Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATALCARE

Disusun oleh :

NAMA : YENI AGUSTA


NIM : 3720220048
STASTE : Maternitas

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM ASYAFI’IYAH
2023
1.1 Konsep Laparatomy

1.1.1 Defenisi

Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan


suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen
(Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula bahwa laparatomi
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif
yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah

herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi,


splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan
fistuloktomi.Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan
dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus,
operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi,
baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi
bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri

abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma

abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau

akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.

Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):

a. Midline incision Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit

perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak

memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini

adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,

pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi

ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.

b. Paramedian yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5
cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan

indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus

bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki

keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis,

tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas

dan bawah

c. Transverse upper abdomen incision yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

d. Transverse lower abdomen incision yaitu; insisi melintang di bagian

bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi

appendectomy

1.1.2 Indikasi

a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur

yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan

atas 2 jenis yaitu :

• Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga

peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.

• Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga

peritoneum) yang dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan,

deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-belt).

b. Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa

rongga abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier.

Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous

bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis

sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan

penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),

sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.

c. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi

usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan

perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru


mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan

gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan

darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa

perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh

secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen),

Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian

lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus


(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan

demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus

yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang

lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor

yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar

usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).

d. Apendisitis mengacu pada radang apendiks

Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada

bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis

adalah obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran

darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.

e. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)

f. Abscesses (a localized area of infection)

g. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)

h. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the

intestines)

j. Intestinal perforation

k. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)

l. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)

m. Internal bleeding

1.2 Post Op Laparatomi

1.2.1 Defenisi

Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah

proses pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry

dan Potter (2005) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam
2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah

fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post

laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan

yang di berikan kepadaklien yang telah menjalani operasi pembedahan

abdomen.

1.3.2 Tujuan perawatan post laparatomi

1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

2. Mempercepat penyembuhan.

3. Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelumoperasi.

4. Mempertahankan konsep diri klien.


5. Mempersiapkan klien pulang.

1.3.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :

1. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan

2. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.

3. Kelemahan

4. Mual, muntah, anoreksia

5. Konstipasi

1.3.4 Komplikasi

1. Syok

Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai

dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.

Manifestasi Klinis :

a. Pucat

b. Kulit dingin dan terasa basah

c. Pernafasan cepat
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Pengkajian ini meliputi obyektif dan subyektif.

a. Data subyektif meliputi; Nyeri yang sangat pada daerah perut.

b. Data obyektif meliputi : Napas dangkal, Tensi turun, Nadi lebih


I abdomen
cepat, Abdomen tegang, Defense muskuler positif, Bun
inspeksi :
Pekak hati hilang.
adanya distens
b. Pemeriksaan fisik
abdomen ,jejas
a. Kepala :
luka trauma
inspeksi bentuk kepala ,adanya luka atau laserasi atau abrasi
palpasi adanya DCAP BLS atau nyeri tekan
b. Mata :
inspeksi konjungtiva , sclera , reflek pupil ,adanya DCAP BLS
c. Hidung :
inspeksi bentuk hidung,adanya pendarahan atau tidak
d. Telingga :
inspeksi adanya pendarahan ,adanya battle sign
e. Mulut:
inspeksi kelembapan mulut ,sianosis ,palpasi adanya fraktur zy
f. Leher
inspeksi JVP ,refleks menelan ,pergeseran trakea
g. Dada
paru
inspeksi : otot bantu pernafasan , ekspansi paru,retraksi dada
Palpasi : vocal fremitus kedua lapang paru
Perkusi : sonor,hipersonormatau pekak
h. Jantung
inspeksi : ictus cordis
Palpasi : teraba ictus cordis
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 .gallo, Murir

Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi
bedah.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / lukaoperasi


laparatomi.

3) Hipovolemia

terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage. Manifestasi Klinis


Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-
pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan
konjungtiva pucat dan pasien melemah.
c. Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif :

1. Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar


sudah ditegakkan.

2. Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasienuntuk


tidak makan dan minum.

3. Monitoring cairan intra vena bila diberikan.


4. Mencatat intake dan output.
5. Posisi pasien seenak mungkin.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
7. Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8. Monitoring tanda-tanda vital.

d. Tindakan keperawatan post operasi:

1. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output


2. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
3. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati,
jangan sampai drain tercabut.

4. Perawatan luka operasi secara steril.


Diagnosa Tujuan Intervensi

Hipovalemia setelah dilakukan Tindakan ManajemenHipovolemia


keperawatan selama ….. x24 jam observasi
diharapkan hypovolemia dapat Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis
teratasi dengan kriteria hasil frekuensi nadi meningkat ,nadi teraba ,
lemah tekanan darah menurun ,tekanan
nadi menyempit ,tugor kulit menurun ,
membrane mukosa kering , volume urine
menurun Monitor intake output

Teraupetik
-hitung kebutuhan cairan
-berikanposisi modifield
trendelnbung

Edukasi
-anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
-anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
(mis Nacl , Rl )
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid ( mis albumin ,plasmanate )
-Kolaborasi dalam pemberian
produk darah
Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam di Observasi
harapkan nyeri akut dapat Identifikasi lokasi karakteristik,durasi ,
berkurang dengan kriteria hasil : frekuensi ,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri menurun Identifikasirespon non verbal
b. Gelisah menurun
c. Kesulitan tidur Teraupetik
d. Frekuensi nandi membaik berikan Teknik non farmakologis untuk
e. Pola nafas membaik mengurangi rasa nyeri ( TENS hipnotis
f. Tekanan darah membaik ,akupuntur ,terapi
music,aromaterapi,kompres hangat atau
dingin )
Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber dallam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
Jelaskan penyebab , periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetic jika
perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Perawatan area insisi
keperawatan selama 2x24 jam observasi
diharapkan resiko infeksi pada klien periksa lokasi insisi adanya kemerahahan
teratasi dengan kriteria hasil ,bengkak , atau tanda-tanda dehisen atau
eviserasi
a. Demam menurun 5 (36,8) monitor proses penyembuhan area insisi
b. Nyeri menurun 5 (skala 2) monitor tanda dan gejala infeksi
c. Bengkak menurun 3
Teraupetik
Bersihkan area insisi dengan pembersih
yang tepat
Usap area insisi dari area yang bersih
menuju area yang kurang bersih
Bersihkan salep antiseptic , jika perlu
Ganti balutan ;uka sesuai jadwal

Edukasi
Jelaskan prosedur kepada pasien , dengan
menggunakan alat bantu
Ajarkan meminimalkan tekanan pada
tenpat insisi
Ajarkan cara merawat area insisi
e. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah s


oleh perawat untuk membantu klien dar
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yan
diharapkan (Potter & Perry, 2011)
f. Evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluas
dari efektifitas asuhan keperawatan antara d
telah ditetapkan dengan respon prilaku klien

Tujuan evaluasi antara lain :

1. Untuk menentukan perkembangan keseh


2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan p
dari tindakankeperawatan yang telah dib

3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan kepe

4. Mendapatkan umpan balik

5. Sebagai tanggung jawab dan tanggu


dalam pelaksanaan pelayanan keperaw
Patway

Penatalaksanaan

a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan


b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikan
c. Pemantauan status nafas dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi dan nasal kanul jika di
indikasi
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (RL) atau koloid (komponen darah )
albumin,plsma atau pengganti plasma
f. Terapi obat : kardiotonik ( meningkatkan efesiensi jantung ) atau diuretic
(mengurangi retensi cairan dan edema )

Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rectum : adanya darah menunjukan kelainan pada usus besar ,
kuldosentesi , kemungkinan adanya darah dalam lambung dan kateterisasi ,
adanya darah menunjukan adanya lesi pada saluran kencing
b. Laboratorium : hemoglobin,hematoktrit , leukosit , Analisa urine
c. Radiologi : bila diindikasi untuk melakukan laparatomi
d. IVP/sisogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
kencing
e. Lavasel peritoneal : pungsi dan aspirasi /bilasan rongga perut dengan
memasukan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukan kedalam
rongga peritoneum
Patofiologi
laparotomy merupakan operasi besar dengan membuka rongga abdomen yang merupakan stessor
pada tubuh , respon tersebut terdiri dari respon system saraf simpati dan respon harmoni yang bertugas
melindungi tubuh dari
tubuh terlalu berat sehingga syok akan menjadi akibatnya . respon metabolisme juga terjadi karbohidrat
dan lemak dimetabolisme untuk memproduksi energi . protein tubuh dipecah untuk menyajikan asam
amino yang akan digunakan untuk membangun sel jaringan yang baru. Pemulihan fungsi usus ,
khususnya fungsi peristaltic setelah laparotomy jarang menimbulkan kesulitan . ileus adinamik atau
paralitik selalu terjadi selama satu atau empat hari setelah laparotomy , bila kendala ini menetap
disebabkan karena peradangan di perut berupa peritonitis atau abses dan karena penggunaan obat-obat
sedative (jitowiyono,2010)

Tindakan pembedahan menimbulkan adanya luka yang menandakan adanya kerusakan jaringan , adanya
luka yang menandakan adanya kerusakan jaringan . adanya luka merangsang reseptor nyeri sehingga
mengeluarkan zat kimia berupa histamin,bradikimin,prostaglandin akibatnya timbul nyeri,nyeri kram pada
perut yang terasa seperti gelombang yang bersifat kolik . pasien dapat mengeluarkan dafarh dan mucus
bukan materi fekal dan tidak dapat flatus (sering muncul ). Muntah mengakibatkan dehidrasi dan juga
dapat mengalami syok

Anda mungkin juga menyukai