Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

1
DAFTAR ISI

Halaman judul.............................................................................................

Daftar isi..................................................................................................... ii

Kata pengantar............................................................................................ iii

BAB I: PENDAHULUAN....................................................................... 1

Latar Belakang............................................................................. 1

BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................... 2

Definisi........................................................................................ 2

Pembagian Anemia Dalam Kehamilan....................................... 5

Askep ibu hamil dengan anemia.................................................. 12

BABIII: PENUTUP.................................................................................... 17

Kesimpulan.................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering mengaburkan
diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajian dan pengobatannya. Wanita
hamil rentan terhadap berbagai kelainan darah yag mungkin mengenai setiap wanita usia
subur. Kelainan-kelainan tersebut mencakup penyakit kronik yang di diagnosis sebelum
hamil, misalnya anemia herediter, trombositopenia imunologis, dan bahkan keganasan
seperti leuikimia dan limfoma. Pada kasus-kasus lain,kelainan timbul selama kehamilan
akibat perubahan kebutuhan, misalnya anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik,
pada defisiensi folat. Pada sebagia kasus yang lain lagi, kehamilan mungkin menyamarkan
kelainan hematologis, contohnya anemia hemolitik terkontensasi akibat hemoglobinopati
atau defek membrane sel darah merah. Akhirnya, setiap penyakit hematologis dapat
muncul pertama kali saat hamil, misalnya anemia aplastik atau anemia hemolitik
autoimun.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraan social ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia dalam kehamilan sering disebut “ Potential Danger to
Mother and Child” ( potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi
Definisi pasti anemia pada wanita di persulit oleh adanya perbedaan normal
konsentrasi hemoglobin antara wanita dan pria, antara wanita berkulit putih dan hitam,
antara wanita hamil dan tidak, dan antara wanita hamil yang mendapat suplemen besi dan
mereka yang tidak. Tetapi berdasarkan penelitian beberapa ahli menyimpulkan bahwa nilai
10 g/100ml sebagai batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan.Seorang wanita hamil
yang memiliki Hb kurang dari 10g/100ml barulah di sebut menderita anemia dalam
kehamilan karena itu, para wanita hamil dengan Hb antara 10 dan 12g/100ml tidak di
anggap anemia patologik akan tetapi anemia fisiologik atau pseudoanemia.

Diagnosis anemia pada kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan dapat di lakukan dengan
anamnesa. Anamnesa akan di dapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang- kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat di lakukan dengan menggunakan alat
sahli.hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat di golongkan sebagai berikut:

Hb 11 gr% tidak anemia


9-10 gr% anemia ringan
7-8 gr% anemia sedang
< 7 gr% anemia berat

Pemeriksaan darah di lakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester 1 dan trimester 3. Dengan pertimbangan dengan sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia maka di lakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu
ibu hamil di puskesmas.

4
Frekuensi Anemia Dalam Kehamilan
Frekuensi anemia selama kehamilan sangat bervariasi, terutama bergantung pada
apakah selama hamil wanita yang bersangkutan mendapatkan suplemen besi. Di seluruh
dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%.

Etiologi Anemia
Semua kelainan yang menyebabkan anemia yang di jumpai pada wanita usia subur
dapat menjadi penyulit kehamilan.
Penyebab anemia pada kehamilan
Di dapat:
- Anemia defisiensi besi
- Anemia akibat kehilangan darah akut
- Anemia pada peradangan atau keganasan
- Anemia megaloblastik
- Anemia hemolitik didapat
- Anemia aplastik atau hypoplastik
- Herediter:
- Talasemia
- Hemoglobinopati sel sabit
- Hemoglobinopati lain
- Anemia hemolitik herediter

Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin


1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan.
a. Bahaya selama kehamilan:
- Dapat terjadi abortus
- Persalinan prematuritas
- Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
- Mudah terjadi infeksi
- Ancaman dekompensasi kordis(Hb <6 gr%)
- Mola hidatidosa

5
- Hiperemesis gravidarum
- Perdarahan antepartum
- Ketuban pecah dini (KPD)

b. Bahaya saat persalinan:


- Gangguan his-kekuatan mengejan
- Kala pertama dapat berlangsung lama,dan terjadi partus terlantar
- Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
- Kala uri dapat di ikuti retensio plasenta,dan perdarahan pospartum
karena atonia uteri
- Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum skunder dan atonia
uteri

c. Pada saat nifas


- Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
- Memudahkan infeksi puerperium
- Pengeluaran ASI berkurang
- Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
- Anemia kala nifas
- Mudah terjadi infeksi mamae

2. Bahaya terhadap janin.


Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya,
tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat
terjadi gangguan dalam bentuk:
- Abortus
- Terjadi kematian intrauterine
- Persalinan prematuritas tinggi
- BB lebih rendah
- Kelahiran dengan anemia

6
- Dapat terjadi cacat bawaan
- Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
- Inteligensia rendah

Pembagian Anemia Dalam Kehamilan


Berdasarkan penyelidikan Jakarta anemia dalam kehamilan dapat di bagi sebagai
berikut:

a. Anemia defisiensi besi ............................................................... 62,3%


b. Anemia megaloblastik................................................................. 29,0%
c. Anemia hipoplastik..................................................................... 8,0%
d. Anemia hemolitik........................................................................ 0,7%

a. Anemia Defisiensi Besi


Anemia dalam kehamilan yang paling sering di jumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat di sebabkan karena kurang masuknya unsur besi
dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester akhir.
Apabila masuknya besi tidak di tambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia
defisiensi besi, lebih-lebih dalam kehamilan kembar. Lagipula di daerah khatulistiwa besi
lebih banyak keluar melalui air peluh dan melalui kulit. Masuknya besi setiap hari yang di
anjurkan tidak sama untuk berbagai Negara. Untuk wanita tidak hamil, wanita hamil, dan
wanita yang menyusui di anjurkan di Amerika Serikat masing masing 12mg, 15mg, dan
15mg; di Indonesia masing masing 12mg, 17mg, dan 17 mg.
Terapi
Tujuan terapi adalah koreksi deficit massa hemoglobin dan akhirnya pemulihan cadangan
besi. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan senyawa besi sederhana- ferro sulfat, fumarat
atau glukonat per oral yang mengandung dosis harian sekitar 200 mg besi elemental.
Apabila wanita yang bersangkutan tidak dapat atau tidak mau mengkonsumsi preparat besi
oral , ia diberi terapi parenteral.

7
Transfusi sel darah merah atau darah lengkap jarang diindikasikan untuk mengobati
anemia defisiensi besi kecuali apabila juga terdapat hipovolemia akibat perdarahan atau
harus dilakukan suatu tindakan bedah darurat pada wanita dengan anemia berat.

Diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena di tandai ciri-ciri
yang khas itu, bahkan banyak yang bersifat normositer dan homokrom. Hal itu di sebabkan
karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi asam folik. Yang terakhir
menyebabkan anemia megaloblastik yang sifatnya makrositer dan hiperkrom. Anemia
ganda demikian lazim disebut anemia dimorfis.
Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi ialah:
a. kadar besi serum rendah
b. daya ikat besi serum tinggi
c. protoporfin eritrosit tinggi
d. tidak ditemukan hemosiderin (stainable iron) dalam sum- sum tulang.
Pengobatan percobaan ( therapia exjuvantibus) dengan besi dapat pula dipakai
untuk membuktikan defisiensi besi. Jikalau dengan pengobatan jumlah retikulosit, kadar
Hb dan besi serum naik sedang daya ikat besi serum dan protoporfirin eritrosit turun, maka
anemia itu pasti disebabkan kekurangan besi.
Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan eritropoesis yang normoblastik tanpa tanda-
tanda hipoplasia eritropoesis.

Pencegahan
Di daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil
diberi sulfat ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup satu tablet sehari. Selain itu wanita
dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur- sayuran yang mengandung
banyak mineral serta vitamin.

Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umunya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain.

