Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN
CKD DI BANGSAL AKAR WANGI
RSUD PANDANARAN BOYOLALI

Disusun oleh :
Iyan Fathur Rahman
P202305025

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
2023

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun
dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang
sampai bertahuntahun, dengan pasien sering tidak disadari bahwa kondisi mereka
parah.
Kondisi fungsi ginjal meburuk, kemampuan untuk memperoduksi erythropoietin
yang memadai terganggu, sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-sel darah
merah dan akhirnya terjadi anemia, anemia merupakan komplikasi yang seringterjadi
pada ckd, dan sekitar 47% pasien dengan CKD anemia.
Diseluruh dunia menurut National Kidney Foundation, 26 juta orang dewasa
Amerika telah mengalami CKD, dan jutaan orang lain beresiko terkena CKD.
Perhimpunan nefrologi Indonesia menunjukan 12,5 % dari penduduk Indonesia
mengalami penurunan fungsi ginjal,
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Menurut WHO diperkirakan tahun 2015 dengan kenaikan dan tingkat persentase
dari tahun 2009 sampai 2011 sebanyak 36 juta jiwa meninggal dunia akibat penyakit
Chronic Kidney Disease (CKD). Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa
yang lebih tua dan ini pasien sering pada peningkatan risiko hipertensi. Kebanyakan
pasien dengan hipertensi akan memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk
mencapai tujuan tekanan darah untuk pasien dengan CKD.

1.2 TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


- Umum
Untuk mempelajari CKD
- Khusus
 Menjelaskan apa itu CKD
 Menjelaskan masalah factor apa saja yang mempengaruhi CKD
 Menjelaskan asuhan keperawatan dengan CKD
- Manfaat
Mengetahui dan dapat memahami konsep CKD.
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal menahun sebagai suatu proses
patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih
menjadi permasalahan serius di dunia kesehatan (Mayuda, 2017, h168). Gagal ginjal
kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal atau laju filtrasi glomerulus (GFR) lebih rendah
dari 60 mL / min / 1,73 m2 selama tiga bulan atau lebih (Cheawchanwattana, 2015).
Penyakit gagal ginjal kronik biasa diderita oleh pasien dewasa namun tidak menutup
kemungkinan dapat menyerang semua usia (Pernefri, 2015).
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang menahun dan bersifat progresif,
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme atau
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia. Gagal ginjal kronis terjadi
apabila Laju Filtrasi Glomeruler (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama tiga
bulan atau lebih. Berbagai faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan serta
penurunan fungsi ginjal dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan maupun
proses degenerative (Pongsibidang, 2016).

2.2 ETIOLOGI
Beberapa penyebab terjadinya gagal ginjal kronik diantaranya adalah Diabetes
mellitus, glumerulonefritis kronis , pielonefritis, hipertensi tak terkontrol, obstuksi
saluran kemih, herediter seperti penyakit ginjal polikistik, gangguan vaskuler, lesi
herediter, agen toksik (timah dan merkuri) (Nuari& Widayati, 2017 h114). Gagal ginjal
kronik disebabkan oleh penyakit seperti diabetes miletus, hipertensi, glumonefritis
kronis, nefritis intersisial kronis, infeksi saluran kemih dan obesitas (Kemenkes, 2017).
Menurut Muttaqin dan Sari (2011, h166) penyebab gagal ginjal kronik dibedakan
menjadi 2 :
a) Penyakit dari ginjal, seperti : glomerulonefritis, ureteritis, nefrolitiasis, ginjal
polikistik, trauma langsung pada ginjal, dan keganasan pada ginjal.
b) Penyakit umum selain dari ginjal, seperti : penyakit sistemik (diabetes mellitus,
hipertensi, kolesterol tinggi), dislipidemia, infeksi organ tubuh (Tu berkulosis,
sifilis, malaria, hepatitis), preeklamsia, obat-obatan, dan kehilangan cairan banyak
(luka bakar).

