ANTENATALCARE
Disusun oleh :
1.1.1 Defenisi
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a. Midline incision Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak
memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini
b. Paramedian yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5
cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan
indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus
tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas
dan bawah
appendectomy
1.1.2 Indikasi
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan
b. Peritonitis
yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang
lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor
yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar
bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis
adalah obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran
intestines)
j. Intestinal perforation
m. Internal bleeding
1.2.1 Defenisi
dan Potter (2005) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam
2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah
abdomen.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Kelemahan
5. Konstipasi
1.3.4 Komplikasi
1. Syok
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
c. Pernafasan cepat
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi
bedah.
3) Hipovolemia
Teraupetik
-hitung kebutuhan cairan
-berikanposisi modifield
trendelnbung
Edukasi
-anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
-anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
(mis Nacl , Rl )
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid ( mis albumin ,plasmanate )
-Kolaborasi dalam pemberian
produk darah
Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam di Observasi
harapkan nyeri akut dapat Identifikasi lokasi karakteristik,durasi ,
berkurang dengan kriteria hasil : frekuensi ,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri menurun Identifikasirespon non verbal
b. Gelisah menurun
c. Kesulitan tidur Teraupetik
d. Frekuensi nandi membaik berikan Teknik non farmakologis untuk
e. Pola nafas membaik mengurangi rasa nyeri ( TENS hipnotis
f. Tekanan darah membaik ,akupuntur ,terapi
music,aromaterapi,kompres hangat atau
dingin )
Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber dallam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab , periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetic jika
perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Perawatan area insisi
keperawatan selama 2x24 jam observasi
diharapkan resiko infeksi pada klien periksa lokasi insisi adanya kemerahahan
teratasi dengan kriteria hasil ,bengkak , atau tanda-tanda dehisen atau
eviserasi
a. Demam menurun 5 (36,8) monitor proses penyembuhan area insisi
b. Nyeri menurun 5 (skala 2) monitor tanda dan gejala infeksi
c. Bengkak menurun 3
Teraupetik
Bersihkan area insisi dengan pembersih
yang tepat
Usap area insisi dari area yang bersih
menuju area yang kurang bersih
Bersihkan salep antiseptic , jika perlu
Ganti balutan ;uka sesuai jadwal
Edukasi
Jelaskan prosedur kepada pasien , dengan
menggunakan alat bantu
Ajarkan meminimalkan tekanan pada
tenpat insisi
Ajarkan cara merawat area insisi
e. Implementasi
Penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rectum : adanya darah menunjukan kelainan pada usus besar ,
kuldosentesi , kemungkinan adanya darah dalam lambung dan kateterisasi ,
adanya darah menunjukan adanya lesi pada saluran kencing
b. Laboratorium : hemoglobin,hematoktrit , leukosit , Analisa urine
c. Radiologi : bila diindikasi untuk melakukan laparatomi
d. IVP/sisogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
kencing
e. Lavasel peritoneal : pungsi dan aspirasi /bilasan rongga perut dengan
memasukan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukan kedalam
rongga peritoneum
Patofiologi
laparotomy merupakan operasi besar dengan membuka rongga abdomen yang merupakan stessor
pada tubuh , respon tersebut terdiri dari respon system saraf simpati dan respon harmoni yang bertugas
melindungi tubuh dari
tubuh terlalu berat sehingga syok akan menjadi akibatnya . respon metabolisme juga terjadi karbohidrat
dan lemak dimetabolisme untuk memproduksi energi . protein tubuh dipecah untuk menyajikan asam
amino yang akan digunakan untuk membangun sel jaringan yang baru. Pemulihan fungsi usus ,
khususnya fungsi peristaltic setelah laparotomy jarang menimbulkan kesulitan . ileus adinamik atau
paralitik selalu terjadi selama satu atau empat hari setelah laparotomy , bila kendala ini menetap
disebabkan karena peradangan di perut berupa peritonitis atau abses dan karena penggunaan obat-obat
sedative (jitowiyono,2010)
Tindakan pembedahan menimbulkan adanya luka yang menandakan adanya kerusakan jaringan , adanya
luka yang menandakan adanya kerusakan jaringan . adanya luka merangsang reseptor nyeri sehingga
mengeluarkan zat kimia berupa histamin,bradikimin,prostaglandin akibatnya timbul nyeri,nyeri kram pada
perut yang terasa seperti gelombang yang bersifat kolik . pasien dapat mengeluarkan dafarh dan mucus
bukan materi fekal dan tidak dapat flatus (sering muncul ). Muntah mengakibatkan dehidrasi dan juga
dapat mengalami syok