Anda di halaman 1dari 15

A.

Konsep Kebutuhan Dasar


1. Definisi
Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan diagnosis keperawatan
ketegori fisiologis subkategori nutrisi dan cairan yang dapat ditemukan
pada pasien gastroenteritis dengan faktor risiko diare. Risiko
ketidakseimbangan elektrolit dapat diartikan berisiko mengalami perubahan
kadar serum elektrolit. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Elektrolit
merupakan senyawa dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang
bermuatan (ion) positif atau negatif (Porth & Matfin, 2009).

2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami risiko
ketidakseimbangan elektrolit menurut SDKI (2017) adalah :
a. Ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin

3. Tanda dan Gejala


Berikut beberapa tanda dan gejala risiko ketidakseimbangan elektrolit didalam
tubuh:
a. Sakit kepala
b. Lemas
c. Mual
d. Muntah
e. Diare
f. Sembelit
g. Detak jantung cepat
h. Kram otot
i. Serin buang air kecil

4. Patofisiologi
Risiko ketidakseimbangan Elektrolit dapat terjadi karena gangguan
osmotik akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap kemudian
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi. Sehingga
menyebabkan pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul gangguan keseimbangan elektrolit. Selanjutnya diare dapat
terjadi akibat rangsangan seperti toksin pada dinding usus menyebabkan
peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Kemudian diare juga
terjadi karena gangguan motalitas usus, dengan terjadinya hiperperistaltik
akan mengakibatkan usus kesulitan menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Masuknya
mikroorganisme ke dalam usus juga menyebabkan gangguan keseimbangan
elektrolit. (Wijayaningsih, 2013
5. Pathway

Makanan Hiperperistaltik

Tekanan Usus sulit


osmotik menyerap
meningkatat makana

Pergeseran air
Gangguan
dan elektrolit
mortalitas usus
meningkat

Gangguan
keseimbangann
elektrolit

Output cairan dan Kulit disekitar anus


elektrolit Pencernaan
saluran berlebih lecet dan iritasi
berlebihan

Cairan yang Kemerahan dan


keluar banyak Diare gatal

Gangguan
Dehidrasi integritas kulit

Risiko
Ketidakseimbang
an elektrolit
6. Pemeriksan Penunjang
Menurut Sudoyo (2009), pemeriksaan penunjang ada dua yaitu
pemeriksaan darah dan pemeriksaan feses pasien, sebagai berikut :
a. Darah
Pada pemeriksaan darah yang perlu diperiksa adalah dara perifer
lengkap, serum elektrolit berupa Na+, K+, Cl-, analisa gas darah apabila
didapatkan tanda- tanda gangguan keseimbangan asam basa, immunoassay
untuk mengetahui organisme yang menginfeksi mukosa gastrointestinal
seperti toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen
protozoa (Giardia, E. histolytica).
b. Feses
Pemeriksaan feses yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan feses
lengkap, pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui peningkatan jumlah leukosit di feses pada inflammatory
diarrhea, parasit, amoeba bentuk trpozit, dan hypa pada jamur. Selain
pemeriksaan feses lengkap dilakukan biakan dan resistensi feses atau
colok dubur.
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut
karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan
sampai pada terapi definitif.
7. Penatalaksanaan
Menurut Padila (2013), penatalaksaan pada pasien diare dapat dilakukan
sebagai berikut.
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
1) Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan
cairan RL, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonic ditambah
satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml.
2) Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
3) Cara pemberian cairan
Dapat diberikan secara oral maupun intravena.
4) Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan
penilaian kembali ststus hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan
cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi pada akhir jam ketiga.
b. Terapi simtomatik
Obat diare bersifat simtomatik yang harus diberikan degan berhati-
hati.
c. Vitamin mineral sesuai kebutuhan
Diberikan vitamin B12, asam folat, vitamin K, vitamin A, preparat
besi, zinc, dan lain lain.
d. Terapi definitif
Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan. Hygiene
perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat
berarti, selain terapi farmakologi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan utama seperti adanya mual, muntah, diare dengan volume yang
banyak, suhu badan meningkat, dan nyeri perut.
c. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan dulu dan sekarang,
gaya hidup.
d. Riwayat penyakit
1) Paparan lingungan
2) Frekuensi infeksi
3) Masalah penyakit masa lalu
4) Riwayat penggunaan obat
e. Pola aktifitas sehari-hari
1) Nutrisi
Makan menurun karena adanya mulan dan muntah yang disebabkan
lambung yang meradang.
2) Istirahat dan tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat
juga disebabkan oleh demam.
3) Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya diare dan
kurangnya menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan
integritas kulit. Hal ini disebabkan karena feses mengandung alkali
yang berisi enzim yang memudahkan iritasi.
4) Eleminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan
frekuensi, konsistensi lunak hingga cair, dan volume tinja dapat
sedikit atau banyak. Buang air kecil mengalami penurunan
frekuensidari biasanya.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan berupa pengukuran tanda-tanda vital dan
pemeriksaan head to toe
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan volume, warna, dan konsistensi feses serta diteliti
adanya mukus darah dan leukosit.
2) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan
berat jenis plasma. Penurunan pH darah karena terjadi penurunan
bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak cepat. Dilakukan juga
pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
fosfor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037).
Risiko D.0037
Ketidakseimbangan
Elektrolit
Definisi Beresiko mengalami perubahan kadar serum
elektrolit
Faktor Resiko a. Ketidakseimbangan cairan (mis.
Dehidrasi dan intoksikasi air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi (mis.
diabetes)
d. Efek samping prosedur (mis.
pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin

Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif :
-
Objektif :
-
Minor :
Subjektif :
-
Objektif :
-
Kondisi klinis terkait 1. Gagal ginjal
2. Anarokseia nervosa
3. Diabetes mellitus
4. Penyakit cronh
5. Gastroenteritis
6. Pankreatitis
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauma multiple
10. Luka bakar
11. Anemia sel sabit

b. Diare (D.0020).
Diare D.0020

Definisi Pengeluaran feses yang sering, lunak dan


tidak berbentuk.
Penyebab Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. malabsorpsi
Psikologis
1. kecemasan
2. tingkat stres tinggi
Situasional
1. terpapar kontaminan
2. terpapar toksin
3. penyalhgunaan laksatif
4. penyalahgunaan zat
5. program pengobatan (agen tiroid,
analgesik, pelunak feses, ferosulfat,
antasida, cimetidine, dan antibiotik)
6. perubahan air dan makanan
7. bakteri pada air
Gejala dan Tanda Mayor :
Subyektif:
(tidak tersedia)
Obyektif:
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24
jam
2. Feses lembek atau cair

Minor :
Subjektif :
1. Urgency
2. Nyeri/kram abdomen
Objektif :
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif

c. Gangguan Integritas kulit (D.0142) .


Risiko Infeksi D.0142
Definisi Kerusakan kulit (dermis dan epidermis) atau
jaringan (membran mukosa, kornea, fasia,
otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan ligamen)
Penyebab 1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau
kekurangan)
3. Kekurangan/kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iriatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem
7. Faktor mekanis (misal. Penekanan pada
tonjolan tulang, gesekan) atau faktor
elektris (elketrodiatermi, energi listrik
bertegang tinggi)
8. Efek samping radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormon
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungu integritas
jaringan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif
1. Kerusakan jaringan atau lapisan kulit

Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
Kondisi klinis 1. Imobilisasi
2. gagal jantung kongestif
3. gagal ginjal
4. diabetes melitus
5. imunodefisiensi (mis. AIDS)

3. Luaran dan Intervensi Keperawatan


No Diagnosa (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Risiko SLKI : Keseimbangan elektrolit Pemantauan Elektrolit
(I. 03122)
Ketidakseimbangan (L.03021)
Observasi
Elektrolit (D.0037). N Indikator 1 2 3 4 5 1. Identifikasi
o kemungkinan
1 Serum penyebab
Natrium
ketidakseimbangan
2 Serum kalium
elektrolit
3 Serum Klorida
4 Serum 2. Monitor kadar
kalsium elektrolit serum
5 Serum 3. Monitor mual,
Magnesium muntah, dan diare
6 Serum fosfor 4. Monitar kehilangan
cairan, jika perlu
Keterangan :
A Terapiutik
1 : Menurun 5. Atur intervensi
2 : Cukup menurun waktu pemantauan
3 : Sedang sesuai dengan
4 : Cukup meningkat kondisi pasien
5 : Meningkat Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
B prosedur
1 : Meningkat pemantauan
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
C
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
2. Diare (D. 0020) SLKI: Eliminasi Fekal (L.04033) SIKI: menejemen
N Indikator 1 2 3 4 5 diare (I.03101)
Observasi :
o
1. Identifikasi
1 Kontrol 1 2 3 4 5 penyebab diare (mis.
pengeluaran Inflamasi, iritasi
gastrointertinal,
feses
proses infeksi,
2 Keluhan 1 2 3 4 5 malabsorsi, ansietas,
defekasi stress, efek obat-
obatan, pemberian
lama dan
botol susu)
sulit 2. Identifikasi
3 Mengejan 1 2 3 4 5 pemberian makanan
3. Monitor warna,
saat
volume, frekuensi,
defekasi dan konsistensi tinja
4 Konsistensi 1 2 3 4 5 4. Monitor iritasi dan
ulserasi kulit di
feses
daerah perianal
5 Frekuensi 5. Monitor jumlah
defekasi pengeluaran diare
6. Monitor keamanan
penyiapann makanan
Keterangan : Terapeutik :
A 1. Berikan asupan
1 : Menurun cairan oral ( mis.
2 : Cukup menurun Larutan garam gula,
3 : Sedang oralit, pediatyle,
4 : Cukup meningkat renalyte)
5 : Meningkat 2. Pasang jalur
B intravena
1 : Meningkat 3. Berikan cairan
2 : Cukup meningkat intravena (mis.
3 : Sedang Ringer asetat, ringer
4 : Cukup menurun laktat)
5 : Menurun 4. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
C darah lengkap dan
1 : Memburuk elektrolit
2 : Cukup memburuk Edukasi :
3 : Sedang 1. Anjurkan
4 : Cukup membaik menghindari
5 : Membaik makanan pembentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
3. Gangguan SLKI: Integritas Kulit dan jaringan SIKI: Perawatab
Integritas No Indikator 1 2 3 4 5 Integritas Kulit
kulit/jaringan (I.11353)
1 elastisitas 1 2 3 4 5 Observasi :
(D.0142)
1. Identifikasi penyebab
2 Nyeri 1 2 3 4 5
gangguan integritas
3 Jaringan
kulit (mis. Perubahan
parut
sirkulasi, perubahan
4 Suhu kulit
status nutrisi,
5 sensasi penurunan
kelembapan, suhu
Keterangan :
A lingkungan ekstrem,
1 : Menurun penurunan mobilitas)
2 : Cukup menurun
3 : Sedang Terapeutik :
4 : Cukup meningkat 1. Bersihkan perineal
5 : Meningkat dengan air hangat,
B terutama selama
1 : Meningkat periode diare
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang 2. Gunakan produk
4 : Cukup menurun berbahan ringan/alami
5 : Menurun
C dan hipoalergik pada
1 : Memburuk kulit sensitive
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang 3. Hindari produk
4 : Cukup membaik berbahan dasar
5 : Membaik
alcohol pada kulit
kering
Edukasi :
1. Anjurkan minum air
yang cukup
2. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Perry & Porter, 1997).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah ditentukan (Perry &
Porter, 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Alimut, Hidayat A. Aziz.2006. Pengantar kebutuhan Dasar Manusia aplikasi


Konsepdan Proses keperawatan. Jakarta : Samba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta
: EGC
Tartowo & Wartonah.2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan
Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai