Anda di halaman 1dari 4

A.

Berfikir Kritis dalam Pengambilan Keputusan pada Masalah Epidemiologi terkait


Kesehatan Reproduksi
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung
jawab bersama laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu baik laki-laki maupun
perempuan harus mengetahui dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan
reproduksi. Kesalahan yang sering terjadi adalah persoalan reproduksi lebih banyak
menjadi tanggung jawab perempuan. Gangguan kesehatan reproduksi yang lebih sering
terjadi pada wanita, misalnya anemia. Anemia (HB <12 gr%) sangat terkait erat dengan
masalah reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia akan
sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang mengalami
anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,9 kg). Di
samping itu, naemia dapat menyebabkan kematian baik ibu maupun bayi pada waktu
proses melahirkan.
Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi,
frekuensi, dan determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi pada populasi atau
kelompok. Distribusi dalam kesehatan reproduksi adalah memahami kejadian yang terkait
dengan masalah kesehatan reproduksi, epidemiologi menggambarkan kejadian menurut
karakter orang, tempat dan waktu. Karakter orang berupa umur saat hamil dan bersalin,
status perkawinan, paritas, pekerjaan, ras, kelas sosial, dan sebagainya. Karakter tempat
berupa meliputi kota, desa, provinsi, batas wilayah, letak geografis
(penggunungan/pantai). Misalnya persalinan dengan dukun di desa lebih tinggi (63%)
dibandingkan dikota (32%) atau angka kejadian penyakit HIV/AIDS lebih tinggi terjadi di
Provinsi Papua. Karakter waktu meliputi detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan
sebgainya. Misalnya, setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebabkan 200.000
kematian di dunia atau setiap jam terdapat 5 kematian ibu di indonesia.
Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya menguantifikasi kejadian atau
mengatur besarnya masalah. Misalanya, persalinan dengan dukun 63%, KI mencapai 87%,
dan KA 70%. Determinan dalam kesehatan reproduksi adalah mencari faktor penyebab
yang mempengaruhi suatu kejadian atau faktor yang memberi resiko. Misalnya. Salah
salah satu penyebab terjadinya hemoragi post-partum (HPP) adalah anemia pada ibu.
Manfaat epidemiologi dalam kesehatan reproduksi :
1. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana, dan bagaimana
2. Sebagai metode/pendekatan dalam penyelesaian masalah kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi

1
3. Diagnosis komunitas untuk menentukan penyebab mortalitas dan mordibitas
4. Melihat resiko individu, dan pengaruhnya pada populasi atau kelompok kejadian.
Tujuan digunakan metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi:
1. Menentukan besarnya masalah kesehatan reproduksi. Langkah yang di ambil dalam
menentukan besarnya masalah dengan menggunakan pertanyaan sebagai berikut:
a. Pada populasi spesifik mana masalah tersebut terjadi?
b. Apa penyebabnya?
c. Faktor resiko yang menyebabkan masalah tersebut?
d. Bagaimana peran survilans?
e. Reduksi faktor resiko berdasarkan intervensi yang aman dan efektif
2. Mengenal faktor penyebab transmisi. Untuk mengenal terjadinya penyebab masalah
perlu dipikirkan bahwa:
a. Penyakit merupakan salah satu gangguan dalam kehidupan manusia dan kejadian
sakit tidak terjadi secara acak
b. Penelusuran sistematik dan cermat kelompok penduduk yang berbeda dapat
mengenal foktor-faktor penyebab dan pencegahan terjadinya penyakit
3. Menjadi dasar untuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
4. Uji intervensi

B. Anemia dalam Kehamilan


Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama
masa post partum. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan
oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Menurut Manuaba (2007)
penyebab anemia pada kehamilan adalah kekurangan asupan zat besi, peningkatan
kebutuhan fisiologis, kebutuhan yang berlebihan, malbsorbsi, dan kehilangan darah yang
banyak (persalinan yang lalu,operasi, perdarahan akibat infeksi kronis misalnya cacingan).
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan
proses persalinan (inersia uteri, atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas
(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah),
dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal,
dan lain-lain).

2
C. Berfikir Kritis dalam Pengambilan Keputusan pada Masalah Epidemiologi terkait
Anemia pada Ibu Hamil
Berdasarkan survey di desa A, didapatkan data dari Puskesmas A pada bulan Juni,
dimana dari 100 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan, 38 diantaranya
mengalami anemia dalam kehamilan. Dan terdapat banyak kasus dimana dilakukan
rujukan saat persalinan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan dikarenakan anemia.
Rentang kadar HB pada ibu yang mengalami anemia adalah 7,5 8,2 gr/dl
Ketika dilakukan penelusuran lebih lanjut mengenai kasus tersebut, ditemukan
masyarakat memiliki perekonomian yang rendah, sehingga dicurigai dalam pemenuhan
gizi sehari-hari tidak sesuai dengan kebutuhan dan gizi yang dikonsumsi kurang beragam.
Ketika ditanyakan kepada beberapa ibu yang mengalami anemia, ibu mengatakan bidan
ada memberikan tablet besi untuk dikonsumsi setiap hari, namun ibu tidak mendapatkan
konseling yang layak sehingga merasa tablet besi tidak begitu penting.
Dengan banyaknya jumlah ibu hamil dengan anemia ditakutkan akan menyebabkan
peningkatan kasus perdarahan saat persalinan maupun postpartum, hingga dapat
menyebabkan kematian bagi ibu dan bayi. Sehingga sebagai tindakan segera untuk kasus
ini adalah:
a. Memberikan penyuluhan setra menekankan mengenai betapa pentingnya gizi, dan
mengkonsumsi tablet besi selama kehamilan kepada semua ibu hamil
b. Upaya untuk meningkatkan status gizi ibu selama masa kehamilan adalah dengan cara
pemberian makanan tambahan (PMT) yang mengandung protein tinggi, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kadar hemoglobin.
c. Menganjurkan ibu hamil dengan anemia untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin pada bidan, serta melakukan pemeriksaan HB

Setelah dilakukan pelaksanaan terhadap rencana yang telah disusun, diharapkan


menurunya prevalensi ibu hamil dengan anemia. Untuk mencegah terjadinya anemia
dalam kehamilan di masa yang akan datang, maka perlu dilakukan pengurangan faktor
resiko yaitu dengan:

a. Meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara melakukan pemberdayaan


masyarakat.
b. Melakukan konseling secara mendalam tentang anemia pada kehamilan.

3
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta: EGC

Rajab, wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai