Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJANUAN TEORI

A. Konsep Dasar CKD


1. Definisi
Cronic kidney disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan
ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, yang ditandai adanya
protein dalam urine dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung
selama lebih dari 3 bulan (Hanggraini dkk, 2020). Crinic kidney disease (CKD)
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible pada suatu derajat dimana memerlukan terapi pengganti ginjal yang tepat,
berupa dialysis atau transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada
ginjal adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal
(Ulianingrum, 2017).

Chronic kidney disease (CKD) atau gagal ginjal kronik didefinisikan penyakit
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat lagi pulih atau kembali
sembuh secara total seperti sediakala (irreversible) dengan laju filtrasi glomerulus
(LFG) < 60 ml/menit dalam waktu 3 bulan atau lebih, sehingga tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit yang menyebabkan
uremia (Luthfia dkk, 2017).

2. Etiologi

Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat di sebabkan oleh gangguan prerenal,
renal, dan post renal. Pasien yang menderuta penyakit sepeti Diabetes Melitus (DM),
Glomerulonefritis (infeksi glomeruli), penyakit imun (lupus nefritis), hipertensi,
penyakit ginjal yang di turunkan, batu ginjal, keracunan, trauma ginjal dan lain-
lain.Penyakit penyakit ini sebagian besar menyerang nefron, dan mengakibatkan
hilangnya kemampuan ginjal dalam melakukan penyaringan. Kerusakan nefron terjadi
secara cepat, bertahap dan pasien tidak merasakan terjadinya penurunan fungsi ginjal
dalam jangka waktu yang lama (Siregar, 2020)
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut Guswanti
(2019) antara lain :
a. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas system renin –
angiotensin – aldosterone)
b. Gagal jantung kongesif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
c. Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi)

Sedangkan menurut ismail (2018) tanda dan gejala CKD dibagi menjadi 7 yaitu:

a. Gangguan pada sistem gastrointernal


1. Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan gangguan metabolism
protein di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksin akibat metabolisme bakteri
usus seperti ammonia dan melil guanidine serta sembabnya mukosa usus.
2. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh
bakteri dimulut menjadi amoni sehingga nafas berbau ammonia.
3. Gastritis erosife, ulkus peptie dan colitis uremik.
b. Kulit
1. Kulit berwarna pucat, anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan
urokrom.
2. Gatal-gatal akibat toksin uremin dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
3. Ekimosis akibat gangguan hematologi.
4. Ure frost : akibat kristalsasi yang ada pada keringat.
5. Bekas-bekas garukan karena gatal.
c. Sistem Hematologi
1. Anemia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : berkurangnya
produksi eritropotin, hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam
suasana uremia toksin, defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu
makan yang berkurang, perdarahan dan fibrosis sumsum tulang akibat
hipertiroidism sekunder.
2. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia.
d. Sistem saraf dan otot
1. Restless Leg Syndrome, pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakkan.
2. Burning Feet Syndrome, rasa semutan dan seperti terbakar terutama di telapak
kaki.
3. Ensefalopati metabolic, lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor,
asteriksis, mioklonus, kejang.
4. Miopati, kelemahan dan hipertrofi otot terutama ekstermitas proksimal.
e. Sistem kardiovaskuler
1. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas
sistem renin angiotensin aldosterone.
2. Nyeri dada dan sesak nafas akibat pericarditis atau gagal jantung akibat
penimbunan cairan hipertensif.
3. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan elektrolit dan
klasifikasi metastasik
4. Edema akibat penimbunan cairan
f. Sistem endokrin
1. Gangguan seksual, libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada laki-laki akibat
testosterone dan spermatogenesis menurun. Pada Wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi, sampai amenore.
2. Gangguan metabolisme glokusa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
3. Gangguan metabolisme lemak.
4. Gangguan metabolisme vitamin D.
g. Gangguan sistem lain
1. Tulang osteodistropi ginjal, yaitu osteomalasia, osteoslerosis, osteitis fibrosia
dan klasifikasi metastasik.
2. Asidosis metabolic akibat penumnunan asam organic sebagai hasil
metabolisme.
3. Elektolit : hiperfosfotemia, hiperkalemia, hipokalsemia.

5. Komplikasi

Secara umum komplikasi pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh


berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan zat-zat berlebihan dalam
tubuh. Zat-zat ini dapat berupa: urea, kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada ginjal
lain adalah berkurangnya produksi darah akibat kematian jaringan ginjal yang
ireversibel yang menyebabkan produksi eritropoietin yang berkurang. Penyakit-
penyakit yang dapat timbul akibat penyakit ginjal kronis adalah sebagai berikut:

- Sindrom Uremia: sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah.
Akumulasi ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan urea sehingga urea diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan
terakumulasi di darah. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh uremia
antara lain:
 Sistem Saraf Pusat: kelelahan, gangguan memori, insomnia, nyeri kepala,
kebingungan, ensefalopati (infeksi pada system saraf pusat)

 System saraf perifer: keram, neuropati perifer


 Gastrointestinal: anorexia, mual/muntah, gastroparesis, ulkus
gastrointestinal o Hematologi: anemia, gangguan hemostasis

 Kardiovaskular: hipertensi, atherosclerosis, penyakit arteri coroner,


pericarditis, edema pulmonal

 Kulit: gatal-gatal, kulit kering, uremic frost (sekresi urea yang berlebihan
melalui kelenjar keringat)

 Nutrisi: malnutrisi, berat badan menurun, katabolisme otot


- Hypoalbuminemia: hipoalbumin pada darah disebabkan oleh ekskresi albumin
yang berlebihan oleh ginjal yang ditandai dengan proteinuria pada urinalisis.
Secara umum gejala albuminuria ditandai dengan edema pada wajah atau tungkai,
dapat terjadi juga edema yang mengancam nyawa misalnya seperti edema paru

- Gagal Jantung Kongestif: penyakit ini juga disebut “high-output heart failure”
penyakit ini pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh tingginya volume darah
akibat retensi cairan dan natrium pada ginjal. Peningkatan volume darah
menyebabkan jantung tidak dapat memompa secara adekuat dan menyebabkan
gagal jantung.

- Anemia: Anemia pada penyakit ginjal kronis secara umumnya disebabkan oleh
penurunan produksi eritropoietin dalam ginjal dimana eritropoietin berfungsi
sebagai hormone untuk maturasi sel darah merah. Mekanisme lain anemia adalah
berkurangnya absorpsi besi dan asam folat dari pencernaan sehingga terjadi
defisiensi besi dan asam folat.

- CKD-MBD (Chronic Kidney Disease-Mineral Bone Disorder) 15: merupakan


kelainan tulang yang disebebkan oleh penyakit ginjal kronis yang disebabkan oleh
bebebrapa hal: 1. Kelainan pada mineral seperti kalsium, fosfat, dan kelainan pada
hormone paratiroid serta vitamin D: 2. Kelainan pada pembentukan tulang; 3.
Kalsifikasi sel- sel vascular.

6. Penatalaksanaan Medis

Menurut monika, (2019) penatalaksanaan medis pada pasien dengan CKD dibagi tiga
yaitu:
a. Konservatif
1) Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine
2)Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. Biasanya
diusahakan agar tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema betis
ringan. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat badan, urine serta
pencatatan keseimbangan cairan.
3) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah protein (20-240 gr/hr) dan
tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta
menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih dari kalium dan garam.
4) Kontrol hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan
garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung pada tekanan darah. Sering
diperlukan diuretik loop selain obat anti hipertensi (Guswanti, 2019).
5) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia
dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan kalium yang
banyak (batasi hingga 60 mmol/hr), diuretik hemat kalium, obat-obat yang
berhubungan dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat anti inflamasi
nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG.
b. Dialysis
Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
c. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan:
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain (Guswanti, 2019).
d. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Crinic kidney disease (CKD),
antara lain (Monika, 2019):
a. Hematologi
1) Hemoglobin: HB kurang dari 7-8 g/dl
2) Hematokrit: biasanya menurun
3) Eritrosit
4) Leukosit
5) Trombosit
b. LFT (Liver Fungsi Test)
c. Elektrolit (Klorida, Kalium, Kalsium)
1) AGD: penurunan asidosis metabolic (kurang dari 7:2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hydrogen dan ammonia
atau hasil akhir.
2) Kalium: peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis.
d. RFT (Renal Fungsi Test ) (Ureum dan Kreatinin)
1) BUN/ Kreatinin:
Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreatinin serum (normal 0,5-1,5 mg/dL;
45- 132,5 µmol/L [unit SI]) biasanya meningkat dalam proposri kadar
kreatinin 10mg/dl, natrium (normal: serum 135-145 mmol/L; urine: 40-220
mEq/L/24 jam), dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/L [unit SI])
meningkat.
e. Urine rutin
1) urine khusus: bend aketon, Analisa kristal batu
2) volume: kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
3) warna: secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel, koloid dan
fosfat
4) sedimen: kotor, kecoklatan, menunjukkan adanya darah, HB, myoglobin,
porfitrin
5) berat jenis: kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015) menunjukkan kerusakan
ginjal berat
f. EKG
EKG: mungkin abnormal untuk menunjukkan keselimbangan elektrolit dan asam
basa
g. Endoskopi ginjal: dilakukan secara endoskopik untuk menentukan pelvis ginjal,
pengangkatan tumor selektif
h. USG abdominal
i. CT scan abdominal
j. Renogram
RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat menurun PC02 menurun
untuk menunjukkan abnormalis pelvis ginjal dan ureter.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial,
diagnosa Keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat. Setelah dilakukan
pengkajian kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada klien dengan penyakit
ginjal kronik, yaitu:
A. Gangguan fisiologi
1) Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan.
2) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.
4) Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi
5) Penurunan curah jantung b.d
6) Perfusi perifer tidak efektif b.d
B. Gangguan psikologis
1) Anisetas
2) Harga diri rendah
3. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi


1 Defisit nutrisi b.d Tujuan: setelah dilakukan Manajemen nutrisi
kurangnya asupan intervensi 3x24 jam status Observasi:
makanan. nutrisi membaik dengan -identifikasi status nutrisi
kriteria hasil: - identifikasi makanan yang
- porsi makan yang disukai
dihabiskan meningkat Terapeutik:
- nafsu makan meningkat -sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi:
-anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
-kolaborasi dengan ahli gizi
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2 Intoleransi Tujuan: setelah dilakukan Manajemen energi
aktivitas b.d intervensi 3x24 jam toleransi Observasi:
ketidakseimbangan aktivitas meningkat dengan -identifikasi gangguan fungsi
antara suplai dan kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen kelelahan
-kemudahan dalam - monitor kelelahan fisik dan
melakukan aktivitas sehari- emosional
hari meningkat Terapuetik:
- kecepatan berjalan Lakukan Latihan rentang
meningkat gerak pasif dan/atau aktif
Edukasi:
-anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3 Nyeri akut b.d Tujuan: setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen pencedera intervensi 3x24 jam tingkat Observasi:
fisiologis. nyeri menurun dengan -identifikasi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
-keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas
- meringis menurun nyeri
- kesulitan tidur menurun - identifikasi skala nyeri
Terapeutik:
-berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, terapi pijat,
kompres hangat/dingin)
Edukasi:
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
- ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu

4 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hemodialisis


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kesiapan
gangguan maka keseimbangan cairan hemodialisis.
mekanisme regulasi meningkat dengan kriteria 2. Monitor TTV selama
hasil: dialisis.
1. Edema menurun. 3. Monitor TTV pasca
2. Tekanan darah membaik. hemodialisis.
3. Turgor kulit membaik. 4. Lakukan prosedur dialisis
4. Berat badan membaik dengan prinsip aseptik.
5. Ajarkan pembatasan
cairan.

5. Penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung


curah jantung keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Maka penurunan curah 1. Identifikasi tanda/gejala
jantung dengan kriteria hasil : primer menurun curah
1. Kekuatan nadi perifer jantung (dipsnue,
meningkat. kelelahan, edema,
2. Bradikardi menurun. nocturnal dypsneu,
3. Takikardi menurun. meningkatkan CPV)
4. Lelah menurun. 2. Identifikasi tanda/gejala
5. Edema menurun. sekunder penurunan
curah jantung
(peningkatan BB,
distensi vena jugularis,
palpitasi, oliguria, batuk,
kulit pucat)
3. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkn aktivitas sesuai
toleransi
2. Anjurkan aktivitas fisik
secara bertahap
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
aniaritmia, jika perlu
1.
6. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan perawatan sirkulasi
tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam observasi :
Maka Perfusi perifer tidak 1. Periksa sirkulasi perifer
efektif dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor risiko
1. Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi
meningkat. 3. Monitor panas,
2. Warna kulit pucat kemerahan, nyeri atau
menurun. bengkak pada ektermitas
3. Edema perifer Terapeutik
menurun. 1. Hindari pemasangan
4. Kelemahan otot infus atau pengambilan
menurun. darah di area kterbatasan
5. Akral membaik. perfusi
6. Turgor kulit membaik 2. Hindari pengukuran
7. Tekanan darah systole tekanan dara pada
membaik. ekstermitas dengan
8. Tekanan dara diastole keterbatasan perfusi
membaaik. Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok
2. Anjurkan berolahraga
rutin
7. Anisetas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Ansietas dengan kriteria 1. Identifikasi saat tingkat
hasil : ansietas berubah
1. Verbalisasi 2. Identifikasi tanda-tanda
kebingungan menurun. ansiestas
2. Verbalisasi khawatir Terapuetik :
akibat kondisi yang 1. Ciptakan suasana
dihadapi menurun. terapeutik untuk
3. Perilaku gelisah menumbuhkan
menurun. kepercayaan
4. Perilku tegng 2. Pahami situasi yang
menurun. membuat ansietas
5. Konsentrasi membaik. 3. Motivasi
6. Pola tidur membaik. mengientifikasi situasi
yang memicu
kecemasan

Edukasi :
1. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
2. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
3. Latih Teknik relaksasi
8. Harga diri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Prilaku
rendah keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Harga diri rendah dengan 1. Identifikasi haapan
kriteria hasil : untuk mengendalikan
perilaku negative
1. Penilaian diri positif
Terapeutik :
meningkat.
1. Ciptakan dan
2. Persaan memiliki
pertahankan lingkungan
kelebihan atau
dan kegiatan perawatan
kemampuan positif
konsisten
meningkta.
2. Tingkatkan aktivitas
3. Penerimaan penilain
fisik sesuai kemampuan
positif terhadap diri
sendiri meningkat.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat setelah perencanaan. Dalam tahap ini
penulis melaksanakan Tindakan sesuai dengan rencana Tindakan yang telat
ditetapkan. Pelaksanaan Tindakan keperawatan disesuaikan dengan
memperhatikan keadaan dan kondisi klien saat itu. Pada tahap pelaksanaan
keperawatan, penulis bekerja sama dengan klien, keluarga, perawat, tim
Kesehatan yang mengacu pada rencana Tindakan.

5. Evaluasi
Dalam evaluasi perawat menentukan respon pasien terhadap intervensi
keperawatan dan mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai Jika hasil tidak
terpenuhi, revisi mungkin diperlukan dalam pengkajian (pengumpulan data),
diagnosis keperawatan, perencanaan, atau implementasi. Evaluasi juga
merupakan penilaian ulang dan menginterpretasikan data baru yang
berkelanjutan untuk menentukan apakah tujuan tercapai sepenuhnya, sebagian,
atau tidak sama sekali. Evaluasi memastikan bahwa klien menerima perawatan
yang tepat dan kebutuhannya terpenuhi (Siregar, 2021).

Anda mungkin juga menyukai