Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

GAGAL GINJAL KRONIK

DI SUSUN OLEH :

DIDIN SETYADI
FIFI MASULILI

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
T.A 2022/2023
A.GAGAL GINJAL KRONIK
1 Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan kegagalan fungsi ginjal
dalam mempertahankan metabolisme cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang ditandai
dengan penumpukan ureum di dalam darah . Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan fungsi ginjal yang
progresif dan akhirnya dapat berakibat kelebihan urea dan sampah nitrogen dalam darah .
Gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi gangguan fungsi ginjal yang irreversible, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit.
Gagal ginjal menyebabkan penderitanya tidak dapat membuang cairan tubuh dan cemas, frustasi, bosan,
jenuh, bahkan depresi

2 Etiologi
Gagal ginjal kronik sering menjadi komplikasi dari penyakit lainnya sehingga menjadi penyakit
sekunder (secondary illness), yang paling sering yaitu diabetes dan hipertensi . penyebab lain dari gagal
ginjal kronik yaitu penyakit ginjal bagian dalam diantaranya penyakit dalam saringan (glomerulus) seperti
glomerulonefritis, infeksi kuman seperti ureritis dan pyelonefritis, batu ginjal seperti nefrolitiasis, kista
pada ginjal, dan penyumbatan seperti tumor, batu, penyempitan/stuktur. Dan untuk penyakit ginjal bagian
luar diantaranya penyakit sistematik (kolesterol, diabetes, dan hipertensi), dysipidemia, preklamsia, obat
obatan, dan kehilangan cairan yang mendadak (luka bakar).

3.Gejala klinis
gejala yang kemungkinan timbul antara lain:
 Kesusahan berpikir jenih
 Nafsu makan yang buruk
 Penurunan berat badan
 Kulit menjadi kering dan gatal
 Mengalami kram otot
 Mengalami kelebihan cairan yang menyebabkan bengkak pada kaki dan pergelangan kaki
 Mata menjadi bengkak
 Kulit menjadi pucat karena terjadi anemia
 Badan menjadi terasa tidak enak
 Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali
 Buang air kecil menjadi sedikit
 Ditemukan urine dalam darah
 Jika penurunan fungsi ginjal hingga pada stadium 4 atau 5 maka berbagai masalah lainnya dapat
terjadi misalnya seperti anemia dan ketidakseimbangan kalsium, fosfat, dan zat kimia lainnya
dalam aliran darah. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala seperti kelelahan karena
anemia dan pengeroposan tulang atau patah tulang karena kalsium dan ketidakseimbangan fosfat.

Manifestasi Klinik
manifestasi klinik gagal ginjal kronik yaitu: hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivitas renin - angiostensin - aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebih), perikarditis (akibat iritasi pada lapisan kardial oleh toksik, pruritus, anoreksia, mual, muntah,
cegukan, penurunan kesadaran, dan tidak bisa berkonsentrasi), dan biasanya terjadi edema pada tubuh
karena penumpukan cairan. manifestasi klinik dari gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1 Gangguan kardiovaskuler, yaitu hipertensi, nyeri dada, sesak napas akibat perikarditis, gagal jantung
irama jatung.
2 Gangguan pulmober, yaitu nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum yang kental
3 Gangguan gastrointestinal, yaitu anoreksia, nausea, pendarahan saluran gastrointestinal, ilserasi dan
pendarahan mulut, nafas bau amonia, dan fomitus berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus.
4 Gangguan muskuloskeletal, yaitu burning feet sindrom (rasa kesemutan dan terbakar terutama pada
telapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi pada otot ekstremitas), dan resiles leg sindrom
(pegal pada kaki sehingga selalu digerakkan)
5 Gangguan integumen, yaitu kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan akibat
penimbunan urokrom (hasil pemecahan hemoglobin dan yang membuat warna urin), gatal–gatal akibat
toksik, dan kuku tipis dan rapuh.
6 Gangguan endokrin, yaitu gangguan seksual akibat libido ertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, dan gangguan metabolik lemak dan vit. D
7 Gangguan perkemihan, yaitu penurunan fungsi glomerulus, biasanya retensi garam dan air namun dapat
juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipokalsemia, proteinuria, dan
terjadi dysuria ataupun anuria
8 Gangguan hematologi, yaitu anemia yang disebabkan karena kurangnya produksi eritropoetin, sehingga
rangsangan eritropoesis pada sum-sum tulang belakang, dapat juga terjadi gangguan fungsi thrombosis

4. patofisiologi dan phatway


Pada saat terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron termasuk glomerulus dan tubulus diduga utuh
sedangkan lainnya rusak (hipotesa nefron utuh), nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat diserta reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal berfungsi sampai 3⁄4 dari nefron yang rusak. Beban bahan harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuria dan haus.
Kemudian karena jumlah nefron yang rusak semakin banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada klien menjadi lebih jelas dan muncul gejala khas kegagalan
ginjal bila kira kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah dari itu).
Pasien gagal ginjal kronik akan mengalami peningkatan kadar air dan natrium dalam tubuh. Hal
ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu keseimbangan glomerulotubular sehingga
terjadi peningkatan intake natrium yang akan menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan volume
cairan ekstrasel. Reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju kapiler
peritubular sehingga dapat terjadi hipertensi. Hipertensi akan menyebabkan kerja jantung meningkat dan
merusak pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah ginjal menyebabkan gangguan filtrasi serta
meningkatkan keparahan dari hipertensi (Maulana, 2017).
5. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis yaitu:
1) Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diet
berlebih.
2) Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produksi sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dalam natrium serta malfungsi sistem renin angiostensin,
aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, pendarahan
gastrointestinal akibat iritasi.
5) Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah.

6. penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi dan hemoestatis selama mungkin. Semua
faktor yang berkontribusi pada ESRD dan semua faktor yang reversible (eg, obstruksi) diidentifikasi dan
ditangani. Penatalaksanaannya adalah dengan obat dan terapi diet, meskipun dialisis juga dibutuhkan
untuk mengurangi sampah uremik dalam darah .
Penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik menurut yaitu:
1) Terapi penyakit ginjal
2) Pengobatan penyakit penyerta
3) Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4) Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
5) Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskuler
6) Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul tanda dan gejala uremia

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK


A. Pengkajian
1. Identitas pasien Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir,asal suku bangsa, nama
orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguanistirahat dan tidur,
takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dankoma.
3. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya Berapa lama pasiensakit, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana caraminum obatnya apakan teratur atau
tidak, apasaja yang dilakukan pasienuntuk menaggulangi penyakitnya.
4. Aktifitas/istirahat : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur(insomnia/gelisah atau
samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus,penurunan rentang gerak
5. Sirkulasi Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada(angina), hipertensi,
nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,telapak tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia,yang jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning,kecenderungan perdarahan.
6. Integritas ego Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka dakekuatan, menolak,
ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahankepribadian.
7. Eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahaplanjut), abdomen
kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine,contoh kuning pekat, merah, coklat,
oliguria.

8. Makanan/Cairan Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan beratbadan (malnutrisi),


anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik taksedap pada mulut (pernapasan ammonia),
penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan
turgorkulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
9. Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome“kaki gelisah”, rasa
terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan,khususnya ekstremitas bawah, gangguan
status mental, contoh penurunanlapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, kacau,penurunan tingkat kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang,rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis
10. Nyeri/kenyamanan Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki danperilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
11. Pernapasan Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental danbanyak, takipnea,
dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batukdengan sputum encer (edema paru).
12. Keamanan Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis,dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasienyang mengalami suhu tubuh lebih rendah
dari normal, petekie, area ekimosispada kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
13. Seksualitas Penurunan libido, amenorea, infertilitas14. Interaksi social Kesulitan menentukan kondisi,
contoh tak mampu bekerja,mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
15. Penyuluhan/Pembelajaran Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untukgagal ginjal),
penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria,maliganansi, riwayat terpejan pada
toksin, contoh obat, racun lingkungan,penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang

Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial
1 Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi (uremia)
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
4 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
5 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi

3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi dilakukan sesuai
dengan diagnosis yang sudah ditentukan :

1 Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi (uremia)


Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat nausea menurun dengan kriteria hasil:
1) Selera makan meningkat
2) Keluhan mual menurun
3) Perasaan ingin muntah menurun
4) Warna kulit klien tidak pucat Intervensi:
1) Identifikasi pengalaman mual
Rasional: untuk mengetahui karakteristik yang terjadi.
2) Monitor mual
Rasional: menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
3) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
Rasional: karena bau yang menyengat dan situasi yang tidak menyenangkan akan menimbulkan
terjadinya mual.
4) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Rasional: istirahat yang cukup dapat meminimalisasi timbulnya mual.
5) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual Rasional: dengan salah satu
cara nonfarmakologis dilakukan akan membantu mengurangi timbulnya mual.
6) Kolaborasi pemberian antiemetik
Rasional: untuk mencegah munculnya mual dan muntah

2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil: 1)
Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Frekuensi nadi membaik
4) Pola napas membaik
5) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat Intervensi:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Rasional: membantu
evaluasi derajat ketidaknyamanan dan ketidakefektifan analgetik.
2) Berikan klien posisi yang nyaman
Rasional: dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang/sendi
3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional: memudahkan relaksasi, terapi tambahan, dan meningkatkan kemampuan koping.
4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Rasional: meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan koping
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional: memudahkan relaksasi, terapi farmakologis tambahan, dan meningkatkan kemampuan koping.

3 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan


Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil:
1) Porsi makanan dihabiskan
2) Kekuatan otot menelan meningkat
3) Perasaan cepat kenyang menurun
4) Berat badan membaik 5) Selera makan membaik Intervensi:
1) Identifikasi status nutrisi
Rasional: menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2) Monitor asupan makanan
Rasional: membantu klien untuk menyadari gambaran besar dan memungkinkan kesempatan untuk
mengubah pilihan diet untuk memenuhi keinginan individu dalam pembatasan yang diidentifikasi.
3) Monitor berat badan
Rasional: untuk memantau status cairan dan nutrisi
4) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional: memberikan nutrien cukup untuk memperbaiki energi mencegah penggunaan otot,
meningkatkan regenerasi jaringan/penyembuhan dan keseimbangan elektrolit.
5) Berikan suplemen makanan
Rasional: menggantikan kehilangan karbohidrat karena malnutrisi/anemia atau selama dialisis.
6) Ajarkan diet yang diprogramkan
Rasional: pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Rasional: berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan budaya/pola hidup
meningkatkan kerja sama klien.

4 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi Tujuan: setelah dilakukan


intervensi keperawatan, maka keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil:
1) Asupan cairan meningkat
2) Haluan urin meningkat
3) Edema menurun
4) Tekanan darah membaik
5) Berat badan membaik Intervensi:
1) Identifikasi penyebab hipervolemia
Rasional: merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
intervensi.
2) Monitor intake dan output cairan
Rasional: untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar dimana jumlah aliran harus sama atau
lebih dari jumlah yang dimasukkan, keseimbangan positif menunjukkan kebutuhan evaluasi lebih lanjut.
3) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Rasional: untuk mengetahui keseimbangan cairan pada tubuh klien.
4) Batasi asupan cairan
Rasional: pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan proses
5) Pasang urine kateter
Rasional: untuk membantu eliminasi urine
6) Monitor tanda dan gejala edema
Rasional: peningkatan menunjukkan adanya hipervolemia, dan kelebihan volume cairan berpotensi gagal
jantung kongestif/edema paru.

5 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi Tujuan: setelah


dilakukan intervensi keperawatan, maka integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil:
1) Elastisitas meningkat
2) Kerusakan jaringan menurun
3) Kerusakan lapisan kulit menurun
4) Suhu kulit membaik Intervensi:
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi.
Observasi terhadap ekimosis, purpura.
Rasional: menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan
dekubitus/infeksi
2) Inspeksi area tergantung terhadap edema
Rasional: jaringan edema lebih tergantung rusak/robek
3) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
Rasional: mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan
intergritas jaringan pada tingkat seluler.
4) Pertahankan linen kering, bebas keriput
Rasional: menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit.
5) Anjurkan menggunakan pakaian katun, longgar
Rasional: mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kuli
6) Berikan perawatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Brikan salep atau krim
Rasional: soda kue, mandi dengan tepung menurunkan gatal dan mengurangi pengeringan daripada
sabun. Lotion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
7) Berikan matras busa/flotasi
Rasional: menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi seluler yang
menyebabkan iskemia/nekrosis.

4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan. Pada
tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat direncana
keperawatan klien. Agar implementasi dan perencanaan ini dapat tepat waktu dn efektif terhadap biaya,
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien kemudian bila telah dilaksanakan pantau dan catat respon
klienterhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan
kesehatan (Sagala, 2018).
5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelayanan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan, tahap ini akan terlihat apakah tujuan yang telah disusun tercapai atau tidak (Sagala, 2018).

Anda mungkin juga menyukai