Disusun Oleh :
NUR AFIDATUL MUMIN
P1337424220009
CHAMOMILE
NIM : P1337424220009
Laporan Ilmiah Asuhan Kebidanan pada Nifas Patologi Telah disahkan dan disetujui untuk
memenuhi Tugas PKK II di RSUD Temanggung.
......................., ................2022
Mengetahui
Dosen Pembimbing
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama
kehamilan sampai pasca persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial
ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kelahiran, kejadian berbagai
komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah (Dinkes
Jateng 2016, hal 89).
Angka kematian maternal tertinggi pada periode masa nitas yaitu sebesar 60%
disebabkan oleh perdarahan 30,37%, hipertens: 32.97%, gangguan sistem peredaran
darah 12,36%, infeksi 4,34%, gangguan metabolisme 0,37%, sebab lain 19,09% (Dinkes
„Jateng. 2017, hal 82). Selain itu penyebab kematian matemal juga tidak lepas dari
kondisi ibu itu sendiri dan anemia merupakan salah satu penyebab dan kematian
maternal pada ibu nifas (Dinkes Jateng, 2017, hal 82).
Nifas merupakan periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 har pasca
persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai standart dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke- 4
sampai dengan hari ke- 28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan han ke-
42 pasca persalinan (Dinkes Jateng, 2013, hal 112).
Periode masa nifas mengalami perubahan fisiologis, salah satunya jalah
perubahan hematologi. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan pembekuan darah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-
7 postpartum dan akan ormal dalam 4 5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan darah
selama masa persalinan kurang lebih 200 - 500 ml, minggu pertama postpartum berkisar
500 800 ml dan selama sisa nifas berkisar 500 mi. Hal ini yang mempengaruhi kadar
hemoglobin (Heryani R. 2010, hal 44-45).
Masa hemoglobin merupakan suatu kondisi dimana ukuran eritrosit dalam sel
darah, sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagal pemenuhan oksigen
keseluruh jaringan. Kondisi ini disebut juga anemia (Maryunani A. 2016 hal 160).
Anemia merupakan kadar Hemoglobin kurang dari 10 gridl, disebut anemia sedang Hb
7-8 gr/dl, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 grid disebut anemia gravis
(Nugraheny E. 2010. hal 29).
Anemia pada ibu nifas merupakan komplikasi yang paling sering dialami ibu
dimasa nifas, penyebab utamanya adalah infeksi dan perdarahan saat proses persalinan
yang berlangsung lama karena atonia uteri. Selain itu anemia ini pada ibu nifas dapat
mempengaruhi aktivitas sehari hari dan aktivitas menyusul dikarenakan penderita merasa
males, pusing dan cepat lelah (Fatmawati W.2015). Gejala lain anemia dapat berlanjut
menjadi postural dizziness, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi
peristen, syok, dan kematian (Oehadian A. 2012, hal 407). Indonesia selama 6 tahun
terakhir mengalami kenaikan penanganan komplikasi kebidanan, meski pada tahun 2009
sempat mengalami penurunan. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan secara
nasional pada tahun 2013 ialah 73,31% (Dinkes Jateng. 2013).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada nifas patologi dengan anemia di Rumah Sakit?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas patologi dengan anemia sedang di
RSUD Temanggung menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
-Melaksanakan pengkajian data subyektif pada ibu nitas patologi dengan
anemia sedang
-Melaksanakan pengkajian data objektif pada ibu nifas patologi dengan
anemia sedang
-Menentukan asessment pada ibu nifas patologi dengan anemia
-Menentukan planning pada ibu nas patologi dengan anemia sedang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. SUBYEKTIF
Identitas Pasien
1) Nama
Dikaji untuk mengenal atau memanggil pasien agar tidak keliru dengan
pasien-pasien yang lain (Ibrahim,1996 : 81)
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui ibu dalam kurun waktu reproduksi sehat yaitu
antara 20-35 tahun (Manuaba,1998 : 48). Resiko infeksi kelompok
umur di bawah 20 tahun dan kelompok umur di atas 35 tahun adalah
3x lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat.
