A DENGAN
CKD DI BANGSAL AKAR WANGI
RSUD PANDANARAN BOYOLALI
Disusun oleh :
Iyan Fathur Rahman
P202305025
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun
dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang
sampai bertahuntahun, dengan pasien sering tidak disadari bahwa kondisi mereka
parah.
Kondisi fungsi ginjal meburuk, kemampuan untuk memperoduksi erythropoietin
yang memadai terganggu, sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-sel darah
merah dan akhirnya terjadi anemia, anemia merupakan komplikasi yang seringterjadi
pada ckd, dan sekitar 47% pasien dengan CKD anemia.
Diseluruh dunia menurut National Kidney Foundation, 26 juta orang dewasa
Amerika telah mengalami CKD, dan jutaan orang lain beresiko terkena CKD.
Perhimpunan nefrologi Indonesia menunjukan 12,5 % dari penduduk Indonesia
mengalami penurunan fungsi ginjal,
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Menurut WHO diperkirakan tahun 2015 dengan kenaikan dan tingkat persentase
dari tahun 2009 sampai 2011 sebanyak 36 juta jiwa meninggal dunia akibat penyakit
Chronic Kidney Disease (CKD). Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa
yang lebih tua dan ini pasien sering pada peningkatan risiko hipertensi. Kebanyakan
pasien dengan hipertensi akan memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk
mencapai tujuan tekanan darah untuk pasien dengan CKD.
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal menahun sebagai suatu proses
patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih
menjadi permasalahan serius di dunia kesehatan (Mayuda, 2017, h168). Gagal ginjal
kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal atau laju filtrasi glomerulus (GFR) lebih rendah
dari 60 mL / min / 1,73 m2 selama tiga bulan atau lebih (Cheawchanwattana, 2015).
Penyakit gagal ginjal kronik biasa diderita oleh pasien dewasa namun tidak menutup
kemungkinan dapat menyerang semua usia (Pernefri, 2015).
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang menahun dan bersifat progresif,
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme atau
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia. Gagal ginjal kronis terjadi
apabila Laju Filtrasi Glomeruler (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama tiga
bulan atau lebih. Berbagai faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan serta
penurunan fungsi ginjal dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan maupun
proses degenerative (Pongsibidang, 2016).
2.2 ETIOLOGI
Beberapa penyebab terjadinya gagal ginjal kronik diantaranya adalah Diabetes
mellitus, glumerulonefritis kronis , pielonefritis, hipertensi tak terkontrol, obstuksi
saluran kemih, herediter seperti penyakit ginjal polikistik, gangguan vaskuler, lesi
herediter, agen toksik (timah dan merkuri) (Nuari& Widayati, 2017 h114). Gagal ginjal
kronik disebabkan oleh penyakit seperti diabetes miletus, hipertensi, glumonefritis
kronis, nefritis intersisial kronis, infeksi saluran kemih dan obesitas (Kemenkes, 2017).
Menurut Muttaqin dan Sari (2011, h166) penyebab gagal ginjal kronik dibedakan
menjadi 2 :
a) Penyakit dari ginjal, seperti : glomerulonefritis, ureteritis, nefrolitiasis, ginjal
polikistik, trauma langsung pada ginjal, dan keganasan pada ginjal.
b) Penyakit umum selain dari ginjal, seperti : penyakit sistemik (diabetes mellitus,
hipertensi, kolesterol tinggi), dislipidemia, infeksi organ tubuh (Tu berkulosis,
sifilis, malaria, hepatitis), preeklamsia, obat-obatan, dan kehilangan cairan banyak
(luka bakar).
2.5 PENATALAKSANAAN
Pada penderita gagal ginjal kronik fungsi ginjal akan mengalami penurunan, dan
untuk memperlambat proses penurunan fungsi ginjal tersebut diperlukan adanya terapi
pengganti ginjal seperti peritoneal dialisis, transplantasi ginjal dan hemodialisa.
(Smeltzer & Bare, 2010).
