2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami risiko
ketidakseimbangan elektrolit menurut SDKI (2017) adalah :
a. Ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin
4. Patofisiologi
Risiko ketidakseimbangan Elektrolit dapat terjadi karena gangguan
osmotik akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap kemudian
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi. Sehingga
menyebabkan pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul gangguan keseimbangan elektrolit. Selanjutnya diare dapat
terjadi akibat rangsangan seperti toksin pada dinding usus menyebabkan
peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Kemudian diare juga
terjadi karena gangguan motalitas usus, dengan terjadinya hiperperistaltik
akan mengakibatkan usus kesulitan menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Masuknya
mikroorganisme ke dalam usus juga menyebabkan gangguan keseimbangan
elektrolit. (Wijayaningsih, 2013
5. Pathway
Makanan Hiperperistaltik
Pergeseran air
Gangguan
dan elektrolit
mortalitas usus
meningkat
Gangguan
keseimbangann
elektrolit
Gangguan
Dehidrasi integritas kulit
Risiko
Ketidakseimbang
an elektrolit
6. Pemeriksan Penunjang
Menurut Sudoyo (2009), pemeriksaan penunjang ada dua yaitu
pemeriksaan darah dan pemeriksaan feses pasien, sebagai berikut :
a. Darah
Pada pemeriksaan darah yang perlu diperiksa adalah dara perifer
lengkap, serum elektrolit berupa Na+, K+, Cl-, analisa gas darah apabila
didapatkan tanda- tanda gangguan keseimbangan asam basa, immunoassay
untuk mengetahui organisme yang menginfeksi mukosa gastrointestinal
seperti toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen
protozoa (Giardia, E. histolytica).
b. Feses
Pemeriksaan feses yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan feses
lengkap, pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui peningkatan jumlah leukosit di feses pada inflammatory
diarrhea, parasit, amoeba bentuk trpozit, dan hypa pada jamur. Selain
pemeriksaan feses lengkap dilakukan biakan dan resistensi feses atau
colok dubur.
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut
karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan
sampai pada terapi definitif.
7. Penatalaksanaan
Menurut Padila (2013), penatalaksaan pada pasien diare dapat dilakukan
sebagai berikut.
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
1) Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan
cairan RL, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonic ditambah
satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml.
2) Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
3) Cara pemberian cairan
Dapat diberikan secara oral maupun intravena.
4) Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan
penilaian kembali ststus hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan
cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi pada akhir jam ketiga.
b. Terapi simtomatik
Obat diare bersifat simtomatik yang harus diberikan degan berhati-
hati.
c. Vitamin mineral sesuai kebutuhan
Diberikan vitamin B12, asam folat, vitamin K, vitamin A, preparat
besi, zinc, dan lain lain.
d. Terapi definitif
Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan. Hygiene
perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat
berarti, selain terapi farmakologi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan utama seperti adanya mual, muntah, diare dengan volume yang
banyak, suhu badan meningkat, dan nyeri perut.
c. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan dulu dan sekarang,
gaya hidup.
d. Riwayat penyakit
1) Paparan lingungan
2) Frekuensi infeksi
3) Masalah penyakit masa lalu
4) Riwayat penggunaan obat
e. Pola aktifitas sehari-hari
1) Nutrisi
Makan menurun karena adanya mulan dan muntah yang disebabkan
lambung yang meradang.
2) Istirahat dan tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat
juga disebabkan oleh demam.
3) Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya diare dan
kurangnya menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan
integritas kulit. Hal ini disebabkan karena feses mengandung alkali
yang berisi enzim yang memudahkan iritasi.
4) Eleminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan
frekuensi, konsistensi lunak hingga cair, dan volume tinja dapat
sedikit atau banyak. Buang air kecil mengalami penurunan
frekuensidari biasanya.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan berupa pengukuran tanda-tanda vital dan
pemeriksaan head to toe
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan volume, warna, dan konsistensi feses serta diteliti
adanya mukus darah dan leukosit.
2) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan
berat jenis plasma. Penurunan pH darah karena terjadi penurunan
bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak cepat. Dilakukan juga
pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
fosfor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037).
Risiko D.0037
Ketidakseimbangan
Elektrolit
Definisi Beresiko mengalami perubahan kadar serum
elektrolit
Faktor Resiko a. Ketidakseimbangan cairan (mis.
Dehidrasi dan intoksikasi air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi (mis.
diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis.
pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin
b. Diare (D.0020).
Diare D.0020
Minor :
Subjektif :
1. Urgency
2. Nyeri/kram abdomen
Objektif :
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif
Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
Kondisi klinis 1. Imobilisasi
2. gagal jantung kongestif
3. gagal ginjal
4. diabetes melitus
5. imunodefisiensi (mis. AIDS)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Perry & Porter, 1997).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah ditentukan (Perry &
Porter, 1997).
DAFTAR PUSTAKA