8
Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan
dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.
Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak
menunjukkan Hb yang rendah namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan
kemudian tampak sebagai anemia infartum.

b. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah kelompok penyakit darah yang ditandai oleh
kelainan darah dan sumsum tulang akibat gangguan sintesisi DNA. Prevalensi anemia
megaloblastik selama kehamilan cukup bervariasi di seluruh dunia.

Defisiensi asam folat


Pada wanita normal tidak hamil, kebutuhan asam folat harian adalah 50-100µg
/hari. Selama kehamilan, kebutuhan akan asam folat meningkat. Asupan dianjurkan 400
µg/hari. Bukti biokimiawi yang paling awal ditemui adalah rendahnya aktifitas asam folat
di dalam plasma. Tanda morfologis paling dini biasanya adalah hipersegmentasi neutrofil.
Seiring dengan timbulnya anemia, eritrosit yang baru terbentuk akan menjadi makrositik.
Apabila sudah terdapat defisiensi besi, eritrosit makrositik tidak dapat terdeteksi
dari pengukuran volume rata-rata sel darah merah (mean corpuscular volume). Namun,
pada pemeriksaan yang teliti terhadap sediaan apus darah tepi biasanya di temukan
macrosit. Seiring dengan bertambah parahnya anemia, kadang-kadang muncul eritrosit
berinti di daerah tepi. Pada saat yang sama, pemeriksaan sumsum tulang akan
mengungkapkan adanya eritropoiesis megaloblastik. Anemia kemudian dapat bertambah
parah, dan dapat juga terjadi trombositophenia, leucopenia, atau keduanya.
Janin dan plasenta mengekstraksi folat dari sirkulasi ibu sedemikian efektifnya
sehingga janin tidak mengalami anemia walaupun ibunya menderita anemia berat akibat
devisiensi folat. Pernah dilaporkan kasus- kasus dengan kadar hemoglobin neonates
mencapai 18 g/dl atau lebih, sedangkan kadar pada ibu sampai merendah sapai 3,6 g/dl.

9
Terapi
Terapi anemia megaloblastik yang dipicu oleh kehamilan harus mencakup asam
folat, makanan bergizi, dan zat besi. Bahkan 1mg asam folat yang diberikan per oral setiap
hari sudah dapat menimbulkan respon hematologis yang nyata.

Defisiensi vitamin B12


Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B 12 ditandai oleh
kegagalan tubuh menyerap vitamin B12 karena tidak adanya factor intrinsic. Ini adalah
suatu penyakit autoimun yang sngat jarang pada wanita usia subur, dan biasanya muncul
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.

Diagnosis
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblast atau
promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrositer dan
hiperkrom tidak selalu dijumpai, kecuali bila anemianya sudah berat. Sering kali anemia
sifatnya normositer dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi asam folik
sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan.

Terapi
Dalam pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya bersama-
sama dengan asam folik diberikan pula besi.tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30
mg sehari. Jikalau perlu, asam folik diberikan dengan suntikan dalam dosis yang sama.
Apabila anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12(anemia
pernisiosa Addison-Biermer), maka penderita harus diobati dengan vitamin B12 dengan
dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.
Karena anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat dan kadang –
kadang diperlukan apabila cukup waktu karena kehamilan dekat dengan aterm, atau
apabila pengogatan dengan pelbagai obat penembah darah bisa tidak berhasil

10
Pencegahan
Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali didaerah – daerah
dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan
besi saja tidak berhasil, maka besi harus ditambah dengan asam folik.

Prognosis
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup
baik. Pengobatan dengan asam folik hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai
masa nifas dengan selamat atau tanpa pengaobatan, maka anemianya akan sembuh dan
tidak ada akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan
asam folik jauh berkurang. Sebaliknya,anemia pernisiosa memerlukan pengobatan terus –
menerus,juga diluar kehamilan. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat yang
tidak diobati mempunyai prognosis kurang baik. Angka kematian bagi ibu mendekati 50%
dan bagi anak 90%.

c. Anemia hipoplastik
Anemia pada waniata hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan.
Darah tepi menunjukkan gambaran normositer dan normo-krom, tidak ditemukan
ciri-ciri defisiensi besi, asam folik, atau vitamin B12. Sumsum tulang bersifat
normoblastik dengan hipoplasia erithropoesis yang nyata. Ciri lain ialah bahwa pengobatan
dengan segala macam obat penambah darah tidak memberi hasil. Etilogi anemia
hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang
disebkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racun, obat – obat.
Dalam hal yang terakhir anemianya dianggap hanya sebagai komplikasi kehamilan.
Karena obat – obat penambah darah tidak memberi hasil, maka satu-satunya cara untuk
memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah, yang sering perlu diulang sampai
berapa kali. Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita dengan selamat
mencapai masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan – kehamilan
berikutnya biasanya wanita menderita anemia hipoplastik lagi.

11
Anemia aplastik (panmieloftisis) dan anemia hipoplastik berat yang tidak diobati
mempunyai prognosis buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak .
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk terjadinya anemia hipoplastik karena
kehamilan. Akan tetapi, dalam pemberian obat-obat pada wanita hamil selalu harus
dipikirkan pengaruh samping obat – obat itu. Khususnya obat –obat yang mempunyai
pengaruh hemotoksik, seperti streptomisin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, sulfonamid,
klorpromazin, atebrin, dan obat pengecat rambut sebaiknya tidak tidak diberikan pada
wanita hamil, jikalau tidak perlu betul.

d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil:
apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula
bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita sebelumnya tidak menderita
anemia.
Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar yakni:
1. Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis
eliptosis, anemia hemolitik herediter, thalassemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia
C,D,G,H,I, dan paraxysmal nocturnal haemoglobinuria
2. Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler, seperti pada
infeksi(malaria,sepsis,dsb.), keracunan arsenikum, noarsphenamin, timah, sulfonamid,
kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuration(furadantin), racun ular: pada defisiensi G-6-
PD(glocose-6-phosphate-dehydrogenase),antagonismus rhesus atau ABO , leukemia,
penyakit Hodgkin, limfosarkoma, penyakit hati, dan lain – lain.

Gejala-gejala yang lazim dijumpai ialah gejala-gejala proses hemolitik, seperti


anemia, hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan
sterkobilin lebih banyak dalam faeses. Disamping itu terdapat pula sebagai tanda
regenerasi darah seperti retikulositosis dan normoblastemia , serta hiperplasia erithropoesis
dalam sum-sum tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesaran limpa
dan anemia hemolitik yang herediter kadang-kadang disertai kelainan rontgenologis pada
tengkorak dan tulang –tulang.

12
Sumsum tulang menunjukkan gambaran normoblastik dengan hiperplasia yang
nyata, terutama sistem eritropoetik.
Frekuensi anemia hemolitik dalam kehamilan tidak tinggi. Terbanyak anemia ini
ditemukan pada wanita Negro yang menderita anemia sel sabit, anemia sel sabit –
hemoglobin C, sel sabit-thalassemia, atau penyakit hemoglobin C. Di Indonesia terdapat
juga penyakit thalassemia.
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya.
Obat - obat penambah darah tidak memberi hasil. Transfusi darah, yang kadang-kadang
diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk meringan kan penderita ibu dan
untuk mengurangi bahaya hipoksia janin. Splenektomi dianjurkan pada anemia hemolitik-
bawaan dalam trimester II dan III. Pada anemia hemolitik yang diperoleh harus dicari
penyebabnya. Sebab- sebab itu harus disingkirkan, misalnya pemberian obat-obat yang
dapat menyebabkan kelumpuhan sumsum tulang harus segera dihentikan.

Anemia - anemia lain


Seorang wanita menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik
herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit
ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis. Sifilis, tumor ganas, dan sebagainya, dapat
menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya lebih menjadi berat dan mempunyai pengaruh
tidak baik terhadap ibu pada masa kehamilan, persalinan nifas, serta bagi anak yang dalam
kandungan.
Pengobatan ditujukan kepada sebab pokok anemianya.misalnya antibiotika untuk
infeksi, obat-obat anti malaria, antisifilis, obat cacing, dan lain-lain.
Prognosis bagi ibu dan anak tergantung pada berat dan sebab anemianya, serta berhasil
tidaknya pengobatan.