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada gagal ginjal kronik sebagai berikut :
a. Terapi farmakologis untuk pencegah komplikasi, seperti agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, antihipertensi, diazepam, suplemen natrium bikarbonat dan
eritopoietin.
b. Terapi nutrisi ,seperti pembatasan protein, kalium, dan cairan. Diet cairan yang
direkomendasikan adalah sekitar 500- 600 ml. Suplemen vitamin dan suplemen
besi dapat diresepkan. Asupan vitamin dan kalori harus tercukupi untuk mencegah
pengecilan otot.
c. Beri dukungan emosional dan dukungan perasaan positif dengan mendorong
pasien untuk menigkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri.
d. Dialisis; merupakan penanganan diawal proses penyakit ginjal yang progresif
(arah kemajuan) (Brunner & Suddarth, 2016, h492). Dialisis dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1) Hemodialisa
Hemodialisa sering disebut sebagai cuci darah menggunakan alat yang
berfungsi sebagai ginjal buatan. Darah dipompa keluar tubuh menuju mesin
dialiser unuk dibersihkan melalui proses difusi dan ultrafiltrasi menggunkan cairan
khusus untuk dialysis, kemudian dialirkan kembali kedalam tubuh (Wijaya &
Putri, 2013, h 244). Di Indonesia tindakan HD biasanya dilakukan seanyak 2-3
kali dalam seminggu dan durasi waktu selama 3-4 jam (Pernefri, 2015).
2) Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal adalah terapi pengganti ginjal yang menggunakan
bantuan membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak lagi
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada pasien
hemodialisa. Dialysis peritoneal dapat dilakukan di rumah secara mandiri (Padila,
2012, h250). Dialisis peritoneal dikakukan 3-4 kali dalam seminggu yang
tujuannya untuk mencapai durasi yang maksimal yaitu 30-40 jam per minggu
(Harrison, 2017, h1447).
e. Cangkok Ginjal
Cangkok ginjal atau transplantasi ginjal adalah proses meletakkan ginjal dari
pendonor kedalam tubuh pasien gagal ginjal kronik. Transplantasi ginjal
didonorkan oleh ginjal orang yang cocok dengan pasien biasanya orang tersebut
memiliki hubungan keluarga dengan pasien (Muhammad, 2012, h45).
2.6 KOMPLIKASI
Gagal ginjal kronik dapat mempengaruhi semua system dalam tubuh sehingga tidak
dapat bekerja secara maksimal, sehingga muncul komplikasi-komplikasi dari setiap
sistemnya. Komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal kronis meliputi :
hipertensi, anemia, osteodistofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan
keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida) (Nurarif & Kusuma, 2015, h13).
Baradero (2009, h127) menjelaskan proses terjadinya komplikasi sebagai
berikut :
a. Sistem hematopoietik
Terjadi anemia karena produksi eritrosit terganggu yaitu sekresi eritropoietin
ginjal berkurang.
b. Sistem kardiovaskuler
Terjadi gagal jantung kongestif dan hipertensi karena adanya hipervolemia, yaitu
ginjal mengeluarkan vasopresor atau renin.
c. Sistem integumen
Terjadi hiperpigmentasi dan pruritus karena sisa metabolisme tidak dapat di
ekskresi oleh ginjal maka akan diekskresikan melalui kapiler kulit sehingga
tampak kecoklatan atau penggelapan pada kulit.
d. Sistem respirasi
Terjadi edema paru dan napas pendek karena mekanisme kompensasi asidosis
metabolik dan kelebihan beban cairan.
e. Sistem gastrointestinal
Pasien gagal ginjal kronik mengalami ketidakseimbangan elektrolit dan terjadi
toksik uremia sehingga mengakibatkan mual muntah dan distensi abdomen.
f. Sistem neurologi
Terjadi gangguan kualitas tidur karena ketidaknyamanan akibat mual muntah.
g. Sistem skeletal
Terjadi letargi karena gangguan tidur, sehingga pasien mengalami nyeri sendi.
h. Sistem perkemihan
Terjadi proteinuria serta haluaran urin berkurang dan berat jenis urin menurun
karena ketidakseimbangan elektrolit dan terjadi toksik uremia.\
i. Sistem reproduksi
Apabila 80-90% fungsi ginjal sudah hilang maka pasien akan menunjukkan
kegagalan ginjal yang khas seperti berhentinya menstruasi pada wanita, serta
penurunan libido dan disfungsi ereksi pada pria.
