Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
Pembimbing : Rosmina Situngkir, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.kes

DISUSUN
OLEH:

CARLO OLA TOKAN


NS2014901023

PROGRAM PROFESI NERS


STIK STELLA MARIS
MAKASSAR
2020
KONSEP DASAR MEDIK
A. DEFINISI
Menurut Muttaqin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan
atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-
bagian tersebut. Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah
tonjolan atau benjolan yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang seharusnya
tidak ada. Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari
bagian muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan
isi hernia. Semua kasus hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen yang
berulang atau berkelanjutan (Townsend, 2010). Menurut kemenkes 2012, kasus
hernia inguinalis dapat dijumpai pada segala usia serta lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibanding pada perempuan.
Secara umum Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan.
ETIOLOGI

PREDISPOSI PRESIPITAS
I

Cacat bawaan Usia


Obesitas, Penyakit penyerta Riwayat
Mengangkat beban (batuk kronik, pembedahan
Proses vaginalis berat konstipasi, bersin) dinding abdomen
peritoneal tidak Anak-anak Lanjut usia Dewasa
terobiliterasi
Tekanan internal Mengedan kuat Otot dinding
Cacat bawaan dan Melemahnya Kerja fisik lebih besar Berlangsung lama abdomen
Kanalis inguinal proses perkembangan jaringan berlangsung
tipis/mengalami
terbuka yang lama (Prematur) penyangga usus terus-menerus
kelemahan
Mendorong jaringan
Peritoneum tertarik ke lemak dan organ Pe tekanan intra
daerah scrotum Pe tekanan internal abdomen
intraabdominal

Hernia inguinalis Annulus fibrosus


lateralis kongenital Defek pada Mendorong isi mudah pecah
dinding abdomen rongga abdomen
Anulus internal kebawah
Usus mudah masuk terbuka/melebar
kedalam kanalis inguinalis Usus masuk
kedalam kanalis
inguinalis

HERNIA
T&G: Adanya benjolan tetap
dan yg dapat hilang & timbul ,
jika tidak ditangani dapat
Hernia Hernia menyebabkan nyeri, mual & Hernia Perubahan status
Ireponiebel Strangulate muntah Reponiebel kesehatan

Pemeriksaan Penunjang
Tidak bisa di Reposisi, Pe isi abdomen 1. Pemeriksaan fisik Kurang terpapar
nyeri, dan ada (usus) memasuki 2. USG informasi
komplikasi kantong hernia 3. CT-SCAN Dapat dimasukan kesehatan
4. MRI kembali, tidak
nyeri & tidak ada
Pe tekanan komplikasi
DEFISIT PENGETAHUAN
b/d kurang informasi

Saluran limfe Penatalaksanaan: SLKI: Tingkat Pengetahuan


Kantong hernia
terbendung Reposisi SIKI : - Edukasi Kesehatan
menyempit
- Edukasi Prosedur Tindakan

Edema Usus terjepit KOM: Deman, Syok,


Asidosis Metabolik
Pelepasan mediator
nyeri Penekanan PD
Sumbatan saluran
(suplai darah terbendung)
pencernaan

Diterima di reseptor Iskemi jaringan Peristaltic usus KOM: Obstipasi


nyeri perifer terganggu

Kerusakan jaringan
KONSTIPASI
Regurgitasi usus
b/d pe↓ mitilitas traktus
Implus ke SSP gastrointestinal

KOM: Nekrosis KOM: Kembung, SLKI: Fungsi Gastrointestinal


Mual & Muntah SIKI : - Manajemen Eliminasi Fekal
- Manajemen Konstipasi
Diterima di otak
Penumpukan jaringan
mati
Persepsi nyeri Respon inflamasi Anoreksia
Penatalaksanaan: PROSEDUR PEMBEDAHAN
NYERI AKUT Fagositosis oleh sel Intake menurun (Herniotomy, Hernioraphy, Hernioplasty)
b/d Agen Cedera Biologis darah putih
BB drastic > 20%
SLKI: Kontrol nyeri Kurang terpapar Tindakan infasif
KOM: Abses
SIKI : - Pemberian analgesic
informasi mengenai
- Manajemen nyeri DEFISIT NUTRISI b/d prosedur pembedahan
RESIKO INFEKSI Ketidakmampuan Mencerna
Dengan factor resiko Makanan Perdarahan
SLKI: Kontrol Resiko SLKI : Status nutrisi
SIKI : Pencegahan Infeksi SIKI : Manajemen Mual Ancaman pada status
terkini Tidak terkontrol

Kehilangan cairan
T&G: Terus bertanya, berlebih
Gelisah
Luka insisi Kurang menjaga
Ketakutan/susah untuk
kebersihan luka T&G: Hipotensi,
bergerak
Takikardi
Efek anastesi
menghilang Terkontaminasi ANSIETAS b/d Ancaman
bakteri Terhadap Konsep Diri
GANGGUAN MOBILITAS SLKI : Tingkat kecemasan RESIKO SYOK dengan
FISIK b/d nyeri Pelepasan mediator SIKI : - Reduksi Ansietas faktor resiko Kekurangan
nyeri Sistem kekebalan - Persiapan Pembedahan Volume Cairan
menurun
SLKI : Mobilitas Fisik SLKI: Tingkat Syok
SIKI : - Dukungan Mobilisasi SIKI : - Manajemen pendarahan
Impuls ke SSP
- Pengeturan posisi Tidak mampu - Pemantauan Cairan
melawan infeksi
Diterima Otak
RESIKO INFEKSI
dengan factor resiko Efek
Persepsi nyeri Prosedur Invasif
SLKI: Kontrol Risiko
NYERI AKUT SIKI : - Perawatan luka Insisi
b/d Agen Cedera Fisik - Pencegahan infeksi
SLKI : Tingkat nyeri
SIKI : - Manajemen nyeri
- Pemberian analgesic
B. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak
dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini
tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
2. Operatif
Tindakan operatif yaitu dengan jalan operasi. Cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan. Untuk mengembalikan lagi organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi.
a. Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya, kantong di buka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi. kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin lalu di potong. Menurut Oswari penatalaksanaan
hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya.
b. Herniorraphy
c. Herniorraphy merupakan tindakan yang hampir serupa dengan
Herniotomi namun akan dilakukan penjahitan pada area keluarnya
hernia untuk memperkuat dinding perut.
d. Hernioplasty
e. Tindakan Hernioplasty dilakukan ketika lubang tempat keluarnya
hernia cukup besar. Kemudian jaring sintetis (mesh) digunakan
untuk menutup dan memperkuat lubang tersebut sehingga hernia
tidak kambuh kembali.
f. Laparoskopi
g. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal pre-peritoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum. Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum
peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah
bisa cidera selama operasi (Sjamsuhidajat R, 2011).
3. Manajemen Keperawatan
Pre-Operasi
a. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia
Femoralis)
b. Lakukan pengkajian nyeri, kecemasan, adanya tanda-tanda resiko
infeksi
c. Bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secaramanual,
anjurkan menggu nakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai instruksi
dokter
d. Hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal
seperti batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
Post-Operasi
a. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
b. Berikan tindakan kenyamanan
c. Dukungan keluarga.
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang
memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik
pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter,
hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan
luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari
pada hari ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang
adekuat (Amin & Kusuma, 2015 ).
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring.
2) Hernia inguinal
Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
5) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
6) Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis
medialis.
2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
4) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulum pubikum.
5) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
6) Hernia inkarserata : nyeri tekan.

Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:

1) Thumb test
1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruh mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan
berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

2) Finger test
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia
Inguinnalis Medialis.
3) Zremant test
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan
masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada:
- jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

- jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

- jari ke 4 : Hernia Femoralis.

c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
2. USG
Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul
3. CT-Scan
Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam perut
4. MRI
Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut,meskipun tidak terlihat
tonjolan.
D. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum
ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia
membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi.
Keadaan ini disebut hernia incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Biologis (D.0077)
2. Konstipasi b/d Penurunan Motilitas Gastrointestinal (D0049)
3. Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan)
(D.00019)
4. Defisit Pengetahan b/d Kurang Terpapar Informasi (D.0111)
Post-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik (D.0077)
2. Resiko Infeksi Dengan Factor Resiko Efek Prosedur Invasif (D.0142)
3. Resiko Syok Dengan Faktor Resiko Kekurangan Volume Cairan (D.0039)
4. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri (D.0054)
5. Ansietas b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri (D.0080)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre - Op

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan perawatan selama .... x Manajemen nyeri (I.08238)
Cedera Biologis 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) (L.08063)
kualitas, intensitas nyeri
 Kemampuan mengenali onset nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan pada skala 4 cukup  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
menurun nyeri
 Kemampuan mengenali penyebab  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mi.
nyeri dipertahankan pada skala 4 suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
cukup meningkat ditingkatkan pada  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
skala 5 meningkat.  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
 Kemampuan menggunakan teknik nyeri
non-farmakologis dipertahankan pada  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala
4 cukup meningkat
 Keluhan nyeri dipertahankan pada
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala
4 cukup menurun
2. Konstipasi b/d Setelah dilakukan perawatan selama .... x Manajemen Konstipasi (I.4155)
Penurunan Motilitas 24 jam diharapkan Eliminasi Fekal  Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,
Gastrointestinal (L.04033) bentuk, volume, dan warna)
(D0049)  Mengejan saat defekasi dipertahankan  Periksa tanda dan gejala konstipasi
pada skala 3 sedang ditingkatkan pada  Anjurkan diet tinggi serat
skala 5 menurun.  Lakukan masase abdomen jika perlu
 Distensi abdomen dipertahankan pada  Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala kontraindikasi
4 cukup menurun.  Kolaborasi dengan tim medis tentang
 Nyeri dan kram abdomen penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
dipertahankan pada skala 3 sedang  Kolaborasi penggunaan obat pencahar jika perlu
ditingkatkan pada skala 5 menurun
 Peristaltic usus dipertahankan pada
skala 3 sedang ditingkatkan ke skala 5
membaik
3. Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan perawatan selama .... x Manajemen Mual (I.03117)
Faktor Psikologis 24 jam diharapkan Status Nutrisi  Monitor mual
(mis, stress,
(L.03030)  Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
 Porsi makanan yang dihabiskan diper-  Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
keengganan untuk tahankan pada skala 4 cukup  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
makan) (D.00019) meningkat ditingkatkan pada skala 5  Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
meningkat mengatasi mual (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
 Verbalisasi keinginan untuk terapi music, akupresur)
meningkatkan nutrisi dipertahankan  Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
pada skala 3 cukup meningkat
ditingkatkan pada skala 5 meningkat
4. Defisit Pengetahan Setelah dilakukan perawatan selama .... x Edukasi Kesehatan (I.12383)
b/d Kurang 24 jam diharapkan Tingkat Pengetahuan  Identifikasi kesiapan dan kemampuan untuk menerima
Membaik (L.01211) informasi
Terpapar Informasi
 Perilaku sesuai anjuran dipertahankan  Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
(D.0111) pada skala 4 cukup meningkat menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
ditingkatkan pada skala 5 meningkat  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
 Persepsi yang keliru terhadap masalah meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
dipertahankan pada skala 4 cukup  Berikan kesempatan untuk bertanya
menurun ditingkatkan pada skala 5  Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
menurun. kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Post - Op