3) Alamat
- Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila
ada ibu yang namanya sama, dapat pula digunakan untuk
memastikan ibu mana yang hendak di tolong.(Ibrahim,1996 : 81)
- Untuk mengetahui tempat tinggal dan lingkungan guna
mempermudah hubungan bila diperlukan dalam keadaan
mendesak dan untuk keperluan kunjungan rumah.(Depkes
RI,1994 : 3)
4) Agama
Ditanyakan untuk mengetahui agama yang dianut berguna untuk
perawatan ibu, suport ibu saat bersalin sehingga memudahkan bidan
dalam melakukan pendekatan guna melaksanakan asuhan kebidanan.
5) Pekerjaan
- Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup sosial, masalah ekonomi
agar nasehat bidan sesuai.
- Untuk mengetahui kiranya pekerjaan ibu mengganggu masa nifas
yang akan dilaluinya atau tidak. (Ibrahim,1996 : 82)
- Pekerjaan dinyatakan untk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien yaitu pemulihan
ibu setelah melahirkan dan perawatan dirumah.
6) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat
pendidikannya diharapkan semakin baik tingkat pengetahuannya dan
semakin mudah dalam menerima informasi dan edukasi (KIE)
7) Suku bangsa
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan masa nifas yang sering
dilakukan suatu negara atau suku bangsa yang tidak bermanfaat atau
mungkin dapat membahayakan ibu.
1. ALASAN DATANG
Dikaji untuk mengetahui alasan kedatangan pasien ke tenaga kesehatan
2. KELUHAN UTAMA
Dikaji keluhan yang dirasakan ibu untuk mengetahui permasalahan utama
yang di hadapi ibu. Keluhan utama yang dirasakan oleh ibu nifas fisiologis
adalah kelelahan karena kurang tidur dan mengeluarkan banyak tenaga
selama persalinan, serta perasaan mulas setelah melahirkan yang kuat,
berselang-selang dan mudah ditemukan kalau bayi menyusu. Mulas
berkurang pada hari ketiga post partum.(Cuningham,F.G,1995 : 225)
Persalinan sekarang
Berisi tentang ringkasan ( resume ) perjalanan bersalin pada
persalinan ini , perlu dikaji sejak kapan merasa kenceng-kenceng
dan mengelurkan cairan dari jalan lahir(warna,bau,jumlah). Jam
saat pembukaan lengkap, bayi lahir, APGAR skore plasenta lahir,
KU, tanda vital, kontraksi , jumlah perdarahan dan lama persalinan
4. RIWAYAT KESEHATAN
Dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu yang dapat
mempengaruhi masa nifas. Pada masa nifas fisiologis tidak ditemukan
penyakit yang berpengaruh buruk terhadap masa nifas, seperti :
c. Sistem digestivus
Dalam nifas cincin hernia dapat menjadi lebih besar dan usus dapat
masuk dalam hernia sehingga timbul gejala illius apabila terjadi
pelekatan usus
g. Penyakit jiwa
Perlu dikaji untuk mengetahui psikologis ibu. Dalam minggu pertama
setelah melahirkan dapat timbul gejala psikiatrik dalam bentuk depresi
ringan sampai berat dan gejala neurosis traumatik. Ibu yang
sebelumnya pernah mengalami psikosa, beresiko tinggi menderita
depresi pada masa post partum.
h. Penyakit Menular
Perlu dikaji karena berhubungan dengan proses laktasi yang bisa
menularkan pada bayinya. Misalnya : HIV/AIDS, hepatitis
i. Sistem Gastrointestinal
Perlu dikaji karena berhubungan dengan asupan nutrisi ibu nifas dan
proses produksi ASI. Contoh pada penyakit gastritis
j. Sistem Kardiovaskuler
Misal pada Penderita penyakit jantung, dapat menderita kolaps setelah
anak lahir dan komplikasi seperti perdarahan , infeksi nifas dan
tromboflembitis. Hipertensi menyebabkan perdarahan postpartum.
