Anda di halaman 1dari 7

KONSEP MAP

LAPARATOMY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif


Dosen Pembimbing : Ns. Endro Haksara, S. Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

MAHENDRA PIPIT PUSPITASARI


20101440119065

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LAPARATOMI

Menurut Jitowiyono laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Laparatomi merupakan teknik sayatan
yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan . Adapun tindakan bedah digestif
yang sering dilakukan dengan tehnik sayatan laparatomy yaitu: Herniotomi, Gasterektomi, Kolesistoduodenostomi,
Hepateroktomi, Splenotomi, Apendektomi, Hemoroidektomi, dan Fistulotomi atau Fistulektomi, Sedangkan tindakan bedah
kandungan yang sering dilakukan dengan tehnik sayatan arah laparatomy adalah berbagai jenis operasi uterus, operasi pada Tuba
fallopi dan operasi Ovarium, yaitu: Histerektomi baik itu Hiterektomi total, Histerektomi sub total, Histerektomi radikal,
Eksenterasi pelvic dan Salpingo-coforektomi bilateral (Maulidatun, 2017).

MANIFESTASI KLINIS
ETIOLOGI PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Nyeri tekan.
Menurut Smeltzer (2001) Indikasi dilakukan a. Pemeriksaan rektum : Adanya darah menunjukkan
2. Perubahan tekanan darah,
laparatomi di sebabkan oleh beberapa hal yaitu: kelainan pada usus besar,kuldosentesi,
nadi, dan pernafasan.
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) 3. Kelemahan.
kemungkinan adanya darah dalam lambung dan
2. Peritonitis kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya
4. Gangguan integumen dan
3. Perdarahan saluran pencernaan. lesi pada saluran kencing.
jaringan subkutan.
b. Laboratorium : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar 5. Konstipasi.
dan Analisis urine.
5. Masa pada abdomen 6. Mual dan muntah,
c. Radiologik : Bila diindikasikan untuk melakukan
Menurut jitowiyono indikasi laparatomi adalah trauma anoreksia.
laparatomi.
abdomen (tumpul atau tajam) / ruptur hepar, d. IVP/sistogram : Hanya dilakukan bila ada
peritonisis, perdarahan saluran pencernaan (internal kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
Blooding), sumbatan pada usus halus dan besar dan e. Parasentesis perut : Tindakan ini dilakukan pada
massa pada abdomen Kasus-kasus yang terdapat pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya
kasus laparatomi, yaitu : hernotorni, gasterektomi, kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul
kalosistoduodenostomi, hepaterektomi, splenorafi/ perut yang disertai dengan trauma kepala yang
splenotomi, apendektomi, kolostomi dan fistulaktomi berat, dilakukan dengan menggunakan jarum
(Maulidatun, 2017). pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui
dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris
tengah dibawah pusat dengan menggosokkan
bulibuli terlebih dahulu.
KOMPLIKASI PENATALAKSANAANMEDIS
PATOFISIOLOGI
1. Gangguan perfusi jaringan a. Midline incision
sehubungan dengan Metode insisi yang paling sering Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau emosional
tromboplebitis. Tromboplebitis digunakan, karena sedikit (Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
post operasi biasanya timbul 7- perdarahan, eksplorasi dapat lebih fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).Trauma adalah
14 hari setelah operasi. Bahaya luas, cepat di buka dan di tutup, penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
besar tromboplebitis timbul serta tidak memotong ligamen dan Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
bila darah tersebut lepas dari saraf. Namun demikian, kerugian tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
dinding pembuluh darah vena jenis insis ini adalah terjadinya 2011) Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dan ikut aliran darah sebagai hernia cikatrialis. Indikasinya pada dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
emboli ke paru-paru, hati, dan eksplorasi gaster, pankreas, hepar, penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
otak. Pencegahan dan lien serta di bawah umbilikus tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan, deselerasi,
tromboplebitis yaitu latihan http://repository.unimus.ac.id 12 kompresi atau sabuk pengaman (setbelt) dapat mengakibatkan terjadinya trauma
kaki, ambulasi dini post untuk eksplorasi ginekologis, abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013). Trauma
operasi. rektosigmoid, dan organ dalam tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah,
2. Infeksi, infeksi luka sering pelvis (Yenichrist, 2008). memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organorgan, nyeri, iritasi cairan usus.
muncul pada 36-46 jam pasca b. Paramedian Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
operasi. Organisme yang sedikit ke tepi dari garis tengah (± atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan
paling sering menimbulkan 2,5 cm), panjang (12,5 cm). darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi
infeksi adalah stapilococus Terbagi atas 2 yaitu, paramedian organ dan respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya
aurens, organisme gram positif. kanan dan kiri, dengan indikasi kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko
Stapilococus mengakibatkan pada jenis operasi lambung, tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013). Peritonitis adalah
peranahan. Untuk menghindari eksplorasi pankreas, organ pelvis, inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen, yang
infeksi luka yang paling usus bagian bagian bawah, serta diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat
penting adalah perawatan luka plenoktomi. Paramedian insicion disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar
dengan memperhatikan aseptik memiliki keuntungan antara lain : kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi
dan antiseptik. merupakan bentuk insisi anatomis gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon
3. Kerusakan integritas kulit dan fisiologis, tidak memotong sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.
sehubungan dengan dehisensi ligamen dan saraf, dan insisi Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
luka atau eviserasi. mudah diperluas ke arah atas dan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai
4. Ventilasi paru tidak adekuat. bawah (Yenichrist, 2008). kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar
5. Gangguan kardiovaskuler: c. Transverse upper abdomen dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan
hipertensi, aritmia jantung. incision keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan
6. Gangguan keseimbangan insisi di bagian atas, misalnya darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa perlengketan
cairan dan elektrolit. pembedahan colesistotomy dan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada
7. Gangguan rasa nyaman dan splenektomy (Yenichrist, 2008). jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari
kecelakaan. d. Transverse lower abdomen usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan
(Arif Mansjoer, 2012). incision lumen usus), Volvulus (usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir
insisi melintang di bagian bawah ± sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya
4 cm di atas anterior spinal iliaka, gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang
misalnya; pada operasi lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada
appendectomy (Yenichrist, 2008) dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan
tekanan pada dinding usus).
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku / bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal operasi, no medrec, diagnosa medis dan
alamat.
b. Keluhan Utama
Pada klien dengan post operasi laparatomi biasanya terdapat rasa sakit, mual dan muntah (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2015).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST, yaitu:
 P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal yang dapat mengurangi atau memperberat.
 Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan nampak atau terdengar, dan sejauh mana klien merasakan keluhan utamanya.
 R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah menyebar
 S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak.
 T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan berapa lama nyeri itu hilang selama periode akut.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi. Biasanya klien memiliki riwayat penyakit gastrointestinal
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan klien, penyakit turunan maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit
gastrointestinal.
d. Perubahan Aktivitas Sehari-hari
Perbandingan kebiasaan di rumah dan di rumah sakit, apakah terjadi gangguan atau tidak. Kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji meliputi: makan, minum, eliminasi buang air besar (BAB) dan
buang air kecil (BAK), istirahat tidur, personal hygiene, dan ketergantungan. Biasanya klien kesulitan melakukan aktivitas, seperti makan dan minum mengalami penurunan, istirahat tidur sering
terganggu, BAB dan BAK mengalami penurunan, personal hygiene kurang terpenuhi.
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang anda lakukan dengan menggunakan metode atau teknik P.E. (Physical Examination) yang terdiri dari:
1) Inspeksi, yaitu: teknik yang dapat anda lakukan dengan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu: suatu teknik yang dapat anda lakukan dengan menggunakan indera peraba
3) Perkusi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda lakukan dengan mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara
4) Auskultasi, adalah: pemeriksaan yang dapat anda lakukan dengan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.
Permeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien post laparatomi, antara lain, sebagai berikut.
1. Keadaan Umum
Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada komplikasi lebih lanjut, badan tampak
lemas.
2. Sistem Pernapasan
Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi paru.
3. Sistem Kardiovaskuler
Mungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan, kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan darah dan nadi meningkat.
4. Sistem Pencernaan
Mungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus karena puasa, penurunan berat badan, dan konstipasi.
5. Sistem Perkemihan
Jumlah output urin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat operasi atau karena adanya muntah. Biasanya terpasang kateter.
f. Terapi
Biasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri, antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk mengurangi rasa mual.
DIANOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre Operasi
Pre Operasi
1. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kekhawatiran 1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran
mengalami kegagalan mengalami kegagalan
Intra Operasi Setelah dilaukan tindakan keperawatanselama
1. Resiko perdarahan (D.0012) berhubungan dengan 2x24 jam diharapkan Tingkat Ansietas (L.09093)
tindakan pembedahan Menurun dengan kriteria hasil :
Post Operasi 1) Perilaku gelisah dari skala 1 meningkat ke
skala 5 menurun
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera Reduksi Ansietas (I.09314)
fisik ditandai dengan luka insisi post operasi laparatomi Observasi
2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan - Identifikasikan saat tingkat ansietas berubah
penurunan kekuatan otot - Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
dengarkan dengan penuh perhatian
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
Intra Operasi - Anjurkan keluarga untuk bersama pasien, jika
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan perlu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Tingkat - Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
Perdarahan (L.02017) Menurun, dengan kriteria hasil : ketegangan
1) Kelembaban membran mukosa dari skala 5 meningkat ke skala 1 menurun - Latih teknik relaksasi
2) Kelembaban kulit dari skala 5 meningkat ke skala 1 menurun Kolaborasi
Pencegahan Perdarahan (I.02067) - Kolaborasi pemberian obat antlansietas, jika
Observasi perlu
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
Terapeutik
- Pertahankan bedrest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan Kasur pencegah dekubitus
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN

Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan luka insisi post operasi laparatomi
Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharaplan Tingkat Nyeri (L.08066) Menurun, dengan kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri dari skala 1 meningkat ke skala 5 menurun
2) Meringis dari skala 1 meningkat ke skala 5 menurun
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untukmengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Mobilitas Fisik (L.05042) Meningkat, dengan kriteria hasil :
1) Pergerakan ekstremitas dari skala 1 menurun ke skala 5 meningkat
2) Kekuatan otot dari skala 1 menurun ke skala 5 meningkat
3) Rentang gerak (ROM) dari skala 1 menurun ke skala 5 meningkat
Dukungan Ambulasi (I.06171)
Observasi
- Identifikasikan adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Sartika, E. D. (2019). Perbandingan Pengaruh Kompres Hangat Dan Relaksasi Nafas


Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi Di
Ruang Mawar Rsud. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019 (Doctoral
Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Utami, S. (2016). Efektifitas Relaksasi Napas dalam dan Distraksi dengan Latihan 5 Jari
Terhadap Nyeri Post Laparatomi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 4(1), 61-73.
http://eprints.umbjm.ac.id/569/4/4.%20BAB%202%20SKRIPSI.pdf (Diakses pada Sabtu,
26 Juni 2021 pukul 13.45 WIB)
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/793/4/BAB%20II.pdf (Diakses pada Minggu, 27 Juni
2021 pukul 09.35 WIB)
FAIZA NABILA, F. N. (2019). Asuhan keperawatan pada Ny. S dengan post op
laparatomi atas indikasi KET diruangan rawat kebidanan RSAM acmad moctar
bukitinggi (Doctoral dissertation, stikes perintis padang).
Nugraha, A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Laparatomi
Eksplorasi Atas Indikasi Peritonitis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Melati Iv Rsud Dr.
Soekardjo Tasikmalaya
Fitria, W. E. (2020). Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Trauma Tumpul
Abdomen Dengan Tindakan Laparatomi Di Ruang Ok Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro
Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Ahmad Fandi, A. F. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ny, Y Dengan post Laparatomi
dan Kolostomi atas indikasi ca colon di ruangan abun suri lantai 2 RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi (Doctoral dissertation, STIKes PERINTIS PADANG).

Anda mungkin juga menyukai