Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI PRE-

EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen pengampu Sri Hayati S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

Fegga Mawarni 88214067


Milki Arina 88212027
Rani Rezkita Yuanna 88213053
Thania Ade Aprillia 88211026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Komplikasi Pre-eklampsia dan Eklampsia
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas dari Ibu Sri Hayati S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas II

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Hayati S.Kep., M.Kep yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kami sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Bandung, 01 Oktober 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi 3
B. Etiologi 3
C. Patofisiolofi (Pathway) 5
D. Manifestasi Klinis 5
E. Penatalaksanaan Medis 8
F. Pemeriksaan Penunjang 14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 16
3.1 Pengkajian Fokus 16
3.2 Analisa Data 17
3.3 Diagnosa Keperawatan 24
3.4 Perencanaan Keperawatan 25
EVIDENCE BASED PRACTICE 32
BAB IV KESIMPULAN 37
DAFTAR PUSTAKA 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyulit dalam proses
persalinan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka
kejadian pre-eklampsia merupakan faktor utama penyebab timbulnya
eklampsia yang dapat mengancam hidup ibu bersalin. Tingginya angka
kematian bulin sebagai akibat perkembangan dari pre-eklampsia yang
tidak terkontrol memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
tingginya angka kematian.
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5% merupakan
kasus pre-eklampsia dan eklampsia (Manuaba, 2018). Dari kasus
tersebut 6% terjadi pada semua persalinan, 12 % terjadi pada primi
gravida. Masih tingginya angka kejadian ini dapat dijadikan sebagai
gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat kesehatan
masyarakat secara umum.
Dengan besarnya pengaruh pre-eklampsia terhadap tingginya
tingkat kematian bulin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk
mencegah dan menangani kasus-kasus pre-eklampsia. Perawatan pada
bulin dengan pre-eklampsia merupakan salah satu usaha nyata yang
dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi
sebagai akibat lanjut dari pre-eklampsia tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
2. Bagaimana etiologi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
3. Bagaimana manifestasi klisis dari pre-eklampsia dan eklampsia?
4. Bagaimana penatalaksaan serta pemeriksaan penunjang yang
digunakan?
5. Bagaimana pathway dari pre-eklampsia dan eklampsia?

1
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan untuk pre-eklampsia dan
eklampsia?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi dari pre-eklampsia dan eklampsia
2. Mengetahui etiologi pre-eklampsia dan eklampsia
3. Mengetahui manifestasi klinis dari pre-eklampsia dan eklampsia
4. Mengetahui penatalaksaan serta pemeriksaan penunjang yang
digunakan
5. Memahami pathway dari pre-eklampsia dan eklampsia
6. Memahami Asuhan Keperawatan pre-eklampsia dan eklampsia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap
adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis
pre-eklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang
disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada
usia kehamilan diatas 20 minggu. Pre-eklampsia adalah hipertensi (tekanan
darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg) disertai proteinuria
(>30 mg/liter urin atau > 300 mg/24 jam) dan terjadi sesudah usia kehamilan
lebih dari 20 minggu, dimana pada pre-eklampsia terjadi gangguan berbagai
sistem yang mempengaruhi fungsi vaskuler ibu dan pertumbuhan janin.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan
timbul akibat neurologik) dan atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia. Eklampsia adalah penyakit akut
dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita nifas disertai dengan
hipertensi, oedema dan proteinuria. Eklampsia lebih sering terjadi pada
kehamilan kembar, hydromion, mola hydatidosa, dan eklampsia dapat
terjadi sebelum kehamilan bulan ke-6.

B. Etiologi
1. Pre-eklampsia
Sampai saat ini penyebab terjadinya pre-eklampsia belum diketahui
dengan pasti akan tetapi ada beberapa faktor risiko atau faktor predisposisi
terjadinya pre-eklampsia antara lain:
a. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua (Usia <18 atau
>35)
b. Obesitas

3
c. Adanya proses penyakit kronis :
1) Diabetes Mellitus
2) Hipertensi
3) Penyakit ginjal
4) Penyakit pembuluh darah
5) Penyakit pembuluh darah kolagen (Lupus Eritematosus
Sistemik)
d. Kehamilan molahidatidosa
e. Kehamilan ganda
f. Komplikasi kehamilan:
1) Kehamilan multiple
2) Janin besar
3) Hidrops janin/fetalis
4) Polihidramion
g. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.

2. Eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah pendarahan otak, payah
jantung atau payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru-
paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine
dan persalinan prematuritas. Mekanisme kematian janin dalam rahim
pada penderita eklampsia :
a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke
arah lemak dan protein dapat menimbulkan badan keton
b. Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan
nervus vagus yang menyebabkan :
• Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan
dilanjutkan menjadi brakikardi serta irama yang tidak
teratur
• Peristaltik usus bertambah da sfingter ani terbuka
sehingga di keluarkannya mekonium yang akan masuk

4
ke dalam paru-parupada saat pertama kalinya neonatus
aspirasi.
c. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan
akan bertambah gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim
maupun diluar rahim.

C. Patofisiologi (Pathway)

D. Manifestasi Klinis
1. Pre-eklampsia

Diagnosis pre-eklampsia ditegakkan berdasarkan adanya gejala-gejala


sebagai berikut :

a. Penambahan berat badan yang berlebihan


Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikkan
1 kg seminggu beberapa kali.
b. Edema

5
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi
Tekanan darah >140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat
>30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur
setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik
pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg.
d. Proteinuria
Bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/liter dalam air kencing 24
jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau
kadar protein >1 g/liter dalam urine yang dikeluarkan dengan
kateter atau urine porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam.

Pre-eklampsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda dibawah ini


:

a. Peningkatan tekanan darah sistol >30 mmHg atau diastol >15


mmHg (dari tekanan darah sebelumnya) pada kehamilan 20
minggu atau lebih, atau sistol 140/<160 mmHg dan diastol
>20/110 mmHg.
b. Proteinuria : 0,3 gram/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif
(++).
c. Edema pada : dinding perut, lumbosakral, wajah/tangan atau
kenaikkan berat badan.
d. Tidak ada nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut
bagian atas.
e. Tidak ada oliguria.

Pre-eklampsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih


tanda-tanda dibawah ini, (Wiknjosastro, 1997) :

a. Tekanan darah sistol >160 mmHg, diastol >110 mmHg. Tekanan


darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sydah di rawat di
RS dan menjalani tirah baring.

6
b. Proteinuria kuantitatif 5 gram/liter atau lebih dalam 24 jam atau
kualitatif 3+ (+++) sampai 4+ (++++).
c. Oliguria : jumlah produksi urine 500 cc/24 jam / <20 cc/jam
yang disertai kenaikkan kreatinin darah.
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri daerah
epigastrium.
e. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) atau keterlambatan
pertumbuhan buhan janin dalam kandungan.

Gejala-gejala subjektif, (Cumningham, 1995) :

a. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi
pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada
daerah frontal dan oksipital dan tidak sembuh dengan pemberian
analgesik biasa.
b. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada pre-eklampsia
berat. Keluhan ini disebabkan karena peregangan kapsula hepar
akibat edema atau pendarahan.
c. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang terganggu dapat disebabkan oleh
spasme anterial, iskemia, dan edema retina dan kasus-kasus yang
langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada pre-eklampsia
ringan tidak ditemukan tanda-tanda subyektif.

2. Eklampsia
Pada umumnya kejang didahuluioleh makin memburuknya pre-
eklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila
keadaan ini tidak dikenal dan diobati, akan timbul kejang; terutama pada
persalinan, ini bahaya besar. Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat,
yaitu :

7
1. Tingkat awal atau aura. Gejala ini berlangsung kira-kira 30 detik.
13/18 terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian
pula tangannya, dan kepala diputar kekanan atau kekiri.
2. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung 30
detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya
kelihatan kaku, tangan menggeggam, dan kaki bengkok ke
dalam. Pernafasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah
dapat tergigit.
3. Stadium ini kemudian disusuloleh tingkat kejang klonik yang
berlangsung antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang,
semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang
cepat, mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi,
bola mata menonjol, dari mulut keluar lidah berbusa, muka
menunjukkan kongesti dan sianosis dan penderita menjadi tidak
sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga
penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejang
berhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
4. Sekarang masuk tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidak
berlangsung lama secara perlahan penderita menjadi sadar lagi,
akan tetapi serangan ini dapat terjadi secara berulang sehingga
ia tetap koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi
cepat, dan suhu meningkat sampai 40 derajat celcius, dapat
terjadi komplikasi-komplikasi seperti lidah tergigit, sehingga
terjadi perlukaan dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio
plasenta, dan pendarahan otak.

E. Penatalaksanaan Medis
Prinsip Penatalaksaan Pre-eklampsia :
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah.
b. Mencegah progresiitas penyakit menjadi eklampsia.
c. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin).

8
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur dan imatur jika diketahui bahwa resiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan Pre-eklampsia Ringan :

• Rawat jalan
a. Banyak istirahat (berbaring/tidur miring) minimal 4 jam pada
siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari.
b. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebakan
pengaliran darah ke plasenta meningkat. Aliran darah ke ginjal
juga lebih banyak, tekanan vena pada ekstremitas bawah turun
dan resorbsi cairan daerah tersebut bertambah. Selain itu juga
mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab
itu dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema
berkurang.
c. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
d. Pemberian tablet diazepam 3x2 mg selama 7 hari.
e. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat
lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat
terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg)
f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi
obat antihipertensi. Metildopa 3x125 mg/hari (max 1.500
mg/hari), atau nifedipin 3-8x 5-10 mg/hari, atau nifedipine retard
2-3x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3x 5 mg/hari (max 30 mg/hari).
g. Kunjungan satu minggu atau lebih cepat bila keadaan menjadi
pre-eklampsia berat.
h. Pemeriksaan laboratorium = Hemoglobin, hematokrit, urine
lengkap, asam urat darah, trombosit dan fungsi hati dan ginjal.
• Rawat inap
Indikasi rawat inap pada Pre-eklampsia Ringan ;
a. Kenaikkan BB ibu >1 kg/minggu selama 2x berturut-turut atau
lebih gejala pre-eklampsia berat.

9
b. Kenaikkan menjadi pre-eklampsia berat (timbul salah satu atau
lebih gejala pre-eklampsia berat).
c. Evaluasi selama rawat inap
1) Untuk ibu
a. Pemerikasaan fisik :
1. Memeriksa dan menentukan edema pada pagi hari
bangun tidur
2. Mengukur BB tiap hari
3. Mengukur TD tiap 6 jam (kecuali ibu sedang tidur)
4. Mengukur urine tiap 3 jam, diukur dalam 24 jam
(tidak perlu dengan kateter menetap).
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Sama dengan rawat jalan
d. Konsultasi dengan bagian lain
e. Evaluasi opthalmologi
f. Evaluasi kardiologi dan lain-lain
2) Evaluasi janin
Pemeriksaan kesejahteraan janin (USG)
d. Pengobatan dan perawatan
1) Rawat jalan
2) Setelah satu minggu perawatan di atas, tidak ada
perbaikkan maka dianggap pre-eklampsia berat
3) Bila ada perbaikkan sebelum satu minggu, maka
perawatan dilanjutkan 2 hari lagi, kemudian baru
dipulangkan untuk rawat jalan.
e. Perawatan obstetrik
1) Kehamilan preterm <37 minggu
a. Bila tensi normal, persalinan ditunda aterm
b. Bila tensi membaik tapi belum mecapai normotensif,
maka kehamilan di terminiasi >37 minggu.
2) Kehamilan aterm >37 minggu

10
Persalinan ditunggu inpartu atau bila perlu dilakukan
induksi pada perkiraan tanggal persalinan.
3) Cara persalinan
a. Spontan
b. Bila perlu memperpendek kala II (Ekstraksi
vakum/forceps)

Penatalaksanaan Pre-eklampsia Berat (Mansjoer, A. 2002) :

a. Perawatan aktif
Aktif berarti : kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan
pengobatan medisinal.
Indikasi Perawatan Aktif :
1) Kehamilan >37 minggu (aterm)
2) Gejala-gejala impending eklampsia (dengan gejala subyektif)
3) Adanya tanda-tanda “The HELLP Syndrom”.
4) Keperawatan konservatif gagal antara lain :
a. >6 jam sejak dimulainya pengobatan medik, terjadi kenaikkan
tekanan darah
b. >24 jam keadaan tetao
c. Ada tandan Gawat janin atau IUGR (Intra Uteri Growth
Retardation).

Penatalaksanaan Eklampsia

Prinsip penatalaksanaan eklampsia sama dengan pre-eklampsia


berat dengan tujuan menghentikan berlubangnya serangan konvulsi dan
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan
ibu mengizinkan

1) Tujuan perawatan di rumah sakit :


a) Menghentikan konvulsi
b) Mengurangi vaso spasmus
c) Meningkatkan diuresis
d) Mencegah infeksi

11
e) Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
f) Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan
kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya
kehamilan.

Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah ;

a) Membersihkan dan melapangkan jalan pernafasan


b) Menghindari lidah tergigit
c) Pemberian oksigen
d) Pemasangan infus dextrosa atau glukosa 10%-20%-40%
e) Menjaga jangan terlalu trauma
f) Pemasangan kateter tetap (dauer kateter).

2) Observasi ketat penderita :


a) Dalam kamar isolasi : tenang, lampu redup-tidak terang, jauh
dari kebisingan dan rangsangan.
b) Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit : tensi,
nadi, respirasi, suhu badan, reflek,dan diuresis diukur. Kalau
dapat dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat
kesadaran dan jumlah kejang.
c) Pemberian cairan disesuaikan dengan jumalah diuresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam.
d) Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif.

Pengobatan dan Perawatan :

1) Tirah baring miring ke satu sisi


2) Infuse Dextrose 5% 500 cc tiap 6 jam, diselingi RL (DS%: RL : 2 :
1)/24 jam
3) Pemberian Antasida
4) Terminasi kehamilan
Cara pengakhiran kehamilan/persalinan, (Wiknjosastro, H. 2000) adalah ;
a. Belum inpartu

12
1) Induksi persalinan, yaitu dengan Amniotomi, oksitosin drip atau
prostaglandin E2
2) Sectio Caesaria dilakukan nilai syarat induksi tidak terpenuhi (2
jam drip oksitosin belum fase aktif) atau ada kontraindikasi
partus pervaginam.
b. inpartu
(1) Kala I
a. Fase laten yang lama = diberikan drip oksitosin
b. Fase aktif dilakukan amniotomi dan oksitosin drip bila terjadi
kegagalan.

(2) Kala II

Dipercepat : bila syarat persalinan pervaginam tidak ada = sectio


Caesaria.

b. Perawatan konservatif
Indikasi
Kehamilan preterm <37 minggu tanpa tanda-tanda impending
eklampsia.
Pengobatan medis
1) Diazepam (valium)
Diberikan diazepam amp (10 mg) per.I.M
Bila ada perbaikkan atau tetap 24 jam berikutnya dilarutkan
sebagai berikut :
a) Tablet diazepam 3x5 mg/hari
b) Tablet luminal 3x30 mg – 50 mg/hari
c) Obat-obatan antihipertensi oral diberikan apabila tekanan
darah masih 160/110 mmHg atau lebih.
2) Obat-obatan diuretika hanya diberikan atas indikasi
3) Perawatan obstetrik
a) Observasi dan evaluasi seperti halnya pada perawatan aktif
hanya tidak dilakukan pengakhiran persalinan.

13
b) Diazepam atau MgSo4 dihentikan bila ibu sudah mencapai
tanda-tanda pre-eklampsia ringan selambat-lambatnya 24
jam.
c) Lebih dari 24 jam tidak ada perbaikkan maka perawatan
konservatif dianggap gagal.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pre-eklampsia
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
2) Urinalis
Ditemukan protein dalam urin
3) Pemeriksaan fungsi hati
a) Bilirubin meningkat (N = <1 mg/dl)
b) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul
d) Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N = 15-45
u/ml)
e) Serum Glutamat Oxaloacetic Trasaminase (SGOT) meningkat (N =
<31 u/l
f) Total protein serum menurun (N = 6,7-8,7 g/dl)
4) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N = 2,4-2,7 mg/dl)

b. Radiologi
1) Ultrasonograi

14
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume caoran
ketuban sedikit.
2) Ditemukan denyut jantung janin lemah.

2. Eklampsia

Urine : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.

Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin.

15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Fokus


1 Nyeri akut
Anamnesa :
- Klien mengatakan nyeri
Pemeriksaan fisik :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegang bagian yang nyeri
Pemeriksaan diagnostik : -
2 Pola nafas tidak efektif
Anamnesa :
- Klien mengatakan sesak
Pemeriksaan fisik :
- Klien terlihat sesak
- Terdapat suara tambahan
Pemeriksaan diagnostik : -
3 Ansietas
Anamnesa :
- Klien mengatakan cemas dengan kondisinya
- Klien mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama
Pengkajian fisik :
- Klien sering bertanya kepada perawat tentang keadaannya
- Klien tampak murung
- Klien tampak takut dengan keadaan janinnya
Pemeriksaan diagnostik : -
4 Resiko perfusi serebral tidak efektif
Anamnesa :
- Klien mengatakan sering kejang
Pemeriksaan fisik :
- Klien mengalami kejang

16
- Klien mengalami penurunan kesadaran
Pemeriksaan diagnostik : -
5 Gangguan eliminasi urin
Anamnesa :
- Klien mengeluh BAK tidak lancar
Pemeriksaan fisik :
- Pengeluaran urin sedikit
Pemeriksaan diagnostik: -
6 Intoleransi aktivitas
Anamnesa :
- Klien mengatakan badannya lemas
Pemeriksaan fisik :
- Klien tampak lemas
- Klien tampak pucat
Pemeriksaan diagnostik : -
7 Defisit pengetahuan
Anamnesa :
- Klien mengatakan tidak mengerti penyebab penyakitnya,
perawatannya, makanan pantangannya sehubungan dengan
dengan penyakitnya.
Pemeriksaan fisik :
- Klien tidak dapat menjelaskan atau menjawab bila ditanya
tentang sakitnya.
Pemeriksaan diagnostik : -

3.2 Analisa Data


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : - Klien Tekanan darah Nyeri akut
mengeluh nyeri meningkat

DO : Hamil >20minggu

17
- Klien tampak Kejang (-)
meringis ↓
- Klien tampak Pre-eklampsia
memegang ↓
bagian yang Vasospasme
nyeri pembuluh darah

Penurunan pengisian
pembuluh darah di
ventrikel kiri

Cardiac output
menurun

Merangsang medula
oblongata

Sistem saraf simpastis
meningkat

Jantung

Kontraktilitas
meningkat

Gangguan irama
jantung

Aliran turbulensi

Timbul emboli

18
Nyeri akut
2. DS : - Klien Tekanan darah Pola nafas tidak
mengatakan meningkat efektif
sesak ↓
DO : Hamil >20minggu
- Klien terlihat ↓
sesak Kejang (-)
- Terdapat suara ↓
tambahan Pre-eklampsia

Vasospasme
pembuluh darah

Penurunan pengisian
pembuluh darah di
ventrikel kiri

Cardiac output
menurun

Merangsang medula
oblongata

Sistem saraf simpastis
meningkat

Paru

Penumpukan darah

LAEDP meningkat

19
Kongesti vena
pulmonal

Proses perpindahan
cairan karena
perbedaan tekanan

Timbul odem
gangguan fungsi
alveoli

Pola nafas tidak
efektif
3. DS : Tekanan darah Ansietas
- Klien meningkat
mengatakan ↓
cemas dengan Muncul tanda dan
kondisinya gejala
- Klien ↓
mengatakan ini Defisit pengetahuan
merupakan ↓
kehamilan yang Ansietas
pertama
DO :
- Klien sering
bertanya kepada
perawat tentang
keadaannya
- Klien tampak
murung
- Klien tampak
takut dengan

20
keadaan
janinnya
4. DS : - Klien Tekanan darah Resiko perfusi
mengatakan meningkat serebral tidak
sering kejang ↓ efektif
DO : Hamil >20minggu
- Klien ↓
mengalami Kejang (-)
kejang ↓
- Klien Pre-eklampsia
mengalami ↓
penurunan Vasospasme
kesadaran pembuluh darah

Penurunan pengisian
pembuluh darah di
ventrikel kiri

Cardiac output
menurun

Merangsang medula
oblongata

Sistem saraf simpastis
meningkat

Otak

Hipoksia pada otak

TIK meningkat

21

Resiko perfusi
serebral tidak efektif
5. DS : - Klien Tekanan darah Gangguan
mengeluh BAK meningkat eliminasi urin
tidak lancar ↓
DO : Hamil >20minggu
- Pengeluaran ↓
urin sedikit Kejang (-)

Pre-eklampsia

Vasospasme
pembuluh darah

Penurunan pengisian
pembuluh darah di
ventrikel kiri

Cardiac output
menurun

Merangsang medula
oblongata

Sistem saraf simpastis
meningkat

Ginjal

GFR menurun

22
Oliguria

Gangguan eliminasi
urin
6. DS : - Klien Tekanan darah Intoleransi
mengatakan meningkat aktivitas
badannya lemas ↓
DO : Hamil >20minggu
- Klien tampak ↓
lemas Kejang (-)
- Klien tampak ↓
pucat Pre-eklampsia

Vasospasme
pembuluh darah

Penurunan pengisian
pembuluh darah di
ventrikel kiri

Cardiac output
menurun

Merangsang medula
oblongata

Sistem saraf simpastis
meningkat

Ekstremitas

Metabolisme anaerob

23

ATP turun

Cepat lelah, lemah

Intoleransi aktivitas
7. DS : - Klien Tekanan darah Defisit
mengatakan meningkat pengetahuan
tidak mengerti ↓
penyebab Muncul tanda dan
penyakitnya, gejala
perawatannya, ↓
makanan Kurang terpaparnya
pantangannya informasi
sehubungan ↓
dengan dengan Defisit pengetahuan
penyakitnya.
DO :
- Klien tidak
dapat
menjelaskan
atau menjawab
bila ditanya
tentang sakitnya.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d timbulnya emboli d.d klien tampak meringis
2. Pola nafas tidak efektif b.d timbulnya udem alveoli d.d klien
tampak sesak
3. Ansietas b.d muncul tanda dan gejala d.d klien tampak cemas

24
4. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d TIK meningkat d.d kejang
dan penurunan kesadaran
5. Gangguan eliminasi urin b.d oliguria d.d produksi urin sedikit
6. Intoleransi aktivitas b.d ATP menurun d.d klien tampak lemas
7. Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi

3.4 Perencanaan Keperawatan


NO DIAGNOSA INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Manajemen nyeri (l.08238)
timbulnya emboli • Observasi
d.d klien tampak - Monitor lokasi, karakteristik, durasi,
meringis frekuensi, kualitas, intensitas nyeri klien
- Monitor skala nyeri dan TTV klien
- Monitor faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri klien.
• Terapeutik
- Berikan terknik non farmakologis
(misalnya nafas dal.am, terapi musik, dan
aromaterapi)
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
• Edukasi
- Jelaskan penyebab dan periode pemicu
nyeri
- Anjurkan memonior nyeri secara
mandiri
• Kolaborasi

25
- Kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian analgetik (jika perlu)
2. Pola nafas tidak Manajemen Jalan Nafas (l.01011)
efektif b.d • Observasi
timbulnya udem - Monitor pola nafas klien
alveoli d.d klien - Monitor bunyi nafas tambahan klien
tampak sesak - Monitor sputum klien
• Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan klien semi fowler atau fowler
- Lakukan penghisapan lendik kurang
dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
- Berikan minuman hangat
• Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2.000 ml/hari,
jika tidak ada kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
• Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
3. Ansietas b.d Terapi Relaksasi (I.09326)
muncul tanda dan • Observasi
gejala d.d klien - Identifikasi penurunan tingkat energi,
tampak cemas ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif klien.
- Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya.

26
- Monitor respon klien terhadap terapi
relaksasi.
• Terapeutik
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tanpa gangguan dengan cahaya dan suhu
ruang yang nyaman.
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi.
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain.
• Edukasi
- Jelaskan kepada klien tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia.
- Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih.
- Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman.
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksassi.
- Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih.
- Demomtrasikan dan latih teknik
relaksasi.
4. Resiko perfusi Manajemen Peningkatan Tekanan
serebral tidak Intrakranial (I.093225)
efektif b.d TIK • Observasi
meningkat d.d - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
kejang dan klien.
penurunan - Monitor tanda dan gejala peningkatan
kesadaran TIK klien.

27
- Monitor MAP, CVP, PAWP, PAP, ICP,
CPP klien.
- Monitor Status pernafasan klien.
- Monitor intake dan output cairan klien.
- Monitor cairan serebro-spinalis klien.
• Terapeutik
- Meminimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang.
- Berikan klien posisi semifowler.
- Cegah terjadinya kejang pada klien.
- Pertahankan suhu tubuh klien normal.
• Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonsulvan, jika perlu.
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis,
jika perlu.
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu.
5. Gangguan Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
eliminasi urin b.d • Observasi
oliguria d.d - Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
produksi urin inkontinesia urine klien.
sedikit - Identifikasi faktor yang menyebabkan
retensi atau inkontinesia klien.
- Monitor eliminasi urine klien.
• Terapeutik
- Catat waktu-waktu haluaran berkemih
klien.
- Batasi asupan cairan, jika perlu.
- Ambil sampel urin tengah atau kultur
klien.
• Edukasi

28
- Ajarkan klien tanda dan gejala infeksi
saluran kemih kepada.
- Ajarkan klien mengukur asupan cairan
dan haluaran urine.
- Ajarkan klien mengenali tanda
berkemih dan kapan waktu yang tepat
untuk berkemih.
- Ajarkan klien terapi modalitas.
- Ajarkan klien minum yang cukup.
- Ajarkan klien mengurangi minum
menjelang tidur.
• Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat suposutoria
uretra, jika perlu.
6. Intoleransi Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas b.d ATP • Observasi
menurun d.d klien - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
tampak lemas yang mengakibatkan kelelahanklien.
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
klien.
- Monitor pola dan jam tidur klien.
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
klien selama melakukan aktivitas.
• Terapeutik
- Sediakan klien lingkungan nyaman dan
rendah stimulus.
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
atau aktif.
- Berikan klien aktivitas distraksi yang
menenangkan.
Fasilitasi klien dududk disisi tempat
tidur.

29
• Edukasi
- Anjurkan klien tirah baring.
- Anjurkan klien melakukan aktivitas
secara bertahap.
- Anjurkan klien menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang.
- Ajarkan klien strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
• Kolaborasi
- Kolaborasi dengan asli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
7. Defisit Edukasi Kesehatan (I.12383)
pengetahuan b.d • Observasi
kurang - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
terpaparnya klien dalam menerima informasi.
informasi - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat klien.
• Terapeutik
- Sedikan klien materi dan media
pendidikan keehatan.
- Jadwalkan klien pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
- Berikan klien kesempatan untuk
bertanya.
• Edukasi
- Jelaskan kepada klien faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
- Ajarkan klien perilaku hidup bersih dan
sehat.

30
- Ajarkan klien strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

31
EVIDENCE BASED PRACTICE

EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK DIBANDINGKAN TERAPI RENDAM AIR


HANGAT TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL
DENGAN PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

A. PICO

Patient population Ibu hamil dengan pre-eklampsia dan eklampsia


Intervention Terapi Musik
Comparison Terapi rendam air hangat
Outcome Penurunan kecemasan

B. MEMILIH SUMBER EVIDENCE BASE


Pencarian artikel dilakukan pada data base Google scholar,
Sciencedirect, dan Taylor and Francis dengan menggunakan metode
pencarian kombinasi : keyword (kecemasan, pre-eklampsia, eklampsia,
terapi musik, dan terapi rendam air hangat), boolean operation (dan),
limitters (years/public date ; 5 tahun terakhir). Lalu diambil 3 artikel
nasional dan 2 artikel internasional juga jurnal terkait sebagai berikut :
1. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Preeklampsia di Kesehatan
Masyarakat Kabupaten Tempurejo Jember.
2. Five-finger Hypnosis and Foot-soaking Therapy to Reduce Anxiety
in Pre-eclampcia mother.
3. Terapi Musik dan Guided Imagery dalam Menurunkan Kecemasan
pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia di RSUD Prof. Kandou
Manado.
4. Terapi Murottal Sebagai Upaya Menurunkan Kecemasan dan
Tekanan Darah pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia : Literature
Review Dilengkapi Studi Kasus.
5. The Effect of Music On Arterial Blood Pressure and Anxiety Levels
in Pregnant Women Hospitalized Due to Mild Preeclampcia : A
Pilot Randomized.

32
C. TABEL SINTESIS

Penulis Level Tahun Jumlah Usia Jenis Intervensi Hasil


Sampel Penelitian Penelitian

Mangra II 2020 30 3 Case study Terapi Terapi


sih, RS, tahu control rendam rendam kaki
Kurnia n kaki air hangat
wati, dengan air mampu
D., dan hangat menurunkan
Julianin tingkat
gsih kecemasan
ibu pre-
eklampsia.
Terapi
rendam kaki
salah satu
upaya non
farmakologi
yang tepat
digunakan
untuk
menurunkan
tingkat
kecemasan
pada ibu
hamil.
Kurnia I 2019 120 4 Literature Terapi Terapi
wati, Tah Review rendam rendam kaki
D., un kaki air hangat

33
Septiyo dengan air mengurangi
no, E. hangat kecemasan
A., pada ibu
Mangra hamil dengan
sih, R. cara
S., dan vasodilatasi
Tama, pembuluh
F. I. N darah dan
pada
akhirnya ibu
merasa rileks.
Pasamb II 2023 4 0 Studi Terapi Hasil
o, Y., kasus musik penelitian
Kaunan studi kasus
g, M. memberikan
B., gambaran
Tamun bahwa
u, E., penerapan
Samirin terapi musik
, D. S., dapat
dan menurunkan
Tuegeh kecemasan
,J ibu hamil
dengan
preeklampsia
setelah
dberikan
intervensi
sebanyak 3
kali .

34
Yuliani I 2018 42 5 Literature Terapi Hasil
, D. R., Tah review Murottal penelitian
Widya un dapat diambil
wati, penurunan
M. N., skor
Rahayu kecemasan
, D. L., sebelum dan
Widiast sesudah
uti, A., intervensi.
dan Terapi
Rusmin murottal
i, R. merupakan
salah satu
alternatif
metode
relaksasi
untuk
mengurangi
kecemasan
pada ibu
hamil dengan
preeklampsia
.
Yuksek II 2020 14 3 RCT Terapi Hasil
ol, O. Tah musik penelitian
D., dan un menunjukkan
Baser, bahwa musik
M. memiliki efek
jangka
pendek dalam
mengurangi
kecemasan

35
pada wanita
hamil dengan
preeklampsia
.

Kesimpulan
Terapi non farmakologi berupa rendam kaki air hangat digunakan sebagai
metode dalam menurunkan kecemasan terhadap ibu hamil dengan pre-
eklampsia. Dan terapi musik membantu klien dimana prosesnya
mengutamakan kenyamanan dari alunan musik serta seluruh aktivitas sehari
selama 3 hari intervensi. Hal ini dikarenakan musik merangsang kelenjar
hipofisis untuk melepaskan endorphin yang akan menghasilkan efek euforia
dan sedasi, sehingga menurunkan stress dan tekanan darah. Oleh karena itu
terapi resam kaki air hamgat dan terapi musik sangat efektif dalam
menurunkan kecemasan klien dan membuat klien merasa lebih nyaman.

36
BAB IV
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Pre-eklampsia adalah suatu gangguan kehamilan yang
menjadi penyebab kematian ibu dan bayi. Pre-eklampsia dibagi
menjadi 2 yaitu pre-eklampsia ringan dan berat. Penyebab terjadi
preeklampsia pada saat ini belum dapat diketahui secara pasti itulah
sebab nya pre-eklampsia disebut “ Disease of theory “ gangguan
kesehatan yang di amunisikan dengan teori.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil yang
ditandai dengan timbulkan kejang atau koma dimana sebelumnya
sudah menunjukan gejala pre-eklampsia.

2. Saran
Demikianlah makalah kami buat semoga berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa
apa yang kamu tulis dan kami paparkan jauh kesempurnaan. Untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritiknya yang membangun demi
kelancaran makalah ini.

37
DAFTAR PUSTAKA

Mangrasih, RS, Kurniawati, D., & Juliningsih, PP (2020). PENGARUH


TERAPI RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU PREEKLAMPSIA DI
KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN TEMPUREJO JEMBER.
Jurnal Update Ilmu Keperawatan (JNSU) , 8 (1), 60-67.
https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/267

Pasambo, Y., Kaunang, M. B., Tamunu, E., Sarimin, D. S., & Tuegeh, J.
(2023). TERAPI MUSIK DAN GUIDED IMAGERY DALAM
MENURUNKAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL DENGAN
PREEKLAMSIA DI RSUP PROF. KANDOU MANADO. Media
Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 18(1), 123-129.
https://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakesehatan/article/view/3076

Yuliani, D. R., Widyawati, M. N., Rahayu, D. L., Widiastuti, A., &


Rusmini, R. (2018). Terapi murottal sebagai upaya menurunkan kecemasan
dan tekanan darah pada ibu hamil dengan preeklampsia: Literature review
dilengkapi studi kasus. Jurnal Kebidanan, 8(2), 79-98.
https://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/view/3738

Yüksekol, Ö. D., & Başer, M. (2020). The effect of music on arterial blood
pressure and anxiety levels in pregnant women hospitalized due to mild
preeclampsia: A pilot randomized controlled trial. European Journal of
Integrative Medicine, 35, 101093.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1876382019312831

Kurniawati, D., Septiyono, E. A., Mangrasih, R. S., & Tama, F. I. N. (2019).


Five-finger hypnosis and foot-soaking therapy to reduce anxiety in pre-

38
eclampsia mother. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak, 13(2), 119-124.
http://www.e-journal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/kia/article/view/423

39

Anda mungkin juga menyukai