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan perawatan selama .... x Manajemen nyeri (I.08238)
Cedera Fisik 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) (L.08063) kualitas, intensitas nyeri
 Kemampuan mengenali onset nyeri  Identifikasi respon nyeri non verbal
dipertahankan pada skala 3 sedang  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
ditingkatkan pada skala 4 cukup nyeri
meningkat  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mi.
 Kemampuan mengenali penyebab suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
nyeri dipertahankan pada skala 4  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
cukup meningkat ditingkatkan pada  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
skala 5 meningkat. nyeri
 Kemampuan menggunakan teknik  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perluI
non-farmakologis dipertahankan pada Pemberian Analgesik (I.08243)
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala
4 cukup meningkat  Identifikasi riwayat alergi obat
 Keluhan nyeri dipertahankan pada  Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala  Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan
4 cukup menurun efek yang tidak diinginkan
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan perawatan selama .... x Pencegahan Infeksi (I.14539)
Dengan Factor 24 jam diharapkan Kontrol Risiko  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Resiko Efek
meningkat (L.14128)  Batasi jumlah pengunjung
 Kamampuan mengidentifikasi faktor  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Prosedur Invasif risiko dipertahankan pada skala 3 dan lingkungan
(D.0142) sedang ditingkatkan pada skala 5  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
meningkat. Perawatan Luka (I.14564)
 Kemampuan melakukan strategi  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
control risiko dipertahankan pada skala
3 sedang ditingkatkan pada skala 5 nontoksik, sesuai kebutuhan
meningkat.  Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
 Kemampuan menghindari faktor risiko luka
dipertahankan pada skala 3 sedang  Bersihkan jaringan nekrotik
ditingkatkan pada skala 5 meningkat  Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

3. Resiko Syok Setelah dilakukan perawatan selama .... x Manajemen Perdarahan (I.02040)
Dengan Faktor 24 jam diharapkan Tingkat Syok  Periksa adanya darah pada muntah, sputum, feses, urine,
menurun (L.03032) pengeluaran NGT, dan drainase luka, jika perlu
Resiko
 Kekuatan nadi dipertahankan pada  Monitor intake dan output cairan
Kekurangan skala 4 cukup meningkat ditingkatkan  Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan
Volume Cairan pada skala 5 meningkat setelah kahilangan darah
(D.0039)  Tingkat kesadaran dipertahankan pada  Pertahankan akses IV
skala 4 sedang ditingkatkan pada skala  Anjurkan melapor jika menemukan tanad-tanda
5 meningkat perdarahan
Pemantauan Cairan (I.03121)
 Indentifikasi tanda-tanda hipovolemi (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
 Dokumentasikan hasil pemantauan, jika perlu

4. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan perawatan selama .... x Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Fisik b/d Nyeri 24 jam diharapkan Mobilitas Fisik  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
(D.0054) Meningkat (L.05042)  Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
 Nyeri dapat dipertahankan pada skala  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
3 sedang ditingkatkan pada skala 4 pagar tempat tidur)
cukup menurun  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
 Gerakan terbatas dapat dipertahankan meningktakan pergerakan
pada skala 3 sedang ditingkatkan ke  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
skala 4 cukup menurun. (mis. Duduk di tempat tidur, atau duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

5. Ansietas b/d Setelah dilakukan perawatan selama .... x Reduksi Ansietas (I.09134)
Ancaman Terhadap 24 jam diharapkan Tingkat Kecemasan  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Konsep Diri Menurun (L.09093)  Dengarkan dengan penuh perhatian
(D.0080)  Verbalisasi khawatir akibat kondisi  Pahami situasi yang membuat ansietas
yang dihadapi dipertahankan pada  Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
skala 4 cukup menurun ditingkatkan pengobatan, dan prognosis
ke skala 5 menurun  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 Perilaku gelisah dan tegang dapat  Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
dipertahankan pada skala 4 cukup  Latih teknik relaksasi
menurun ditingkatkan ke skala 5
menurun
Daftar Pustaka

Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medisdan Nanda NIC-NOC. Mediaction Publishing

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika

Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta: EGC

Townsend, Courtney M. 2010. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17th Edition.


Philadelpia. Elsevier Saunders. 1199-1217
KASUS

Seorang pria berumur 50 tahun dibawa oleh keluarga ke rumah sakit dengan
keluhan benjolan di lipatan paha kiri sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu.
Awalnya terasa benjolan muncul seperti kelereng dan lama-lama semakin
membesar. Awalnya benjolan keluar jika pasien beraktivitas dan masuk kembali
jika beristirahat atau berbaring namun sudah sekitar sebulan yang lalu benjolan
tidak dapat masuk lagi dan terasa nyeri. Pasien beberapa kali memeriksakan
kondisinya pada tempat pelayanan kesehatan dan dokter menyarankan untuk di
operasi namun pasien menolak dan minta untuk diberikan obat pereda nyeri.
Hingga malam sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mengeluh kesakitan yang
luar biasa pada benjolan. Pasien adalah seorang buruh pabrik yang sering
mengangkat beban dan terpapar debu yang membuat pasien batuk-batuk. TTV:
TD: 120/80, N: 92 x/menit, S: 37,5 0C, P: 20 x/menit. Pemeriksaan fisik
didapatkan hasil benjolan sebesar telur puyuh di daerah inguinalis sinistra
diameter ± 3 cm, benjolan berbentuk lonjong dengan konsistensi kenyal dan nyeri
saat ditekan. Hasil pemeriksaan Finger Test Benjolan teraba dengan ujung jari.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris
Jl. MAIPA NO.19
MAKASSAR

KAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Carlo Ola Tokan NIM : NS2014901023

Unit : Bernadeth 3 B Autoanamnese :


Kamar : 615 Alloanamnese :
Tanggal masuk RS : September 2020
Tanggal pengkajian : September 2020

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Tn. A
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 2 (dua) orang
Agama/ suku : Katolik / Toraja
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat rumah : Jln. Kenari No.2
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. M
Umur : 47 Tahun
Alamat : Jln. Kenari No.2
Hubungan dengan pasien : Istri

II. DATA MEDIK


Diagnosa medik
Saat masuk : Benjolan dilipatan paha kiri yang terasa nyeri
Saat pengkajian : Post-Op Hernia inguinalis lateral sinistra
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit
Alasan: pasien tampak hanya berbaring di tempat tidur dengan wajah meringis
kesakitan, terpasang infus RL 500ml, terpasang kateter urine dan balutan pada luka
post-op
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif) : Compos Mentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik :6
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Compos Mentis
2. Tekanan darah : 120/80 mmHg
MAP : 93,33 mmHg
Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai
3. Suhu : 37,50C di Oral √ Axilla Rectal
4. Pernapasan: 20 x/menit
Irama : √ Teratur Bradipnea Takipnea Kusmaul
Cheynes-stokes
Jenis : √ Dada Perut
5. Nadi : 92 x/menit
Irama : √ Teratur Bradikardi Takikardi
√ Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 15 cm
2. Tinggi badan : 165 cm
3. Berat badan : 60 kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh : 22,03 kg/m2
Kesimpulan : IMT normal
D. GENOGRAM

Keterangan :
: Laki-laki : laki-laki meninggal : Pasien
: Perempuan : perempuan meninggal : Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan pasien beraktifitas seperti biasa sebagai kepala
keluarga yang bekerja sebagai buruh pabrik dan perokok, pasien sudah merasakan
adanya benjolan di lipatan paha kiri sejak 2 tahun lalu serta Keluarga mengatakan
pasien beberapa kali memeriksakan kondisinya pada tempat pelayanan kesehatan
dan dokter menyarankan untuk di operasi namun pasien menolak dan minta untuk
diberikan obat pereda nyeri. Pasien belum pernah dirawat di Rumah sakit.
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama :
Nyeri di daerah operasi
b) Riwayat keluhan utama :
Keluarga mengatakan pasien dibawa oleh keluarga ke rumah sakit dengan
keluhan benjolan di lipatan paha kiri sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu.
Awalnya terasa benjolan muncul dan lama-lama semakin membesar. Awalnya
benjolan keluar jika pasien beraktivitas dan masuk kembali jika beristirahat atau
berbaring namun sudah sekitar sebulan benjolan tidak dapat masuk lagi. Pasien
beberapa kali memeriksakan kondisinya pada tempat pelayanan kesehatan dan
dokter menyarankan untuk di operasi namun pasien menolak dan minta untuk
diberikan obat pereda nyeri. Hingga malam sebelum dibawa ke rumah sakit
pasien mengeluh kesakitan yang luar biasa pada benjolan.
3. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Keluaga pasien mengatakan pasien sudah merasakan adanya benjolan dilipatan
paha kiri sejak kurang lebih dua tahun lalu dan tidak memiliki riwayat penyakit
lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
serupa hanya kakak pasien memiliki riwayat penyakit kolesterol.
5. Pemeriksaan fisik :

a) Kebersihan rambut : Tampak bersih, sedikit beruban


b) Kulit kepala : Tampak besih tidak ada ketombe
c) Kebersihan kulit : Bersih dan kering
d) Higiene rongga mulut : Tampak bersih
e) Kebersihan genetalia : Tampak bersih
f) Kebersihan anus : Tidak dikaji

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan teratur 3 kali sehari dan
selalu dihabiskan seperti nasi, sayur, ikan dan sesekali pasien memakan daging.
Pasien tidak memiliki pantangan makanan dan tidak memiliki alergi makanan.
Keluarga mengatakan pasien menyukai makan bakso yang pedas.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien hanya makan bubur setengah dari seporsi yang diberikan dan minum segelas
air. Pasien makan dan minum sendiri dan terkadang dibantu anggota keluarga.
3. Observasi :
Tampak pasien makan dan minum sendiri dan terkadang dibantu oleh keluarga.
4. Pemeriksaan fisik :

a) Keadaan rambut : Tampak bersih, sedikit beruban


b) Hidrasi kulit : Tampak hidrasi kulit kembali kurang dari 3 detik
c) Palpebra/conjungtiva: Tampak tidak edema dan tidak anemis
d) Sclera : Tampak tidak ikterik
e) Hidung : Tampak bersih
f) Rongga mulut : Tampak bersih
g) Gusi : Tampak tidak ada peradangan
h) Gigi : Tampak gigi gerahang bawah tanggal
i) Gigi palsu : Tampak tidak ada
j) Kemampuan mengunyah keras : Pasien mampu mengunyah keras
k) Lidah : Tampak bersih
l) Pharing : Tampak tidak ada peradangan
m) Kelenjar getah bening : Tampak tidak ada pembengkakan
n) Kelenjar parotis : Tampak tidak ada pembengkakan
o) Abdomen :
 Inspeksi : Tampak datar
 Auskultasi : Peristaltik usus 12 x/menit
 Palpasi : Nyeri tekan didaerah inguinal kiri skala nyeri 7, tidak
teraba edema
 Perkusi : Tympani
b) Kulit :
 Edema : Positif √ Negatif
 Icterik : Positif √ Negatif
 Tanda-tanda radang : Tampak tidak ada tanda-tanda radang
Lesi : Tampak tidak ada lesi

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB minimal 1 kali sehari,
pasien sering mengedan saat BAB karena konsistensi padat dan keras, dan sejak
sebulan yang lalu pasien merasa nyeri saat BAK dengan frekuensi kurang lebih 5
kali sehari.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan pasien tidak mampu kekamar mandi untuk BAB dan BAK
karena nyeri ketika berjalan sehingga pasien hanya BAB di pempers dan BAK
menggunakan kateter urine.
3. Observasi :
Tampak terpasang kateter urine dan pempers, urine sebanyak ± 300cc berwarna
kuning pucat.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 12x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh √ Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif √ Negatif
d) Mulut uretra : Tidak dikaji
e) Anus : Tidak dikaji

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien bekerja sebagai buruh pabrik yang
bekerja ± 10 jam sehari, dalam pekerjaan pasien selalu mengangkat berat dan sering
terpapar debu sehingga membuat pasien batuk-batuk. Sejak sebulan yang lalu
pasien mengeluh susah beraktivitas karena merasa nyeri pada area perut bawah.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan sejak sakit pasien hanya terbaring di tempat tidur dan
meringis kesakitan. Sebagian aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
karena nyeri pada area operasi.
3. Observasi :
Tampak pasien terbaring di tempat tidur dan meringis jika nyeri terasa. Tampak
sebagian aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
a) Aktivitas harian :
 Makan :0 0 : mandiri
 Mandi :2 1 : bantuan dengan alat
2 : bantuan orang
 Pakaian :2 3 : bantuan alat dan orang
4 : bantuan penuh
 Kerapihan :2
 Buang air besar :3
 Buang air kecil :3
 Mobilisasi di tempat tidur : 2
b) Postur tubuh : Tampak sedikit bungkuk
c) Gaya jalan : Tidak dikaji
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
e) Fiksasi : Tampak diarea lipatan paha kiri
f) Tracheostomi : Tidak ada
2. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : 120/80 mmHg
Duduk : ……… mmHg
Berdiri : ……… mmHg
Kesimpulan : Hipertensi Positif √ Negatif
b) HR : 92 x/menit
c) Kulit :
Keringat dingin : Tidak ada
Basah : Tidak ada
d) JVP : 5-2 cmH2O

Kesimpulan : Pemompaan ventrikel jantung memadai


e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : < 3 detik
f) Thorax dan pernapasan

 Inspeksi:
Bentuk thorax : Tampak simetris kiri dan kanan
Retraksi interkostal : Tampak tidak ada
Sianosis : Tampak tidak ada
Stridor : Tidak terdengar
 Palpasi :
Vocal premitus : Teraba sama di semua area
Krepitasi : Tidak terdengar
 Perkusi :
√ Sonor Redup Pekak

 Auskultasi :
Suara napas : Broncho-vesicular
Suara ucapan : Terdengar sama kiri dan kanan
Suara tambahan: Tidak terdengar
Jantung
 Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak terlihat
 Palpasi :
Ictus cordis : Teraba di ICS 5 midclavicularis sinistra
 Perkusi :
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas bawah jantung : ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS 2 line sternalis dekstra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea aksilaris anterior sinistra
 Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Tunggal ICS 2 linea sternalis dekstra
Bunyi jantung II P : Tunggal ICS 2 dan 3 linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I T : Tunggal ICS 4 linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I M : Tunggal ICS 5 misclavicularis sinistra
Bunyi jantung III irama gallop : Tidak ada
Murmur : Tidak ada
Bruit : Aorta : Tidak dikaji
A. Renalis : Tidak dikaji
A. Femoralis : Tidak dikaji
h) Lengan dan tungkai
 Atrofi otot : Positif √ Negatif
 Rentang gerak : Hambatan pergerakan karena adanya nyeri
Kaku sendi : Tidak ada
Nyeri sendi : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Parese : Hemiparese sinistra
Paralisis : Tidak ada
 Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Tangan 5 5

Kaki 5 4
Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi tidak mampu melawan tekanan
Nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan akan
jatuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
 Refleks fisiologi : Trisep (+ /-) Bicep (+ /-) achiles(+/-)
 Refleks patologi :
Babinski, Kiri : Positif √ Negatif
Kanan : Positif √ Negatif
 Clubing jari-jari : Tampak tidak ada
 Varises tungkai : Tampak tidak ada
i) Columna vetebralis:
 Inspeksi : Lordosis Kiposis Skoliosis
 Palpasi : Tidak ada nyeri
 Kaku kuduk : Tampak tidak ada