2.3 TANDA DAN GEJALA


Keparahan danda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
kondisi lain yang mendasari dan usia pasien.
a. Kardiovaskuler :
1. Pada gagal ginjal kronis mencangkup hipertensi ( akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas system renin-angiiotensin-aldosteron)
2. Pitting edema (kaki,tangan sacrum)
3. Edema periobital
4. Gagal jantung kogestif
5. Edema pulmoner ( akibat cairan berlebih )
6. Pembesaran vena leher
7. Nyeri dada dan sesak nafas akibat pericarditis ( akibat iritasi pada lapisan
pericardial oleh toksin uremik), efusi pericardial, penyakit jantung coroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi
8. Ganguan irama jantung akibat aterosklerosis, ganguan elektrolit dan kalsifikasi
metastatic.
b. Dermatologi/integument :
1. Rasa gatal yang parah(pruritis ) dengan ekskoriasis akibat toksin uremik dan
pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
2. Warna ulit abu-abu mengkilat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom.
3. Kulit kering, bersisik
4. Kuku tipis dan rapuh
5. Rambut ttipis dan kasar
c. Gastrointestinal :
1. Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihhan pada air liur diubah oleh
bakteri di mulut menjad ammonia sehingga napas berbau ammonia.
2. Ulserasia, dan perdarahan pada mulut
3. Anoreksia, mual, muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolis di
dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolism bakteri usus seperti
ammonia dan guanidine serta lembbabnya mukosa usus.
4. Cegukan ( hiccup) sebabnya yang pasti belum diiketahui
5. Kostipasi dan diare
6. Perdarahan dari saliran GI ( gastritis crosive, ulkus peptic, dan colitis uremik )
7. Neurologi :
 Ensetalopati metabolic. Kelemahan dan keletihan, tidak bias tidur,
ganguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang.
 Konfusi
 Disorientasi
 Kelemahan pada tungkai
 Rasa panas pada telapak kaki
 Perubahan prilaku
 Burning feet syndrome. Rasa kesemutan dan seprti terbakar terutama di
telapak kaki.
8. Muskuloskletal :
 Kram otot
 Kekuatan otot hilang
 Fraktur tulang
 Foot drop
 Restless leg syndrome. Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga
selalu digerakkan
 Miopati. Kelemahan dan hipertofi otot-otot terutama otott-otot
ekstremitas proksimal.
9. Reproduksi :
 Atrofi testikuler
 Ganguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki
akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab
lain jyga dihubungkan dengan metabolic tertentu ( seng, hormone
paratiroid). Pada wanita timbul ganguan menstruasi, ganguan ovulasi
sampai amenore
10. Hematologi :
 Anemia dapat disebabkan berbagai factor antara lain :
- Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan
eritropoess pada sumsum tulang menurun.
- Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eriyrosin dalam
suasana uremik toksik.
- Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat nafsu makan
yang berkurang.
- Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit.
 Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder.
 Ganguan perfusi trombosit dan trombositopenia, mengakibatkan
pendarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta
menurunya factor trombosit II dan ADP ( adenosine difosfat ).
 Ganguan fungsi leukosit. Fagistosis dan kemotaksis berkurang, fungsi
limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun.
11. Endokrin :
 Ganguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan ganguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjutan ( klirens kreatinin <15
mL/menit), terjadi penurunan klirens metabolic insulin menyebabkan
waktu paruh hormoc aktif Panjang, keadaan ini dapat menyebabkan
kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang.
 Ganguan metabolism lemak
 Ganguan metabolism lemak vitamin D
12. System lain :
 Tulang : osteodidtrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa,
osteosclerosis, dan kalsifikasi metastatic
 Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil
metabolism.
 Elektrolit : hiperfosfatemia, hyperkalemia, hipokalsemia.

2.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang baik
pemeriksaan laboraturium maupun radiologi.
a. Pemeriksaan laboraturium
1. Hematologi : HB,HT,eritrosit, lekosit, trombosi.
2. RFT ( renal Fungsi test ) : ureum dan kreatinin
3. LFT ( liver fungsi test )
4. Elektrolit : klorida, kalsium
5. BGA
b. Urine
1. Urine rutin
2. Urin khusus : bend aketon, Analisa kristal batu
c. Pemeriksaan ladiovaskuler
1. ECG
2. ECO
d. Radidiagnostik
1. USG abdominal
2. CT scan abdominal
3. BNO/IVP.FPA
4. Renogram
5. RPG ( retino pielografi )

2.5 PENATALAKSANAAN
Pada penderita gagal ginjal kronik fungsi ginjal akan mengalami penurunan, dan
untuk memperlambat proses penurunan fungsi ginjal tersebut diperlukan adanya terapi
pengganti ginjal seperti peritoneal dialisis, transplantasi ginjal dan hemodialisa.
(Smeltzer & Bare, 2010).
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada gagal ginjal kronik sebagai berikut :
a. Terapi farmakologis untuk pencegah komplikasi, seperti agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, antihipertensi, diazepam, suplemen natrium bikarbonat dan
eritopoietin.
b. Terapi nutrisi ,seperti pembatasan protein, kalium, dan cairan. Diet cairan yang
direkomendasikan adalah sekitar 500- 600 ml. Suplemen vitamin dan suplemen
besi dapat diresepkan. Asupan vitamin dan kalori harus tercukupi untuk mencegah
pengecilan otot.
c. Beri dukungan emosional dan dukungan perasaan positif dengan mendorong
pasien untuk menigkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri.
d. Dialisis; merupakan penanganan diawal proses penyakit ginjal yang progresif
(arah kemajuan) (Brunner & Suddarth, 2016, h492). Dialisis dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1) Hemodialisa
Hemodialisa sering disebut sebagai cuci darah menggunakan alat yang
berfungsi sebagai ginjal buatan. Darah dipompa keluar tubuh menuju mesin
dialiser unuk dibersihkan melalui proses difusi dan ultrafiltrasi menggunkan cairan
khusus untuk dialysis, kemudian dialirkan kembali kedalam tubuh (Wijaya &
Putri, 2013, h 244). Di Indonesia tindakan HD biasanya dilakukan seanyak 2-3
kali dalam seminggu dan durasi waktu selama 3-4 jam (Pernefri, 2015).
2) Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal adalah terapi pengganti ginjal yang menggunakan
bantuan membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak lagi
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada pasien
hemodialisa. Dialysis peritoneal dapat dilakukan di rumah secara mandiri (Padila,
2012, h250). Dialisis peritoneal dikakukan 3-4 kali dalam seminggu yang
tujuannya untuk mencapai durasi yang maksimal yaitu 30-40 jam per minggu
(Harrison, 2017, h1447).
e. Cangkok Ginjal
Cangkok ginjal atau transplantasi ginjal adalah proses meletakkan ginjal dari
pendonor kedalam tubuh pasien gagal ginjal kronik. Transplantasi ginjal
didonorkan oleh ginjal orang yang cocok dengan pasien biasanya orang tersebut
memiliki hubungan keluarga dengan pasien (Muhammad, 2012, h45).