2.7 PATHWAY
Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak,
takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan sputum
encer (edema paru).
Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.
Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat terpejan
pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik
saat ini/berulang.
b. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia b.d Kelebihan asupan cairan (D.0022)
b. Nyeri Akut b.d agen pencederaan fisiologis (D.0077)
c. Kostipasi b.d Penurunan Ketidakcukupan asupan serat ( D. 0049)
c. Intervensi
Terapeutik
1. Anjurkan
diet tinggi
serat
2. Lakukan
masase
abdomen,
jika perlu
3. Lakukan
evaluasi
feses secara
manual, jika
perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi
penggunaan
obat
pencahar,
jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Ny.S
b. Jenis Kelamin : perempuan
c. Umur : 44 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pekerjaan : Tani
g. Pendidikan Terakhir : SLTA
h. Alamat : Musuk Boyolali
i. No. RM : 0828xxx
j. Diagnosa Medis : CKD
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny.M
b. Umur : 23 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Alamat : Musuk Boyolali
Pasien tinggal bersama anak pertama, 2 dari anak pasien sudah menikah dalam
keluarga pasien hanya pasien yang mengalami sakit, tidak ada penyakit keturunan,
tidak ada penyakit menular.
3.4 PENGKAJIAN BIOLOGIS
RASA AMAN DAN NYAMAN
Sebelum sakit
Klien mengatakan nyeri pada perut,tidak ada riwayat pembedahan
P: nyeri saat bergerak
Q: seperti tertusuk-tusuk
R:nyeri bagian perut
S:skala nyeri 5
T:hilang timbul
AKTIVITAS ISTIRAHAT – TIDUR
AKTIVITAS
Sebelum sakit
Klien mengatakan jarang belorahraga.
Selama sakit
Klien hanya terbaring di tempat tidur, hanya sholat di tempat tidur.
ISTIRAHAT – TIDUR
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur siang sekitar 1 – 2 jam, dan malam hari tidur 7 – 8 jam
dimulai dari pukul 21.00 WIB – 04.00 WIB, tidak mengalami kesulitan tidur,
tiak menggunakan obat tidur
Selama sakit
Klien mengatakan kesulitan tidur karena nyeri di perut.
NUTRISI
Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3x/hari dengan jenis makanan nasi, sayur dan lauk,
makanan yang disukainya adalah sayur – sayuran , tidak ada alergi makanan,
nyeri telan (-), tidak ada pantangan makanan
Selama sakit
Klien mengatakan makan 3x/hari tetapi hanya 2 – 3 suap saja, nafsu makan
menurun, tidak meggunakan alat bantu makan.
CAIRAN
Sebelum sakit
Klien mengatakan minum 8gelas/hari, setiap pagi minum teh hangat tawar.
Selama sakit
Klien mengatakan hanya minum 3 – 4 gelas saja / hari.