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat tidur dengan nyenyak
dimalam hari dan jarang tidur siang namun sejak sebulan yang lalu pasien sering
mengeluh nyeri ketika merubah posisi tidur. Pasien tidak mengkonsumsi obat tidur
serta pasien lebih suka tidur pada suasana gelap.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan setelah sakit pasien hanya tidur dengan posisi yang
tidak membuat nyeri pada area operasi dan pasien sering terbangun ketika terasa
nyeri.
3. Observasi :
Tampak pasien sedang berbaring di tempat tidur
Ekspresi wajah mengantuk : Positif √ Negatif
Banyak menguap : Positif √ Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif √ Negatif

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien beberapa kali memeriksakan
kondisinya di dokter namun menolak untuk dioperasi. Pasien tidak mengalami
gangguan pada pendengaran dan penciuman namun penglihatan pasien berkurang
dan, pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan ia menyesal tidak dioperasi sebelum benjolan membesar dan
terasa sakit.
3. Observasi :
Tampak pasien sulit berkonsentrasi karena nyeri yang dirasakan
4. Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan
 Kornea : Tampak jernih
 Pupil : Isokor
 Lensa mata : Tampak jernih
 Tekanan intra okuler (TIO) : Teraba normal di kedua mata
b) Pendengaran
 Pina : Tampak bersih
 Kanalis : Tampak bersih
 Membran timpani : Tampak utuh dan memantulkan cahaya
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai
Pasien mampu merasakan dan menggerakan lengan dan tungkai

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan, sebelum sakit pasien seorang kepala keluarga yang
pekerja keras dan pasien adalah pribadi yang humoris dan bersemangat.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan sejak sakit pasien tidak dapat menjalankan
aktivitasnya seperti biasa.
3. Observasi :
a) Kontak mata : fokus
b) Rentang perhatia : fokus
c) Suara dan cara bicara : terdengar jelas
d) Postur tubuh : Tampak sedikit bungkuk
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : Tampak tidak ada
b) Bentuk/postur tubuh : Tampak sedikit bungkuk
c) Kulit : Bersih

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan pasien tinggal bersama anak pertama dan menantunya dan anak
ke dua, dan menjalin hubungan yang baik dengan keluarga besar dan tetangganya.
Keluarga mengatakan pasien mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan sejak sakit hubungan pasien dengan keluarga dan
kenalannya masih terjalin dengan baik namun pasien tidak aktif lagi dengan
kegiatan di sekitar karena kondisinya. keluarga pasien mengatakan, mereka sangat
berharap pasien bisa cepat sembuh dan bisa berkumpul kembali bersama keluarga.
3. Observasi : Tampak keluarga bergantian untuk menjaga pasien dan kenalan datang
untuk menjenguk pasien

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan sebelum sakit : Tidak dikaji
2. Keadaan sejak sakit : Tidak dikaji
3. Observasi :
Tampak pasien terbaring lemah di tempat tidur
4. Pemeriksaan fisik : Tidak dikaji

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan, pasien hidup dengan baik tanpa ada beban dan jika
ada masalah yang tidak bisa di selesaikan pasien akan menceritakan masalahnya
kepada keluarga. Keluarga pasien mengatakan jika ada anggota keluarga yang
melakukan kesalahan pasien akan menegur.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan bahwa mereka sangat khawatir dengan kondisi pasien
saat ini, dan berharap semoga pasien cepat sembuh dan berkumpul bersama dengan
keluarga.
3. Observasi : Tampak beberapa kali pasien menegur anak keduanya karena membuat
kesalahan

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan pasien beragama katolik yang rajin beribadah dan
sering mengikuti kegiata kerohanian di gereja
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan sejak sakit pasien masih bisa berdoa sendiri namun
tidak mampu lagi untuk beribadah bersana dan mengikuti kegiatan kerohanian
dengan normal.
3. Observasi :
Tampak di samping tempat tidur pasien terdapat Rosario. Dan tampak beberapa
anggota gereja melaksanakan doa bersama pasien.

V. UJI SARAF KRANIAL


A. N I : Olfaktorius
Pasien mampu mencium dan mampu mengenali bau-bauan yang diberikan.
B. N II : Opticus
 Penglihatan sentral : pasien dapat membaca nama perawat
 Penglihatan perifer : lapang pandang pasien normal
 Melihat warna : pasien mampu mengenali warna
 Pemeriksaan fundus occuli : -
C. N III : Oculo-Motorius
Tampak tidak ada retraksi kelopak mata atas, tampak tidak ada ptosis, pupil isokor,
refleks pupil terhadap cahaya baik. Pupil kontriksi saat diberi cahaya dari samping,
tampak ada refleks akomodasi pada pupil kiri dan kanan
N III, N IV dan N VI
Pasien mampu menggerakkan bola mata kesegala arah.
D. N V : Trigeminus
Sensorik : Pasien mampu merasakan goresan kapas di bagian pipi, dahi, dagu
sebelah kanan maupun sebelah kiri dengan mata tertutup
Motorik : Teraba keras pada otot masseter sebelah kanan dan kiri
E. N VII : Facialis
Sensorik : Pasien mampu menyebutkan jenis rasa yang di berikan pada
lidah pasien
Motorik : Pasien mampu mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan
bibir, tersenyum, meringis, bersiul dan menggembungkan pipi
F. N VIII : Vestibularisauskutikus
Vestibularis : Tidak dikaji
Akustikus : Pasien mampu mendengar gesekan jari perawat pada kedua telinga
G. N IX : Glassopharyngeal
Pasien mampu menelan
H. N X : Vagus
Letak uvula ditengah
I. N XI : Accessorius
Pasien mampu mengangkat bahu kiri dan kanan dan mampu menggerakan kepala
kesegala arah.
J. N XII : Hypoglossus
Pasien mampu menjulurkan lidah dan mendorong pipi kiri dan kanan menggunakan
lidah.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pre-Op

 Inspeksi: terlihat benjolan berbentuk lonjong sebesar telur puyuh di daerah


inguinalis sinistra diameter ± 3 cm.
 Palpasi: Teraba benjolan yang berbentuk lonjong, konsistensi benjolan kenyal dan
nyeri saat ditekan. Benjolan tidak dapat didorong masuk.
 Pemeriksaan Finger tes: Benjolan teraba dengan ujung jari
Post-Op
 Inspeksi : Terlihat bekas operasi yang tertutup perban di daerah inguinalis sinistra,
terlihat sdikit pembengkakan dan sedikit rembesan darah di sekitar lokasi operasi
 Palpasi : Nyeri tekan di sekitar areah operasi skala nyeri 7
VII. TERAPI
1. Infus RL 16 tpm
2. Ceftriaxon 2 x 1gr
3. Ranitidine 3 x 1 amp
4. Ketorolac 2 x 50 mg

Tanda Tangan Mahasiswa Yang


Mengkaji

( )
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Agen Cedera Fisik Nyeri Akut

- Kluarga mengatakan pasien selalu mengeluh


nyeri di daerah operasi

- Keluarga mengatakan pasien selalu


menghindari faktor penyebab nyeri seperti
bergerak

DO :

- Tampak pasien meringis kesakitan

- Nyeri tekan di daerah operasi

- Pengkajian nyeri:

P: Post-op Hernia

Q: seperti tertusuk-tusuk

R: diarea luka dan sekitarnya

S: skala 7

T: saat bergerak atau luka tertekan

- TTV

TD: 120/80

N: 92 x/menit

S: 37,5 0C

P: 20 x/menit

2. DS : Nyeri Gangguan
Mobilitas Fisik
- Keluarga mengatakan pasien hanya bisa
berbaring dan tidak bisa melakukan aktifitas
karena nyeri pada area operasi
- Keluarga mengatakan dalam bemenuhi
kebutuhan dan aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga
- Keluarga mengatakan pasien hanya bisa
berbaring dengan posisi yang sama dan selalu
menghindari pergerakkan yang menyebabkan
nyeri

DO :

- Tampak KU pasien sakit sedang

- Tampak kebutuhan dan aktivitas pasien di


bantu oleh keluarga
- Tampak pasien hanya bisa berbaring dengan
posisi yang sama
- Tampak pasien bergerak dengan menghindri
tekanan pada area operasi
- TTV

TD: 120/80

N: 92 x/menit

S: 37,5 0C

P: 20 x/menit

3. DS : Efek Prosedur Resiko infeksi


- Keluarga mengatakan sehari setelah operasi Invasif
tampak ada sedikit pembengkakan di area
operasi
DO :

- Tampak ada sedikit pembengkakan di area


operasi
- Tampak sedikit rembesan darah di sekitar
lokasi operasi
- TTV

TD: 120/80

N: 92 x/menit

S: 37,5 0C

P: 20 x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)


1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik (D.0077)

2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri (D.0054)

3. Resiko Infeksi Dengan Factor Resiko Efek Prosedur Invasif (D.0142)


INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama/ umur : Tn. A / 50 Tahun


Ruang/ kamar : B3B / 615

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan perawatan selama Manajemen nyeri (I.08238)
Cedera Fisik (D.0077) .... x 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(L.08063) kualitas, intensitas nyeri
 Kemampuan mengenali onset nyeri  Identifikasi respon nyeri non verbal
dipertahankan pada skala 3 sedang  Identifikasi faktor yang memperberat dan
ditingkatkan pada skala 4 cukup memperingan nyeri
meningkat  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Kemampuan mengenali penyebab (mi. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
nyeri dipertahankan pada skala 4  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
cukup meningkat ditingkatkan pada  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
skala 5 meningkat. mengurangi rasa nyeri
 Kemampuan menggunakan teknik  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perluI
non-farmakologis dipertahankan Pemberian Analgesik (I.08243)
pada skala 3 sedang ditingkatkan  Identifikasi riwayat alergi obat
pada skala 4 cukup meningkat  Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
 Keluhan nyeri dipertahankan pada analgesic
skala 3 sedang ditingkatkan pada  Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic
skala 4 cukup menurun dan efek yang tidak diinginkan
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

2. Resiko Infeksi Dengan Setelah dilakukan perawatan selama Pencegahan Infeksi (I.14539)
Factor Resiko Efek .... x 24 jam diharapkan Kontrol Risiko  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Prosedur Invasif meningkat (L.14128) sistemik
(D.0142)  Kamampuan mengidentifikasi faktor  Batasi jumlah pengunjung
risiko dipertahankan pada skala 3  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
sedang ditingkatkan pada skala 5 pasien dan lingkungan
meningkat.  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Kemampuan melakukan strategi Perawatan Luka (I.14564)
control risiko dipertahankan pada  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
skala 3 sedang ditingkatkan pada nontoksik, sesuai kebutuhan
skala 5 meningkat.  Pertahankan teknik steril saat melakukan
 Kemampuan menghindari faktor perawatan luka
risiko dipertahankan pada skala 3  Bersihkan jaringan nekrotik
sedang ditingkatkan pada skala 5  Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
meningkat

3. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan perawatan selama Dukungan Mobilisasi (I.05173)


Fisik b/d Nyeri (D.0054) .... x 24 jam diharapkan Mobilitas  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Fisik Meningkat (L.05042)  Monitor kondisi umum selama melakukan
 Nyeri dapat dipertahankan pada mobilisasi
skala 3 sedang ditingkatkan pada  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
skala 4 cukup menurun (mis. pagar tempat tidur)
 Gerakan terbatas dapat  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
dipertahankan pada skala 3 sedang meningktakan pergerakan
ditingkatkan ke skala 4 cukup  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
menurun. dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, atau
duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama/ umur : Tn. A / 50 Tahun


Ruang/ kamar : B3B / 615

Tanggal Evaluasi SOAP Perawat


Agustus 2020 Dx.I Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
S:
- Keluarga pasien mengatakan pasien sering meringis kesakitan saat bergerak
- Pasien mengatakan nyeri pada area operasi, nyeri semakin memberat jika pasien banyak bergerak
O:
- Tampak pasien meringis kesakitan saat bergerak
- Pengkajian nyeri
P: Post-OP Hernia
Q:Seperti tertusuk-tusuk
R:Diarea luka dan sekitarnya
S:Skala 7
T:Saat bergerak/Luka tertekan
A:
Nyeri akut belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vital
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Dx.II Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri


S:
- Keluarga pasien mengatakan terkadang pasien ingin tidur menyamping namun tidak bisa karena nyeri
- Keluarga pasien mengatakan pasien masih sering meringis kesakitan jika bergerak
- Pasien mengatakan lebih nyaman saat berbaring dengan posisi terlentang atau setengan duduk dan merasa
nyeri jika bergerak
O:
- Tampak pasien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam pemenuhan kebutuhan dan aktivitas
- Tampak pasien berbaring dengan posisi terlentang dan setengah duduk
A:
Mobilitas fisik belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Berikan pasien pada posisi yang nyaman
- Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Dx.III Resiko infeksi dengan faktor risiko efek prosedur invasive


S:
- Pasien mengatakan
O:
- Luka tidak berbau
- Tampak adanya kemerahan dan pembengkakan pada area operasi
A:
- Resiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
- Monitor TTV
- Lakukan perawatan luka steril
- Mengkaji karakteristik luka
- Pantau tanda dan gejala infeksi
September 2020 Dx.I Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
S:
- Keluarga pasien mengatakan pasien masih sering meringis kesakitan saat bergerak
- Pasien mengatakan nyeri pada area operasi, nyeri semakin memberat jika pasien banyak bergerak
O:
- Tampak pasien meringis kesakitan saat bergerak
- Pengkajian nyeri
P: Post-OP Hernia
Q:Seperti tertusuk-tusuk
R:Diarea luka dan sekitarnya
S:Skala 5
T:Saat bergerak/Luka tertekan
A:
Nyeri akut teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vital
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Dx.II Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri
S:
- Keluarga pasien mengatakan terkadang pasien ingin tidur menyamping namun tidak bisa karena nyeri
- Keluarga pasien mengatakan pasien masih sering meringis kesakitan jika bergerak
- Pasien mengatakan lebih nyaman saat berbaring dengan posisi terlentang atau setengan duduk dan merasa
nyeri jika bergerak
O:
- Tampak pasien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam pemenuhan kebutuhan dan aktivitas
- Tampak pasien berbaring dengan posisi terlentang dan setengah duduk
A:
Mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Berikan pasien pada posisi yang nyaman
- Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Dx.III Resiko infeksi dengan faktor risiko efek prosedur invasive


S:
- Keluarga pasien mengatakan area luka operasi sedikit membengkak dan ada ruam kemerahan di area luka
operasi
O:
- Luka tidak berbau
- Tampak adanya kemerahan dan pembengkakan pada area operasi
A:
- Resiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
- Monitor TTV
- Lakukan perawatan luka steril
- Mengkaji karakteristik luka
- Pantau tanda dan gejala infeksi

September 2020 Dx.I Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
S:
- Keluarga pasien mengatakan pasien sering meringis kesakitan saat bergerak. Nyeri mulai mereda jika
malukakan relaksasi napas dalam
- Pasien mengatakan nyeri pada area operasi sedikit berkurang, nyeri memberat jika banyak bergerak
O:
- Tampak pasien meringis kesakitan saat bergerak
- Pengkajian nyeri
P: Post-OP Hernia
Q:Seperti tertusuk-tusuk
R:Diarea luka dan sekitarnya
S:Skala 3
T:Saat bergerak/Luka tertekan
A:
Nyeri akut teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vital
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Dx.II Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri


S:
- Keluarga pasien mengatakan terkadang pasien ingin tidur menyamping namun tidak bisa karena nyeri
- Pasien mengatakan lebih nyaman saat berbaring dengan posisi terlentang atau setengah duduk dan mulai
bisa bergerak
O:
- Tampak pasien mulai bisa mandiri dan dibantu oleh keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dan aktivitas
- Tampak pasien mulai bisa duduk
A:
Mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Berikan pasien pada posisi yang nyaman
- Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Dx.III Resiko infeksi dengan faktor risiko efek prosedur invasive


S:
- Keluarga pasien mengatakan area luka operasi masih sedikit membengkak dan ada ruam kemerahan di
area luka operasi
O:
- Tidak tampak darah pada balutan, tidak tampak kemerahan namun ada sedikit pembengkakan diarea luka
operasi
- Luka tidak berbau
A:
- Resiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
- Monitor TTV
- Lakukan perawatan luka steril
- Mengkaji karakteristik luka
- Pantau tanda dan gejala infeksi

Anda mungkin juga menyukai