13
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

PENGKAJIAN
- Aktivitas/ Istirahat
Mungkin pucat, lemah, kelelahan.
- Sirkulasi
Tekanan darah (TD) , nadi mungkin naik.
Perlambatan pengisian kapiler
Pucat; kulit dingin/ lembab.
- Makanan/ Cairan
Mungkin malnutrisi atau berat badan kurang
Riwayat anemia (deferensiasi defisiensi zat besi)
- Pernafasan
Mungkin sesak (resiko)
- Eliminasi
BAB: konstipasi (resiko)
Pemeriksaan laboratorium
Hb < 10g/100ml

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas bd kelemahan, keletihan
2. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh bd masukan makanan yang tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena alasan psikologis, fisiologis
3. Cedera, resiko tinggi terhadap , janin bd malnutrisi ibu

INTERVENSI
1. Intoleransi aktivitas bd kelemahan, keletihan
Tujuan: perbaikan dalam toleran aktifitas
Kriteria Hasil:
- pasien menyatakan kesadaran terhadap toleransi aktivitas

14
- pasien bebas keletihan berlebihan.

1. Anjurkan klien mengikuti aktivitas dengan istirahat yang cukup


R: menghemat energy dan menghindari pengerahan tenaga terus- menerus
untuk meminimalkan kelelahan/ kepekaan uterus.
2. Anjurkan menghindari perjalanan dan perubahan ketinggian pada trimester
ketiga
R: gerakan perjalanan, posisi duduk yang lama, dan penurunan oksigen
tampak menurunkan kepekaan uterus.
3. Tekankan aktivitas hiburan yang tenang.
R; mencegah kebosanan dan meningkatkan kerja sama dengan pembatasan
aktivitas.
4. Bantu klien dalam menyusun kembali rutinitas setiap hari untuk menurunkan
aktivitas fisik termasuk istirahat/ periode tidur yang diperlukan.
R: kerusakan sirkulasi/ pernafasan dapat mempengaruhi \kemampuan untuk
melakukan aktivitasnya dan dapat mengakibatkan kelelahan.

Kolaborasi
1. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi/ komplit sesuai indikasi
R: tingkat aktivitas mungkin perlu modifikasi tergantung pada gejala gejala
aktivitas uterus, perubahan serviks, atu perdarahan.

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh bd masukan makanan yang tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena alas an psikologis, fisiologis.
Tujuan : pasien menunjukan adanya peningkatan dalam status nutrisi.
Kriteria Hasil :
- Pasien menunjukan kemajuan penambahan berat badan yang ingin dicapai,
hasil pemeriksaan laboratorium yang normal dan tidak adanya tanda- tanda
malnutrisi.
- Pasien mengungkapkan pemahaman tentang efek penurunan masukan
makanan pada status nutrisi dan kehamilan.

15
1. Tentukan usia/, tinggi/ berate badan, bentuk tubuh, kekuatan dan pola aktivitas/
istirahat. Perhatikan kondisi rongga mulut.
R: memberikan informasi yang mendasari kebutuhan kalori/ rencana diet.
Tipe diet/ makanan mungkin dipengaruhi oleh kondisi membrane
mukosa dan gigi.
2. Perhatikan total masukan kalori sehari- hari. Anjurkan klien untuk
mempertahankan masukan makanan setiap hari, waktu serta polanya.
R: informasi tentang pola diet pasien akan mengidentifikasi kekuatan/
kebutuhan/ defisiensi nutrisi.
3. Timbang dan catat berat badan klien setiap minggu.
R: memberikan informasi terkini dari atatus/ efektivitas rencana diet.
Tekankan pentingnya masukan vitamin/ zat besi setiap hari.
R: ibu hamil cenderung mengalammi masalah malnutrisi dan anemia
4. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C.
R: protein membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi jaringan
baru. Zat besi perlu untuk sistesis Hb. Vitamin C memudahkan absorbsi
zat besi dan perlu untuk sisntesis dinding sel.

Kolaborasi
1. Konsul dengan ahli diet
R: bermanfaat dalam menyusun rencana/ kebutuhan diet individual.
Memberikan sumber tambahan untuk belajar mengenai pentingnya
nutrisi pada status tidak hamil dan kehamilan.
2. Tijau hasil laboratorium sesuai indikasi: mis; glukosa, albumin serum, dan
elektrolit.
R: mengidentifikasi anemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan abnormalitas
lain yang mungkin ada, memerlukan terapi khusus.
3. Kaji Hb/ Ht pada awal dan sekali lagi pada gestasi bulan ke-7
R: anemia defisiensi zat besi yang umum pada ibu hamil, menyebabkan
janin beresiko memiliki kadar Hb/ Ht yang rendah dan penyimpanan zat
besi yang sedikit/ anemia defisiensi zat besi yang terus berlangsung pada
bayi setelah kelahiran.

16
4. Berikan preparat zat besi dan/ atau vitamin, sesuai indikasi.
R: bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi bila ada.
3. Resiko tinggi cidera terhadap janin bd malnutrisi ibu.
Tujuan : tidak terjadi resiko pada janin
Kriteria Hasil :
- Pasien memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri
dan janin.

1. Diskusikan pentingnya kesejahteraan ibu


R: kesejahteraan janin secara langsung berhubungan dengan kesejahteraan
ibu, khususnya selama trimester pertama, saat perkembangan system
organ
2. Pengkajian tentang nutrisi ibu.
R: perubahan pada nutrisi ibu dapat menurunkan cadangan zat besi pada
janin, membatasi cadangan lemak memperlambat perkembangan
neurologis pada neonates/ anak, dan menurunkan cadangan protein untuk
perkembangan otak sehingga menurunkan lingkar kepala pada
keturunan.
3. Catat masukan protein. Pantau Hb da Ht
R: masukan protein penting untuk perkembangan jaringan otak, Hb
essensial untuk pengangkutan oksigen.
4. Perhatikan quickening (persepsi ibu terhadap gerakan janin)
R: gerakan janin yang dapat dirasakan pertama terjadi di antara gestasi
minggu ke- 16 dan ke- 20 sesuai peningkatan ukuran janin, kurang
gerakan dapat menandakan adanya masalah.
5. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin, seperti penyakit
jantung, ginjal, anemia.
R: factor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi/ oksigen ibu
mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin/ plasenta. Janin
yang tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan
metabolisme dari sirkulasi ibu, menggunakan metabolism anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang menimbulkan kondisi asidosis.

17
6. Diskusikan peran dan sumber makanan yang mengandung zat besi, dan
pentingnya masukan makanan yang mengandung suplemen asam folat/ zat besi
tiap hari.
R: cadangan zat besi yang rendah pada ibu, mengurangi kapasitas pembawa
oksigen dan ambilan oksigen janin, menurunkan simpanan zat besi janin
selama trimester ketiga, dan berakibatkan anemia defisiensi zat besi pada
janin.

kolaborasi
1. Berikan suplemen oksigen sesuai kebutuhan
R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin , khususnya
pada adanya anemia berat atau bila sirkulasi maternal/ janin menurun.

EVALUASI
S: - Pasien mengatakan tidak mudah lelah dalam beraktivitas
- Pasien mengetahui masukan makanan yang harus dikonsumsi dan
- Pasien mengatakan dapat merasakan gerakan janin dalam perut dengan baik
O: - dapt beraktivitas dengan baik
- Kenaikan berat badan yang stabil.
- Pasien memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri dan janin
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan.

18
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi.
Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala
anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise,
lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

Saran
Untuk mencegah terjadinya peningkatan prevalensi anemia pada ibu hamil maka
ibu harus menegetahui seberapa banyak atau jumlah nutrisi dan apa saja yang harus
dikonsumsi selama kehammilan yang berperan dalam pembentukan zat besi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, 2005, Obstetric Williams Ed 21. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 2001, Rencana perawatan maternal/ bayi Ed 2, Jakarta : EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga

Berencana, Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa, Prof.dr. DSOG. 1999, Ilmu Kebidanan Edisi 3, , Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

20

Anda mungkin juga menyukai