6. RIWAYAT HAID
1) HPHT dan HPL
- Untuk menentukan umur kehamilan yang sebenarnya dan
tafsiran persalinan dengan rumus Naegle TTP (Tafsiran Tanggal
Persalinan) yaitu :
Hari pertama haid terakhir +7
(Mochtar,1998 : 43)
4) Siklus
Panjang siklus berkaitan dengan wanita berovulasi (25-32 hari)
atau anovulator (kerang dari 18 hari lebih dari 42 hari).
{Wiknjosastro,2006 : 103)
5) Dismenorhea
Di kaji terutama pada dismenorhea sekunder yaitu dismenorhea yang
disertai kelainan anatomi genitalis (Manuaba, 2001 : 518)
7. RIWAYAT PERNIKAHAN
Di kaji untuk mengetahui pengaruh status pernikahan terhadap masalah
kesehatan dan psikologi ibu nifas, meliputi berapa kali menikah, status
pernikahan, umur ibu dan suami saat menikah, lama pernikahan dan
jumlah anak. (Depkes RI,1994 : 15)
8. RIWAYAT KB
Di kaji untuk mengetahui kesadaran ibu mengenai KB, meliputi :
a. Nutrisi
Kaji apakah setelah bersalin sudah makan atau belum, jenis makanan,
takarannya, frekuensi makan dan minumnya. Hal ini berhubungan
dengan asupan nutrisi yang berpengaruh terhadap proses involusi
uterus, laktasi, dan pemulihan tenaga. Ibu nifas atau menyusui harus
mengkonsumsi makanan penambah energi 500 kalori tiap hari dan
minum sedikitnya 3 liter perhari (Saifudin, 2002 : N-25)
b. Eliminasi
Dikaji apakah setelah bersalin sudah BAK/BAB belum, frekuensinya,
konsistensi, warna, apakah ada keluhan yang berhubungan dengan
proses BAK/BAK, seperti: nyeri saat BAK . Hal ini perlu dikaji karena
berhubungan dengan kecemasan ibu terhadap nyeri akibat luka jahitan
perineum. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan (Mochtar,1998 :
117)
c. Kebersihan
Dikaji apakah setelah bersalin ibu sudah diseka atau belum. Dikaji
juga tingkat pengetahuan ibu tentang bagaimana cara membersihkan
alat kelaminnya, apakah sudah benar atau belum, yaitu dari arah
depan ke belakang dengan menggunakan air hangat. Dan dikaji juga
dalam sehari ibu sudah ganti pembalut berapa kali. Hal ini
berhubungan dengan tingkat kebersihan ibu, khususnya daerah
genetalia agar tidak terkena infeksi
d. Istirahat
Dikaji apakah setelah bersalin sudah tidur belum, lamanya tidur, ada
atau tidak gangguan yang menyebabkan tidur ibu menjadi tidak
nyenyak. Seperti, bayi menangis minta susu pada malam hari, atau
karena nyeri jahitan perineum. Ibu nifas memerlukan istirahat yang
cukup karena jika kurang istirahat akan mengurangi produksi ASI,
memperlambat involusi uteri dan dapat menyebabkan depresi post
partum dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Saifudin,2002 : N-24) Manfaat dari Istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Kembali ke kegitan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan serta tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
e. Aktifitas
Dikaji setelah bersalin sudah melakukan aktivitas dan mobilitas
(pergerakan) apa, nilai apakah aktivitas dan pergerakan tersebut
sudah sesuai dengan tingkatannya, yaitu:
f. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai senggama begitu darah merah
berhenti dalam ibu tidak merasa nyeri. (Saifudin, 2002 : N – 24) Dikaji
apakah ibu sudah melakukan hubungan seksulitas, adakah keluhan
selama melakukan hubungan seksual
Menurut Reva Rubbin ada 3 fase adaptasi psikis masa nifas, yaitu :
a) Fase taking in
Berlangsung satu sampai dua hari. Dalam fase ini perhatian ibu tertuju
pada k1ebutuhan pada kebutuhan dirinnya dan bersikap pasif (tergantung)
c) Fase letting Go
Fase lettng Go berlangsung sampai masa nifas selesai. Ibu merasakan
bahwa bayinya terpisah dari dirinya dan mendapatkan peran serta
bertanggung jawab baru sehingga terjadi peningkatan kemandirian dalam
merawat dirinya sendiri dan bayinya
Untuk mengkaji keadaan psikologi klien perlu dikaji antara lain jumlah
anggota keluarga, dukungan material dan moril dari keluarga, penerimaan
ibu, harapan ibu, dan pengetahuan ibu tentang masa nifas.
Dikaji budaya apa yang dijalankan oleh ibu sehubungan dengan pengaruh
terhadap kesehatan ibu postpartum dan bayinya. Contoh : ibu dilarang
mengkonsumsi makanan yang berbau amis, seperti : ikan, telur, dll
C. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum ibu nifas fisiologis adalah baik, dengan kesadaran
compos mentis.
Tanda Vital
Rata-rata berat badan akan kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 6
minggu. (Pilliteri, 1999 : 587)
2. Status Present
Pada ibu nifas fisiologi akan diperoleh hasil pemeriksaan fisik dalam keadaan
normal seperti :
a. Kapala
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak pucat.
Hidung : Pada lubang dan liang hidung tidak bertanda polip dan cacat,
caries.
b. Leher
Tidak trdapat pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena juguluris.
d. Abdomen
Dikaji adakah nyeri tekan hepar dan lien, apakah terdapat nyeri angkat
ginjal, luka bekas operasi.
Vulva secara normal tidak terdapat oedem, bersih , tidak terdapat kelainan
3. Pemeriksaan Obstetri
a. Mamae :
konsistensi, areola, putting susu dan pengeluaran ASI.
(Depkes RI, 1994 : 20)
Luka jalan lahir seperti bekas episiatomi yang teah dijahit, luka pada
vagian dan servik, umumnya billa tidak seberapa luas akan sembuh
sendiri kecuali jika terdapat infeksi.Nilai derajat luka, Adanya
ketidaknyamanan, jumlah jahitan, REEDA (Redness, Edema,
Ekimosis, Discharge, Approximation)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan bila ada indikasi, dengan
specimen lochea (kultur dan sensitivetas), urine (kultur dan sensitivetas),
hemoglobin dan hematokrit. (Varney, 1997 : 139)
D. ANALISA
a. Diagnosa Kebidanan
Ny……… ……Th P…..A…..dalam masa nifas fisiologis….jam / hari ke....
b. Masalah
Permasalahan pada ibu nifas fisiologi bisa muncul bisa tidak, permasalahan
yang cenderung muncul seperti kecemasan terhadap rasa mulas setelah
persalinan oleh karena kontraksi uterus yang kuat dan kadang kala cukup
kuat, kecemasan yang berkaitan dengan perubahan psikis. Ibu nifas seperti
depresi; post partum dan fase pembentukan peran dan tanggung jawab
baru ibu nifas, serta permasalahan pada pola eliminasi post partum, karena
rasa takut ibu untuk melakukannya. Permasalahn tersebut diatas tidak
muncul jika pengetahuan ibu dan keluarga memadai. Kesiapan ibu dalam
menghadapi masa nifas dan adanya dukungan dari suami dan keluarga.
(Saifudin, 2002 : N-24)
c. Diagnosa/Masalah Potensial
Bidan menentukan diagnosa dan masalah potensial pada ibu nifas yang
mungkin terjadi berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditentukan
tersebut. Selain itu juga menentukan tindakan untuk mengantisipasi terjadi
masalah
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan asuhan kebidanan nifas sesuai dengan analisa yang
ditemukan, misalnya :
Dalam pembahasan studi kasus dengan asuhan kebidanan pada ibu nitas dengan Anemia
Ringan penulis akan memaparkan hasil penelitian yang membandingkan antara teori dengan
manajemen asuhan kebidanan ibu nifas dengan anemia berat di RSUD Temanggung. Adapun
hasil tersebut adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S P2A0 2 hari post partum dengan Anemia
didapati keluhan lemas, perut bawah masih terasa nyeri, masih keluar darah terapi tidak sur-
suran dan pusing.. Menurut (Depkes RI, 2017) keluhan lemas, dan pusing merupakan salah
satu tanda dan gejala anemia. Menurut Hackley (2014), pusing dapat disebabkan karena
adanya gangguan sirkulasi darah. Pusing diawali adanya penyempitan pembuluh darah
vascular. Menurut Hackley (2013) lemes dipengaruhi karena jumlah sel darah merah dalam
darah rah yang lebih rendah, sehingga produksi sel darah merah menurun. Menurut Verarica
(2016) lemes dapat terjadi karena asupan zat gizi dari makanan tidak terpenuhi dengan baik
Milman (2011) menurunnya kualitas fungsi beberapa organ tubuh maupun mobilitas tubuh
dapat menjadi salah satu tanda dari kurangnya kadar hemoglobin dalam tubuh. Berdasarkan
hasil pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Keluhan pusing yang
diakibatkan karena adanya penyempitan pembuluh darah vascular dan lemas yang
diakibatkan karena produksi sel darah merah yang menurun.
Berdasarkan riwayat persalinan bayi tidak dilakukan inisiasi menyusul dini. Menurut
Permenkes RI No. 15 tahun 2014 melaksanakan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang
baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam, jika tidak ada kontra indikasi
medis, menempatkan ibu dan bayi dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung, jika tidak ada
kontra indikasi medis yang apkan oleh dokter. Menurut IDAI (2010) IMD tidak dilakukan
jika dalam kondisi bayi kedinginan (hipotermia). Ibu lelah kondisinya kurang baik karena
masih kesakitan setelah melahirkan Berdasarkan hasil pengkajian terjadi kesenjangan
kesenjangan antara teon dan praktik. IMD tidak diakukan dimungkinkan karena adanya
kontra indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter dan keadaan ibu yang tidak
memungkinkan.
Berdasarkan hasil pengkajian pemeriksaan penunjang Ny. S P2A0 2 hari post partum
dengan anemia ringan didapati kadar Hb 6,0 gr/dL. Menurut Prawirohardjo (2005) faktor
yang mempengaruhi anemia pada masa nifas adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil
dengan anemia, nutrisi yang kurang. Menurut Manuaba (2010) Anemia dalam masa nifas
dapat terjadi sebagai akibat perubahan system hematologi dalam nifas dapat terjadi sebagai
akibat perubahan system hematologi dalam masa kehamilan, hal tersebut dikarenakan ibu
hamil 6 minggu mengalami hipervolemia yang disebabkan karena plasenta lahir saat
persalinan Kemudian mengalami perdarahan dan mengakibatkan zat besi dalam darah hilang
dan pasokan zat besi menurun. Karena perdarahan tersebut, massa sel darah merah
berkurang, dan menyebabkan konsentrasi Hb berkurang, kapasitas darah dalam tubuh untuk
mengangkut oksigen pun juga ikut berkurang dan mengakibatkan Ny. S mengalami Anemia.
Analisis pada Ny. S dengan anemia ringan, berdasarkan hasil pengkajian tidak ada
kesenjangan, hal ini dikarenakan waktu ibu hamil Hb ibu rendah , setelah melahirkan darah
yang keluar 230 cc, dan ibu tampak pucat.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S P2A0 umur 30 tahun 2 hari post partum,
tanda dan gejala yang dialami Ny. S sesuai teori, sehingga didapatkan diagnosis P2A0 umur
30 tahun 2 hari post partum dengan anemia . Diagnosa potensial Ny. s yaitu involusi uterus
terlambat dan anemia berat. Menurut Prawirohardjo (2014), diagnosa potensial anemia ringan
adalah anemia berat, pada kasus ibu nifas Ny. S P2A0 muncul diagnosa potensial yaitu
anemia berat apabila Hb <6,00 gr/dL. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan
praktik. Antisipasi segera yang dilakukan ibu nifas Ny. S P2A0 dengan anemia ringan yaitu
pasang Infus RL dan transfusi darah. Dalam langkah ini antisipasi yang dilakukan pada ibu
nifas dengan anemia ringan untuk antisipasi segera tidak terdapat kesenjangan antara
antisipasi segera yang dilakukan di RSUD Temanggung dengan teori, pada praktik nifas Ny.
S P2A0 dengan anemia ringan yaitu kolaborasi dengan dr. Sp.OG untuk melakukan transfusi
darah.
Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada langkah adalah
kolaborasi dengan dr.Sp.OG dan melakukan tindakan segera berupa transusi darah. Menurut
Permenkes RI No. 28 tahun 2017 pasal 19 yaitu ayat (2) pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk memberikan pelayanan bu nitas
normal. Berdasarkan hal tersebut sehingga bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera
untuk kolaborasi dr. Sp. OG sehingga dapat dilakukan lindakan yang tepat. Penanganan
segera yang dilakukan di RSUD Temanggung yaitu kolaborasi dr. Sp.OG dengan advis
pemberian transfusi darah 3 kolf.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan Ibu Nifas telah dilakukan pada Ny. S P2A0 umur 23 tahun
dengan anemia berat di RSUD Temanggung yang dilaksanakan pada tanggal
24 Oktober 2022. Dapat disimpulkan
1) Pada pengkajian data obyektif diperoleh keadaan umum baik
Pemeriksaan fisik wajah ibu pucat, konjungtiva pucat, pemeriksaan
penunjuang hasil laboraturium pada tanggal 24 Oktober 2022
didapatkan hasil Hb 6,0 gr%
2) Assessment yang diperoleh dari pengumpulan data dasar Ny. S P2A0
saat anamnesa dan pemeriksaan fisik, diagnosa kebidanan adalah Ny. S
P2A0 umur 30 tahun post partum dengan anemia berat. Diagnosa
potensial dan antisipasi segera, diagnosa potensialnya dapat terjadi
anemia berat diantisipasi dengan infus RL. Penanganan segera
dilakukan kolaborasi dengan dr. Sp.OG dengan advis transfusi darah 3
kolf.
3) Planning yang dilakukan pada Ny. S P2A0 umur 30 tahun post partum
dengan anemia berat yaitu, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
sayur berwarna hijau, kacang kacangan, daging. Minum setidaknya 4-5
kali sehari, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan
menganjurkan untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
B. Saran
Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu nitas pada Ny. S dari hasil simpulan
yang penulis sampaikan terdapat beberapa perbedaan penerapan yang terdapat
di lahan praktik dengan disertai antara teori dan penerapan yang terdapat di
lahan praktik dengan disertai alasan sehingga penulis menyampaikan beberapa
saran untuk meningkatkan asuhan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan yaitu:
1) Bagi Pasien
-Diharapkan ibu menghabiskan tablet tambah darah yang sudah
diberikan diminum pada malam hari dengan air putih
-Diharapkan lebih memperhatikan terhadap kesehatannya apabila
merasakan pusing, lemas yang berlebihan segera periksa ke tenaga
kesehatan / fasilitas kesehatan
2) Bagi bidan
- Bidan mengevaluasi keefektifan minum tablet tambah darah pada ibu
nifas
- Bidan harus mengukur kadar Hb pada bu nifas khususnya dengan
anemia
- Bidan harus memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia pada
ibu nifas dan pola makan bu nifas untuk meningkatkan kadar Hb
dengan makan sayur yang berwarna hijau, daging
3) Institusi Kesehatan
Diharapkan Rumah Sakit sebelum pasien pulang untuk dilakukan
evaluasi cek kadar Hb.
DAFTAR PUSTAKA
Diane M. Fraser. Margaret A. Cooper. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.2009.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2016.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017
Oehadian A. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia, Bandung. Vol 9 no.6. 2012
Vamey H. Jan M. Krebs, Carolyn L. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta: EGC. 2007
Walyani E. Purwoastuti E. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui Yogyakarta Pustaka