Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PATOLOGI ANTENATAL :

PRE-EKSLAMSIA DAN EKSLAMSIA

Keperawatan Maternitas III

Dosen Pengampu : Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep, M.Biomed

Disusun oleh:

Kelompok 2

Fikratul Afdila 2011311009

Mutia Salsabilla 2011311018

Laila Nadhira 2011312042

Wulan Umairah 2011312067

Qorifa Azzahra 2011312073

Memel Meiyuni 2011313034

PRODI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas III.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima
kasih khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca Aamiin.

Padang, 29 Agustus 2022

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan
kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka
kematian ibu juga terutama disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi,
sosial budaya, demografi serta faktor agama. Sebagai contoh banyak kaum ibu yang
menganggap kehamilan sebagai peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan
merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu hamil
harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi sebab tingginya kematian ibu
selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk. (Ketut
Sudhaberata,2006).
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan
meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang
tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,2004). Negara-
negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga perempuannya
memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat dalam hal
kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang
sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka
kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Angka yang sangat
mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat peda beberapa tahun
sebelumnya. Pada tahun 1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang
berarti bertambah sekitar 73 orang.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan
20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan
kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit
bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat
laju penurunannya. Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada
masyarakat miskin dan mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab
kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi
aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing
adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis
10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah Preeklampsia dan eklampsia
yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80 % dari
keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi - eklampsi dikatakan sebagai
masalah kesehatan masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%. (Zuspan F.P,
1978 dan Arulkumaran ,1995)
Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS pendidikan di
Indonesia, di dapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal 10,83
perseribu (4,9 kali lebih besar di banding kehamilan normal). Sedangkan berdasarkan
penelitian Lukas dan Rambulangi tahun 1994, di dua RS pendidikan di Makassar
insidensi preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya
22,2%. Target penurunan angka kematian ibu menjadi 124 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 tidak mudah tercapai mengingat sistem pelayanan obsentri
emerjensi masih lemah. Akhirnya yang harus diingat dari informasi diatas adalah
sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah masalah ibu sendiri akan tetapi
merupakan masalah internasional dimana setiap negara seharusnya memiliki tanggung
jawab untuk menanggulangi dan mencegah kematian ibu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit preeklampsia dan eklampsia?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit preeklampsia dan eklampsia?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit preeklampsia dan eklampsia
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan penyakit preeklampsia
dan eklampsia
BAB II

PENDAHULUAN

A. Konsep Preeklampsia
1. Pengertian
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya
molahidatidosa. Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertasi dengan
proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah
minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan
hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.

2. Etiologi
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab akibat penyakit tersebut, tetapi
tidak yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima
menerangkan sebagai berikut :
1. Sering terjadi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
2. Sebab bertambahnya frekuennsi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin dalam
uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbul hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.

Teori ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia


plasenta. Faktor risiko preeklampsia antara lain :
1) Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda
2) Kelompok sosial ekonomi rendah.
3) Hipertensi esesnsial.
4) Penyakit ginjal kronis (menahun atau terus menurus)
5) Diabetes melitus.
6) Multipara.
7) Polihidramninon.
8) Obesitas.
9) Riwayat preeklamsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga.

3. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya schingga
hanya dapat dilalui satu sel darah merah. Jadi, jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik, sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
tercukupi. Sedangkan kenaikan barat badan dan edema yang disebabkan
penimbunanair yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui
sebabnya, adayang mengatakan disebabkan oleh retensi air dan garam. Proteinuria
mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Mochtar, 1993: 220)

4. Manifestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua
masalah di atas adalah sebagai berikut.
a. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik
yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Tekanan diastolik
sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus menunjukkan keadaan
abnormal.
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preeklampsia dan bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan
merupakan tanda pertama preeklampsia pada sebagian wanita. Peningkatan
BB normal adalah 0,5 kg per minggu. Bila 1 kg dalam seminggu, maka
kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat
badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan
sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata yang
bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
c. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif
dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan dan
dapat mencapai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian
dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.
Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preeklampsia adalah sebagai
berikut:
1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-
kasus berat. nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta
tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat. keluhan
ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau
perdarahan.
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial,
iskemia, dan edema retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh
ablasio retina. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda
subjektif.

5. Klasifikasi
Preeklampsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan berat.
preeklampsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda di bawah ini:
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
2. Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah, atau kenaikan BB 1kg atau lebih
per minggu.
3. Proteinuria kuantitatif 0,3gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada
urine kateter/midstream.
Sedangkan preeklampsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih
tanda-tanda dibawah ini:
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5gram atau lebih per liter
3. Oliguria jumlah urine kurang dari 500cc/24jam
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrum
5. Ada edema paru dan sianosis

6. Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namun yang termasuk
komplikasi antara lain sebagai berikut:
a. Pada ibu
1) Eklampsia
2) Solusio plasenta
3) Perdarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah(dic)
5) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzimes, dan low platelet
count)
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan Kesakitan perinatal

B. Asuhan Keperawatan Pre-Eklampsia Pada Ibu Hamil


Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan preeklamsi sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses kepera watan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian
dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan
kebutuhan ibu terhadap perawatan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada ibu
preeklamsia sebagai berikut:
a. Identitas umum ibu
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu, antara lain:
 Kemungkinan ibu menderita penyakit hi pertensi sebelum hamil.
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre eklamsia pada kehamilan
terdahulu.
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
 Ibu diduga pernah menderita penyakit ginjal kronis
2) Riwayat kesehatan sekarang, antara lain:
 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal
 Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium
 Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia
 Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan
 Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang
 Edema dan ekstremitas
 Tengkuk terasa berat
 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam
keluarga.
4) Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau
di atas 35 tahun.
c. Pemeriksaan fisik
Beberapa pemeriksaan fisik meliputi:
1) Keadaan umum : lemah
2) Kepala: sakit kepala, wajah edema
3) Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
4) Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan
muntah
5) Ekstremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari
6) Sistem persarafan : hiper refleksia, klonus pada kaki
7) Genitourinaria: oliguria, proteinuria
8) Pemeriksaan janin bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
 Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
 Trombosit menurun (nilai rujukan 150 -450 ribu/mm3)
b) Urinalis
 Ditemukan protein dalam urine
c) Pemeriksaan fungsi hati
 Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
 LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
 Aspartat aminomtransferase (AST) ≥ 60 ul.
 Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N=
15-45 u/ml)
 Serum glutamat oxaloacetic transa minase (SGOT) meningkat
(N = 31 wu/l)
 Total protein serum menurun (N = 6,7 -8,7 g/dl)
d) Tes kimia darah
 Asam urat meningkat (N = 2,4-2,7 mg/dl)
2) Radiologi
a) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah
3) Data sosial ekonomi
Preeklamsia berat banyak terjadi pada Wanita dan golongan
ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang
mengandung protein dan juga kurang melakukan perawatan antenatal
yang teratur.
4) Data psikologis
Secara umum ibu yang mengalami pre eklamsia dalam kondisi yang
labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan
kedaan janin dalam kadungannya. Ibu takut jika nanti anaknya lahir cacat
atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan.

2. Diagnosis keperawatan
Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisis, kas kemungkinan diagnosis
yang ditemukan pada ibu pre eklamsia yaitu:
a. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhu bungan dengan penurunan
tekanan osmotik, peru bahan permeabilitas pembuluh darah.
b. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemia/penurunan
aliran balik vena
c. Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke plasenta.
d. Risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan di dengan adanya
masalah sirkulasi dan peningkatan tekanan darah.
e. Risiko cedera pada ibu yang berhubungan dengan ledema/hipoksia jaringan,
kejang tonik klonik.
f. Nyeri epigastrik yang berhubungan dengan peregangan kapsula hepar.

3. Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan tugas lanjut dari perawat setelah
mengumpulkan data yang bertu juan untuk memenuhi kebutuhan ibu sesuai
dengan pengkajian yang telah dilakukan. Adapun perencanaan tindakan yang
dilakukan pada ibu preeklamsia yaitu:
a. Diagnosis 1: Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah, serta
retensi sodium dan air.
Kriteria hasil: Volume cairan kembali seimbang
Rencana Intervensi
1) Pantau dan catat intake dan output setiap hari.
Rasional : Dengan memantau intake dan output, diharapkan dapat
diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan
dan kerusakan glomerulus.
2) Pemantauan tanda tanda vital, catat waktu pengisian kapiler (capillary
refill time CRT)
Rasional : Dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler
dapat dijadikan pedoman untuk penggantian cairan atau menilai respons
dari kardiovaskular
3) Memantau atau menimbang berat badan ibu.
Rasional : Dengan memantau berat badan ibu, dapat diketahui berat
badan yang merupakan indikator yang tepat untuk menentukan
keseimbangan cairan.
4) Observasi keadaan edema
Rasional : Keadaan edema merupakan Indikator keadaan cairan dalam
tubuh.
5) Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional :Diet rendah kalori akan mengurangi terjadinya kelebihan
cairan
6) Kaji distensi vena jugularis dan prifer
Rasional : Retensi cairan yang berlebihan bisa dimanfestasikan dengan
pelebaran vena jugularis dan edema perifer.
Kolaborasi
1) Berikan diuretic
Rasional : Diuretik dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dan
menghambat penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.

b. Diagnosis 2 : Penurunan curah jantung yang berhu bungan dengan


hipovolemi/penurunan aliran balik vena.
Kriteria hasil: Tujuannya adalah agar curah jantung kembali normal
Rencana Intervensi
1) Pantau nadi dan tekanan darah
Rasional : Dengan memantau nadi dan tekanan darah, dapat melihat
peningkatan volume plasma, relaksasi vaskular dengan penurunan
tahanan perifer.
2) Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring ke kiri.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi
ginjal.
Kolaborasi
1) Pemantauan parameter hemodinamik invasif
Rasional : Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan
volume cairan. Konstruksi vaskular yang lama, peningkatan dan
hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung.
2) Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan
Rasional : Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol
untuk an meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan
membantu meningkatkan suplai darah.
3) Memantau tekanan darah dan obat hipertensi
Rasional : Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit
kepala, mual, muntah, dan palpitasi.

c. Diganosis 3: Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak


adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
Kriteria hasil: Janin tidak mengalami cedera
Rencana Intervensi
1) Istirahatkan ibu
Rasional : Dengan mengistirahatkan ibu, diharapkan metabolisme tubuh
menurun dan peredaran darah ke plasenta menjadi adekuat, sehingga
kebutuhan oksigen untuk janin dapat dipenuhi.
2) Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri
Rasional : Dengan tidur miring ke kiri, diharapkan vena kava di bagian
kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga aliran darah
ke plasenta akan menjadi lancar.
3) Memantau tekanan darah ibu
Rasional : Dengan memantau tekanan darah ibu, dapat diketahui keadaan
aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke
plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.
4) Pantau bunyi jantung ibu
Rasional : Dengan memantau bunyi jantung janin dapat diketahui
keadaan jantung janin lemah atau menurun menandakan suplai oksigen
ke plasenta berkurang, sehingga dapat merencanakan tindakan
berikutnya
Kolaborasi
1) Beri obat hipertensi
Rasional : Obat antihipertensi akan menurunkan tonus arteri dan
menyebabkan penurunan afterload jantung dengan vasodilatasi
pembuluh darah. sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunnya
tekanan darah. maka aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.

4. Implementasi keperawatan
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang
nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya
masalah ibu. Tahap implementasi ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi
rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan,
serta melanjutkan pengumpulan data.
Saat melakukan implementasi keperawatan, tinda kan harus cukup mendetail
dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik
dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan langsung atau
bekerja sama dengan para tenaga pelaksana lainnya.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, di
mana perawat menilai full hasil yang diharapkan terhadap perubahan dari ibu dan
menilai sejuah mana masalah ibu dapat diatasi. Di Samping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat
dimodifikasikan.
C. Konsep eklampsia
1. Pengertian eklampsia
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba
yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas
yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat grand
mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis. Istilah eklampsia berasal dari
bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata-kata tersebut dipergunakan karena
seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda
lain.

2. Etiologi
Etiologi dan faktor pemicu timbulnya preeklampsia belum diketahui secara
pasti. Menurut Minassian et al (2013) umumnya etiologi.dari preeklampsia
dianggap multifaktorial, melibatkan kontribusi plasenta pada ibu.dan bayi. Perfusi
plasenta yang buruk akibat.plasentasi yang tidak adekuat adalah kunci stimulus
inflamasi bagi banyak wanita dengan preeklampsia Adapun beberapa hipotesis
yang dapat menjelaskan mengenai etiologi dan patogenesis peeklampsia yaitu : 1)
Genetik Faktor genetik diketahui penting dalam etiologi preeklampsia, namun
tingkat pengaruh genetik belum diukur. Ditemukan bahwa lebih dari 50%
preeklampsia adalah karena faktor genetik (Cnattingius et al., 2004). Dalam
sebuah studi besar oleh British Genetics of Preeclampsia Consortium, 657 wanita
terkena dampak preeklampsia dan dalam beberapa gen keluarga mereka
polimorfisme nukleotida tunggal berada pada genotipe situs 28, termasuk yang
terlibat dalam aktivitas angiotensin (angiotensinogen dan reseptor angiotensin II
tipe 1 dan stres oksidatif) (Noris et al., 2005). Studi genetik terbaru menunjukkan
preeklampsia dapat dipengaruhi oleh meningkatnya polymorphic HLA-C (Human
Leukocyte Antigen C) ligan dan KIR (Killer Imunoglobulin Reseptor) yang
terdapat pada sel NK. Perubahan dalam pengiriman sinyal pada desidual sel NK
dengan gangguan berikutnya di sekresi sitokin dan faktor angiogenik dapat
memediasi plasentasi abnormal pada preeklampsia (Wang et al., 2009). 2) Iskemia
Plasenta Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu ke janin.
Makanan dan oksigen melewati plasenta dari ibu ke bayi. Produk sisa juga dapat
disalurkan dari janin ke ibu. Menurut konsep ini, inisiasi di preeklampsia
melibatkan invasi desidua maternal dan spiral uterus arteri. Iskemia plasental 8
diduga mengarah ke aktivasi/disfungsi endotelium ibu secara luas pada pembuluh
darah yang menghasilkan peningkatan pembentukan endotelin, tromboksan, dan
superoksida, meningkatkan sensitivitas vaskular terhadap angiotensin II, dan
penurunan pembentukan vasodilator seperti nitrit oksida dan prostasiklin.
Kelainan endotel ini, pada gilirannya menyebabkan hipertensi dengan merusak
fungsi ginjal dan meningkatkan total perlawanan perifer, Gambar 2.2 (Gilbert et
al., 2008). Iskemia plasenta dapat menyebabkan disfungsi sistemik yang didukung
oleh berkurangnya tekanan perfusi uterus. Iskemia plasental dianggap
menyebabkan pelepasan faktor plasenta hipoksia yang menyebabkan dilatasi
vaskular dan disfungsi endotel.

3. Patofisiologi
Perdarahan dinding Rahim berkurang (ischaemia Rahim)

Plasenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme


(ischaemia uteroplacental) dan hipertensi

Eklamsia

 Mata terpaku
 Kepala dipalingkan ke satu sisi
 Kejang-kejang halus terlihat pada muka (invasi)

 Badan kaku
 Kadang episthotonus (Kontraksi/Kejang Tonis)

 Kejang hilang timbul


 Rahang membuka dan menutup
 Mata membuka dan menutup
 Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
 Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
 Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
 Mata merah, muka biru (konvulsi/ Kejang Clonis)
 Tensi tinggi sekitar 180/110 mmHg
 Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecil dan cepat
 Demam, pernafasan cepat, sianosis
 Proteinuria dan oedema

Coma
Amnesia retrigrad post coma
4. Prognosis
a. Koma lama
b. Nadi diatas 120
c. Suhu diatas 39o C
d. Tensi diatas 200 mmHg
e. Lebih dari 10 serangan
f. Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
g. Tidak adanya edema

Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa oleh Eden

a. Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului


kematian.
b. Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak membaik.
c. Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.
d. Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS memperngaruhi prognosa lebih
buruk.

D. Asuhan Keperawatan Eklampsia pada Ibu Hamil


1. Pegkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida, <20 tahun atau >35
tahun.
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium,mual muntah, penglihatan kabur.
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
/askuler esensial, hipertensi kronik, DM. 
4) R i w a y a t kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola
h i d a t i d o s a , h i d r a m n i o n s e r t a R i w a y a t 6 kehamilan dengan pre
eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan. 
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, (leh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya 
h. Data Obyektif :
1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
(jika refleks +)
5) Pemeriksaan penunjang : 
 Tanda Vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya >7 mg/100 ml
6) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
7) Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
8) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
9) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa
a. Ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke plasenta
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

3. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Ketidakefektifnya bersihan jalan nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan
nafas maksimal
Kriteria hasil : Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan
jalan nafas paten atau aspirasi dicegah

Intervensi :
1) Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu
atau alat yang lain untuk menghindari rahang mengatup jika kejang
terjadi.
R/ menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke
faring.
2) Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala
selama serangan kejang.
R/ meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat
jalan nafas
3) Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.
R/ untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada
4) Lakukan penghisapan sesuai indikasi
R/ menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia
5) Berikan tambahan oksigen atau Ventilasi manual sesuai kebutuhan.
R/ dapat menurunkan hipoksia cerebral

b. Risiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan


perubahan pada plasenta.
Tujuan : setelah dilakukaan tindakan perawatan tidak terjadinya foetal
distress pada janin
Kriteria hasil :
 DJJ (+) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG: normal

Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/ Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hypoxia, premature dan
solusio plasenta
2) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/ Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
3) Jelaskan adanya tanda-tanda solution plasenta ( nyeri perut, perdarahan,
Rahim tegang, aktivitas janin turun )
R/ Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hypoxia bagi janin
4) Kaji respon janin pada Ibu yang diberi SM
R/ rekasi terapu dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/ USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

c. Resiko cidera pada janin berhubungan dengan tidaka dekuatnya perfusi darah
ke plasenta
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin
Kriteria Hasil :

Intervensi :
1) Istirahatkan ibu
R/ dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism tubuh menurun
dan peredaran darah ke placenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan
O2 untuk janin dapat dipenuhi
2) Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri
R/ dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava dibagian kanan
tidak tertekan oleh uterus yang membesar sehingga aliran darah ke
placenta menjadi lancar 
3) Pantau tekanan darah ibu
R/ untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta seperti tekanan
darah tinggi, aliran darah ke placenta berkurang, sehingga suplai oksigen
ke janin berkurang.
4) Memantau bunyi jantung ibu
R/ dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau menurukan
menandakan suplai O2 ke placenta berkurang sehingga dapat
direncanakan tindakan selanjutnya.
5) Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter 
R/ dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan after
load jantung dengn vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah
turun. Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke plasenta
menjadi adekuat

d. Gangguan psikologis ( cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif


terhadap proses persalinan
Tujuan : setelah dilakukan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan ibu


R/ Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
2) jelaskan mekanisme proses persalinan
R/ Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptif 
3) Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/ Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki
ibu efektif 
4) Beri support system pada ibu
R/ ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada sehingga dapat membawa ketengang hati

4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan rencaan keperawatan

5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan.
a. Diagnosa 1 : Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan
jalan nafas pelan atau aspirasi dicegah
b. Diagnose 2 :
 DJJ (+) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG : Normal
c. Diagnose 3 : Agar cedera tidak terjadi pada janin
d. Diagnose 4 :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan
peningkatan tekanan darah, edema, proteinuria, gangguan kesadaran, nyeri
epigastrium, gangguan penglihatan dan sebagainya. preeklampsia dibedakan menjadi
dua yaitu preeklampsia berat dan ringan. ada beberapa faktor resiko tertentu yang
berkaitan dengan perkembangan penyakit ; primigravida, grand multigravida, janin
besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Patofisiologi
preeklampsia antara lain produk plasenta endotelium (zat toksik sel endotelium)
menyebabkan terjadinya penurunan perfusi jaringan sehingga menyebabkan
terjadinya vasospasme dan kerusakan sel endotelium sehingga yang berakhir adalah
terjadnya kerusakan glomerular, edema umum, spasme korteks otak, edema pulmonal,
hemolisis SDM dan sebagainya. manifestasi klinis preeklampsia adalah kenaikan
tekanan darah, pengeluaran protein dalam urin, edema kaki, tangan sampai muka,
sakit kepala terutama daerah frontalis, penglihatan menjadi kabur, nyeri pada
epigastrium, terdapat mual sampai muntah, sesak nafas, berkurangnya urin,
menurunnya kesadaran, hingga terjadinya kejang, perubahan pada (kardiovaskuler,
hati, retina, otak, paru-paru, aliran darah ke plasenta dan sebgainya.
Penatalaksanaan untuk preeklampsia ringan adalah dengan pengaturan diet,
isitirahat dan aktifitas, tanda-tanda bahaya, kesehatan mental dan supervisi medik.
Sedangkan penatalaksaana untuk preeklampsia berat adalah dengan tirah baring, diit
tinggi protein, keseimbangan cairan dan penggantian elektrolit untuk memperbaiki
hipovolumia, pemberian obat (sedatif, antihipersensitif, antikonvulsan) dan dukungan
dan pendidikan.
Eklampsia adalah kelanjutan preeklampsia berat menjadi eklampsia dengan
tambahan kejang-kejang atau koma. Eklampsia merupakan keadaan dimana
ditemukan serangan kejang tiba-tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita
hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya.
Kejang disini bersifat grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis.
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata-kata tersebut
dipergunakan karena seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa
didahului tanda-tanda lain.
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi eklampsia gravidarum
dan eklampsia parturientum. Kejang terdiri dari 4 tingkat, yaitu tingkat awal atau
aura, tingkat kejang tonik, tingkat kejang klonik dan tingkat koma. Penatalaksanaan
eklampsia dapat dibedakan menjadi dua yaitu pentalaksanaan medis dan keperawatan.
Komplikasi eklampsia dapat terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya.
Konsep asuhan kepada pasien preeklampsia dan ekslamsia adalah dengan
melaksanakan proses keperawatan yakni dari pengkajian sampai evaluasi. Pada
pengkajian dilakukukan pemeriksaan fisik pada ibu dan janin pada saat pemeriksaan
ANC. Dasar diagnosis klinis berdasarkan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan
darah, oliguria, kejang atau koma, nyeri kepala/epigastrium, penglihatan kabur,
edema, sianosis, dan gangguan kesadaran. Tindakan konservatif terdiri dari kamar
isolasi, observasi, pemberian pengobatan (streganof, penthotal, diazepam, litik koktil,
magnesium sulfat) dan evaluasi pengobatan (diuresis, kesadaran membaik, kejang
berkurang, nadi dan tekanan darah menurun). Selain itu memberikan terapi aktif dan
seksio sesar.

B. Saran
Sebagai perawat profesional harus cermat menganalisis apakah pasien ibu
hamil mengalami preeklampsia (baik ringan maupun berat) dan ekslampsia dengan
mengidentifikasi tanda dan gejalanya sehingga dalam memberikan asuhan
keperawatan menjadi tepat.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini penulis jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Ratnawati, Ana. 2018. Keperawatan Maternitas. Yogjakarta : Penerbit Pustaka Baru Press

Padila. 2015. Asuhan keperawatan maternitas II. Yogyakarta : Nuha medika

Komisi Keperawatan P.K St. Corulus. (2000). Standar Asuhan Keperawatan Pasien
Maternitas. Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai