Anda di halaman 1dari 35

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN ANEMIA

OLEH :

YANI KRISTIANI ISU

NPM : 61190009

KEMENTRIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TIMOR (UNIMOR)

FAKULTAS PERTANIAN

KAMPUS ATAMBUA

PRODI KEPERAWATAN

2021
2

DAFTAR ISI

BAB I. Pendahuluan

1.1. Latar
Belakang .......................................................................................................2
1.2.
Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II. Pembahasan

2.1. Konsep Anemia Dalam


Kehamilan..........................................................................4
2.2. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil dengan
Anemi.............................................4
2.3. Etiologi Anemia dalam
Kehamilan ........................................................................5
2.4. Tanda dan gejala Anemia dalam
Kehamilan............................................................6
2.5. Dampak Anemia dalam
Kehamilan........................................................................6
2.6. Klasifikasi Anemia dalam
Kehamilan.....................................................................6
2.7. Jenis Anemia dalam
Kehamilan ............................................................................7
2.8. Patofisiologi Anemia dalam
Kehamilan.................................................................8
2.9. Komplikasi Anemia dalam
Kehamilan...................................................................9
2.10. Respon Tubuh Ibu Hamil dengan Anemia ........................................................10
2.11. Penatalaksanaan ibu hamil dengan anemia.........................................................11

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan Anemia dalam Kehamilan

3.1. Pengkajian Keperawatan ...................................................................................13


3.2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan ...............................................................17
3

3.3. Rencana Keperawatan .........................................................................................18


3.4. Implementasi Keperawatan .................................................................................33
3.5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang menjadi harapan setiap pasangan suami
istri. Namun, tidak semua kehamilan bebas dari masalah.Masalah yang terjadi pada ibu
hamil selama kehamilan diantaranya kehamilan ektopik atau tuba, perdarahan vagina,
keguguran, hiperemesis gravidarum, demam, plasenta previa, fibroid (mioma), abrupsio
plasenta, infeksi, diabetes mellitus gestasional, preeklampsia, PIH, dan anemia (Simkin,
dkk, 2011). Menurut Prawirohardjo (2013), salah satu yang menjadi masalah besar pada
ibu hamil adalah anemia. Anemia merupakan penyebab kematian non obstetri yang secara
tidak langsung terjadi pada ibu hamil (Triana, dkk , 2015).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 38% ibu hamil berusia 15-49
tahun mengalami anemia. World Health Organization (WHO) juga menjelaskan bahwa
penyebab anemia kehamilan itu bervariasi, namun 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia besi (WHO, 2014). Indonesia frekuensi ibu hamil
dengan anemia relatif tinggi (63.5%). (Saifuddin, dkk, 2014).

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
4

Untuk mengetahui atau mengidentifikasi asuhan keperawatan pada kasus ibu hamil
dengan anemia.

2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengkajian pada kasus ibu hamil


dengan anemia
b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perumusan diagnosis pada kasus ibu
hamil dengan anemia
c. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan rencana keperawatan pada kasus ibu
hamil dengan anemia
d. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tindakan keperawatan pada kasus ibu
hamil dengan anemia
e. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan evaluasi pada kasus ibu hamil dengan
anemia
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Konsep Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang
dari 10,5 g/dl pada trimester II (Pratami, 2016).

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin pada trimester pertama, kedua, dan ketiga
yang disebabkan berkurangnya cadangan zat besi yang dibutuhkan janin sehingga
membahayakan ibu dan janin (Wagiyo dan Putrono, 2016). Anemia secara praktis
didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau eritrosit dibawah batas normal.
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl atau
hematokrit kurang dari 33%. Namun CDC (Centers for Desease Control and Prevention /
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) membuat nilai batas khusus berdasarkan
trimester kehamilan, yaitu kadar Hb kurang dari 11.0 g/dl pada trimester I dan III dan
kurang dari 10.5 g/dl pada trimester II (Prawirohardjo, 2013).

2.2 Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil

Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat


berbagai perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh ibu. Salah satu perubahan
fisiologis yang terjadi adalah perubahan hemodinamika. Selain itu, darah yang terdiri
6

atas cairan dan sel-sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan
trombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktor-faktor prokoagulasi dan hemostasis
(Prawirohardjo, 2013). Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara
progresif mulai minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32
– 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat
kira-kira 40 – 45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal
yang dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah
ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2013).

Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20 - 30%, tetapi
tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan
hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobindari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan
pada 6% perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang
abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi
dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu
selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi dan asam folat dapat membantu
mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang
1.000 mg atau rata-rata 6 – 7 mg/hari. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala
pada 2-6 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2013). Selama kehamilan jumlah
leukosit juga akan meningkat yakni berkisar antara 5.000 – 12.000 /ul dan mencapai
puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab
peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama juga diketahui terjadi selama dan
setelah melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo, 2013). Selama kehamilan juga
sirkumferensia torak akan bertambah lebih kurang 6 cm, tetapi tidak mencukupi
penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh
diagfragma yang naik lebih kurang 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya
mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala dalam minggu
ke 24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2013).

2.3. Etiologi Anemia Dalam Kehamilan


Menurut Jane Bain (2014), penyebab utama anemia kehamilan di negara maju adalah
defisiensi zat besi, yaitu hampir sepertiga kasus. Angka ini menjadi lebih tinggi di
negara berkembang.
7

Penyebab utama defisiensi zat besi adalah :


1) intake tidak mencukupi,
2) malabsorbsi,
3) hiperemesis gravidarum.
Menurut Saifuddin, 2002 dalam Wagiyo dan Putrono (2016), anemia ibu hamil pada
umumnya disebabkan oleh:
1) kurang gizi (malnutrisi) ,
2) kurang zat besi dalam diit,
3) malabsobsi,
4) perdarahan antepartum,
5) kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu,
6) haid, dan penyakit-penyakit kronik seperti TB paru, cacing usus, malaria, dan lain-
lain.

2.4. Tanda dan Gejala Anemia Dalam Kehamilan


Menurut Lutfiatus (2016), tanda dan gejala ibu hamil yang mengalami anemia, yaitu :
1) mudah lelah, lesu, dan sesak napas saat beraktivitas maupun istirahat,
2) permukaan kulit dan wajah pucat,
3) mudah pusing,
4) mudah pingsan,
5) kerja jantung meningkat sehingga denyutnya lebih cepat, bahkan dapat berakibat
gagal jantung jika kondisi jantung memburuk.

2.5. Dampak Anemia Dalam Kehamilan

Menurut Wiknjosastro, 2006 dalam Wagiyo dan Putrono (2016), anemia dalam
kehamilan memberikan pengaruh kurang baik pada ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan maupun saat masa nifas, dan masa selanjutnya. Berbagai masalah dapat
timbul akibat anemia, seperti : 1) abortus, partus prematurus 2) partus lama karena
intertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri. 3) shock, infeksi, baik
intrapartum maupun post partum 4) anemia yang sangat berat dengan hb kurang dari 4
8

g/100ml yang menyebabkan dekompensasi kordis. Sedangkan menurut Rukiyah dan


Yulianti (2010), dampak anemia kehamilan bervariasi, yaitu : 1) gangguan kelangsungan
kehamilan : abortus, partus immatur atau prematur, 2) gangguan proses persalinan :
inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis, 3) gangguan pada masa nifas : sub
involusi rahim, mudah terinfeksi, produksi ASI rendah, dan 4) gangguan pada janin :
abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal

2.6. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan


Berdasarkan ketetapan WHO, anemia ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 g/dl.
Klasifikasi anemia ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu :
a. Hb 11 g/dl : normal
b. Hb 9-10 g/dl : anemia ringan
c. Hb 7-8 g/dl : anemia sedang
d. Hb <7 g/dl : anemia berat. (Manuaba, dkk, 2007).
2.7. Jenis Anemia dalam Kehamilan
Menurut Pratami (2016), anemia dalam kehamilan dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis berdasarkan penyebabnya, antara lain anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik,
anemia hipoplastik, dan anemia hemolotik (anemia sel sabit).
a. Anemia Defisiensi Besi
b. Anemia defisiensi besi (IDA, Iron Deficiency Anemia) merupakan kelainan
hematologi yang paling sering terjadi selama kehamilan. Adanya perubahan
fisiologis yang terjadi selama kehamilan memiliki peran serta dalam
meningkatkan resiko terjadinya IDA. Terdapat perubahan yang sangat menonjol
pada volume massa maternal dan peningkatan volume sel darah merah total dan
massa hemoglobin yang relatif rendah. Wanita yang memiliki riwayat status
nutrisi yang buruk, jarak kehamilan yang dekat, kehamilan kembar, atau
perdarahan pervaginam yang berlebihan dapa beresiko mengalami IDA selama
kehamilan. IDA dapat menyebabkan wanita hamil menjadi sangat rentan
terhadap infeksi dan komplikasi akibat kehilangan darah saat atau setelah
persalinan. Anemia kronis membatasi jumlah oksigen yang tersedia bagi
pertukaran janin, yang menempatkan klien beresiko tinggi mengalami aborsi dan
persalinan prematur. Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dl atau hematokrit kurang
dari 30% pada wanita hamil pada umumnya menunjukkan adanya IDA, dan
9

evaluasi lebih jauh diindikasikan untuk menentukan penyebab terjadinya kondisi


tersebut. (Reeder, 2014)
c. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik merupakan anemia dengan
karakteristik sel darah makrositik. Anemia megaloblastik dapat terjadi akibat
defisiensi asam folat, malnutrisi, infeksi kronis, atau defisiensi vitamin B12
(Pratami, 2016). Anemia megaloblastik, dicirikan dengan adanya sel darah merah
yang belum matang yang gagal membelah sehingga sel darah merah tersebut
makin lama makin membesar dan jumlahnhya makin sedikit, jarang terjadi
dibandingkan IDA, yang terjadi pada kurang dari 3% wanita hamil. Gejala
anemia dengan tipe ini meliputi glositis, lidah sakit, dan anoreksia (Reeder,
2014).
d. Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik terjadi karena adanya hipofungsi
sumsum tulang belakang dalam membentuk sel darah merah yang baru. Anemia
hipoplastik primer atau idiopatik masih belum diketahui penyebabnya dan sulit
untuk ditangani. Anemia hipoplastik sekunder dapat terjadi akibat adanya infeksi
berat dan pajanan terhadap racun kimiawi, rotgen, atau radiasi (Pratami, 2016).
e. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi akibat penghancuran sel darah
merah yang lebih cepat daripada pembentukannya. Gejala utama anemia
hemolitik dapat berupa perasaan lelah, lemah, atau anemia dengan gambaran
darah yang abnormal (Pratami, 2016).

2.8. Patofisiologi Anemia Dalam Kehamilan


Anemia dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain malnutrisi, kurang zat besi
dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang berlebihan, kehamilan, proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi
akibat infeksi kronis atau infeksi akut yang berulang, serta kondisi kronis seperti infeksi
TB, malaria, atau cacing usus. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui
beberapa tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan besi. Lambat laun hal
tersebut mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Didalam tubuh, sebagian zat besi dalam
bentuk ferritin di hati. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, ferritin inilah
yang diambil. Sayangnya, daya serap zat besi dari makanan sangat rendah. Zat pangan
dari hewani lebih tinggi penyerapannya, yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati
10

hanya 1- 6%. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipicu lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan oksigen kesemua organ tubuh. Akibatnya penderita sering berdebar-debar dan
jantung lekas lelah. Gejala lainnya, lemas-lemas, cepat lelah, cepat letih, mata sering
berkunang-kunang, dan sering mengantuk. Wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan
kuku tampak pucat. Anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan
lemah jantung. (Pratami, 2016). Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester
ketiga. Karena, pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir (Sinsin, 2008). Menurut penelitian Azra &
Rosha (2015), ibu hamil yang mengalami anemia sebesar hampir 70 persen dan lebih
banyak terjadi pada ibu hamil trimester II dan III. Hal ini dikarenakan pada kehamilan
sering terjadi hemodilusi atau pengenceran darah. Prawirohardjo (2013) menjelaskan,
pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritopoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin akibat hemodilusi. Volume darah mulai meningkat pada trimester I, yang
kemudian mengalami percepatan selama trimester II, dan untuk selanjunya melambat
pada trimester III. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr%, dengan terjadinya
hemodilusi, Hb ibu hamil akan menjadi 9.5 – 10 gr%. Penurunan ini mencerminkan
keadaan hemodilusi, dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil
fisiologis. Pada proses hemodilusi volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 –
45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang dinisiasi
oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian
besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2013)
2.9. Komplikasi Anemia Dalam Kehamilan
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan ibu hamil
sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan
dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin
dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung
jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan ante
11

partum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama
persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang
berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali
mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan perdaraan
postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum sekunder dan atonia uterus
pada kala keempat. Bahaya yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi
uteri yang mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi
jantung segera setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau
peningkatan resiko terjadinya infeksi payudara.
b. Komplikasi Anemia Pada Janin
Menurut (Pratami, 2016) anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan
janin yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi, O2 dan plasenta menurun ke dalam
tubuh janin sehingga dapat timbul pada janin adalah : 1) resiko terjadinya kematian
intra-uteri, 2) resiko terjadinya abortus, 3) berat badan lahir rendah, 4) resiko terjadinya
cacat bawaan, 5) peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal 6) atau
tingkat intiligensi bayi rendah.
2.10. ResponTubuh Ibu Hamil dengan Anemia
a. Respon tubuh secara fisik
Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), ibu hamil yang menderita anemia respon
tubuhnya seperti :
1) keadaan umum ibu hamil dengan anemia tampak pucat dan dan mengalami
keletihan.
2) Mata Konjungtiva ibu hamil dengan anemia tampak nemis, penglihatan kabur,
jaundice sklera dan perdarahan retina.
3) sistem Integumen kulit ibu hamil dengan anemia tampak pucat, joundice (pada
anemia hemolitik), kulit kering, kuku rapuh, clubbing finger.
4) sistem pernapasan pernafasan pada ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan
dyspnea dan orthopnea.
5) sistem kardiovaskular ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan gejala seperti
takikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi, kardiomegali, dan gagal jantung.
6) sistem pencernaan pada ibu hamil dengan anemia ditemukan mukosa bibir licin
dan mengkilap, stomatitis, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, hepatomegali,
splenomegali.
12