KARDIOVASKULER
Sebelum sakit
Tidak nyeri dada, tidak ada pembesaran jantung
Selama sakit
Tidak nyeri dada, tidak ada pembesaran jantung
PERSONAL HYGIENE
Sebelum sakit
Klien mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu,
semua kegiatan personal hygiene dilakukan secara mandiri
Selama sakit
Klien mengatakan mandi hanya disibin 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, belum
keramas. kegiatan personal hygiene dibantu keluarga
SEX
Sebelum sakit
Tidak ada gangguan dalam seksualitas
Selama sakit
Tidak ada gangguan dalam seksualitas
HEMATOLOGI
- hematologi 8.2 g/dl 12.0-16.0
- lekosit 7060 /vl 4000-10000
- laju endap darah 15 Mm/jam 0-20
HITUNG JENIS
LEKOSIT
- Eosinofil 1.10 % 1-5
- basofil 0.80 % 0-1
- neutrofil segmen 70.60 % 50-60
- limfosit 17.80 % 20-40
- monosit 9.70 % 2-8
- Total eusinofil 70 /vl 20-500
- Total basofil 60 /vl 0-100
- Total neutrofil 4990 /vl 2000-7000
- Total lymphosit 1260 /vl 800-4000
- Total monosit 680 /vl 120-1200
- mematokrit 27 % 33.0-45.0
- trombosit 284 10/vl 154-386
- eritrosin 2.84 Juta/vl 4.3-6.3
index eritrosit
- MCU 93.5 Fl 80-100
- MCH 28.8 Pg 27-32
- MCHC 30.8 g/dl 32.0-36.0
- RDW-CU 18 % 11.5-14.5
DO :
- Klien tampak lemas
DS :
- Klien mengatakan tidak
bias BAB 2 minnggu
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan, sehari
hanya mengosumsui
Ketidakcukupan
makanan 2x sehari, Kostipasi
asupan serat
dalam sekali makan
hanya 4 sendok.
DO :
- Pemeriksaan fisik
abdomen teraba keras
PRIORITAS DIAGNOSA
a. Hipervolemia b.d Kelebihan asupan cairan (D.0022)
b. Nyeri Akut b.d agen pencederaan fisiologis (D.0077)
c. kostipasi b.d ketidakcukupan asupan serat ( D. 0049)
INTERVENSI
Kolaborasi
1. Kolaborasi
penggunaan
obat pencahar,
jika perlu
IMPLEMENTASI
No
Hari / tanggal Implementasi Respon TTD
dx
Senin, - Memonitor tanda – DS : pasien
6– 11 -2023 tanda vital mengatakan lemas
15.00 WIB - Memeriksa tanda dan
gejala hipervolemia DO :
(edema, dispnea, suara - Pemeriksaan
TTV :
napas tambahan)
1 TD : 160/90 Iyan
mmHg
N : 71x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6 C
Spo2 : 96%
Senin, - Mengidentifikasi DS :
6– 11 -2023 lokasi nyeri - pasien mengatakan
15.30 IB karakteristik, nyeri di bagian perut
kiri
durasi, frekuensi
kualitas intensitas - Pengkajian PQRST :
nyeri. P : saat bergerak
Q : seperti ditusuk
2 Iyan
tusuk
R : perut bagian kiri
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul
DO :
- Pasien tampak lemas
PQRST :
P : saat bergerak
2 Iyan
Q : seperti ditusuk
tusuk
R : perut bagian kiri
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
secara tiba-tiba
DO :
pasien tampak lemas
Selasa, - Identifikasi faktor DS :
7– 11 -2023 risiko konstipasi (mis: Pasien mengatakan
21.00 WIB obat-obatan, tirah tidak bias BAB 2
baring, dan diet rendah minggu
3 Iyan
serat
DO :
Pasien tampak
gelisah
Rabu, - Monitor jumlah dan DS :
8– 11 -2023 warna urin Pasien mengatakan
08.00 WIB warna urine kuning
1 Iyan
DO:
Pasien tampak tidak
tenang
Rabu, 2 - Identifikasi respon DS : Iyan
8– 11 -2023 non verbal
08.30 WIB PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti tertusuk-
tusuk
R : bagian perut
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
secara tiba-tiba
DO :
TD : 156/90
mmHg
N : 90x/menit
R : 20x/menit
S : 36 C
Spo2 : 98%
Rabu, - Memonitor tanda dan DS :
8 – 11 -2023 gejala rupture usus Pasien mengatakan
09.00 WIB 3 dan/atau peritonitis prutnya masih begah Iyan
DO :
Pasien tampak lemas
EVALUASI
No. Dx Hari/tanggal/jam Evaluasi TTD
2 Senin, S:
6– 11 -2023 - Klien mengatakan nyeri di perut
15.00 WIB di bagian kiri
- PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : perut bagian kiri
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul Iyan
O:
- TTV :
TD : 160/90 mmHg
N : 71x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6 C
Spo2 : 96%
S:
- Klien mengatakan tidak bias
BAB 2 minnggu
O:
- Klien tampak lemas
3 A : masalah belum teratasi
16.00 WIB P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan diet tinggi serat
Iyan
1 Selasa, S:
7– 11 -2023 - Pasien mengatakan sehari minum
20.00 WIB 2 gelas.
O:
- Pasien tampak lemas
A : masalah belum teratasi Iyan
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor jumlah dan warna urin
S:
- Klien mengatakan masih
merasakan nyeri
- Pengkajian PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : perut bagian kiri
2 S : skala nyeri 4
20.30 WIB T : hilang timbul
Iyan
O:
- Klien tampak gelisah
- TTV :
TD: 160/100 mmHg
N : 68x/menit
R : 20x/menit
S : 36,8 C
Spo2 : 99%
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
- Anjurkan tehnik nonfarmokologi
untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
S:
3 - Klien mengatakan nyeri perut
21.00 WIB bagian kiri
O: Iyan
- Klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 Rabu, S:
8– 11 -2023 - Klien mengatakan nyeri berkurang
08.00 WIB - PQRST :
P : saat bergerak
Q : seperti melilit
R : perut bagian kiri Iyan
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul secara tiba-tiba
O:
- Klien tampak melakukan tehnik
nonfarkologi dengan benar
TD : 156/90 mmHg
N : 90x/menit
R : 20x/menit
1 08.30 WIB S : 36 C
- Spo2 : 98% Iyan
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Pemberian analgetik
S:
- Pasien mengatakan warna urine
kuning
O:
- Klien tampak lemas
3 09.00 WIB A : lanjutkan intervensi
P : Batasi asupan cairan dan garam Iyan
S:
- Pasien mengatakan prutnya masih
begah
O : klien tampak lemas
A : lanjutkan intervensi
P:
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., Dayrit, M W., dan Siswadi, Y S. 2009. Buku keperawatan Klien
Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Cheawchanwattana, A., Chunlertrith, D., Saisunantararom, W., dan Johns, N P.
2015. Does the
Spiritual Well-Being of Chronic Hemodialysis Patients Differ from that of
Pre- dialysis Chronic Kidney Disease Patients. Religions Article ;
doi:10.3390/rel6010014
Isroin L . 2017. Adaptasi Psikologis Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal
Edunursing, ISSN : 2549-8207. Vol. 1, No. 1, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. http://journal.unipdu.ac.id
Kememkes RI. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO). 2014. Clinical Practice
Guideline For Evaluation And Management Of Chronic Kidney Disease.
Mailani, F. 2017. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. Volume11, No1, Maret 2015.
ISSN1907-686X.
Mayuda, A. Chasani, S., dan Saktini, F. 2017. Hubungan Antara Lama
Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di
Rsup Dr.Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Semarang.
ISSN Online : 2540-8844
Muhammmad, A. 2012. Serba-Serbi Gagal Ginjal. Yogyakarta : DIVA Press
Muttaqin, A., & Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika O’Callaghan, C. 2009. At a
Glance Sistem Ginjal. Edisi 2. Jakarta : Erlangga
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika .
PERNEFRI. 2015. Perkumpulan Nefrologi Indonesia. Dalam Kusumawati, A H.
Amalia., Gondodiputro, R S., dan Rahayu, C. 2016. Pengaruh Pemberian
Obat Antihipertensi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Dengan
Gangguan Ginjal Kronik Di Instalasi Hemodialisa Rsup Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi. Bandung, Vol. 1 No .
ISSN: 2527-5801 November 2016.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI.
Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2014-2015.
Jakarta: Prima MedikaSmet, Bart.2015. Psikologi Kesehatan. Pt
Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2013 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit
FKUI, Jakarta Smeltzer & Bare. 2010. Buku Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Wijaya, A S., & Putri, Y M. 2013. KMB Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).
Yogyakarta : Nuha Medika
Bilotta, kimberly. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.