KONSEP MEDIS
A. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan ireversibel (Masjoer dkk, 2001). Menurut National Kidney
Foundation (di Amerika Serikat) mendefinisikan gagal ginjal kronis
sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus
kurang dari 60mL/min 1,73 m² selama lebih dari 3 bulan (Lewis &
Dirksen, 2014 dalam Yasmara, Nursiswati, & Arafat, 2016)
B. Etiologi
1. Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis.
2. Penyakit peradangan glumerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa, sklerosis
sistemik).
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal).
6. Penyakit metabolik (DM, gocit, hiperparatiroirisme).
7. Netropati toksik.
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (Price dan Wilson, 1994
dalam Rendi & TH, 2012)
C. Patofisiologi
Patogenesis GGK melibatkan kerusakan dan menurunnya nefron
dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Ketika laju filtrasi
glomerulus menurun dan bersihan menurun, nitrogen urea serum
meningkat dan kreatinin meningkat. Nefron tersisa yang masih
berfungsi mengalami hipertropi ketika mereka menyaring zat terlarut
yang besar. Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengonsentrasi urin secara adekuat. Untuk melanjutkan ekskresi zat
terlarut, volume haluaran urin akan meningkat sehingga klien rentan
mengalami kehilangan cairan. Tubulus kehilangan kemampuan untuk
mereabsorbsi elektrolit secara bertahap. Terkadang, hasilnya adalah
pembuangan garam sehingga urin mengandung banyak natrium dan
memicu terjadinya poliuria berat.
Ketika kerusakan ginjal berlanjut dan terjadi penurunan jumlah
nefron yang masih berfungsi, laju filtrasi glomerulus total menurun lebih
jauh sehingga tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam
dan produk limbah lainnya melalui ginjal. Ketika laju filtrasi glomerulus
kurang dari 10-20 mL/min, tubuh akan mengalami keracunan ureum.
Jika penyakit tidak diatasi dengan dialisis atau transplantasi, hasil akhir
dari gagal ginjal stadium akhir adalah uremia dan kematian.
D. Manifestasi Klinis
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak akibat perikarditis, efusi pericardiak
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.
2. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, napas bau amoniak.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakkan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar,
terutama ditelapak kaki), tremor, moipati (kelemahan dan hipertropi
otot-otot ekstremitas).
5. Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksis, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa.
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalasemia.
7. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.
E. Komplikasi
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, efusi perikardial dan temponade jantung
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang (Nuari & Widayati, 2017).
F. Penatalaksanaan
1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit
meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan
melalui berat badan, urin dan pencatatan keseimbangan cairan.
2. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan
ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih dari kalium
dan garam.
3. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam
dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering
diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi.
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat.
Untuk mencegah hiperkalemia dihindari masukan kalium yang besar
(batasi hingga 60mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obat yang
berhubungan dengan ekskresi kalium(misalnya penghambat
ACEdan obat anti inflamasi nonsteroid), asidosisberat atau
kekurangangaram yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan
ilut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikotrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-
3000 mg) pada setiap makan.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pesien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan
diterap lenih ketat.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metaboliknya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
8. Deteksi dini dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis,
neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan
yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk
bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
9. Persiapkan dialisis dan program tranplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi
dilakukan dialisis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis
yang jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi
komplikasi (Arif masjoer, hal 534 dalam Rendi & TH, 2012).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Fokus pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
1) Kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
2) Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
1) Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan gerak
b. Sirkulasi
Gejala:
1) Riwayat hipertensi lama atau berat
2) Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
1) Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada
kaki, telapak tangan
2) Disritmia jantung
3) Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
4) Friction rub perikardial
5) Pucat pada kulit
6) Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
Gejala:
1) Faktor stres contoh finansial, hubungan dengan orang lain
2) Perasaan tak berdaya, tak ada harapan,
Tanda:
1) Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian
d. Eliminasi
Gejala:
1) Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
2) Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
1) Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, cokelat,
berawan
2) Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala:
1) Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
2) Anoreksia, nyeri uluhati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada kulit (pernapasan amoniak)
Tanda:
1) Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
2) Perubahan turgor kulit/kelembaban
3) Edema (umum, tergantung)
4) Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
5) Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga
f. Neurosensori
Gejala:
1) Sakit kepala, penglihatan kabur
2) Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar
pada telapak kaki
3) Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstremitas
bawah (neuropati perifer)
Tanda:
1) Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesdaran, stupor, koma
2) Kejang, fasikular otot, aktivitas kejang
3) Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
1) Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda:
1) Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
h. Pernapasan
Gejala:
1) Napas pendek, dipsnea nokturnal paroksimal, batuk
dengan/tanpa sputum
Tanda:
1) Takipnea, dipsnea, pernapasan kusmaul
2) Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema
paru)
i. Keamanan
Gejala:
1) Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
1) Pruritus
2) Demam (sepsis, dehidrasi)
j. Interaksi sosial
Gejala:
1) Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626-628 dalam Rendy & TH,
2012).
B. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas (00030)
2. Nyeri akut (00132)
3. Intoleran aktivitas (00092)
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
PATHWAY
Zat tosik Vaskular Infeksi Obstruksi
saluran kemih
Suplai darah
ginjal turun
GFR turun
GGK
Sekresi protein Retensi NA
terganggu Sekresi eritropoitis
turun
Total CSE naik
Sindrom uremia Produksi hb turun
Tes kapiler naik
Gangguan keseimbangan
asam dan basa Oksihemoglobin
Volume interstisial turun
naik
Produkasi asam
lambung naik Perpospatemia Suplai O2 kasar
Edema turun
Intoleransi Ketidakefektifan
Gastritis Kerusakan Beban jantung aktivitas perfusi jaringan
integritas kulit naik
Mual, muntah
Hipertrovi
ventrikel kiri
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Bendungan atrium
kebutuhan COP turun Payah jantung kiri
kiri naik
Retensi Na dan
Asam laktat Edema paru
H2O naik