7) sistem genitourinaria ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan riwayat amnore
dan menoragia sebelumnya, menurunnya fertilisasi, dan hematuria (pada anemia
hemolitik).
8) sistem muskuloskletal ibu hamil dengan anemia biasanya mengeluh nyeri
pinggang, nyeri sendi, tenderness sternal.
9) sistem persarafan pada ibu hamil dengan anemia biasnya nyeri kepala, bingung,
neuropati perifer, prestasia, mental depresi, cemas, kesulitan kopping.

b. Respon tubuh secara psikologis

Menurut Pratami (2016) pada ibu hamil yang menderita anemia biasanya ibu hamil tersebut
lebih sensitif dan merasa cemas dengan keadaannya dan janinnya karena sangat
berbahaya, contonya bagi ibu bisa menyebabkan abortus, persalinan prematur,
peningkatan terjadi infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0
g/dl.

2.11. Penatalaksanaan Anemia dalam Kehamilan


a. Penatalaksaan secara medis
Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh
pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan
memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah pelaksanaan
tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi darah telah ditentang
selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi beresiko menimbulkan masalah
yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri (Pratami, 2016). WHO
merekomendasikan pemberian suplemen zat besi tambahan sekitar 2-3 mg/hari
kepada ibu hamil sehingga tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan
serta oksigen pada janin melalui plasenta (Kemenkes RI, 2015). Program pemerintah
dalam upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan pemberian tablet Fe
sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Sulistiyanti, 2015). Tablet Fe mulai dikonsumsi
oleh ibu hamil pada trimester II, karena pada trimester ini peningkatan volume plasma
darah yang signifikan. Selain itu, jika diberikan mulai pada trimester I, maka akan
membuat ibu hamil semakin mual dan muntah, melihat dampak dari tablet Fe yang
membuat ibu hamil mual. Tablet sebaiknya diminum dengan air putih atau air jeruk
yang mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan zat besi. Teh, susu,
dan kopi tidak boleh diminum bersamaan dengan tablet Fe, karena merupakan faktor
13

penghambat penyerapan zat besi. Sebaiknya tablet Fe diminum pada malam hari
sebelum tidur, karena mengurangi efek mual yang akan timbul setelah ibu
meminumnya (Ani, L.S, 2013).
b Penatalaksanaan Keperawatan di rumah
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan
mengonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang
hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun
hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu
memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi
dengan baik. Selain itu pemberian vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan
bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan
setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan
yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati, 2011).
14

BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Anemia Dalam Kehamilan
3.1.Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Pengkajian identitas ibu hamil dengan anemia meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis.
wanita usia <20 tahun atau >35 tahun merupakan faktor predisposisi terjadinya
anemia selama kehamilan (Wagiyo dan Putrono, 2016).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan keluhan cepat lelah,
sering pusing, dan mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi
hilang, nafas pendek (pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda,
dan palpitasi (Wagiyo dan Putrono, 2016).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan mudah lelah, lesu, dan
sesak napas saat beraktivitas maupun istirahat, permukaan kulit dan
wajah pucat, dan mudah pusing (Lutfiatus, 2016).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada ibu hamil dengan anemia biasanya
riwayat kehamilan yang berdekatan, dan riwayat penyakit-penyakit
tertentu seperti infeksi seperti TB, cacing usus, dan malaria yang dapat
memungkinkan terjadinya anemia (Pratami, 2016).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
15

Anggota keluarga biasanya tidak ada yang mengalami penyakit yang


sama. Biasanya anggota keluarga cenderung menganggap gejala yang
ada pada ibu hamil dengan anemia merupakan hal yang biasa terjadi
pada ibu hamil. Hal ini merupakan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal resiko anemia pada ibu hamil. Sehingga, biasanya anggota
keluarga kurang memperhatikan gizi anggota keluarganya walaupun
sedang hamil (Riasmini, dkk, 2017).
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan kehamilan pada usia muda
dan kehamilan yang berdekatan (Wagiyo dan Putrono, 2016).

5) Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Pola makan Ibu hamil dengan anemia biasanya kurang
mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi seperti sayuran
berdaun hijau, daging merah dan tidak mengkonsumsi tablet Fe
(Wagiyo dan Putrono, 2016)
b. Pola aktivitas/istirahat Ibu hamil dengan anemia mudah
kelelahan, keletihan, malaise, sehingga kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak (Wagiyo dan Putrono, 2016).

6) Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Ibu hamil dengan anemia akan terlihat lemah, lesu, dan pucat (Wagiyo
dan Putrono, 2016).

2) Head to Toe Menurut Wagiyo dan Putrono (2016),

pemeriksaan head to toe pada ibu hamil dengan anemia, didapatkan :

a) Kepala : Rambut ibu hamil dengan anemia biasanya tidak ada masalah

b) Wajah : Pada wajah ibu hamil biasanya terdapat chloasma gravidarum


karena terjadi hiperpigmentasi.
16

c) Mata : Ibu hamil dengan anemia ditemukan konjungtiva anemis dan


skelera tidak ikterik.

d) Mulut : Bibir ibu hamill dengan anemia ditemukan pucat dan membran
mukosa kering.

e) Payudara
Inspeksi : Pada areola mammae dan puting susu ibu hamil akan
menghitam. Biasanya payudara akan membesar, tegang dan sakit.
Palpasi : Apabila di pijat, biasanya pada kehamilan 16 minggu cairan yang
dikeluarkan jernih, kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu warna cairan
agak putih seperti air susu yang sangat encer, dan dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning,
dan banyak mengandung lemak atau disebut kolostrum.

f) Abdomen
Inspeksi : Hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai kelihatan membesar.
Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat meninjol keluar. Timbul
linia alba atau nigra dan strie gravidarum
Palpasi :
Leopold 1 :

(a) apabila kepala janin dibagian fundus, yang akan teraba adalah keras,
bundar, dan melenting.

(b) apabila bokong janin teraba dibagian fundus, yang terasa adalah lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting.

(c) apabila posisi janin melintang pada reahim, maka pada fundus teraba
kosong.
Leopold II :

(a) bagian punggung : akan teraba jelas, rata, cembung, kaku / tidak dapat
digerakkan.
17

(b) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) : akan teraba kecil, bentuk atau
posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin
secara aktif maupun pasif.

Leopold III :

(a) bagian keras, bulat, dan hampir homogen adalah kepala sedangkan
tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong.

(b) apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian
bawah digoyang sudah tidak bisa.
Leopold IV :

(a) apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen), berarti


bagian terendah janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan
apabila kedua tangan pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu
(divergen), maka bagian terendah janin sudah memasuki PAP.
Auskultrasi : Normalnya denyut jantung janin antara 120-160 kali/menit

g) Ekstremitas : Pada ekstremitas ibu hamil biasanya timbul varises pada


sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering trejadi edema pada
salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar
pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

h) Genitalia : Pada ibu hamil dengan anemia dapat terjadi perdarahan


pervagina. i) Sistem Integumen : Ibu hamil dengan anemia ditemukan
menngalami gejala seperti pucat, joundice (pada anemia hemolitik), kulit
kering, kuku rapuh, clubbing finger.

j) Sistem pernapasan : Ibu hamil dengan anemia akan mengalami nafas


pendek saat istirahat maupun beraktivitas karena desakan diafragma oleh
janin.

k) Sistem Pencernaan: Biasanya alat pencernaan lebih kendur, peristaltik


kurang baik, terjadi hipersekresi kelenjar dalam alat pencernaan sehingga
menimbulkan rasa mual, muntah, hipersalivasi, dan lain-lain. Peristaltik
yang kurang baik dapat menimbulkan konstipasi atau obstipasi.
18

l) sistem kardiovaskular : pada ibu hamil dengan anemia ditemukan


takikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi, kardiomegali, dan gagal
jantung.

m) sistem muskuloskletal : ibu hamil dengan anem ia akan mengeluh


nyeri pinggang, nyeri sendi, tenderness sternal

n) sistem persarafan : ibu hamil dengan anemia akan mengeluh nyeri


kepala, bingung, dan cemas.

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium. Menurut


Wagiyo dan Putrono (2016), hasil pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil yang biasanya
didapatkan, yaitu:

a) Pemeriksaan Hb : kadar Hb <11g/dl pada trimester I dan II atau <10.5 g/dl pada trimester
II

b) Pemeriksaan Ht : kadar Ht menurun (normal 37% - 41%)

c) Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)

d) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.

e) Terdapat pensitopenia, susmsum tulang kosong diganti lemak.

f) Skrining HIV pada ibu hamil

3.2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul :

1) Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis pada ibu hamil (anemia dalam
kehamilan).
2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan.
3) Defisiensi pengetahuan ibu hamil tentang anemia berhubungan dengan kurang
sumber pengetahuan mengenai anemia.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
19

5) Risiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kewaspadaan


perdarahan.
6) Resiko cedera Janin berhubungan dengan malnutrisi pada ibu hamil.
7) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan cardiac output
8) Resiko shok berhubungan dengan peningkatan kerja jantung.
9) Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan gangguan transpor
oksigen (anemia).
10) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
11) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. (NANDA, 2015-2017)
12)

3.3. Rencana Keperawatan

Diagnosis Keperawatan NOC NIC


20

Keletihan berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Energi :


dengan kelesuan intervensi keperawatan 1) Lakukan
fisiologis (anemia dalam (penyuluhan/pendidikan penyuluhan/pendidikan
kehamilan) kesehatan) selama 5 kali kesehatan untuk membatasi
kunjungan, tingkat aktivitas agar ketahan klien
Defenisi : keletihan terus-
kelelahan klien tetap terjaga
menerus dan penurunan
berkurang dengan 2) Bantu pasien untuk
kapasitas untuk kerja fisik
kriteria hasil: memilih aktivitas-aktivitas
dan mental pada tingkat
1. Klien tidak yang akandilakukan
yang lazim
mengalamikelelahan 3) Anjurkan tidur siang
2. Klien tidak biladiperlukan
Batasan Karakteristik :
mengalamikelesuan 4) Bantu pasien untuk
1. Gangguankonsentrasi
3. Klien tidak menjadwalkan priode
2. Kelelahan
mengalami istirahat
3. Kurangenergi
kehilangan selera 5) Instruksikan pasien/orang
4. Mengantuk
makan yang terdekat dengan
5. Peningkatan kebutuhan
4. Klien tidak pasien mengenai kelelahan
istirahat
mengalami penurunan (gejala yang mungkin
6. Peningkatan keluhan
motivasi muncul dan kekambuhan
fisik
5. Klien tidak yang mungkin nanti akan
7. Tidak mampu
mengalami sakit munculkembali).
mempertahankan
kepala 6) Monitor intake/asupan
aktivitas fisik pada
6. Klien tidak nutrisi untuk mengetahui
tingkat yangbiasanya
mengalami nyeriotot sumber energi yangadekuat
7. Kuliatas tidur klien
tidakterganggu
8. Kualitas istirahat
klien tidakterganggu.
21

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang intervensi keperawatan
1) Jelaskan pentingnya
(pendidikan/penyuluhan
dari nutrisi untuk ibu dan janin
kesehatan) selama 5 kali
kebutuhan selama kehamilan
kunjungan, diharapkan:
tubuh 2) Lakukan penyuluhan atau

berhubungan dengan a) keseimbangan nutrisi pendidikan

kurang asupan makanan klien tidak terganggu kesehatan tentang


dengan kriteria hasil : pengertian nutrisi bagi ibu
1. Klien mengerti hamil
tentang pentingnya 3) Lakukan
nutrisi bagi ibu penyuluhan/pendidikan
hamil dan janinnya kesehatan tentang
2. Klien mengerti sumber- sumber nutrisi
tentang pengertian bagi ibu hamil
nutrisi 4) Lakukan
3. Klien mengerti penyuluhan/pendidikan
tentang sumber- sumber
kesehatan tentang dampak
nutrisi bagi ibu hamil
kekurangan nutrisi bagi
4. Klien mengerti
ibu hamil
tentang danpak
kekurangan nutrisi bagi
ibu hamil Monitor Nutrisi

1) Timbang berat badan


b) Nafsu Makan : pasien
Indikator :
2) Monitor kecendrungan
turun dan naiknya berat
1 Keinginan untuk
badan
makan tidak
3) Identifikasi
terganggu
pertumbuhan berat badan
2 Klien tidak mual
terakhir
3 Rangsangan
4) Monitor tugor kulit
dan mobilitas
5) Monitor adanya
mual muntah
22

6) Monitor adanya (warna)


pucat, kemerahan dan

Definisi:
23

Asupan nutrisi tidak


cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.
24

Batasan Karakteristik:
25

a) Mual,
muntah,
konjungtiva pucat
b) Bising usus
hiperaktif
c) Cepat
kenyang setelah
makan
d) Kurang informasi
e) Kurang minat pada
makanan
f) Membran mukosa
pucat
g) Penurunan berat
badan dengan
asupan makanan
adekuat
26

untuk makan jaringan konjungtiva yang


tidakterganggu kering
c) Status Nutrisi : 7)Lakukan pemeriksaan
Asupan makanan laboratorium (Hb, Ht)
&cairan
Indikator :
a. Asupan
makanan secara
oral tidak
terganggu
b. Asupan cairan
secara oraltidak
terganggu
27

Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan


tentang anemia penyuluhan kesehatan 5 Aktivitas-aktivitas :
berhubungan dengan kali kunjungan, 1) Lakukan pendidikan
kurang sumber pengetahuan klien kesehatan pada klien dan
pengetahuan mengenai bertambah dengan keluarga tentang nutrisi
anemia kriteria hasil: untuk ibu hamil dan anemia
1 Klien mengetahui kehamilan
pengertian anemia pada 2) Jelaskan tentang pengertian
Definisi :
kehamilan anemia dalamkehamilan
Ketiadaan atau defisiensi
2 Klien mengetahui 3) Jelaskan tentang penyebab
informasi kognitif yang
penyebab anemia anemia dalamkehamilan
berkaitan dengan topik
dalamkehamilan 4) Jelaskan tentang dampak
tertentu
3 Klien mengetahui anemia dalamkehamilan
Batasan Karakteristik : dampak anemia dalam 5) Jelaskan cara mengatasi
kehamilan anemia selamakehamilan
1. Ketidakakuratan
4 Klien mengetahui cara 6) Jelaskan pentingnya
melakukantes
pencegahan anemia konsumsi tablet Fe selama
2. Ketidakakuratan
dalamkehamilan kehamilan
mengikutiperintah
5 Klienmemahami 7) Jelaskan caramengonsumsi
28

3.Kurang tentang pentingnya tablet Fe yang benar


pengetahuan tablet tambah darah Caranya : Tablet Fe
Perilaku tidak untuk kehamilannya sebaiknya diminum dengan
tepat (misalnya: 6 Klien mengetahui cara air putih atau air jeruk yang
histeria, konsumsi tablet Fe mengandung vitamin C
bermusuhan, yang benar untuk mempermudah
agitasi,apatis) penyerapan zat besi. Teh,
susu, dan kopi tidak boleh
diminum bersamaan dengan
tablet Fe, karena merupakan
faktor penghambat
penyerapan zat besi.
Sebaiknya tablet Fe
diminum pada malam hari
sebelum tidur, karena
mengurangi efek mual yang
akan timbul setelah ibu
meminumnya (Ani, L.S,
2013).
8) Jelaskan pentingnya
memeriksakan kehamilan
secararutin
9) Libatkan individu, keluarga,
dan kelompok dalam
perencanaan dan rencana
implementasi gaya hidup
atau modifikasiperilaku
kesehatan
Risiko infeksi Setelah dilakukan a. Kontrolinfeksi
berhubungan dengan penyuluhan/pendidikan 1) Lakukan
penurunanhemoglobin kesehatan 5 kali penyuluhan/pendidikan
kunjungan, klienmampu kesehatan tentang cara
29

mengontrol infeksi , cuci tangan yang benar


dengan kriteria hasil: 2) Jelaskan kepada pasien
Definisi: Rentan
dan keluarga tanda dan
mengalami invasi dan 1) Mampu
gejalainfeksi
multiplikasi organisme mengidentifikasi
3) Jelaskan pada klien dan
patogenik yang dapat faktor risikoinfeksi
keluarga akibat dari
mengganggukesehatan. 2) Mengetahui
infeksi bagi ibu dan
konsekuensi terkait
janinnya
infeksi
4) Jelaskan kepada klien
3) Mampu
pentingnya
mengidentifikasi
meningkatkan intake
tanda dan gejalah
nutrisi bagi ibu dan
infeksi.
janin agar terhindar
4) Mempu menunjukan
dariinfeksi
mencuci tangan untuk
5) Monitor tanda dan
pencegahaninfeksi
gejala infeksi sistemik
5) Tidak ada kemerahan
danlocal
padaklien
6) Inspeksi kulit dan
6) Klien tidakdemam
membrane mukosa
7) Klien tidak
terhadap kemerahan,
hipotermia
panas,drainase
8) Klien tidak
7) Monitor adanyaluka
kehilangan nafsu
8) Jelaskan pada klien
makan
pentingnya masukan
9) Klien tidakmalaise
cairan
9) Anjurkan klienuntuk
meningkatkan istirahat
30

Risiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan :


berhubungan dengan penyuluhan/pendidikan 1. Lakukan
kurang pengetahuan kesehatan selama 5 kali penyuluhan/pendidikan
tentangkewaspadaan kunjungan, klienmampu kesehatan kepada kliendan
mengatasi resiko keluarga tentang resiko

perdarahan kehilangan darah dengan perdarahan


kriteria hasil : 2. Jelaskan pada klien dan
31

Defenisi: 1. Klien dan keluarga keluarga tentang tanda dan


Rentan mengalami mengetti tentang gejalaperdarahan
penurunan volume darah, tanda dan gejala 3. Jelaskan pada klien dan
yang dapat mengganggu perdarahan keluarga perlunya mindungi
kesehatan. 2. Klien mengerti diri klien dari trauma yang
tentang pentingnya dapat menyebabkan
meningkatkan asupan perdarahan
cairan dan makanan 4. Instruksikan untuk
yang kaya vitaminK menghindari mengangkat
3. Klien tidak bendaberat
kehilangandarah 5. Instruksikan pasien untuk
4. Klien tidak meningkatkan makanan
mengalami yang kaya vitamin K.
perdarahan Vitamin ini banyak terdapat
pervaginam pada sayuran, buah-buahan,
5. Klien tidak susu, dan kacang-kacangan
mengalami penurunan untuk proses pembekuan
tekanan darahsistolik darah dan mengurangi
6. Klien tidak perdarahan.
mengalami penurunan 6. motivasi untuk
tekanan darah meningkatkan asupan cairan
diastolik agar tidak terjadikonstipasi
7. Klien tidak 7. Instruksikan pasien dan
kehilangan panas keluarga untuk memonitor
tubuh tanda-tanda perdarahan dan
8. Klien tidak mengambil tindakan yang
mengalami penurunan tepat jika terjadi perdarahan
Hemoglobin(Hb) (misalnya melapor kepada
9. Klien tidak perawat)
mengalamipenurunan 8. Instruksikan pasiendan
32

Hematokrit (Ht) keluarga untuk memonitor


tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang
tepat jika terjadi perdarahan
(misalnya, laporkepada
perawat)
Resiko Cedera Janin Setelah dilakukan Manajemen Energi :
berhubungan dengan penyuluhan atau 1. Lakukan
malnutrisi pendidikan kesehatan penyuluhan/pendidikan
selama 5 kali kunjungan, kesehatan untuk membatasi
klien mampu mengurangi aktivitas agar ketahan klien
Definisi :
kejadian jatuh pada ibu tetap terjaga.
Rentan mengalami cedera
dan resiko cedera janin 2. Lakukan pendidikan.
fisik akibat kondisi
berkurang dengan kesehatan pentingnya
lingkungan yang
kriteria hasil: asupan nutrisi yang adekuat
berinteraksi dengan untu pertumbuhan dan
1 Nutrisi klienterpenuhi
sumber adaptif dan 2 Klien tidak jatuh saat perkembanganjanin.
sumber defensif individu, berdiri 3. Bantu pasien untuk
yang dapat mengganggu memilih aktivitas-aktivitas
3 Klien tidak jatuh saat
kesehatan. yang akandilakukan
berjalan
4 Klien tidak jatuh saat 4. Anjurkan tidur siang
naiktangga biladiperlukan
5 Klien tidak jatuh saat 5. Bantu pasien untuk
ke kamarmandi menjadwalkan priode
istirahat
6. Instruksikan pasien/orang
yang terdekat dengan
pasien mengenai kelelahan
(gejala yang mungkin
muncul dan kekambuhan
yang mungkin nantiakan
muncul kembali).
33

7. Monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yangadekuat

Sumber :

NANDA (2015-2017) , NOC-NIC (2016)

3.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari
proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan yang
telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi.
Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai
tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien (Padila, 2012).

3.5. EvaluasiKeperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan proses kontinu yang terjadi
saat perawat melakukan kontak dengan pasien. Setelah
melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu tinjau ulang
pengetahuan tentang status terbari dari kondisi, terapi, sumber
daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah
terpenuhi, bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan
setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009)
34

DAFTAR PUSTAKA

Ani, L.S. (2013). Anemia Defisiensi Besi. Jakarta : EGC

Azra, P.A., & Rosha, B.C. ( 2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Status Anemia
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah,
Kota Padang. 20 Juli 2017.

Bulechek, C.M, Butcher, H.K, Dochterman, J.M & Wangner, C.M.


(2016). Nursing Interventions Clasification (NIC). Indonesia : CV.
Mocomedia and is published by arrangements with Elsevier Inc.

Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis


Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Holihah, Lutfiatus. (2016). Panduan Lengkap Hamil Sehat. Yogyakarta :


DIVA Press
35

Anda mungkin juga menyukai