TENTANG
“Pre-eklamsia dan Eklamsia”
OLEH:
Nama: Gita Mardani
NIM: 184210434
Tingkat : IIIA
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II
PEMBAHASAN 3
D. Eklamsi 10
BAB IV
PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke
5,meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua
kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu
kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan
kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang
terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan
atau persalinannya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan
tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu
adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi dalam kehamilan
merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada masa nifas.
Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
kasus kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus, tahun
2013 adalah 90 kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus. Meningkat
dari tahun sebelumnya. Kota Padang merupakan daerah yang memiliki kematian
ibu tertinggi yaitu 16 kasus pada tahun 2013 dan 2014. Laporan Tahunan Dinas
Kesehatan Kota Padang penyebab kematian maternal pada tahun 2012 dan 2013
adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi. Pada tahun 2014 penyebab
kematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia 31,25%, perdarahan 18,75%, dan
infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap tahunnya penyebab utama kematian
4
ibu secara langsung di kota Padang masih sama. Preeklampsia merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai
dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul
setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida.
Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan
ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan
berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada
sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-
kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder
terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin
terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal
diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan
adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari preeklamsi
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya preeklamsi
pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis preeklamsi
4. Untuk mengetahui dan memahami eklamsi
5. Untuk mengetahui dan memahami protap penanganan preeklamsi dan
eklamsi
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bias
menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-
eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg
setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau
bias lebih awal terjadi.
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
hidatidosa (prawirohardjo, 2005).
Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbulpada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan
edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (muchtar,
1998)
Hipertensi (tekanandarahtinggi) di dalamkehamilanterbagiatas pre-
eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi
(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi
berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang
dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.
6
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal
meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan
diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang
mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ; beberapa
wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum,
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
preeklamsi diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
preeklamsi antara lain :
a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor – faktor tersebut antara
lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor resiko
terjadinya preeklamsi, preeklamsi umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama
kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor
7
resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum
kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsi
pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang
bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal lupus atau rematoid arthritis.
C. Jenis-jenis Pre-eklamsi
1. Preeklamsi ringan
8
b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan
kriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi
berat
Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan,
persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun
tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka
kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau
lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset persaliana atau di
pertimbangkan untuk melakukan persalianan pada taksiran tanggal
persalinan
c. Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II
2. Preeklamsi berat
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110
mmHg
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit <100.000/mm3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
9
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum
10
tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka,
diberikan furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg.
Diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang
90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnnya.
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti
hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
11
partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin
10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi
dokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau
forceps, jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli
kandungan); jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau
tidak ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam postpartum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa:
tidak terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah
anastesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter
kandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi
dengan oksitosin 2- 5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau
dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh dilakukan oleh
bidan)
D. Eklamsi
1. Definisi
Eklamsi adalah kelainanakut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat neurologik)
dan/ atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala- gejala
preeklamsi.
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil
dan wanita masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan protenuria. Eklamsi
lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, hydramnion, mola hydatidosa, dan
eklamsi dapat terjadi sebelum kehamilan bulan ke-6.
12
2. Tanda dan gejala Eklamsi
a. Tingkat awal atau aura. Gejala ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata
terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya,
dan kepala diputar kekanan atau ke kiri
b. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung 30 detik. Dalam
tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan
menggenggam, dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhemti, muka
mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang berlangsung
antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan
berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup
dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar lidah
berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak
sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita
dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejang terhenti dan
penderita menarik nafas secara mendengkur.
d. Sekarang masuk tingkat koma, lamanya ketidak sadaran tidak berlangsung
lama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi
serangan ini dapat terjadi secara berulang sehingga ia tetap koma.
e. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu
meninggkat sampai 40 derajat Celcius. Sehingga akibat serangan dapat
terjadi komplikasi-komplikasi seperti : lidah tergigit, sehingga terjadi
perlukaan dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio plasenta, dan
perdarahan otak.
13
3. Diagnosis Eklamsi
14
E. Protap Penanganan Preeklamsi dan Eklamsi
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab
kematian ibu dan bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan
dan preeklamsi berat. Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum dapat
diketahui secara pasti. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”,
gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Preklamsi ringan ditandai
dengan : kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanana darah 140/90 mmHg
atau lebih dangan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk
pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit); edema tekan
pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan; proteinuria
lebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2.
Preeklamsi berat di tandai dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg,
diastolik > 110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit <
100.000/ mm3, oliguria < 400 ml/24 jam, protein urine > 3 gr/liter, nyeri
episgtastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat,
perdarahan retina, odem pulmonum.
Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani dengan baik pada
ibu hamil, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu hamil.
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan neorologik) atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi.
B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang
kami tulis dan kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritikannya yang membangun demi kelancaran makalah
kami ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gusta, Dien Anggraini Nursal. Dkk. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsi Pada Ibu
Hamil di RSUP M. DJAMIL Padang Tahun 2014. From :
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/161, 30 juli 2018
17
Lampiran
1. Kasus
Pada tanggal 25 Juli 2018 (15:00 wib), Ny “A” usia 25 tahun G 1P0A0H0
dengan UK 32-33 mg datang ke BPM Melati dengan keluhan sakit kepala
hebat, mata berkunang-kunang, bengkak pada wajah dan kaki, tidak memiliki
riwayat penyakit, dan tidak memiliki riwayat kehamilan gamelli. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapati BB 56 kg, TD 140/90, RR 20 x/i, N 80 x/i, S
36,5 0C, DJJ 135 x/i, dan odema pada wajah dan kaki ibu, serta protein urin
+2
18