan mungkin lebih baik
51
infeksi tersebut sangat merugikan, sesuai SOP tersebut. Banyak hal yang
PEMBAHASAN
luka pada klien post laparatomi yang penurunan fungsi hati dapat
baik akan mengurangi risiko mengganggu sintesis dari faktor
timbulnya komplikasi terhadap pembekuan darah; berdasarkan nutrisi
pasien, tetapi apabila teknik yang menyatakan penyembuhan
dilakukan kurang baik, maka akan menempatkan penambahan
meningkatkan risiko timbulnya pemakaian pada tubuh. Klien
komplikasi. memerlukan diit kaya protein,
karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
Luka adalah kerusakan hubungan
dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
antar jaringan-jaringan pada kulit,
kurang nutrisi memerlukan waktu
mukosa membran dan tulang atau
untuk memperbaiki status nutrisi
organ tubuh lain (Agung, 2005).
mereka setelah pembedahan jika
Selain itu, menurut Koiner danTaylan
mungkin. Klien yang gemuk
(2001), Luka adalah terganggunya
meningkatkan resiko infeksi luka dan
integritas normal dari kulit dan
penyembuhan lama karena supply
jaringan di bawahnya yang terjadi
darah jaringan adipose tidak adekuat,
secara tiba-tiba atau disengaja,
berdasarkan infeksi menyatakan
tertutup atau terbuka, bersih atau
infeksi luka menghambat
terkontaminasi, superficial atau
penyembuhan (Ismail,2008).
dalam. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengertian luka Kondisi fisik dapat mempengaruhi
seperti Klasifikasi Luka yang penyembuhan luka.Adanya sejumlah
diklasifikasikan dalam beberapa besar lemak subkutan dan jaringan
bagian antara lain luka disengaja dan lemak (yang memiliki sedikit
Luka tidakdisengaja. pembuluh darah) mengakibatkan
gangguan sirkualsi dan oksigenisasi
Ismail (2008) menjelaskan faktor
pada jaringan.Pada orang-orang yang
yang mempengaruhi luka yaitu:
gemuk penyembuhan luka lambat
berdasarkan usia menyatakan bahwa
karena jaringan lemak lebih sulit
anak dan dewasa penyembuhan lebih
menyatu, lebih mudah infeksi, dan
cepat daripada orang tua. Orangtua
lama untuk sembuh. Aliran darah
lebih sering terkena penyakitkronis,
dapat terganggu pada orang dewasa
60
dan pada orang yang menderita tubuh akibat dari obstruksi dari aliran
gangguan pembuluh darah perifer, darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
hipertensi atau diabetes millitus. balutan pada luka terlalu ketat. Dapat
Oksigenasi jaringan menurun pada juga terjadi akibat faktor internal
orang yang menderita anemia atau yaitu adanya obstruksi pada
gangguan pernapasan kronik pada pembuluh darah itu sendiri; Diabetes
perokok. Kurangnya volume darah dengan Hambatan terhadap sekresi
akan mengakibatkan vasokonstriksi insulin akan mengakibatkan
dan menurunkan ketersediaan oksigen peningkatan gula darah, nutrisi tidak
dan nutrisi untuk penyembuhan luka; dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal
Hematoma (bekuan darah), tersebut juga akan terjadi penurunan
merupakan hal yang sering terjadi, protein-kalori tubuh; Keadaan
sehingga darah pada luka secara lukamenyatakan bahwa keadaan
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk khusus dari luka mempengaruhi
kedalamsirkulasi. kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka
Apabila terdapat bekuan yang besar,
dapat gagal untuk menyatu. Beberapa
hal tersebut memerlukan waktu untuk
diantaranya adalah penggunaan obat
dapat diabsorbsi oleh tubuh, sehingga
antiinflamasi (seperti steroid dan
menghambat proses penyembuhan
aspirin), dimana heparin dan anti
luka; berdasarkan faktor benda asing
neoplasmik mempengaruhi
bahwa benda asing seperti pasir atau
penyembuhanluka.
mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum Penggunaan antibiotik yang lama
benda tersebut diangkat. Abses dapat membuat seseorang rentan
initimbul dari serum, fibrin, jaringan terhadap infeksi luka seperti steroid
sel mati dan lekosit (sel darah putih), akan menurunkan mekanisme
yang membentuk suatu cairan yang peradangan normal dan tubuh
kental yang disebut dengan nanah terhadap cedera, antikoagulan dapat
(Ismail, 2008) Iskemia merupakan mengakibatkan perdarahan, antibiotik
suatu keadaan dimana terdapat dapat efektif diberikan segera
penurunan suplai darah padabagian sebelum pembedahan untukbakteri
61
penyebab kontaminasi yangspesifik.
jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular
(Ismail, 2008).
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahap pengkajian 44% perawat adekuat
melaksanakan tahapan pengkajian sesuai SOP, pada tahap analisa data didapatkan
35% perawat adekuat membuat analisa data keperawatan, pada tahap perencanaan
48% perawat secara adekuat melakukan perencanaan keperawatan, pada tahap
implementasi sebanyak 32% perawat secara adekuat melaksanakan tahapan
implementasi sesuai SOP, pada tahap evaluasi dan dokumentasi sebanyak 80%
perawat secara adekuat melaksanakan tahapan evaluasi dan dokumentasi sesuaiSOP.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen
rumah sakit untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan terhadap pasien
dengan memfasilitasi kegiatan yang berbentuk sosialisasi dan pelatihan tentang
keselamatan pasien kepadaseluruh staf rumah sakit, mengevaluasi pelaksanaan
standar operasional prosedur (SOP) asuhankeperawatan yang aman,
mencantumkan informasipendukung
66
dan
67
68
69
70
71
72
73
74