2.6 KOMPLIKASI
Gagal ginjal kronik dapat mempengaruhi semua system dalam tubuh sehingga tidak
dapat bekerja secara maksimal, sehingga muncul komplikasi-komplikasi dari setiap
sistemnya. Komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal kronis meliputi :
hipertensi, anemia, osteodistofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan
keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida) (Nurarif & Kusuma, 2015, h13).
Baradero (2009, h127) menjelaskan proses terjadinya komplikasi sebagai
berikut :
a. Sistem hematopoietik
Terjadi anemia karena produksi eritrosit terganggu yaitu sekresi eritropoietin
ginjal berkurang.
b. Sistem kardiovaskuler
Terjadi gagal jantung kongestif dan hipertensi karena adanya hipervolemia, yaitu
ginjal mengeluarkan vasopresor atau renin.
c. Sistem integumen
Terjadi hiperpigmentasi dan pruritus karena sisa metabolisme tidak dapat di
ekskresi oleh ginjal maka akan diekskresikan melalui kapiler kulit sehingga
tampak kecoklatan atau penggelapan pada kulit.
d. Sistem respirasi
Terjadi edema paru dan napas pendek karena mekanisme kompensasi asidosis
metabolik dan kelebihan beban cairan.
e. Sistem gastrointestinal
Pasien gagal ginjal kronik mengalami ketidakseimbangan elektrolit dan terjadi
toksik uremia sehingga mengakibatkan mual muntah dan distensi abdomen.
f. Sistem neurologi
Terjadi gangguan kualitas tidur karena ketidaknyamanan akibat mual muntah.
g. Sistem skeletal
Terjadi letargi karena gangguan tidur, sehingga pasien mengalami nyeri sendi.
h. Sistem perkemihan
Terjadi proteinuria serta haluaran urin berkurang dan berat jenis urin menurun
karena ketidakseimbangan elektrolit dan terjadi toksik uremia.\
i. Sistem reproduksi
Apabila 80-90% fungsi ginjal sudah hilang maka pasien akan menunjukkan
kegagalan ginjal yang khas seperti berhentinya menstruasi pada wanita, serta
penurunan libido dan disfungsi ereksi pada pria.
2.7 PATHWAY

(Sumber: Brunner&Sudart, 2013 dalam (Guswanti, 2019) dan (PPNI, 2018)

2.8 PROSES KEPERAWATAN


a. Pengkajian
 Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku
bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
 Keluhan utama
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
 Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
apa, bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan pasien untuk menaggulangi penyakitnya.
 Aktifitas/istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
 Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang
pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan
perdarahan.
 Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
 Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap
lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine,
contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
 Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes,
pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi
gusi, perdarahan gusi/lidah.
 Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah, gangguan status mental, contoh penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang,
rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.

 Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
 Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak,
takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum
encer (edema paru).
 Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.
 Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
 Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
 Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan
pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik
saat ini/berulang.
b. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia b.d Kelebihan asupan cairan (D.0022)
b. Nyeri Akut b.d agen pencederaan fisiologis (D.0077)
c. Kostipasi b.d Penurunan Ketidakcukupan asupan serat ( D. 0049)

c. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen - Untuk
b.d kelebihan tindakan Hipervolemia mengetahui
asupan cairan keperawatan Observasi tanda dan gejala
(D.0022) selama 3x24 jam 1. Periksa tanda hipervolemia
maka dan gejala - Mengetahui
hipervolemia hipervolemia penyebab
meningkat dengan (edema, hipervolemia
kriteria hasil: dispnea, suara - Mengetahui
1. Asupan cairan napas intake dan
meningkat tambahan) output cairan
2. Haluaran urin 2. Monitor intake - Membatasi
meningkat dan output asupan cairan
3. Edema cairan dan garam
menurun 3. Monitor jumlah
4. Tekanan darah dan warna urin
membaik
1. Turgor kulit Terapeutik
membaik 1. Batasi asupan
cairan dan
garam
2. Tinggikan
kepala tempat
tidur
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
cairan

2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri - Mengetahui


agen pencedera tindakan Observasi lokasi nyeri
fisiologis keperawatan 1. Identifikasi durasi dan
(D.0077) selama 3x24 jam lokasi nyeri frekuensi nyeri
maka tautan nyeri karakteristik, - Mengetahui
meningkat dengan durasi, frekuensi skala nyeri agar
kriteria hasil: kualitas membantu
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri. penurunan skala
menurun 2. Identifikasi nyeri pada
2. Meringis skala nyeri pasien
menurun 3. Identifikasi - Mengidentifikas
3. Sikap ptotektif respon non i faktor
menurun verbal penyebab nyeri
4. Gelisah 4. Identifikasi untuk mengatasi
menurun faktor yang nyeri
5. Kesulitan tidur memperberat - Membantu
menurun dan untuk
6. Frekuensi nadi memperingan menurunkan
membaik nyeri. skala nyeri
7. Pola nafas 5. Identifikasi pasien dengan
membaik berpengaruh terapi non
8. Tekanan darah nyeri pada farmakologis.
membaik kualitas hidup - Mengajarkan
9. Nafsu makan Teraupetik terapi non
membaik 1. Ajarkan Teknik farmakologis
5. Pola tidur nonfarmakologi agar pasien
membaik s untuk dapat mengatasi
mengurangi rasa nyeri secara
nyeri mandiri
2. Fasilitasi - Memberikan
istirahat dan analgesic untuk
tidur menurunkan
Edukasi nyeri pasien.
1. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
2. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
3. kostipasi b.d Setelah dilakukan Manajemen - untuk
Ketidakcukupa intervensi konstipasi mengetahui tanda
n asupan serat keperawatan gejala konstipasi
selama 3 x 24 jam, Observasi
( D. 0049) - Untuk
maka eliminasi
fekal membaik, mengetahui
1. Periksa factor risiko
dengan kriteria tanda dan
hasil: konstipasi
gejala
konstipasi - Untuk
1. Frekuensi 2. Identifikasi mengetahui tanda
BAB faktor risiko dan gejala
membaik konstipasi - Untuk
2. Keluhan (mis: obat-
defekasi memperlancar
obatan, tirah
lama dan pengeluaran
baring, dan
sulit diet rendah feses
menurun serat
3. Konsistens 3. Monitor
i feses tanda dan
membaik gejala
4. Peristaltik rupture usus
usus dan/atau
membaik peritonitis

Terapeutik

1. Anjurkan
diet tinggi
serat
2. Lakukan
masase
abdomen,
jika perlu
3. Lakukan
evaluasi
feses secara
manual, jika
perlu

Kolaborasi

1. Kolaborasi
penggunaan
obat
pencahar,
jika perlu
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

HARI / TANGGAL : SENIN, 06/11/2023


JAM : 15.00 WIB
NAMA PENGKAJI : IYAN FATHUR RAHMAN
RUANG : AKAR WANGI

3.1 IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Ny.S
b. Jenis Kelamin : perempuan
c. Umur : 44 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pekerjaan : Tani
g. Pendidikan Terakhir : SLTA
h. Alamat : Musuk Boyolali
i. No. RM : 0828xxx
j. Diagnosa Medis : CKD
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny.M
b. Umur : 23 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Alamat : Musuk Boyolali

3.2 RIWAYAT KEPERAWATAN


a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama : pasien mengatakan perut nyeri, tidak BAB 2 minggu,
perut terasa begah.
2. Kronologi Penyakit Saat Ini
Pasien datang dengan keluhan perut nyeri, tidak BAB 2 minggu, perut
terasa begah dan terasa makin besar sejak 10 hari terakhir dan mual muntah
tapi tidak keluar.
3. Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini.
4. Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan ?
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh.
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1. Penyakit masa anak – anak
Klien mengatakan tidak mengalami penyakit berat, hanya penyakit biasa
seperti batuk, demam atau flu
2. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan atau obat – obatan
3. Pengalaman sakit / dirawat sebelumnya
Klien mengatakan pernah dirawat di RSUD PANDANARAN BOYOLALI
bulan lalu.
4. Pengobatan terakhir
Klien mengatakan pengobatan terakhir hanya pada bulan februari 2023,
klien lupa nama obat yang dikonsumsi.

3.3 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram

Pasien tinggal bersama anak pertama, 2 dari anak pasien sudah menikah dalam
keluarga pasien hanya pasien yang mengalami sakit, tidak ada penyakit keturunan,
tidak ada penyakit menular.
3.4 PENGKAJIAN BIOLOGIS
RASA AMAN DAN NYAMAN
 Sebelum sakit
Klien mengatakan nyeri pada perut,tidak ada riwayat pembedahan
P: nyeri saat bergerak
Q: seperti tertusuk-tusuk
R:nyeri bagian perut
S:skala nyeri 5
T:hilang timbul
AKTIVITAS ISTIRAHAT – TIDUR
AKTIVITAS
 Sebelum sakit
Klien mengatakan jarang belorahraga.
 Selama sakit
Klien hanya terbaring di tempat tidur, hanya sholat di tempat tidur.
ISTIRAHAT – TIDUR
 Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur siang sekitar 1 – 2 jam, dan malam hari tidur 7 – 8 jam
dimulai dari pukul 21.00 WIB – 04.00 WIB, tidak mengalami kesulitan tidur,
tiak menggunakan obat tidur
 Selama sakit
Klien mengatakan kesulitan tidur karena nyeri di perut.

NUTRISI
 Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3x/hari dengan jenis makanan nasi, sayur dan lauk,
makanan yang disukainya adalah sayur – sayuran , tidak ada alergi makanan,
nyeri telan (-), tidak ada pantangan makanan
 Selama sakit
Klien mengatakan makan 3x/hari tetapi hanya 2 – 3 suap saja, nafsu makan
menurun, tidak meggunakan alat bantu makan.

CAIRAN
 Sebelum sakit
Klien mengatakan minum 8gelas/hari, setiap pagi minum teh hangat tawar.
 Selama sakit
Klien mengatakan hanya minum 3 – 4 gelas saja / hari.

ELIMINASI : URINE DAN FESES


 Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit BAB 1x/hari setiap pagi, BAK 4 – 5x/hari,
tidak konstipasi dan tidak nyeri saat berkemih.
 Selama sakit
Klien mengatakan belum BAB 2 minggu dan BAK biasanya 2 – 3x/hari, pasien
terpasang kateter

OKSIGENASI DAN PERNAPASAN


 Sebelum sakit
Klien mengatakan tidak sesak napas, tidak ada kesulitan bernapas, bunyi napas
normal
 Selama sakit,
Klien mengatakan tidak sesak napas, tidak ada suara tambahan, tidak
mengunakan alat batu nafas.

KARDIOVASKULER
 Sebelum sakit
Tidak nyeri dada, tidak ada pembesaran jantung
 Selama sakit
Tidak nyeri dada, tidak ada pembesaran jantung
PERSONAL HYGIENE
 Sebelum sakit
Klien mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu,
semua kegiatan personal hygiene dilakukan secara mandiri
 Selama sakit
Klien mengatakan mandi hanya disibin 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, belum
keramas. kegiatan personal hygiene dibantu keluarga

SEX
 Sebelum sakit
Tidak ada gangguan dalam seksualitas
 Selama sakit
Tidak ada gangguan dalam seksualitas

PENGKAJIAN PSIKOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Persepsi
Klien mampu mengungkapkan perasaannya, suasana hati sedih karena penyakit
yang dialaminya, klien selalu berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan
kesembuhan, klien menerima dan pasrah dengan penyakitnya, klien mengatakan
bersedia mengikuti program yang di anjurkan dokter.
b. Hubungan sosial
Klien hanya dekat dengan anaknya dan sangat percaya dengan anaknya. Tetapi
klien juga selalu mendapat dukungan dari keluarga . Klien dapat berkomunikasi
dengan baik selama sakit
c. Spiritual
Klien beragama islam, klien hanya sholat di tempat tidur, klien tetap berdoa
kepada Allah SWT untuk kesembuhannya

3.5 PEMERIKSAAN FISIK


a. KEADAAN UMUM
1. Kesadaran : Composmentis, GCS : E4, V5, E6
2. Kondisi klien secara umum
Klien tampak lemah, klien tampak pucat.
3. Tanda – tanda vital
 Tekanan Darah : 160/90 mmHg  RR : 20x/menit, SPO : 99%
 N : 71x/menit  S : 36℃
4. Pertumbuhan fisik
 TB : 155 cm
 BB : 55 kg
 Postur tubuh : Klien bertubuh kurus dengan tinggi dan berat badan yang
idel
5. Keadaan kulit : Kulit keriput berwarna coklat, tidak ada kelainan pada kulit

3.6 PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL


a. Kepala
1. Bentuk : Kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam, tidak ada
alopecia, pertumbuhan rambut normal
2. Mata : Bersih, penuruna fungsi penglihatan, isokor (+), sclera icteric,
konjungtiva anemis, kornea coklat
3. Telinga : Bersih, tidak ada sumbatan, nyeri (-), tidak ada peradangan, tidak
memaki alat bantu dengar
4. Hidung : Bersih, polip (-), tidak ada secret, nyeri (-)
5. Mulut : Bicara lancar, mukosa bibir kering, warna lidah pucat, gigi belakang
ompong, tidak ada secret, bau mulut khas
b. Leher
Tidak ada pembesaran thyroid, nyeri telan (-), tidak ada pembesaran tonsil
c. Dada
1. Inspeksi : simestris, tidak ada kelainan, retraksi otot tidak menegang, tidak
ada edema, terpasang nassa canule 3lpm.
2. Auskultasi : suara napas vasikuler, bunyi jantung S1 (lup), S2 (dup). tidak
ada suara napas tambahan
3. Perkusi : Batas jantung normal, pada jantung kiri ICS 4 – 6 linea
midklavikularis, jantung kanan ICS 2 linea parastemalis kanan, thorax
didapatkan sonor.
4. Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), ictus cordis pada sela iga 5, linea
midklavikularis kiri
d. Abdomen
1. Inspeksi : Simetris, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada pembengkakan
2. Auskultasi : peristaltic usus normal 20x/menit
3. Perkusi : Nyeri tekan di perut
4. Palpasi : nyeri tekan di perut
e. Genitalia, anus dan rektum
1. Inspeksi : Tidak terpasang alat bantu kateter, tidak ada kelainan genitalia
2. Palpasi : teraba penumpukan urine karena anyang – anyangan
f. Ektremitas
1. Atas : lengkap, terpasang infus pada tangan kanan, akaral dingin, ROM
aktif
2. Bawah : lengkap, tidak ada pembengkakan. tidak ada varises, bentuk kaki -

3.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUK

HEMATOLOGI
- hematologi 8.2 g/dl 12.0-16.0
- lekosit 7060 /vl 4000-10000
- laju endap darah 15 Mm/jam 0-20
HITUNG JENIS
LEKOSIT
- Eosinofil 1.10 % 1-5
- basofil 0.80 % 0-1
- neutrofil segmen 70.60 % 50-60
- limfosit 17.80 % 20-40
- monosit 9.70 % 2-8
- Total eusinofil 70 /vl 20-500
- Total basofil 60 /vl 0-100
- Total neutrofil 4990 /vl 2000-7000
- Total lymphosit 1260 /vl 800-4000
- Total monosit 680 /vl 120-1200
- mematokrit 27 % 33.0-45.0
- trombosit 284 10/vl 154-386
- eritrosin 2.84 Juta/vl 4.3-6.3
index eritrosit
- MCU 93.5 Fl 80-100
- MCH 28.8 Pg 27-32
- MCHC 30.8 g/dl 32.0-36.0
- RDW-CU 18 % 11.5-14.5

3.8 TERAPI YANG DIBERIKAN


Inf Renxamin 10 TPM Callitrial l;ap 0.25 Mgl 1x1
Inj furosemid 3x2 Tanapress 5 mg 1x1
Inj OMZ 2x1 Clanidin tab 150 mgl 3x1
Inj claneksi 3x1 Farmabes inj 25 mg
Asam folat IMG TAB 1x1 NACL piggy BB.100 cc

3.9 PROSES KEPERAWATAN


ANALISA DATA
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS :
- Klien mengatakan
Kelebihan asupan
merasa lemas Hipervolemia
cairan
DO :
- Klien tampak lemas
DS :
- Klien mengatakan nyeri
P : saat bergerak
Q : seperti ditusuk tusuk
R : nyeri perut bagian
kiri Agen pencederaan
Nyeri akut
S : skala nyeri 5 fisiologis
T : hilang timbul secara
tiba-tiba

DO :
- Klien tampak lemas
DS :
- Klien mengatakan tidak
bias BAB 2 minnggu
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan, sehari
hanya mengosumsui
Ketidakcukupan
makanan 2x sehari, Kostipasi
asupan serat
dalam sekali makan
hanya 4 sendok.
DO :
- Pemeriksaan fisik
abdomen teraba keras

PRIORITAS DIAGNOSA
a. Hipervolemia b.d Kelebihan asupan cairan (D.0022)
b. Nyeri Akut b.d agen pencederaan fisiologis (D.0077)
c. kostipasi b.d ketidakcukupan asupan serat ( D. 0049)

INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen - Untuk
b.d kelebihan tindakan Hipervolemia mengetahui
asupan cairan keperawatan Observasi tanda dan gejala
(D.0022) selama 3x24 jam 1. Periksa tanda hipervolemia
maka dan gejala - Mengetahui
hipervolemia hipervolemia penyebab
meningkat dengan (edema, dispnea, hipervolemia
kriteria hasil: suara napas - Mengetahui
1. Asupan cairan tambahan) intake dan
meningkat 2. Monitor intake output cairan
2. Haluaran urin dan output - Membatasi
meningkat cairan asupan cairan
3. Edema 3. Monitor jumlah dan garam
menurun dan warna urin
4. Tekanan darah Terapeutik
membaik 1. Batasi asupan
1. Turgor kulit cairan dan
membaik garam
2. Tinggikan
kepala tempat
tidur
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
cairan

