Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GAGAL GINJAL KRONIK

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2


ANNA ETTY
GRACE YULINDA
ADE SUWARYO
ANGGIE DWIJAYANTI
LANJAR ENGGO WINARUM
PENGERTIAN

• Gagal ginjal Kronik merupakan terjadinya


penurunan fungsi ginjal dalam jangka waktu
menahun yang menyebabkan tubuh gagal
menjaga keseimbangan metabolisme dan
cairan elektrolit. Penyakit gagal ginjal kronik
tahap akhir ditandai dengan penurunan
keadaan fungi ginjal irreversible dan pada
suatu derajat diperlukan tindakan transpaltasi
ginjal (Rahayu, 2018)
ETIOLOGI
Menurut (Rendi & TH, 2019) penyebab gagal ginjal kronik adalah
• Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis
• Penyakit peradangan glumerulonefritis
• Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri
renalis)
• Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa
skelrosi sistemik)
• Penyakit kongenital dan herediter (Penyakit ginjal polikistik
asidosis tubulus ginjal)
• Penyakit metabolik (DM, Gocit, Hiperparatiroirisme)
• Netropati toksik
• Nefropati Obstruksi (Batu saluran kemih)
PATOFISIOLOGI
Glomerulosklerosis dan inflamasi interstisial dan fibrosis
adalah ciri khas gagal ginjal kronik dan menyebabkan penurunan
fungsi ginjal. Seluruh unit nefron secara bertahap hancur. Pada
tahap awal, saat nefron hilang nefron fungsional yang masih ada
mengalami hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan
meningkat dalam nefron ini dan lebih banyak partikel zat terlarut
disaring untuk mengkompensasi massa ginjal yang hilang.
Kebutuhan yang meningkat ini menyebabkan nefron yang masih
ada mengalami sklerosis (jaringan parut) glomerulus,
menimbulkan kerusakan nefron pada akhirnya. Proteinuria akibat
kerusakan glomerulus diduga menjadi penyebab cedera tubulus.
Proses hilangnya fungsi nefron yang kontinu ini dapat terus
berlangsung meskipun setelah proses penyakit awal telah teratasi.
Ketika penyakit berkembang dan LFG turun lebih
lanjut, hipertensi dan beberapa manifestasi insufisiensi
ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal di
tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi, atau obstruksi saluran
kemih) dapat menurunkan fungsi dan memicu awitan gagal
ginjal atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar serum kreatinin
dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi oliguria, dan
manifestasi uremia muncul. Pada gagal ginjal kronik tahap
akhir, LFG kurang dari 10% normal dan terapi penggantian
ginjal diperlukan untuk mempertahankan hidup (Lemone,
Burke, & Bauldoff, 2016).
Faktor Resiko

• Usia
• Jenis Kelamin
• Sosial Ekonomi Individu
• Penyakit Pemicu
Manifestasi klinik

• Sistem hematopoietik: Anemia (cepat lelah) dikarenakan eritropoietin


menurun, trombositopenia dikarenakan adanya perdarahan, ekimosis
dikarenakan trombositopenia ringan, perdarahan dikarenakan koagulapati
dan kegiatan trombosit menurun
• Sistem kardiovaskular: Hipervolemia dikarenakan retensi natrium,
hipertensi dikarenakan kelebihan muatan cairan, takikardia, disritmia
dikarenakan hiperkalemia, gagal jantung kongestif dikarenakan hipertensi
kronik, perikarditis dikarenakan toksin uremik dalam cairan pericardium
• Sistem pernafasan: Takipnea, pernapasan kussmaul, halitosis uremik atau
fetor, sputum yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat,
hilar pneumonitis, pleural friction rub, edema paru
• Sistem gastrointestinal: Anoreksia, mual dan muntah dikarenakan
hiponatremia, perdarahan gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan
konstipasi.
• Sistem neurologi: Perubahan tingkat kesadaran (letargi,
bingung, stupor, dan koma) dikarenakan hiponatremia dan
penumpukan zatzat toksik, kejang, tidur terganggu, asteriksis
• Sistem skeletal: Osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi
dikarenakan ketidakseimbangan kalsium-fosfor dan
ketidakseimbangan hormon paratiroid yang ditimbulkan
• Kulit: Pucat dikarenakan anemia, pigmentasi, pruritus
dikarenakan uremic frost, ekimosis, lecet
• Sistem perkemihan: Haluaran urine berkurang, berat jenis
urine menurun, proteinuria, fragmen dan sel urine, natrium
dalam urine berkurang semuanya dikarenakan kerusakan
nefron
• Sistem reproduksi: Interfilitas dikarenakan abnormalitas
hormonal, libido menurun, disfungsi ereksi, amenorea
KOMPLIKASI
• Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolic, azotemia, dan uremia
• Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia
dan uremia berat. Asidosis metabolic memburuk, yang secara
mencolok merangsang kecepatan pernafasan
• Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremic,
dan pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi
• Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom
anemia kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas
• Dapat terjadi gagal jantung kongestif
• Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Urine
• Darah
• Osmolalitas serum
• Pelogram retrograd
• Ultrasono ginjal
• Endoskopi ginjal, nefroskopi
• Arteriogram ginjal
PENCEGAHAN

• Rajin beraktivitas fisik & Berolahraga agar badan tetap


bugar
• Menjaga kadar gula darah tetap normal
• Menjaga tekanan darah tetap normal
• Menjaga berat badan ideal
• Minum air putih 8 – 10 gelas per hari
• Tidak Merokok
• Periksa fungsi ginjal secara berkala
• Tidak konsumsi obat anti nyeri dalam jangka panjang
tanpa anjuran dokter
PENATALAKSANAAN

• Dialisis
• Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi,
agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid
• Diit rendah protein
• Transplantasi ginjal
Pengkajian Keperawatan
• Jenis Kelamin : Tidak ada spesifik khusus untuk kejadian gagal ginjal,
namun laki-laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan
pekerjaan dan pola hidup sehat.
• Keluhan utama : urin output yang menurun dari oliguriaanuria,
penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem
sirkulasiventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaforesis, fatigue,
napas berbau urea, dan pruritus.
• Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit ISK, payah jantung,
penggunaan obat-obat berlebihan, diabetes melitus, hipertensi atau
batu saluran kemih.
• Riwayat kesehatan keluarga : pencetus sekunder seperti DM dan
hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal
ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter
• Sistem pernafasan : Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami
patalogis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan
ventilasi (Kusmaul)
• Sistem hematologi : TD meningkat, akral dingin, CRT >3
detik, palpitasi jantung, chest pain, dyspnue, gangguan
irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya
• Sistem neuromuskuler : Penurunan kesadaran terjadi jika
telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi cerebral
terganggu
• Sistem kardiovaskuler : Tekanan darah yang tinggi diatas
ambang kewajaran akan mempengaruhi volume vaskuler.
Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga
akan meningkatkan beban jantung.
• Sistem perkemihan : (filtrasi, sekresi, reabsorbsi dan
ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol
adalah penurunan urin output < 400 ml/hr bahkan
sampai pada anuria
• Sistem pencernaan : Sering ditemukan anoreksia,
mual, muntah dan diare.
• Sistem muskuloskeletal : Dengan penurunan/
kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang,
sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi.
Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidak teratur.
2. Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur,edema
periorbital.
3. Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
4. Hidung : pernapasan cuping hidung
5. Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta
cegukan, peradangan gusi.
6. Leher : pembesaran vena leher.
7. Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
8. Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9. Genital : atropi testikuler, amenore.
10. Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
11. Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
Pathway
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Nyeri akut b.d agen pecedera fisiologis.
3. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
8. Resiko perdarahan ditandai dengan gangguan gastrointestinal
9. Risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis
Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi.
– Monitor tanda - tanda hipoventilasi (adanya nyeri kepala, pusing, letargi / kelelahan,
sesak, kantuk disiang hari, depresi)
– Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen ( verbal maupun non verbal :
Ekspresi mimik wajah dan keluhan pasien.
– Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen (apakah ada iritasi)
– Pertahankan kepatenan jalan nafas ( Teknik batuk efektif, suction, insersi jalan nafas
buatan).
– Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen ( Nasal kanul , rebreathing mask, &
non rebreathing mask), oksigen, regulator.
– Berikan oksigen tambahan, jika perlu ( naikan kecepatan aliran sesuai kebutuhan).
– Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi (Tabung oksigen yang mudah
dibawa).
– Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien.
– Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas atau saat tidur
2. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan.
• Periksa tanda dan gejala hypervolemia (Mis.edema, dyspnea, suara
napas tambahan).
• Identifikasi penyebab hypervolemia.
• Monitor status hemodinamik (Mis. Frekuensi jantung, tekanan darah).
• Monitor intake dan output cairan
• Monitor tanda hemokonsentrasi (Mis. Blood Urea Nitrogen, kadar
natrium, berat jenis urin)
• Monitor tanda peningkatan onkotik plasma (mis.kadar protein dan
albumin meningkat )
• Monitor kecepatan infus secara ketat
• Monitor efek samping diuretik (mis. hipotensi ortorstatik, hipovolemia,
hypokalemia, hiponatremia).
• Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
• Batasi asupan cairan dan garam
• Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 derajat
Evaluasi

• Setelah melakukan tindakan keperawatan


maka hasil evaluasi yang diharapkan untuk
pasien Gagal Ginjal Kronik yaitu :
– Pertukaran gas efektif
– Tidak ada nyeri
– Kelebihan cairan atau edema tidak terjadi
– Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
– Perfusi jaringan efektif
– Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai