Oleh
KADEK NOVIADI
15.901.1169
T.A 2016
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Pada Pasien Dengan DHF
Stadium telur memakan waktu beberapa hari (1 – 2 hari). Telur nyamuk Aedes
aegypti berbentuk lonjong berwarna hitam, terdapat gambaran anyaman seperti
sarang lebah. Telur ini diletakkan oleh nyamuk betina secara terpisah-pisah di
tengah atau di tepi permukaan air jernih dan tenang. Telur nyamuk Aedes aegypti
dalam keadaan kering dapat bertahan dalam waktu 6 bulan meskipun dalam
lingkungan tanpa air (Depkes.RI., 1995a ).
2.2 Larva Aedes aegypti
Pupa nyamuk juga bersifat akuatik (hidup di air) dan sangat aktif, namun tidak
makan. Walaupun demikian mereka harus ke permukaan air untuk mengambil
nafas melalui terompet pernapasan yang dimilikinya. Pupa Aedes aegypti
mempunyai morfologi yang khas yaitu mempunyai terompet pernafasan berbentuk
segitiga. Bentuk tubuhnya seperti koma, bersifat aktif dan sensitive terhadap
gerakan dan cahaya. Biasanya pupa terbentuk pada sore hari dan berumur hanya 1-
2 hari untuk segera menjadi nyamuk dewasa (Tri Wulandari, 2001).
2.4 Imago Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti dewasa memiliki ciri morfologi yang khas yaitu berukuran lebih
kecil daripada nyamuk rumah, dengan warna dasar hitam berbelang-belang putih
pada bagian tubuh dan kaki dan adanya gambaran lyre berwarna putih dengan
senarnya yang berwarna kuning pada bagian dorsal thoraksnya. Nyamuk dewasa
betinalah yang menghisap darah manusia untuk keperluan pematangan telurnya.
Nyamuk Aedes aegypti betina ini adalah nyamuk yang cerdas ia tidak berdengung
ketika terbang sehingga orang yang akan digigitnya tidak akan sadar bahwa ia akan
digigit. Nyamuk ini menyerang manusia dari bagian bawah atau belakang tubuh
mangsanya. Biasanya pada tungkai kaki atau pada bagian pergelangan kaki. Dalam
menghisap darah, nyamuk ini bersifat intermitten (berulang) sebelum ia merasa
kenyang. Sifat seperti inilah yang menyebabkan dalam saat yang sama dapat
menginfeksi beberapa orang dalam suatu keluarga Umur Aedes aegypti di alam
bebas sekitar 10 hari. Umur ini telah cukup bagi nyamuk ini mengembangbiakkan
Virus Dengue menjadi jumlah yang lebih banyak dalam tubuhnya (Tri
Wulandari,2001).
Tempat perindukan nyamuk ini adalah tempat penampungan air yang
mengandung air jernih atau air yang sedikit terkontaminasi seperti bak mandi,
drum, tangki air dan tempayan. Spesies nyamuk ini aktif menghisap darah pada
siang hari (Hadinegoro SRH, dkk, 2004).
Nyamuk ini dapat menularkan virus dengue kepada manusia yaitu setelah
menggigit orang yang sedang mengalami viremia (2 hari sebelum panas sampai 5
hari setelah demam timbul). Virus kemudian berkembang biak dalam tubuh
nyamuk yang terutama ditemukan dalam air liurnya dalam 8-10 hari sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat
masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya. Pada manusia, virus memerlukan waktu 4-6
hari sebelum menimbulkan sakit.
6. Kriteria Diagnosis
Sampai saat ini diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria WHO (1997)
yang meliputi kriteria klinis dan laboratories : (Hadinegoro SRH, dkk, 2004)
a. Kriteria klinis
1) Demam mendadak tinggi terus menerus, tanpa sebab yang jelas selama 2-
7 hari.
2) Terdapat manifestasi pendarahan seperti uji tourniquet positip, petekie,
purpura, ekimosis, pendarahan gusi, hematemesis, melena, hematuria.
3) Pembesaran hati (hepatomegali).
4) Tanpa atau dengan gejala syok seperti :
a) Nadi lemah, cepat dan kecil sampai tak teraba.
b) Tekanan nadi turun menjadi 20 mmHg atau kurang.
c) Kulit teraba dingin dan lembab, terutama di daerah akral seperti ujung
hidung, jari tangan dan kaki.
d) Sianosis di sekitar mulut, ujung jari tangan dan kaki.
b. Kriteria laboratories
1) Trombositopenia (trombosit 100.000 / mm3 atau kurang)
2) Hemokonsentrasi (adanya peningkatan hematokrit > 20 %)
Diagnosis klinis DHF ditegakkan bila ditemukan 2 kriteria klinis
ditambah trombositopenia dengan atau tanpa hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit.
7. Pemeriksaan Penunjang (Hendarwanto, 1996)
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining
penderita DF adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar
hematokrit, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat
adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Uji tourniquet ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan
vaskular. Uji ini juga dapat memberikan hasil positif pada infeksi virus
selain virus dengue. Hasil dikatakan positif jika terdapat 10-20 atau lebih
petekie dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan dan pada
lipat siku.
Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF
merupakan indikator terjadinya perembesan plasma, selain
hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan leukopenia.
2) Pemeriksaan urine.
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3) Sumsum tulang.
Pada awalnya hiposeluler, kemudia menjadi hiperseluler pada hari
ke-5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke-10 biasanya sudah
kembali normal.
4) Serologi
1. Uji Hambatan Hemaglutinasi yang merupakan gold standard WHO
untuk mendiagnosis infeksi virus dengue.
2. Uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi
3. Uji ELISA
4. Uji Dengue Blot Dot imunoasai Dengue Stick
5. Uji Imunokromatografi
b. Pemeriksaan Radiologi
Kelainan yang didapatkan antara lain :
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali atau efusi perikard
4. Hepatomegali
5. Cairan dalam pongga peritoneum
6. Penebalan dinding vesika felea
9. Tindakan Kegawatdaruratan
Adapun penatalaksanaan kegawat daruratan pada DHF antara lain:
a. Berikan cairan intravena jenis kristaloid untuk mengganti cairan yang hilang
diintravaskular
b. Berikan antipiretik dan anti histamin secara parenteral untuk meberikan
kenyamanan pada pasien dengan demam dan mencegah stress ulcer
c. Lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui hemokonsentrasi dan
nilai trombosit
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Kegawatdaruratan
a. Primary Survey
1) Data Subjektif
Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien mengeluh demam tinggi selama > 2-3 hari
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengeluh mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi
Riwayat Kesehatan Pasien
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Adanya alergi
2) Data Objektif
Airway (A): Tidak terdapat obstruksi jalan napas, jalan napas paten, tanpa
adanya suara napas abnormal.
Breathing (B): Adanya napas spontan, dengan gerakan dada simetris, (
napas cepat, dan dangkal umumnya terjadi pada DHF grade III, IV
Circulation (C): Terjadi takikardi karena adanya kompensasi penurunan
volume intravaskular
Disability (D): Terdapat malaise/kelemahan
Eksposure (E): Terdapat ptekie pada ektremitas
b. Secondary Survey
Five Intervention / Full set of vital sign (F):
Tanda – tanda vital : RR meningkat ( pada grade III, IV ), HR
meningkat, terjadi hipotensi ( pada grade III, IV )
Pemeriksaan Lab :
Trombosit : < 100
HCT : > 42 ( Hemodilusi karena hilangnya plasma darah pada
intravaskular )
Hb : >15 ( Hemodilusi karena hilangnya plasma darah pada
intravaskular )
Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)
Adanya nyeri pada kepala seperti tertekan, semakin terasa berat saat bangun
dan berjalan.
Head to toe (H)
Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada :
- Daerah kepala : ada nyeri kepala
- Daerah dada : efusi pleura
- Daerah abdomen : adanya acites, bising usus (+), palpasi adanya nyeri
tekan pada epigastrium, hepatomegali
- Daerah ekstrimitas : adanya ptekie, akral hangat, CRT > 2 detik
Inspect the posterior surface (I): Tidak ada jejas pada daerah dada
2. Diagnoa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan dan demam ditandai dengan kulit/membrane mukosa
kering, penurunan turgor kulit, haus/mual/anoreksia.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue dan syok
0
hipovolemik ditandai dengan suhu > 37,5 C, takikardi, kulit hangat,
menggigil, kelemahan, pasien mengeluh pusing.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan
pemasukan atau mencerna makanan ditandai dengan mual muntah,
peningkatan saliva
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-sumber
informasi ditandai dengan pasien dan keluarga bertanya-tanya tentang
penyakitnya
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan ditandai
dengan takikardi, CRT > 2 detik, kesadaran menurun
3. Intervensi Kepeawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1 Kekurangan volume NOC : NIC :
cairan b/d kehilangan
volume cairan secara Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankan catatan
aktif keperawatan selama 3 x 24 jam intake dan out put yg
diharapkan asupan cairan kurang akurat
balancedengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor tanda-tanda
1. Mukosa bibir lembab dehidrasi
2. Tugor elastis 4. Beri dan anjurkan pasien
3. Muntah berkurang untuk minum banyak
4. Mempertahankan 5. Anjurkan keluarga pasien
caiarn yg masuk dan untuk mengganti pakaian
keluar pasien yang basah oleh
keringat
Kekurangan
Kekurangan Perubahan nutrisi
Ketidakseimbngan
volume cairan
volume cairan <keb.
nutrisi tubuh dari
: kurang
kebocoran plasma, cairan berpindah kebutuhan tubuh
dari ruang intravaskular
ke ruang ekstravaskular Penurunan trombosit
Volume Trombositopenia
plasma berkurang.
Risiko perdarahan
Risiko perdarahan
-Hemokonsentrasi
-Hipoproteinemia
-Efusi
Syokhipovolemik
Syok hipovolemik
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis edisi
6. Jakarta : EGC.
Masjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aeculapius FKUI.
Soedarto. 2002. Sinopsis Klinis Penyebab, Gejala Klinis Diagnosa Banding, Diagnosa
Laboratoris dan Terapi. Surabaya : Airlangga.
Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.