2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri - Mengetahui


agen pencedera tindakan Observasi lokasi nyeri
fisiologis keperawatan 1. Identifikasi durasi dan
(D.0077) selama 3x24 jam lokasi nyeri frekuensi nyeri
maka tautan nyeri karakteristik, - Mengetahui
meningkat dengan durasi, frekuensi skala nyeri agar
kriteria hasil: kualitas membantu
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri. penurunan skala
menurun 2. Identifikasi nyeri pada
2. Meringis skala nyeri pasien
menurun 3. Identifikasi - Mengidentifikasi
3. Gelisah respon non faktor penyebab
menurun verbal nyeri untuk
4. Kesulitan tidur Teraupetik mengatasi nyeri
menurun 1. Ajarkan Teknik - Membantu
nonfarmakologis untuk
untuk menurunkan
mengurangi rasa skala nyeri
nyeri pasien dengan
2. Fasilitasi terapi non
istirahat dan farmakologis.
tidur - Mengajarkan
Edukasi terapi non
1. Anjurkan farmakologis
memonitor nyeri agar pasien
secara mandiri dapat mengatasi
2. Anjurkan nyeri secara
menggunakan mandiri
analgetik secara - Memberikan
tepat analgesic untuk
Kolaborasi menurunkan
1. Kolaborasi nyeri pasien.
pemberian obat
analgetik
3. Kostipasi b.d Setelah dilakukan Manajemen - untuk
ketidakcukupa intervensi konstipasi mengetahui tanda
n asupan serat ( keperawatan gejala konstipasi
D. 0049) selama 3 x 24 jam, Observasi - Untuk
maka eliminasi mengetahui
fekal membaik, 1. Periksa tanda factor risiko
dengan kriteria dan gejala
hasil: konstipasi
konstipasi
2. Identifikasi - Untuk
1. Frekuensi faktor risiko mengetahui tanda
BAB konstipasi (mis: dan gejala
membaik obat-obatan, -
2. Keluhan tirah baring, dan
defekasi diet rendah serat
lama dan 3. Monitor tanda
sulit dan gejala
menurun rupture usus
3. Konsistensi dan/atau
feses peritonitis
membaik
4. Peristaltik Terapeutik
usus
membaik 1. Anjurkan diet
tinggi serat
2. Lakukan
masase
abdomen, jika
perlu
3. Lakukan
evaluasi feses
secara manual,
jika perlu

Kolaborasi

1. Kolaborasi
penggunaan
obat pencahar,
jika perlu
IMPLEMENTASI
No
Hari / tanggal Implementasi Respon TTD
dx
Senin, - Memonitor tanda – DS : pasien
6– 11 -2023 tanda vital mengatakan lemas
15.00 WIB - Memeriksa tanda dan
gejala hipervolemia DO :
(edema, dispnea, suara - Pemeriksaan
TTV :
napas tambahan)
1 TD : 160/90 Iyan
mmHg
N : 71x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6 C
Spo2 : 96%

Senin, - Mengidentifikasi DS :
6– 11 -2023 lokasi nyeri - pasien mengatakan
15.30 IB karakteristik, nyeri di bagian perut
kiri
durasi, frekuensi
kualitas intensitas - Pengkajian PQRST :
nyeri. P : saat bergerak
Q : seperti ditusuk
2 Iyan
tusuk
R : perut bagian kiri
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul

DO :
- Pasien tampak lemas

Senin, - memeriksa tanda dan DS :


6– 11 -2023 gejala konstipasi Pasien mengatakan
16.00 WIB 2 minggu tidak bias
BAB
3 Iyan
DO :
Pasien tampak
cemas
Selasa, 1 - Monitor intake dan DS : Iyan
7– 11 -2023 output cairan Pasien mengatakan
20.00WIB sehari minum 2
gelas.
DO :
Pasien tampak lemas
Pemeriksaan TTV :
TD: 160/100 mmHg
N : 68x/menit
R : 20x/menit
S : 36,8 C
Spo2 : 99%
Selasa, -Identifikasi skala nyeri DS :
7 – 11 -2023 Pasien mengatakan
20.30 IB tidak bias tidur siang
- pengkajian PQRST
:

PQRST :
P : saat bergerak
2 Iyan
Q : seperti ditusuk
tusuk
R : perut bagian kiri
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
secara tiba-tiba
DO :
pasien tampak lemas
Selasa, - Identifikasi faktor DS :
7– 11 -2023 risiko konstipasi (mis: Pasien mengatakan
21.00 WIB obat-obatan, tirah tidak bias BAB 2
baring, dan diet rendah minggu
3 Iyan
serat
DO :
Pasien tampak
gelisah
Rabu, - Monitor jumlah dan DS :
8– 11 -2023 warna urin Pasien mengatakan
08.00 WIB warna urine kuning
1 Iyan
DO:
Pasien tampak tidak
tenang
Rabu, 2 - Identifikasi respon DS : Iyan
8– 11 -2023 non verbal
08.30 WIB PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti tertusuk-
tusuk
R : bagian perut
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
secara tiba-tiba

