Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Klien dengan SIADH


Disusun untuk Memenuhi Tugas SGD
Pada Mata Kuliah Blok Keperawatan Sistem Endokrin Semester 4
Yang Diampu Oleh Ns. Sri Widodo, S.Kep,M.Sc

DISUSUN OLEH : Kelompok 3 (4B)

1. Luthfina Dewi Silfiyani (G2A016076)


2. Fitri Zulia Ulfa (G2A016077)
3. Chantika Chincinati (G2A016078)
4. Nela Mafaza (G2A016079)
5. Siti Dyah Harum Mawarsih (G2A016081)
6. Rosa Isnaini Putri (G2A016082)
7. Rizki Marzeli (G2A016083)
8. Elman Hardiansyah (G2A016084)
9. Fivie Fridayanti (G2A016085)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
2

A. PENGERTIAN

SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang


disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorsi atau menyerap air
dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior (Timby, 2009).
SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan
jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan.(Corwin, 2001).
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat
peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan
osmolaritas darah dalam tingkat lebih ringan (Corwin, 2001).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa SIADH merupakan gangguan
pada kelenjar hipofisis posterior dengan peningkatan hormon ADH yang
berlebihan dan di sisi lain ginjal mengalami gangguan pada proses
mereabsorpsi dan menyerap air dalam bentuk ADH.

B. ETIOLOGI
Produksi dari vasopresin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik,
kanker prostat dan limfoma dari duodanum,timus dan kandung kemih
adalah yang paling umum sering menyebabkan SIADH (Smeltzer, 2001).
Faktor lain yang menyebabkan SIADH :
1. Kelebihan vasopresin.
2. Peningkatan tekanan intra kranial baik pada proses infeksi maupun
trauma pada otak.
3. Proses infeksi (firus dan dan bakteri peneumonia).
4. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan
vasopresin(vinuristin,cisplatin dan oxytocin).
5. Penyakit endokrin seperti insuvisiensi ardenal,mixedema dan
insuvisiensi pituitary anterior.
6. Analgesik.

Faktor Pencetus : Trauma kepala, meningitis, ensefalitis, cedera


serebrovaskular, pembedahan dan penyakit endokrin.

2
3

C. PATOFISIOLOGI
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis
posterior tanpa adanya rangsangan normal untuk melepaskan ADH.
Pengeluaran ADH yang berlanjut menyebabkan retensi air dari tubulus
ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra seluler meningkat dengan
hiponatremi. Dalam kondisi hiponatremi dapat menekan rennin dan sekresi
aldosteron menyebabkan penurunan Na diabsorbsi tubulus proximal.
Dalam keadaan normal ADH mengatur osmolalitas plasma, bila
osmolalitas menurun mekanisme Feed back akan menyebabkan inhibisi
ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh
ginjal untuk meningkatkan osmolalitas plasma menjadi normal. Pada
SIADH osmolalitas plasma terus berkurang akibat ADH merangsang
reabsoprbsi air oleh ginjal.
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus
koligentes ginjal untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini
mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi
elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan
menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama
keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang
diekskresi.
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari
tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan
hiponatremi.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin
sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap, akibatnya urin menjadi
pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila
osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan
inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi
cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal
(Sylvia, 2005).

3
4

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Hiponatremia
Terjadi ketika pengeluaran ADH yang terus menerus menyebabkan
retensi air pada daerah tubulus ginjal sehingga mengakibatkan volume
cairan ekstraseluler meningkat dan terjadi hiponatremia.
2. Mual, muntah, anoreksia, diare.
3. Disorientasi.
4. Kesadaran menurun/ letargi.
5. Takhipnea.
6. Kelemahan.
7. Peningkatan berat badan.
8. Sakit kepala.
9. Kekacauan mental dan kejang.
10. Penurunan keluaran urine.

Menurut (Sylvia, 2005) tanda dan gejala yang dialami pasien SIADH
tergantung derajat lamanya retensi air dan hiponatremia. Jadi perlu
dilakukan pemeriksaan tingkat osmolalitas serum seperti kadar BUN,
kreatinin, Natrium, Kalium, Cl, dan tes kapasitas pengisian cairan.

1) Na serum >125 mEq/L


Tanda dan gejalanya :
a. Anoreksia.
b. Gangguan penyerapan.
c. Kram otot.
2) Na serum = 115-120 mEq/L
3) Tanda dan gejalanya :
a. Sakit kepala, perubahan kepribadian.
b. Mual dan muntah.
c. Kram abdomen.
4) Na serum <115 mEq/L

4
5

Tanda dan gejalanya :


a. Kejang dan koma.
b. Reflek tidak ada atau terbatas.
c. Tanda babinski.
d. Papiledema.
e. Edema diatas sternum.

E. KOMPLIKASI
Menurut (Smeltzer, 2001) komplikasi dari SIADH yaitu :
1. Overload cairan dengan tipe hipotonik.
2. Penurunan osmolaritas (plasma).
3. Hipokalemia.
4. Hipomagnesemia.
5. Gejala neurologis seperti nyeri kepala, kejang otot sampai koma.
6. Hipourikemia.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut (Corwin 2001) :
1) Penatalaksanaan Umum
a) Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyakit yang
mengakibatkan kondisi SIADH, contoh bila berasal dari tumor
ektopik, maka terapi yang diberikan ditujukan untuk mengatasi
tumor tersebut.
b) Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan
retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan.
Pada kasus yang berat, pemberian cairan hipertonik diberi infus
natrium hipertonis 3% dan diuretik.
c) Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan
tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti
pemantauan cermat masukan dan keluaran urine. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dan dukungan emosional.

5
6

2) Rencana non farmakologis


a) Pembatasan cairan (kontrol kemungkinan kelbihan cairan).
b) Pembatasan sodium.
3) Rencana farmakologis
a) Penggunaan diuretik untuk mencari plasma osmolaritas rendah
1. Pengangkatan jaringan yang menyebabkan sekresi berlebih
pada ADH
2. Penyuluhan terhadap penderita untuk menghindari komplikasi
b) Penggunaan obat demeeloculine untuk menekan vasopressin.
4) Pembedahan
Jika kelainan ADH karena sebuah tumor, maka dilakukan
pengangkatan/ pembedahan tumor tersebut.
5) Penyuluhan
a) Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di
programkan untuk membantu pasien merencanakan masukan
cairan yang diizinkan.
b) Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman dan gunakan
diuretik secara kontinyu.
c) Timbang BB pasien sebagai indikator dehidrasi.
d) Edukasikan jika terdapat indikator intoksikasi air dan hiponat :
sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera lapor dokter.

G. PENGKAJIAN
1. Demografi
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
tanggal MRS, diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan dan
penanggung jawab.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Dapat ditanyakan ada atau tidaknya penyakit atau trauma kepala yang
pernaah diderita oleh klien serta riwayat radiasi pada kepala.

6
7

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Dapat ditanyakan dengan jelas mengenai gejala yang timbul mulai
kapan dll.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Dapat ditanyakan adakah keluarga yang memiliki riwayat penyakit
yang sama.
5. Pemeriksaan Umum
a. Pantau status cairan dan elektrolit.
b. Catat perubahan BB (BBI jika ada peningkatan > 1kg laporkan
pada dokter).
c. Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatermi
dan segera lakukan tindakan untuk mengatasinya.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : vena leher penuh.
b. Perkusi : penurunan reflek tendon dalam
c. Auskultasi : kardiovaskular : takikardia
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Natrium serum : menurun < 135 M Eq/L
b. Natrium urine : < 15 M Eq/L, menandakan konservasi ginjal
terhadap Na. Natrium urine > 20 Meq/L menandakan SIADH.
c. Kalium serum : mungkin turun sesuai upaya ginjal
untukmenghemat Na dan kalium sedikit.
d. Klorida atau biakarbonat serum : mungkin menurun, tergantung
ion mana yang hilang dengan DNA.
e. Osmolalitas : umunya rendah, tetapi mungkin normal/tinggi
f. Osmolalitas urine : mungkin turun/biasanya <100m osmol/L.
Kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi osmolitas
serum.
g. Berat jenis urine : meningkat (lebih dari 1,020) bila ada
SIADH.

7
8

h. Ht : tergantung pada keseimbangan cairan. Misalnya :


kelebihan cairan venus dehidrasi.

8
9

H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Penyakit Endokrin : Faktor Pencetus : Obat-obatan :

- Kelebihan - Trauma kepala - Obat yang melepas


Vasopressin - Karsinoma ADH (vinuristin,
- Insufisiensi bronkhogenik cisplatin, dan ocytocin)
adrenal, - Meningitis dll
insufisiensi
ptuitary anterior

Stimulasi kelenjar hipofisis

Sekresi ADH meningkat

Peningkatan permeabilitas tubulus


ginjal

Penurunan ginjal mereabsorpsi air

SIADH
Penurunan konsentrasi air
Volume intravaskuler meningkat dalm urine

Kelebihan air di
dalam tubuh Filtrasi glomerulus meningkat Gangguan perubahan
eliminasi urine
Kenaikan BB Berkurangnya reabsorpsi Na oleh
tubulus proximal

Gangguan kelebihan
volume cairan tubuh Natriuresis

Sakit kepala Hiponatremi


Mual a
Nyeri Hipoosmolaritas
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Air masuk ke intrasel otak

Edema otak

9
Resiko Kerusakan
perfusi jaringan
10

I. PENGKAJIAN SESUAI KASUS


Kasus Skenario :
Ny. S umur 70 tahun dirawat di RS karena karsinoma bronchogenik dan
dugaan adanya Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone
Secretion (SIADH). Pasien melaporkan frekuensi dan volume urine
berkurang dan dokter melakukan serangkaian pemeriksaan yang mengarah
pada diagnosa SIADH. Pasien dan keluarganya meminta penjelasan lebih
lanjut tentang syndrome ini dan bagaimana penanganannya.

1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Keluhan Utama :
Pasien melaporkan frekuensi dan volume urine berkurang.
3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat dengan karsinoma brobkhogenik.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Setelah dirawat dengan karsinoma bronkhogenik ada dugaan
bahwa pasien mengalami Syndrome of Inappropriate Antidiuretic
Hormone Secretion (SIADH).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga dengan riwayat penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan Fisik
Dokter melakukan serangkaian pemeriksaan yang mengarah pada
kasus SIADH.
5. Diagnosa Medis
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH).

10
11

6. Analisa Data

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Data : Penurunan Gangguan eliminasi urine
- Pasien melaporkan konsentrasi air
frekuensi dan volume dalam urine
urine berkurang.

Data Tambahan : Berkurangnya Resiko gangguan nutrisi


- Pasien akan mengeluh reabsorpsi Na oleh kurang dari kebutuhan
mual. tubulus proximal
Data Tambahan : Peningkatan air Resiko gangguan
- Pasien akan didalam tubuh kelebihan volume cairan
mengeluhkan berat
badan meningkat.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan konsentrasi
air dalam urine.
2. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Berkurangnya reabsorpsi Na oleh tubulus proximal yang ditandai
dengan natriuresis dan mual.
3. Resiko gangguan kelebihan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan air didalam tubuh ditandai dengan meningkatnya berat
badan.

11
12

K. FOKUS INTERVESI DAN RASIONAL


1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan konsentrasi
air dalam urine.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
gangguan eliminasi urine dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Volume urine dalam batas normal.
b. Urine tidak pekat.

No INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji dengan mengidentifikasi dan Untuk mengetahui penyebab yang
penanganan penyebab yang mendasari. mendasari gangguan.
2. Batasi masukan cairan. Untuk membatasu jumlah cairan yang
masuk ke tubuh.
3. Dorong pasien untuk berkemih 2-4 jam Untuk meningkatkan frekuensi
dan apabila tiba-tiba dirasakan. pengeluaran urine.
4. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap Untuk mengetahui adakah perubahan
berkemih, perhatikan penurunan jumlah/ kadar.
haluaran urine dan perubahan berat
jenisnya.
5. Observasi aliran urine dan perhatikan Untuk mengetahui karakteristik dari
karakteristiknya. urine yang dikeluarkan.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam Untuk membantu dalam pengeluaran
pemberian obat : Pemberian lasix atau cairan menggunakan farmakologis.
furosemid untuk memudahkan
pengeluaran cairan.

12
13

2. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


Berkurangnya reabsorpsi Na oleh tubulus proximal yang ditandai
dengan natriuresis dan mual.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan BB stabil, pasien bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas
kembali.
Kriteria Hasil :
a. Asupan nutrisi terpenuhi.
b. Asupan makanan dan cairan.
c. BB meningkat.
d. Kekuatan dapat terkumpul kembali.

No INTERVENSI RASIONAL
.

1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan mengidentifikasi atau menduga


yang disukai kemungkinan intervensi yang akan di
beriakan
2. Observasi dan catat masukan makanan Mengawasi Jumlah kalori/ kualitas
pasien kekurangan konsumsi makanan
3. Timbang berat badan setiap hari Memberikan informasi tentang
keadaan masukan diet atau penentuan
kebutuhan nutrisi.
4. Buat pilihan menu yang ada dan ijinkan Untuk membuat klien meningkat
pasien untuk mengontrol pilihan kepercayaan dirinya dan merasa
sebanyak mungkin mengontrol lingkungan lebih suka
menyediakan makanan untuk
dimakan.
5. Berikan makanan tinggi kalori untuk Untuk meningkatkan atau
peningkatan energi. mengembalikan tenaga klien
6. Tingkatkan makanan yang mengandung Untuk mempercepat proses
protein,vitamin dan besi apabila pembentukan sel-sel yang rusak
dianjurkan.
7. Pantau hasil pemeriksaan Lab. Misal: meningkatkan efektivitas program
Hb/Ht, BUN, Albumin, Protein dan pengobatan termasuk sumber diet

13
14

elektrolit serum nutrisi yang dibutuhkan


8. Kolaborasi dengan ahli gizi memantau dalam membuat rencana
diet untuk memenuhi kebutuhan klien
9. Berikan cairan IV hiperalimentasi dan Memenuhi kebutuhan cairan atau
lemak sesuai indikasi1. Kaji BB nutrisi sampai masukan oral dapat
dimulai

3. Gangguan kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


air didalam tubuh ditandai dengan meningkatnya berat badan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan sekresi ADH kembali normal.
Kriteria Hasil :
a. Volume cairan dan elektrolit dapat kembali dalam batas normal.
b. Klien dapat mempertahankan berat badan dan volume urine 800 –
2000 ml/hari.
c. Input sama dengan output.
d. Tidak ada edema.

No INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau  masukan dan haluaran cairan Catatan masukan dan haluaran
dan tanda-tanda kelebihan cairan setiap membantu mendeteksi tanda dini
1 – 2 jam. ketidakseimbangan cairan.

2. Pantau elektrolit atau osmolalitas serum Untuk mengetahui keadaan natrium


resiko gangguan signifikan bila serum serum.
Na kurang dari 125 mEq/L.
3. Catat berat badan, bandingkan antara Untuk mengetahui setiap perubahan
pemasukan dan pengeluaran. yang terjadi pada kondisi klien.
4. Batasi masukan cairan. Mencegah intoksikasi air
5. Monitor TTV Tanda-tanda vital menjadi indikasi
dari kondisi klien.

6. Kolaborasi dengan ahli medis dalam Membantu dalam proses pemulihan

14
15

pemberian obat-obatan. kondisi klien dengan farmakologis.


DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J.E. 2001. “Buku Saku Patofisiologi”. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. 2005. “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Ed.6”. Jakarta : EGC

Timby, B.K. 2009. “Fundamental Nursing Skills and Concepts”. Philadelphia :

Lippincot William & Wilkins

Smeltzer, S. C., & Bare, B.G. 2000. “Brunner & Suddarth’s Textbookod Medical

Surgical Nursing 10th edition. Lippincot William & Wilkins

15

Anda mungkin juga menyukai