A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Produksi dari vasopresin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik,
kanker prostat dan limfoma dari duodanum,timus dan kandung kemih
adalah yang paling umum sering menyebabkan SIADH (Smeltzer, 2001).
Faktor lain yang menyebabkan SIADH :
1. Kelebihan vasopresin.
2. Peningkatan tekanan intra kranial baik pada proses infeksi maupun
trauma pada otak.
3. Proses infeksi (firus dan dan bakteri peneumonia).
4. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan
vasopresin(vinuristin,cisplatin dan oxytocin).
5. Penyakit endokrin seperti insuvisiensi ardenal,mixedema dan
insuvisiensi pituitary anterior.
6. Analgesik.
2
3
C. PATOFISIOLOGI
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis
posterior tanpa adanya rangsangan normal untuk melepaskan ADH.
Pengeluaran ADH yang berlanjut menyebabkan retensi air dari tubulus
ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra seluler meningkat dengan
hiponatremi. Dalam kondisi hiponatremi dapat menekan rennin dan sekresi
aldosteron menyebabkan penurunan Na diabsorbsi tubulus proximal.
Dalam keadaan normal ADH mengatur osmolalitas plasma, bila
osmolalitas menurun mekanisme Feed back akan menyebabkan inhibisi
ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh
ginjal untuk meningkatkan osmolalitas plasma menjadi normal. Pada
SIADH osmolalitas plasma terus berkurang akibat ADH merangsang
reabsoprbsi air oleh ginjal.
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus
koligentes ginjal untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini
mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi
elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan
menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama
keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang
diekskresi.
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari
tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan
hiponatremi.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin
sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap, akibatnya urin menjadi
pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila
osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan
inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi
cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal
(Sylvia, 2005).
3
4
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Hiponatremia
Terjadi ketika pengeluaran ADH yang terus menerus menyebabkan
retensi air pada daerah tubulus ginjal sehingga mengakibatkan volume
cairan ekstraseluler meningkat dan terjadi hiponatremia.
2. Mual, muntah, anoreksia, diare.
3. Disorientasi.
4. Kesadaran menurun/ letargi.
5. Takhipnea.
6. Kelemahan.
7. Peningkatan berat badan.
8. Sakit kepala.
9. Kekacauan mental dan kejang.
10. Penurunan keluaran urine.
Menurut (Sylvia, 2005) tanda dan gejala yang dialami pasien SIADH
tergantung derajat lamanya retensi air dan hiponatremia. Jadi perlu
dilakukan pemeriksaan tingkat osmolalitas serum seperti kadar BUN,
kreatinin, Natrium, Kalium, Cl, dan tes kapasitas pengisian cairan.
4
5
E. KOMPLIKASI
Menurut (Smeltzer, 2001) komplikasi dari SIADH yaitu :
1. Overload cairan dengan tipe hipotonik.
2. Penurunan osmolaritas (plasma).
3. Hipokalemia.
4. Hipomagnesemia.
5. Gejala neurologis seperti nyeri kepala, kejang otot sampai koma.
6. Hipourikemia.
F. PENATALAKSANAAN
Menurut (Corwin 2001) :
1) Penatalaksanaan Umum
a) Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyakit yang
mengakibatkan kondisi SIADH, contoh bila berasal dari tumor
ektopik, maka terapi yang diberikan ditujukan untuk mengatasi
tumor tersebut.
b) Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan
retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan.
Pada kasus yang berat, pemberian cairan hipertonik diberi infus
natrium hipertonis 3% dan diuretik.
c) Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan
tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti
pemantauan cermat masukan dan keluaran urine. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dan dukungan emosional.
5
6
G. PENGKAJIAN
1. Demografi
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
tanggal MRS, diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan dan
penanggung jawab.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Dapat ditanyakan ada atau tidaknya penyakit atau trauma kepala yang
pernaah diderita oleh klien serta riwayat radiasi pada kepala.
6
7
7
8
8
9
H. PATHWAYS KEPERAWATAN
SIADH
Penurunan konsentrasi air
Volume intravaskuler meningkat dalm urine
Kelebihan air di
dalam tubuh Filtrasi glomerulus meningkat Gangguan perubahan
eliminasi urine
Kenaikan BB Berkurangnya reabsorpsi Na oleh
tubulus proximal
Gangguan kelebihan
volume cairan tubuh Natriuresis
Edema otak
9
Resiko Kerusakan
perfusi jaringan
10
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Keluhan Utama :
Pasien melaporkan frekuensi dan volume urine berkurang.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat dengan karsinoma brobkhogenik.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Setelah dirawat dengan karsinoma bronkhogenik ada dugaan
bahwa pasien mengalami Syndrome of Inappropriate Antidiuretic
Hormone Secretion (SIADH).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga dengan riwayat penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan Fisik
Dokter melakukan serangkaian pemeriksaan yang mengarah pada
kasus SIADH.
5. Diagnosa Medis
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH).
10
11
6. Analisa Data
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan konsentrasi
air dalam urine.
2. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Berkurangnya reabsorpsi Na oleh tubulus proximal yang ditandai
dengan natriuresis dan mual.
3. Resiko gangguan kelebihan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan air didalam tubuh ditandai dengan meningkatnya berat
badan.
11
12
No INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji dengan mengidentifikasi dan Untuk mengetahui penyebab yang
penanganan penyebab yang mendasari. mendasari gangguan.
2. Batasi masukan cairan. Untuk membatasu jumlah cairan yang
masuk ke tubuh.
3. Dorong pasien untuk berkemih 2-4 jam Untuk meningkatkan frekuensi
dan apabila tiba-tiba dirasakan. pengeluaran urine.
4. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap Untuk mengetahui adakah perubahan
berkemih, perhatikan penurunan jumlah/ kadar.
haluaran urine dan perubahan berat
jenisnya.
5. Observasi aliran urine dan perhatikan Untuk mengetahui karakteristik dari
karakteristiknya. urine yang dikeluarkan.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam Untuk membantu dalam pengeluaran
pemberian obat : Pemberian lasix atau cairan menggunakan farmakologis.
furosemid untuk memudahkan
pengeluaran cairan.
12
13
No INTERVENSI RASIONAL
.
13
14
No INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau masukan dan haluaran cairan Catatan masukan dan haluaran
dan tanda-tanda kelebihan cairan setiap membantu mendeteksi tanda dini
1 – 2 jam. ketidakseimbangan cairan.
14
15
Smeltzer, S. C., & Bare, B.G. 2000. “Brunner & Suddarth’s Textbookod Medical
15