DO :
TD : 156/90
mmHg
N : 90x/menit
R : 20x/menit
S : 36 C
Spo2 : 98%
Rabu, - Memonitor tanda dan DS :
8 – 11 -2023 gejala rupture usus Pasien mengatakan
09.00 WIB 3 dan/atau peritonitis prutnya masih begah Iyan
DO :
Pasien tampak lemas

EVALUASI
No. Dx Hari/tanggal/jam Evaluasi TTD
2 Senin, S:
6– 11 -2023 - Klien mengatakan nyeri di perut
15.00 WIB di bagian kiri
- PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : perut bagian kiri
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul Iyan
O:
- TTV :
TD : 160/90 mmHg
N : 71x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6 C
Spo2 : 96%

A : masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
- Berikan tehnik nonfarkologii
untuk mengurangi rasa nyeri
1 15.30 WIB S:
- Klien mengatakan tidak bias BAB
2 minggu
O :
- Abdomen teraba keras
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi : Iyan
- Batasi asupan cairan dan garam

S:
- Klien mengatakan tidak bias
BAB 2 minnggu
O:
- Klien tampak lemas
3 A : masalah belum teratasi
16.00 WIB P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan diet tinggi serat

Iyan
1 Selasa, S:
7– 11 -2023 - Pasien mengatakan sehari minum
20.00 WIB 2 gelas.
O:
- Pasien tampak lemas
A : masalah belum teratasi Iyan
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor jumlah dan warna urin

S:
- Klien mengatakan masih
merasakan nyeri
- Pengkajian PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : perut bagian kiri
2 S : skala nyeri 4
20.30 WIB T : hilang timbul
Iyan
O:
- Klien tampak gelisah
- TTV :
TD: 160/100 mmHg
N : 68x/menit
R : 20x/menit
S : 36,8 C
Spo2 : 99%
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
- Anjurkan tehnik nonfarmokologi
untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
S:
3 - Klien mengatakan nyeri perut
21.00 WIB bagian kiri
O: Iyan
- Klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Jelaskan etiologi masalah dan


alasan Tindakan

2 Rabu, S:
8– 11 -2023 - Klien mengatakan nyeri berkurang
08.00 WIB - PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti melilit
R : perut bagian kiri Iyan
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul secara tiba-tiba

O:
- Klien tampak melakukan tehnik
nonfarkologi dengan benar
TD : 156/90 mmHg
N : 90x/menit
R : 20x/menit
1 08.30 WIB S : 36 C
- Spo2 : 98% Iyan
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Pemberian analgetik

S:
- Pasien mengatakan warna urine
kuning
O:
- Klien tampak lemas
3 09.00 WIB A : lanjutkan intervensi
P : Batasi asupan cairan dan garam Iyan

S:
- Pasien mengatakan prutnya masih
begah
O : klien tampak lemas
A : lanjutkan intervensi
P:

- Kolaborasi penggunaan obat pencahar,


jika perlu

BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., Dayrit, M W., dan Siswadi, Y S. 2009. Buku keperawatan Klien
Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Cheawchanwattana, A., Chunlertrith, D., Saisunantararom, W., dan Johns, N P.
2015. Does the
Spiritual Well-Being of Chronic Hemodialysis Patients Differ from that of
Pre- dialysis Chronic Kidney Disease Patients. Religions Article ;
doi:10.3390/rel6010014
Isroin L . 2017. Adaptasi Psikologis Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal
Edunursing, ISSN : 2549-8207. Vol. 1, No. 1, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. http://journal.unipdu.ac.id
Kememkes RI. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO). 2014. Clinical Practice
Guideline For Evaluation And Management Of Chronic Kidney Disease.
Mailani, F. 2017. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. Volume11, No1, Maret 2015.
ISSN1907-686X.
Mayuda, A. Chasani, S., dan Saktini, F. 2017. Hubungan Antara Lama
Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di
Rsup Dr.Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Semarang.
ISSN Online : 2540-8844
Muhammmad, A. 2012. Serba-Serbi Gagal Ginjal. Yogyakarta : DIVA Press
Muttaqin, A., & Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika O’Callaghan, C. 2009. At a
Glance Sistem Ginjal. Edisi 2. Jakarta : Erlangga
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika .
PERNEFRI. 2015. Perkumpulan Nefrologi Indonesia. Dalam Kusumawati, A H.
Amalia., Gondodiputro, R S., dan Rahayu, C. 2016. Pengaruh Pemberian
Obat Antihipertensi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Dengan
Gangguan Ginjal Kronik Di Instalasi Hemodialisa Rsup Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi. Bandung, Vol. 1 No .
ISSN: 2527-5801 November 2016.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI.
Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2014-2015.
Jakarta: Prima MedikaSmet, Bart.2015. Psikologi Kesehatan. Pt
Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2013 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit
FKUI, Jakarta Smeltzer & Bare. 2010. Buku Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Wijaya, A S., & Putri, Y M. 2013. KMB Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).
Yogyakarta : Nuha Medika
Bilotta, kimberly. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai