TENTANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMSIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmatNya kepada kita semua,
terutama kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah keperawatan Maternitas
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMSIA”
dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membimbing semua umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang dipenuhi ilmu
yang bermanfaat seperti sekarang ini.
Penulis sangat bersyukur akan terselesaianya makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua, terutama bagi penulis sendiri. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................................................4
A. Latar Belakang ...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................5
C. Tujuan ................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................6
A. Konsep Dasar ibu hamil dengan pre eklamsia ...................................................6
B. Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan pre eklamsia .......................................15
BAB III
PENUTUP ......................................................................................................................20
A. Kesimpulan ........................................................................................................20
B. Saran ..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia merupakan kelainan yang ditemukan pada waktu kehamilan yang
ditandai dengan berbagai gejala klinis seperti hipertensi, proteinuria, dan edema yang
biasanya terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai 48 jam setelah persalinan.
Sedangkan eklampsia adalah kelanjutan dari preeklampsia berat dengan tambahan gejala
kejang-kejang atau koma. Menurut World Health Organization (WHO, 2001), angka
kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51% - 38,4%. Preeklampsia dan eklampsia di
seluruh dunia diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 14% (50.000-75.000) kematian
maternal setiap tahunnya (Hak lim, 2009). Angka kejadian preeklampsia di Amerika
Serikat sendiri kira-kira 5% dari semua kehamilan, dengan gambaran insidensinya 23
kasus preeklampsia ditemukan per 1.000 kehamilan setiap tahunnya (Joseph et al, 2008).
Sementara itu di tiap-tiap negara angka kejadian preeklampsia berbedabeda, tapi pada
umumnya insidensi preeklampsia pada suatu negara dilaporkan antara 3-10 % dari semua
kehamilan (Prawirohardjo, 2006).
Salah satu penyebab kematian maternal di Indonesia adalah preeklampsia-
eklampsia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Angsar (1993), insiden
preeklampsia-eklampsia di Indonesia berkisar 10- 13% dari keseluruhan ibu hamil.
Sementara itu di dua rumah sakit pendidikan di Makasar insidensi preeklampsia berat
2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya 22,2% (Lukas dan Rambulangi,
1995). Sedangkan selama periode 1 Januari-31 Desember 2000 di RSU Tarakan mencatat
dari 1431 persalinan terdapat 74 kasus preeklampsiaeklampsia (5,1%), preeklampsia 61
kasus (4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Kasus preeklampsia terutama dijumpai
pada primigravida dan usia 20-24 tahun (Sudiyana, 2003).
Faktor predisposisi preeklampsia/eklampsia antara lain adalah paritas, umur ibu
hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, diabetes melitus, hipertensi kronik,
riwayat keluarga dengan preeklampsia, dan penyakit vaskuler ginjal (Offord,2002).
Catatan statistik seluruh dunia menunjukkan dari insidensi 5%-8% preeklampsia dari
semua kehamilan, terdapat 12% lebih diantaranya dikarenakan oleh primigravida.
Menurut data The New England Journal of Medicine pada kehamilan pertama risiko
4
terjadi preeklampsia sebanyak 3,9%, kehamilan kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8%
(Rozikhan, 2006). Angka kejadian preeklampsia/eklampsia akan menurun pada ibu
dengan paritas 1-3 kali, namun pada paritas tinggi akan terjadi lagi peningkatan angka
kejadian preeklampsia/eklampsia (Offord, 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori asuhan keperawatan ibu hamil dengan pre eklamsia ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan ibu hamil dengan pre eklamsia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi dari pre eklamsia
2. Mengetahui etiologi dari pre eklamsia
3. Mengetahui patofisiologi pre eklamsia
4. Mengetahui tanda dan gejala pre eklamsia
5. Mengetahui pemeriksaan laboratorium/diagnosis pre eklamsia
6. Mengetahu apa saja komplikasi pre eklamsia
7. Mengetahui penatalaksanaan medis dan perawatan pre eklamsia
8. Mengetahui asuhan keperawatan ibu hamil dengan pre eklamsia
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Teori-teori pada saat ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeclampsia
ialah iskemia plasenta. Faktor resiko preeclampsia antara sebagai berikut :
a. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda
b. Kelompok sosial ekonomi rendah.
c. Hipertensi esensial.
d. Penyakit ginjal kronis (menahun/terus menerus)
e. DM (diabetes melitus)
f. Multipara
g. Pohidramnion
h. Obesitas
i. Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga (Mitayani,
2011).
Menurut Maryunani (2016) adalah: Penyakit ini sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti penyebabnya. Frekuensi meningkat pada ibu dengan :
a. Sering terjadi pada primigravida, hidramnion, dan molahdatidosa.
b. Molahidatidosa
c. Gemeli
d. Umur > 35 tahun
e. Gizi buruk dan anemia
f. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga.
7
mengatakan di sebabkan oleh retensi air dan garam.Proteinuria mungkin disebabkan
oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada glomerulus belum diketahui
sebabnya, ada yang mengatakan di sebabkan oleh retensi air dan garam.Proteinuria
mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Mitayani, 2011).
Berdasarkan perjalanan penyakit teori 2 tahap, preeklampsia dibagi menjadi 2
tahap penyakit tergantung gejala yang timbul.Tahap pertama bersifat asimtomatik
(tanpa gejala), dengan karakteristik perkembangan abnormal plasenta pada trimester
pertama. Perkembangan abnormal plasenta terutama proses angiogenesis
mengakibatkan insufisiensi plasenta dan terlepasnya material plasenta memasuki
sirkulasi ibu.
Terlepasnya material plasenta memicu gambaran klinis tahap 2, yaitu tahap
simtomatik (timbul gejala).Pada tahap ini berkembang gejala hipertensi, gangguan
renal, dan proteinuria, serta potensi terjadinya sindrom HELLP, eklamsia dan
kerusakan end organ lainnya.Sindroma HELLP adalah pre eklampsia dan eklampsia
yang disertai dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan
trombositopenia. (H = Hemolisis; EL = Elevated Liver Enzim; LP = Low Platelets
Count).
Dua fakta klinis tersebut menuntun pada hipotesis kuat bahwa plasenta memegang
peranan penting dalam patogenesis preeklampsia.Terapi paling efektif dari
preeklampsia adalah dengan melahirkan plasenta.Selain itu bila plasenta berkembang
berlebihan (hiperplasentosis), misalnya pada mola hidatidosa atau gemeli, seringkali
berkembang menjadi preeklampsia berat.Hal tersebut didukung oleh pemeriksaan
patologi bahwa pada plasenta dengan preeklampsia terdapat infark luas, sklerosis
yang menyebabkan penyempitan arteri dan arteriol serta terdapat remodeling yang in
adekuat pada arteri spiralis.Pada tahap asimtomatik meskipun gejala klinik belum
terlihat, tetapi pemeriksaan tertentu dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi.
Pemeriksaan USG doppler arteri uterina dapat menilai adanya perubahan pada
aliran darah yang disebabkan karena peningkatan resistensi vaskular sebelum gejala
klinis timbul. Selanjutnya peningkatan vasokontriksi ateri uterina akan menimbulkan
hipertensi, proteinuria, dan endoteliosis glomerular. Gejala-gejala tersebut yang
8
mendukung untuk ditegakkannya diagnosis preeklampsia, dan merupakan suatu tahap
kedua atau preeklampsia dengan manifestasi gejala klinik. Sehingga adanya ganguan
histologi, fungsi, dan metabolisme plasenta diduga sangat besar peranannya pada
patofisologi preeklampsia (Pribadi, DKK. 2015)
9
Adapun Gejala-gejala subyektif :
a. Nyeri kepala.
b. Nyeri epigastrium:
1) Merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada preeklampsian
berat.
2) Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat
edema atau perdarahan.
5. Pemeriksaan Laboratorium/Diagnosis
a. Maternal
1). Asam urat
Hipertensi yang disertai peningkatan asam urat berhubungan dengan
PJT.Hiperurikemia merupakan tanda dini penyakit karena terjadi penurunan
klirens asam urat sebelum penurunan filtrasi glomerular filtration rate (GFR)
ginjal terjadi.Peningkatan asam urat dalam darah tidak hanya gangguan fungsi
ginjal tetapi dapat pula disebabkan peningkatan stres oksidatif.
2). Kreatinin
Terjadi peningkatan kreatinin pada preeklampsia berat tetapi biasanya
belum terjadi perubahan pada preeklampsia ringan.
3). Tes fungsi hepar
Peningkatan aspartat aminotranferase (AST/SGOT) dan alanine
aminotransferase (ALT/SGPT) merupakan tanda prognosis buruk pada ibu
dan janin.Konsentrasi dari protein ini berhubungan dengan beratnya penyakit
preeklampsia dengan komplikasi berat pada hepar.
10
4). Faktor pembekuan
Terjadi penurunan dari faktor III, faktor VIII selain trombositopenia.
Gangguan ini menimbulkan risiko terjadi perdarahan pasca persalinan
a). Analisis urine (proteinuria).
b). Pemeriksaan urine untuk ekskresi protein 24 jam.
b. Fetal
1). Klik chart (rekaman gerakan janin).
2). CTG (kardiografi).
11
a) Menganjurkan ibu untk banyak beristirahat,mengurangi aktivitas dan tidur
miring ke kiri.
b) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah garam dan rendah lemak.
c) Phenobarbital/ diazepam 3x2mg selama 7 hari ( sesuai instruksi dokter).
d) Pemberian obat anti hipertensi sesuai dengan pertimbangan dokter.
e) Kunjungan ulang 1 minggu sekali.
2. Penanganan rawat inap
a) Dilakukan setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukan
perbaikan.
b) Timbul salah satu gejala pre eklampsia berat.
c) Kenaikan BB ibu 1 kg/ mg selama 2 minggu menjadai 2 kg.
d) Jika pre eklampsia ringan stabil, maka kehamilan dpertahankan sampai
usia 37 minggu dengan pemantauan ketat
c. Penatalaksanaan pre eklampsia berat ( Mansjoer, 2002)
1. Perawatan aktif
Aktif sama dengan terminasi kehamilan/kehamilan diakhiri bersama
dengan pengobatan medisinal.
a) Indikasi perawatan aktif:
1) Kehamilan ≥ 37 minggu
2) Gejala-gejala impending eklampsia
3) Ada tanda-tanda “The HELLP syndrome
4) Perawatan konservatif gagal, dengan tanda :
a. ≥ 6 jam dimulainya pengobatan konservatif,terjadi peningkatan
tekanandarah
b. ≥ 24 jam kondisi pasien tetap ( tidak ada perbaikan kondisi)
c. Timbul tanda gawat janin ( IUGR)
2. Pengobatan dan Perawatan:
a) Tirah baring , miring ke satu sisi ( miring kiri)
b) nfuse Dextrose 5%: RL ( 2:1) dalam 24 jam
c) Pemberian antasida
d) Diet cukup protein, rendah kalori, rendah lemak dan rendah garam
12
e) Pemberian obat anti kejang:(1) MgSO4 (Magnesium Sulfat), Diazepam, )
Obat anti hipertensi, Diuretik,dan ) Obat lain seperti antipyretik,
analgetik sesuai instruksi dokter
3. Perawatan konservatif
a) Indikasi kehamilan < 37 minggu tanpa tanda-tanda impending
eklampsia
b) Pengobatan:
Diazepam diberikan 1 amp im , bila ada perbaikan kondisi pasien
maka obatobatan diberikan secara peroral dan obat anti hipertensi
diberikan jika tekanan darah diatas 160/110 mmHg dan perlu diingat
bahwa pemberian diuretik jika da indikasi
4. Perawatan obstetric
a) Observasi ketat
1) lebih dari 24 jam pengobatan tidak menunjukan perbaikan, maka
pengobatan konservatif dianggap GAGAL
2) diazepam atau MgSO4 dihentikan bial ibu sudah mencapai pre
eklampsia ringan selambat-lambatnya 24 jam.
3) Diet
Tujuan diet adalah: mengganti protein yang hilang, mencegah
retensi urine, menjaga penambahan BB tidak melebihi normal,
memberikan zat gizi secukupnya. Diet pada penderita pre eklampsi
berat adalah tinggi protein, rendah garam dan cukup kalori
5. Terminasi Kehamilan
Cara pengakhiran kehamilan/ persalinan ( Winkjosastro, 2000)
adalah;
a) Belum inpartu :
1) Induksi persalinan dengan amniotomi, oksitsin drip atau
prostaglandin E2 8.
2) Sectio caesaria dilakukan jika syarat induksi tidak terpenuhi ( 12
jam induksi belum sampai ke fase aktif) atau ada kontra indikasi
pervaginam.
13
b) Inpartu ;
1) Kala I
a. Fase laten lama beri oksitosin drip
b. Fase aktif lakukan omniotomi dan oksitosin drip
2) Kala II
Dipercepat: bila tidak ada syarat pervaginam maka lakukan SC
14
B. ASUHAN KEPERAWATAN PRE EKLAMSIA
1. Pengkajian
a. Identitas umum ibu
Mengkaji identitas klien dan pasangan klien yang meliputi : Nama, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawina, Pernikahan, Lama Pernikahan, Agama,
Suku, No. Rekam Medis, Sumber Informasi dan tanggal dilakukan pengkajian.
b. Data riwayat kesehatan
15
c. Pemeriksaan fisik biologis
1. Keadaan umum : lemah.
2. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
3. Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
4. Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan
muntah.
5. Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari
6. Sistem persarafan : hiper refleks, klonus pada kaki.
7. Genitourinaria : oliguria dan proteinuria.
8. Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah.
d. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan penghapusan darah.
1. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
2. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
3. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan fungsi hati
1. Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl).
2. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
3. Aspartat amonomtransferase (AST) > 60 ul.
4. Serum glutamat pirufat transminase (SGPT) meningkat (N = 15-45
u/ml).
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N = 6,7-
8,7 mg/dl).
6. Total protein serum menurun (N = 2,4-2,7 mg/dl).
16
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi perumbuhan janin intrauterus. Pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah.
3. Data sosial ekonomi
Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan
ekonomi rendah, karena mereka kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein juga kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi
b. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
3. Intervensi Keperawatan
17
dan baju.
4.Gunakan alat yang
dapat mengurangi
penekanan yang sesuai.
5.Lindungi tubuh
terhadap perubahan suhu
yang ekstrim.
2. Hambatan Status pernafasan : 1. Posisikan pasien untuk
pertukaran gas b/d pertukaran gas dengan memaksimalkan ventilasi
perubahan indikator : 2. Motifasi pasien untuk
membran alveolar- keseimbangan bernafas pelan, dalam
kapiler ventilasi dan perfusi dan teratur
dipertahankan pada 3. Auskultasi suara nafas,
deviasi berat dari catat area yang
kisaran normal (1) ventilasinya menurun
ditingkatkan ke 4. Kelola oksigen yang di
deviasi sedang dari lembabkan,sebagaimana
kisaran normal (3) mestinya
5. Posisikan untuk
meringankan sesak nafas
3. Kelebihan volume Keseimbangan cairan Manajemen 1. Monitor tanda-tanda
cairan b/d dengan indikator : cairan vital pasien
gangguan suara nafas adventif 2. Kaji lokasi dan
mekanisme dipertahankan pada luasnya edema jika ada
regulasi sangat terganggu (1) 3. Monitor makanan/
ditingkatkan ke cukup cairan yang dikonsumsi
terganggu (3) dan hitung asupan kalori
harian
4. Monitor status gizi
5. Monitor cairan dengan
tepat
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema,
atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-
kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan
korialis.
Menurut Maryunani (2016) adalah: Penyakit ini sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti penyebabnya. Frekuensi meningkat pada ibu dengan :
1. Sering terjadi pada primigravida, hidramnion, dan molahdatidosa.
2. Molahidatidosa
3. Gemeli
4. Umur > 35 tahun
5. Gizi buruk dan anemia
6. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kesalahan. Maka dari itu, saya mohon kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan
saran untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Perry, A.G.& Potter, P.A. (2002). Clinical nursing skills and techniques (5th
ed.).St.Louis:Mosby.
Watson, D. (1999). Monitor the patient receiving local anasthesia. Denver, CO:
Association of Operating Room Nurses.
Horne, M. & Swearingen, P. (19997). Saku panduan untuk cairan dan eletrolit
(3rd ed). St. Louis: Mosby.
Pratiwi, W. (2017). Asuhan Keperawatan Pre Eklampsi.
Purba, M. A. (2019). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
Hadjiko Y. (2014). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan kejadian
Preeklampsi.
Fakultas Ilmu kesehatan dan Keolahragaan:UNG
Hukmiah, dkk. (2013). Faktor yang berhubungan dendan pemanfaatan antenatal
care di
wilayah pesisir kecamatan mandalle. Epidemologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Hasanudin
Kusmiyati, Y. (2009). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta:
Fitrimaya
Lain KY, Roberts JM.(2002)Contemporary concepts of the pathogenesis and
management of
preeclampsia. JAMA ; 287: 3183–3186.
Lisbet C.A. (2004). Hubungan antara obesitas berdasarkan klasifikasi indeks
massa tubuh
dengan kejadian sindroma metabolik pada karyawan bank. NexusMedicus. 16:20-
25.
Mandriwati, GA. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil. Jakarta: EGC
Manuaba I. B. G. (2010). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
20