Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI HIPERVOLEMIA

DI RUANG HCU PANDAN 2 RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

Oleh :

SILVIA HANDAYANI

P27820716002

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
JURUSAN KEPERAWATAN
2018/2019
Hipervolemia
1. KONSEP TEORI
Definisi
Kelebihan volume cairan adalah suat keadaan di mana seseorang mengalami atau
mempunyai resiko terhadap kehilangan cairan intraseluler atau interstisial.
 Kelebihan volume cairan (Hipervolemia) mengacu pada perluasan isotonik dari
CES yang disebabkan oleh retensi air dan Natrium yang abnormal dalam proporsi
yang kurang lebih sama di mana mereka secara normal berada dalam CES.(Prince
& Brenda,2002)
2. Etiologi
Keadaan yang memperbesar resiko retensi Natrium dan air meliputi :
·         Gagal jantung
·         Sirosis hati
·         Sindrom nefrotik
·         Terapi kortikosteroid
·         Asupan protein yang rendah dari makanan
·         Gagal ginjal
Penyebab  asupan Natrium dan air yang berlebihan meliputi :
·         Pemberian cairan parenteral disertai larutan normal salin atau ringer laktat
·         Pemberian plasma atau darah
·         Asupan air, Natrium klorida, atau garam-garam lain dari makanan
3. Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan Natrium dipertahankan dalam
proporsi isotonik sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan
kadar elektrolit serum.
 Peningkatan volume cairan menyebabkan rangkaian kejadian berikut:
·         Kelebihan muatan sirkulasi
·         Peningkatan kontraktilitas jantung dan tekanan arteri rata-rata
·         Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
·         Perpindahan cairan ke dalam ruang interstisial
·         Edema

Kenaikan tekanan arteri rata-rata akan menghambat sekresi hormon antideuretik


dan aldosteron sehingga terjadi peningkatan eliminasi air dan Natrium ke dalam
urin.mekanisme kompensasi ini biasanya mengembalikan volume intravaskuler
yang normal. Apabila keadaan hipervolemia berat atau berlangsung lama atau
apabila pasien memiliki riwayat disfungsi kardiovaskular, mekanisme kompensasi
tersebut mungkin tidak dapat bekerja dengan baik sehingga akan terjadi gagal
jantung dan edema pulmoner.

4. Tanda dan Gejala


a. Pernapasan cepat akibat jumlah sel darah merah/ml darah yang lebih
rendah ( pengenceran menyebabkan peningkatan frekuensi pernafasan
sebagai kompensasi untuk menambaha oksigenasi )
b. Dispnea ( pernafasan sesak dan berat ) akibat peningkatan volume cairan
dalam rongga pleura
c. Ronki basah atau crakles ( bunyi gemericik atau menggelegak pada
auskultasi paru ) akibat kenaikan tekanan hidrostatik dalam kapiler
pulmoner
d. Denyut nadi yang cepat dan menantu akibat peningkatan kontaktilitas
jantung ( akibat kelebihan muatan sirkulasi )
e. Hipertensi ( kecualli jika sudah terjadi gagal jantung ) akibat kelebihan
muatan sirkulasi ( yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri rata-rata )
f. Distensi vena-vena leher akibat peningkata volume darah dan peningkatan
preload
g.  Kulit lembab ( sebagai kompensasi untuk meningkatkan ekskresi air
melalui perspirasi )
h. Kenaikan berat badan yang akut akibat peningkatan volume total cairan
tubuh karena kelebihan muatan sirkulasi ( yang merupakan indikator
terbaik untuk menunjukkan kelebihan volume cairan ekstrasel )
i. Edema ( peningkatan arteri rata-rata akan menyebabkan kenaikan tekanan
hidrostatik kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari plasma ke
dalam ruang interstisial )
j. Bunyi gallop S3 ( bunyi jantung abnormal akibat pengisian yang cepat dan
kelebihan muatan volume dalam vertikel selama diastole ) 

5. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kelebihan volume cairan diarahkan pada faktor – faktor
penyebab. Pengobatan edema termasuk cara- cara untuk memobilisasi
cairan  ( memposisikan pasien pada posisi supine dan penggunaan suportive
stocking). Bila kelebihan volume cairan berhubungan dengan pemberian berlebih
cairan yang mengandung Natrium, menghentikan infus mungkin merupaka satu-
satunya tindakan yang diperlukan. Pengobatan gejala mencakup pemberian
diuretik dan membatasi cairan dan Natrium.
Diuretik.diuretik di resepkan jika pembatasan diet Natrium saja tidak
cukup untuk mengurangi edema dengan mncegah reabsorpsi Natrium dan air oleh
ginjal. Pilihan diuretik didasarkan pada keparahan keadaan hipervolemik,tingkat
kerusakan fungsi renal, dan kepatenan diuretik. Umumnya, diuretik golongan
tiasid diresepkan untuk hipervolemia ringan sampai sedang, diuretik Koo untuk
hipervolemia berat.
Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi akibat efek diuretik.
Hipokalemia dapat terjadi dengan semua diuretik kecuali diuretik (mis,
spironolakton)yang bekerja pada tubulus distalakhir nefron.ambahan kalium dapat
disebabkan untuk menghindari komplikasi ini. Hiperkalemia dapat terjadi dengan
diuretik yang bekerja pada tubulus distal akhir,terutama jika diberikan pada pasien
dengan penurunan fungsi ginjal.hiponatremia terjadi pada diuresis karena
peningkatan pelepasan ADH akibat penurunan volume sirkulasi.penurunan
magnesium terjadi pada pemberian diuretik Koo dan tisaid akibat penurunan
reabsorbsi dan peningkatan ekskresi magnesium oleh ginjal.
Azotemia(peningkatan kadar nitrogen dalam darah)dapat terjadi dengan
FVE ketika urea dan kreatinin tidak diekskresikan  akibat fungsi ginjal dan
penurunan ekskresi sampah metabolisme.kadar asam urat yang tinggi
(hiperurisemia) dapat juga terjadi akibat peningkatan reabsorpsi dan penurunan
ekskresi asam urat oleh ginjal.
Modalitas pengobatan lainya. Jika fungsi ginjal terganggu sangat berat
sehingga agens- agens farmakologis tidak dapat beraksi secara efisien, modalitas
lain secara efisien. Modalitas lain dipertimbangkan untuk membuangnatrium dan
cairan dari tubuh. Hemodialisi atau dialisis poritoneal dapat dilakukan untuk
membuang sampah nitrogen dan mengendalikan keseimbangan kalium dan asam
basa.dan untuk membuang Natrium dan cairan.
Diet pembatasan cairan. Pengobatan FVE biasanya mencakup
pembatasan Natrium pada diet .diet harian rata-rata yang tidak dibatasi Natrium
mengandung 6-15 gr garam,sedangkat diet rendah Natrium rentangnya dapat
dimulai dari pembatasan ringan sampai serendah 250 mg Natrium per hari,
bergantung kebutuhan pasien. Diet pembatasan Natrium ringan memperbolehkan
sedikit penggaraman makanan (sekitar setengah jumlah biasa)dalam memasak dan
dimeja makan, dan tidak ada penambahan garam pada makan yang di persiapkan
secara komersial yang sebelumnya sudah di bumbui.tentu saja makanan yang
tinggi Natrium, Natrium klorida, dan bukan Natrium yang menyebabkan
pembentukan edema. Karena itu pasien perlu membaca lebel makanan dengan
teliti untuk penentukan kandungan garam makanan tersebut.

6. Batasan karakteristik
Subyektif :
1. Ansietas
2. Dispnea atau pendek nafas
3. Gelisah
Obyektif :
1. Suara nafas tidak normal ( rale atau creckle )
2. Perubahan elektrolit
3. Anasarka
4. Ansietas
5. Azotemia
6. Perubahan tekanan darah
7. Perubah status mental
8. Perubahan pola pernafasan
9. Penurunan hemoglobin dan hematokrit
10. Edema
11. Peningkatan tekanan vena sentral
12. Asupan melebihi haluan
13. Distensi vena jugularis
14. Oliguria
15. Ortopnea
16. Efusi pleura
17. Refleks hepatojugularis positif
18. Perubahan tekanan arteri pulmonal
19. Kongesti paru
20. Gelisah
21. Bunyi jantung S3
22. Perubahan berat jenis urine
23. Kenaikan berat badan dalam periode singkat
2.    Konsep Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kelebihan Volume Cairan
2.1  Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi:
1. Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Kaji manifestasi klinik melalui:
a. Timbang berat badan klien setiap hari.
b. Monitor vital sign.
c. Kaji intake output.
3. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi:
a. Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler
irritability.
b. Auskultasi bunyi /suara nafas.
c. Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran.
4. Review nilai pemeriksaan laboratorium :
a. Berat jenis urine.
b. PH serum.
c. Analisa Gas Darah.
d. Elektrolit serum.
e. Hematokrit.
f. BUN.
g. Kreatinin Urine.

2.2   Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan :
a. Gangguan mekanisme pengaturan
b. Asupan Natrium yang  berlebihan
c. Peningkatan asupan cairan sekunder akibat hiperglikemik, pengobatan,
dorongan kompulsif untuk minum air, dan aktivitas lainnya.
d. Ketidak cukupan protein sekunder akibat penurunan asupan atau
peningkatan kehilangan.
e. Disfungsi ginjal, gagal jantung,retensi Natrium, imobilitas, dan
aktivitas lainnya.
2.3  Intervensi Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukukan tindakan keperawatan setelah 1x24 jam kebutuhan
cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.
Kriteria Hasil :
1.      Pasien akan menyatakan pemahaman tentang pembatasan
cairan, diet dan obat yang di programkan
2.      Tanda vital dalam batas normal
3.      Tidak mengalami pendek napas
4.      Tidak ada edema
Intervensi :
1.      Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif (pemasukan
melebihi pengeluaran). Timbang berat badan tiap hari, dan catat peningkatan lebih
dari 0,5 kg/hari
Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan
perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan
positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan
lanjut. Catatan: penurunan volume sirkulasi (perpindahan cairan) dapat
mempengaruhi secara langsung fungsi/haluaran urine, mengakibatkan sindrom
hepatorenal
2.      Awasi tekanan darah dan CVP. Catat JVD/Distensi vena
Rasional : Peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan kelebihan
volume cairan, mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area
vaskuler. Distensi juguler eksternal dan vena abdominal sehubungan dengan
kongesti vaskuler.
3.      Auskultasi paru, catat penurunan/tak adanya bunyi nafas dan terjadinya
bunyi tambahan (contoh krekels)
Rasional : Peningkatan kongesti pulmonal mengakibatkan konsolidasi, gangguan
pertukaran gas, dan komplikasi, (contoh edema paru)
4.      Awasi disritmia jantung. Auskultasi bunyi jantung, catat terjadinya irama
gallop S3/S4
Rasional : Mungkin disebabkan oleh GJK, penurunan perfusi arteri koroner, dan
ketidakseimbangan elektrolit
5.      Kaji derajat perifer/edema dependen
Rasional : Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan
air, penurunan albumin, dan penurunan ADH
6.      Berikan obat sesuai indikasi :
o   Diuretik, contoh: spironolakton (Aldakton); furosemid (lasix)
Rasional : Digunakan dengan perhatian untuk mengontrol edema dan asites.
Menghambat efek aldosteron, meningkatkan ekskresi air sambil menghemat
kalium, bila terapi konservatif dengan tirah baring dan pembatasan natrium tidak
mengatasi
o   Kalium
Rasional : Kalium serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati
sesuai dengan kehilangan urine
o   Obat inotropik positif dan vasodilatasi arterial
Rasional : Diberikan untuk meningkatkan curah jantung/perbaikan aliran darah
ginjal dan fungsinya, sehingga menurunkan kelebihan cairan
7.   Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema ( pembatasan diet
dan penggunaan dosis dan efek samping obat yang diprogramkan.
Rasional : pasien memahami tentang penyebab dan cara mengatasi edema
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi


8. Jakarta: EGC
Carpenito, lynda jual.1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta:EGC
Kowalak, Welsh, Mayer.2012. buku ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judit.2012.buku ajar Diagnosis Keperawata. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai