DENGAN ANEMIA
OLEH :
NPM : 61190009
FAKULTAS PERTANIAN
KAMPUS ATAMBUA
PRODI KEPERAWATAN
2021
2
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang .......................................................................................................2
1.2.
Tujuan.....................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
4
Untuk mengetahui atau mengidentifikasi asuhan keperawatan pada kasus ibu hamil
dengan anemia.
2.Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang
dari 10,5 g/dl pada trimester II (Pratami, 2016).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin pada trimester pertama, kedua, dan ketiga
yang disebabkan berkurangnya cadangan zat besi yang dibutuhkan janin sehingga
membahayakan ibu dan janin (Wagiyo dan Putrono, 2016). Anemia secara praktis
didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau eritrosit dibawah batas normal.
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl atau
hematokrit kurang dari 33%. Namun CDC (Centers for Desease Control and Prevention /
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) membuat nilai batas khusus berdasarkan
trimester kehamilan, yaitu kadar Hb kurang dari 11.0 g/dl pada trimester I dan III dan
kurang dari 10.5 g/dl pada trimester II (Prawirohardjo, 2013).
atas cairan dan sel-sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan
trombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis
(Prawirohardjo, 2013). Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara
progresif mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32
– 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat
kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal
yang dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah
ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2013).
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20 - 30%, tetapi
tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan
hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobindari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan
pada 6% perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang
abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi
dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu
selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi dan asam folat dapat membantu
mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang
1.000 mg atau rata-rata 6 – 7 mg/hari. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala
pada 2-6 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2013). Selama kehamilan jumlah
leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara 5.000 – 12.000 /ul dan mencapai
puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab
peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama juga diketahui terjadi selama dan
setelah melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo, 2013). Selama kehamilan juga
sirkumferensia torak akan bertambah lebih kurang 6 cm, tetapi tidak mencukupi
penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh
diagfragma yang naik lebih kurang 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya
mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala dalam minggu
ke 24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2013).
Menurut Wiknjosastro, 2006 dalam Wagiyo dan Putrono (2016), anemia dalam
kehamilan memberikan pengaruh kurang baik pada ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan maupun saat masa nifas, dan masa selanjutnya. Berbagai masalah dapat
timbul akibat anemia, seperti : 1) abortus, partus prematurus 2) partus lama karena
intertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri. 3) shock, infeksi, baik
intrapartum maupun post partum 4) anemia yang sangat berat dengan hb kurang dari 4
8
hanya 1- 6%. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipicu lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan oksigen kesemua organ tubuh. Akibatnya penderita sering berdebar-debar dan
jantung lekas lelah. Gejala lainnya, lemas-lemas, cepat lelah, cepat letih, mata sering
berkunang-kunang, dan sering mengantuk. Wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan
kuku tampak pucat. Anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan
lemah jantung. (Pratami, 2016). Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester
ketiga. Karena, pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir (Sinsin, 2008). Menurut penelitian Azra &
Rosha (2015), ibu hamil yang mengalami anemia sebesar hampir 70 persen dan lebih
banyak terjadi pada ibu hamil trimester II dan III. Hal ini dikarenakan pada kehamilan
sering terjadi hemodilusi atau pengenceran darah. Prawirohardjo (2013) menjelaskan,
pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritopoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin akibat hemodilusi. Volume darah mulai meningkat pada trimester I, yang
kemudian mengalami percepatan selama trimester II, dan untuk selanjunya melambat
pada trimester III. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr%, dengan terjadinya
hemodilusi, Hb ibu hamil akan menjadi 9.5 – 10 gr%. Penurunan ini mencerminkan
keadaan hemodilusi, dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil
fisiologis. Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 –
45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang dinisiasi
oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian
besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2013)
2.9. Komplikasi Anemia Dalam Kehamilan
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil
sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan
dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin
dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung
jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante
11
partum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama
persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang
berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali
mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan
postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum sekunder dan atonia uterus
pada kala keempat. Bahaya yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi
uteri yang mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi
jantung segera setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau
peningkatan resiko terjadinya infeksi payudara.
b. Komplikasi Anemia Pada Janin
Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan
janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun ke dalam
tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah : 1) resiko terjadinya kematian
intra-uteri, 2) resiko terjadinya abortus, 3) berat badan lahir rendah, 4) resiko terjadinya
cacat bawaan, 5) peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal 6) atau
tingkat intiligensi bayi rendah.
2.10. ResponTubuh Ibu Hamil dengan Anemia
a. Respon tubuh secara fisik
Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), ibu hamil yang menderita anemia respon
tubuhnya seperti :
1) keadaan umum ibu hamil dengan anemia tampak pucat dan dan mengalami
keletihan.
2) Mata Konjungtiva ibu hamil dengan anemia tampak nemis, penglihatan kabur,
jaundice sklera dan perdarahan retina.
3) sistem Integumen kulit ibu hamil dengan anemia tampak pucat, joundice (pada
anemia hemolitik), kulit kering, kuku rapuh, clubbing finger.
4) sistem pernapasan pernafasan pada ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan
dyspnea dan orthopnea.
5) sistem kardiovaskular ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan gejala seperti
takikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi, kardiomegali, dan gagal jantung.
6) sistem pencernaan pada ibu hamil dengan anemia ditemukan mukosa bibir licin
dan mengkilap, stomatitis, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, hepatomegali,
splenomegali.
12
7) sistem genitourinaria ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan riwayat amnore
dan menoragia sebelumnya, menurunnya fertilisasi, dan hematuria (pada anemia
hemolitik).
8) sistem muskuloskletal ibu hamil dengan anemia biasanya mengeluh nyeri
pinggang, nyeri sendi, tenderness sternal.
9) sistem persarafan pada ibu hamil dengan anemia biasnya nyeri kepala, bingung,
neuropati perifer, prestasia, mental depresi, cemas, kesulitan kopping.
Menurut Pratami (2016) pada ibu hamil yang menderita anemia biasanya ibu hamil tersebut
lebih sensitif dan merasa cemas dengan keadaannya dan janinnya karena sangat
berbahaya, contonya bagi ibu bisa menyebabkan abortus, persalinan prematur,
peningkatan terjadi infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0
g/dl.
penghambat penyerapan zat besi. Sebaiknya tablet Fe diminum pada malam hari
sebelum tidur, karena mengurangi efek mual yang akan timbul setelah ibu
meminumnya (Ani, L.S, 2013).
b Penatalaksanaan Keperawatan di rumah
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
mengonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang
hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun
hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu
memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi
dengan baik. Selain itu pemberian vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan
bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan
setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan
yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati, 2011).
14
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Anemia Dalam Kehamilan
3.1.Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Pengkajian identitas ibu hamil dengan anemia meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis.
wanita usia <20 tahun atau >35 tahun merupakan faktor predisposisi terjadinya
anemia selama kehamilan (Wagiyo dan Putrono, 2016).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan keluhan cepat lelah,
sering pusing, dan mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi
hilang, nafas pendek (pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda,
dan palpitasi (Wagiyo dan Putrono, 2016).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan mudah lelah, lesu, dan
sesak napas saat beraktivitas maupun istirahat, permukaan kulit dan
wajah pucat, dan mudah pusing (Lutfiatus, 2016).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada ibu hamil dengan anemia biasanya
riwayat kehamilan yang berdekatan, dan riwayat penyakit-penyakit
tertentu seperti infeksi seperti TB, cacing usus, dan malaria yang dapat
memungkinkan terjadinya anemia (Pratami, 2016).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
15
6) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Ibu hamil dengan anemia akan terlihat lemah, lesu, dan pucat (Wagiyo
dan Putrono, 2016).
a) Kepala : Rambut ibu hamil dengan anemia biasanya tidak ada masalah
d) Mulut : Bibir ibu hamill dengan anemia ditemukan pucat dan membran
mukosa kering.
e) Payudara
Inspeksi : Pada areola mammae dan puting susu ibu hamil akan
menghitam. Biasanya payudara akan membesar, tegang dan sakit.
Palpasi : Apabila di pijat, biasanya pada kehamilan 16 minggu cairan yang
dikeluarkan jernih, kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu warna cairan
agak putih seperti air susu yang sangat encer, dan dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning,
dan banyak mengandung lemak atau disebut kolostrum.
f) Abdomen
Inspeksi : Hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai kelihatan membesar.
Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat meninjol keluar. Timbul
linia alba atau nigra dan strie gravidarum
Palpasi :
Leopold 1 :
(a) apabila kepala janin dibagian fundus, yang akan teraba adalah keras,
bundar, dan melenting.
(b) apabila bokong janin teraba dibagian fundus, yang terasa adalah lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting.
(c) apabila posisi janin melintang pada reahim, maka pada fundus teraba
kosong.
Leopold II :
(a) bagian punggung : akan teraba jelas, rata, cembung, kaku / tidak dapat
digerakkan.
17
(b) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) : akan teraba kecil, bentuk atau
posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin
secara aktif maupun pasif.
Leopold III :
(a) bagian keras, bulat, dan hampir homogen adalah kepala sedangkan
tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong.
(b) apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian
bawah digoyang sudah tidak bisa.
Leopold IV :
a) Pemeriksaan Hb : kadar Hb <11g/dl pada trimester I dan II atau <10.5 g/dl pada trimester
II
1) Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis pada ibu hamil (anemia dalam
kehamilan).
2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan.
3) Defisiensi pengetahuan ibu hamil tentang anemia berhubungan dengan kurang
sumber pengetahuan mengenai anemia.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
19
Definisi:
23
Batasan Karakteristik:
25
a) Mual,
muntah,
konjungtiva pucat
b) Bising usus
hiperaktif
c) Cepat
kenyang setelah
makan
d) Kurang informasi
e) Kurang minat pada
makanan
f) Membran mukosa
pucat
g) Penurunan berat
badan dengan
asupan makanan
adekuat
26
7. Monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yangadekuat
Sumber :
3.5. EvaluasiKeperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan proses kontinu yang terjadi
saat perawat melakukan kontak dengan pasien. Setelah
melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu tinjau ulang
pengetahuan tentang status terbari dari kondisi, terapi, sumber
daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah
terpenuhi, bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan
setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009)
34
DAFTAR PUSTAKA
Azra, P.A., & Rosha, B.C. ( 2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Status Anemia
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang. 20 Juli 2017.