Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK

KEPERAWATAN MATTERNITAS
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre Eklampsia Berat”

DOSEN PEMBIMBING :

Lili Fajria. Ns. S.Kep M.Biomed

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1. Al Hanifah Armes ( 2011316056 )


2. Oktaghina Jennisya ( 2011316057 )
3. Raisatul Mahmudah ( 2011316059 )
4. Teguh Wiradharma ( 2011316058 )
5. Dera Rahmi Gusti Fauzia ( 2011316055 )

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre
Eklampsia Berat”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan,
berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Padang, 06 Februari 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….2
C. Rumusan Masalah………………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………...3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Pre Eklampsia Berat (PEB)......................................……….……………4
1. Pengertian Pre Eklamsia Berat (PEB) ............................……….……………4
2. Klasifikasi Pre Eklamsia Berat (PEB) ............................……….……………4
3. Etiologi Pre Eklamsia Berat (PEB) .................................……….……………5
4. Manifestasi Klinis Pre Eklamsia Berat (PEB) ................……….……………5
5. Patofisiologi Pre Eklamsia Berat (PEB) .........................……….……………6
6. Perubahan Yang terjadi Akibat Pre Eklamsia Berat (PEB) .......……......……7
7. Penatalaksanaan Pre Eklamsia Berat (PEB) ...........................….……………9
8. Pencegahan Pre Eklamsia Berat (PEB) ..................................….……………11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pre Eklamsia Berat (PEB)........……………….....12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………...………………….…....24
B. Saran……………………………………………………………………………..24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur

kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan dan gangguan

multisistem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial,

peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi, proteinuria akibat kegagalan

glomerolus, dan udema akibat peningkatan permeabilitas vaskuler (Fauziyah,

2012).

Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET) adalah

penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre eklamsia dapat

timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre eklamsia dapat

terjadi dengan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di

trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal (Robson,

2012). Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita

hamil atau nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsia yang disertai kejang-kejang,

kelainan akut pada ibu hamil yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkankan bahwa pre eklamsia adalah

timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih

dari 20 minggu dan dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan

postnatal.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan

bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228/100.000

kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 12%,

abortus 13%, sepsis 15%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%.Angka

ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium (Millenium

Development Goals/MDGs), yakni hanya 102/100.000 kelahiran tahun 2015

(Depkes RI, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep utama teori Pre Eklamsia Berat
2. Bagaimana Etiologi Preeklamsia Berat
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Preeklamsia Berat
4. Bagaimana Perubahan yang terjadi akibat Preeklampsia berat
5. Bagaimana Penatalaksaan Preeklampsia Berat
6. Bagaimana Pencegahan Kejadian Preeklmpsia Dan Eklampsia
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Eklamsia Berat

C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre
Eklamsia Berat
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui konsep utama teori Pre Eklamsia Berat
b. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi Preeklamsia Berat
c. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi Klinis Preeklamsia Berat
d. Mahasiswa mampu mengetahui Perubahan yang terjadi akibat
Preeklampsia berat
e. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksaan Preeklampsia Berat
f. Mahasiswa mampu mngetahui Pencegahan Kejadian Preeklmpsia Dan
Eklampsia
g. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre
Eklamsia Berat

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman penulis tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Eklamsia
Berat
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas
akademik dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan
sebagai bahan untuk kelengkapan perpustakaan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Pre Eklampsia Berat (PEB)


1. Pengertian Preeklampsia Berat
Preeklampsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada kehamilan yang
ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat disertai proteinuria.
Preeklampsia merupakan sindroma spesifik kehamilan yang terutama berkaitan
dengan berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan akibat endotel, yang
bermanifestasi dengan adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria
(Lalenoh, 2018).

Preeklampsia adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria


(protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan) yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan
(Ratnawati, 2018).

2. Klasifikasi
Menurut Ratnawati (2018) klasifikasi preeklampsia diantaranya:
a. Preeklampsia ringan
Tanda-tanda preeklampsia ringan:
1) Tekanan dara 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
telentang atau kenaikan diastolik 15mmHg atau lebih kenaikan sistolik
30mmHg atau lebih.
2) Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan
jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
3) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
4) Proteinuria memiliki berat 0,3 gram atau per liter, kualitatif 1+ atau 2+
pada urin kateter atau midstream.
b. Preeklampsia berat
Tanda-tanda preeklampsia berat:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5 gram atau lebih per liter
3) Oliguria yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya
gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
4) Terdapat edema paru dan sianosis.

Menurut Manuaba, dkk (2014) klasifikasi preeklampsia diantaranya:

1. Preeklampsia Ringan
Tanda-tanda preeklampsia ringan:
a. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
b. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmhg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d. Proteinuria 0. 3 g atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sanpai 2
pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
2. Preeklampsia berat
a. Bila salah satu di antara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil,
sudah dapat digolongkan preeklampsia berat.
b. Tekanan darah 160/110 mmHg.
c. Oliguria, urin <400 cc/24 jam
d. Proteinuria lebih dari 3 g/liter.
e. Keluhan subjektif: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, edema paru, dan sianosis.
f. Gangguan kesadaran.
g. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus.
h. Perdarahan pada retina.
i. Trombosit < 100. 000/mm.
3. Etiologi Preeklamsia Berat

Menurut Ratnawati (2018) penyebab preeklampsia:

a. Penyebab preeklampsia:
1) Penyebab preeklampsia yaitu bertambahnya frekuensi pada
primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2) Bertambahnya frekuensi karena semakin tua kehamilan.
3) Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4) Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
b. Perkiraan etiologi
Teori lain terkait etiologi PEB:
1) Faktor imunologis
2) Faktor genetik
3) Faktor predisposisi

Menurut Ayu (2016) faktor predisposisi preeklampsia:

a. Mola hidatidosa
b. Diabetes mellitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidropfetalis
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun

4. Manifestasi Klinis Preeklamsia Berat


Menurut Ayu (2016) disebut preeklampsia berat bila terdapat gejala:
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg.
b. Proteinuria +≥ 5g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
d. Sakit kepala hebat di daerah frontal
e. Gangguan penglihatan, diplopia
f. Nyeri epigastrum dan ikterus Trombositopenia
g. Pertumbuhan janin terhambat
h. Mual muntah
i. Penurunan visus

Manifestasi klinis menurut Mitayani (2011), ada dua gejala yang sangat penting
pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari
oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah di atas adalah:

a. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting
pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih
andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Tekanan diastolik sebesar
90mmHg atau lebih yang terjadi terus menerus menunjukkan keadaan
abnormal.
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklampsia
dan bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan merupakan tanda
pertama preeklampsia pada sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah
0,5 kg per minggu. Bila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya
preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama disebabkan
karena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema
yang terlihat jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan
yang membesar.
c. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua,
atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuri dapat ditemukan dan dapat
mencapai 10g/dl. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan
hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.

5. Patofisiologi Preeklamsia Berat


Pada preeklampsia terjadi spesma pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasma hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan intertitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkna oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Ayu, 2016).

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskular meliputi penurunan volume intravaskuler,
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis mikroangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni.
Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim (Ayu, 2016).

6. Perubahan yang terjadi akibat Preeklampsia berat


a. Perubahan kardiovaskular
Gangguan berat fungsi kardiovaskular umum dijumpai pada preeklampsia dan
eklampsia. Perubahan ini pada dasarnya terjadi akibat peningkatan beban akhir
jantung yang disebabkan oleh hipertensi dan cedera endotel dengan
ekstravasasi ke ruang ekstrasel, terutama pada paru. Pemberian cairan secara
agresif pada wanita dengan PEB menyebabkan peningkatan bermakna tekanan
pengisian jantung sisi kiri dan peningkatan curah jantung yang tadinya normal
ke kadar supranormal (Leveno, 2017). Menurut Ayu (2016) berbagai
gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload
jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh
berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara
intravena dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ekstravaskular
terutama paru.
b. Perubahan hematologi
Kelainan hematologi terjadi pada beberapa, tetapi tidak semua, wanita yang
mengalami kelainan hipertensi akibat kehamilan. Trombositopenia yang terjadi
dapat sangat berat sehingga membahayakan kehidupan, kadar beberapa faktor
pembekuan plasma dapat berkurang, dan eritrosit dapat sangat terluka sehingga
tampak berbentuk aneh dan mengalami hemolisis cepat (Leveno, 2017).
c. Trombositopenia
Trombositopenia maternal dapat diinduksi secara akut oleh preeklampsia.
Setelah itu, hitung trombosit akan meningkat secara progresif hingga kadar
normal dalam 3-4 hari. Trombositopenia berat ditandai dengan hitung
trombosit kurang dari 100. 000/µL,menunjukan penyakit berat (Leveno, 2017).
d. Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui
penyebabnya, jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklampsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasanya atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan
dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata
pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum
biasanya dalam batas normal (Ayu, 2016).
e. Mata
Dapat dijumlai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala
lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks
serebri atau didalam retina (Ayu, 2016).
f. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Ayu,
2016).
g. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi
partus prematur (Ayu, 2016).
h. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pneumonia atau abses paru (Ayu, 2016).

7. Penatalaksaan Preeklampsia Berat


Penatalaksanaan menurut Ayu (2016) ditinjau dari umur kehamilan dan
perkembangan gejala-gejala PEB selama perawatan maka dibagi menjadi.
Perawatan aktif, yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
a. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap pesien dilakukan
pemeriksaan fetal assesmen (NST dan USG) indikasi:
1) Ibu
a) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
b) Adanya tanda-tanda atau gejala inpending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal,ada gejala-
gejala status quo (tidak ada perbaikan)
2) Janin
a) Hasil fetal assesmen jelek (NST dan USG)
b) Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
3) Laboratorium
a) Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien PEB adalah:
1) Segera masuk rumah sakit
2) Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30
menit, refleks patelle setiap jam.
3) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-
125 cc/jam) 500 cc.
4) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
5) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4):
a) Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat
kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk menguranginyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.

b) Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis


awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram IM setiam 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
i) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1
gr (10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
ii) Refleks patella positif kuat.
iii) Frekuensi pernapasan lebih 16x/menit.
iv) Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/Kg BB/jam).

c. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah


pengobatan medisinal
1) Indikasi : bila kehamilan praterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik
2) Pengobatan medisinal: sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup
intramuskular saja dimana 4 gram pada pantas kiri dan 4 gram pada pantat
kanan.
3) Pengobatan obstetri:
a) Selama perawatan konservatif: observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda
preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
d) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu
MgSO4 20% 2 gr IV.

8. Pencegahan Kejadian Preeklmpsia Dan Eklampsia


Preeklampsia dan eklmpsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini
dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk
dapat menegakkan dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan
memerhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan
urin untuk menentukan proteinuria.
Untuk mencegah kejadian preeklampsia ringan dapat diberikan nasihat tentang:
a. Diet, makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah
lemak, kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema, makanan
berorientasi pada empat sehat lima sempurna, untuk meningkatkan jumlah
protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
b. Cukup istirahat, istirahat yang cukup sesuai pertambahan usia kehamilan
berarti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan, lebih banyak
duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju
plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal (hamil). Bila terjadi perubahan perasaan dsan gerak
janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan.
Keadaan yang memerlukan pehatian:
1) Uji kemungkinan preeklmpsia
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein dalam urin
e) Jika mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,
gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata
2) Penilaian kondisi janin dalam rahim
a) Pemantauan tinggi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin, gerakan janin dalam rahim denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban
c) Usulan untuk melakukan pemeriksaan USG

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk
mengidentifikasi, mengenal masalah kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Deden Dermawan, 2012). Pengkajian
yang dilakukan pada ibu preeklamsia menurut Mitayani (2012), yaitu sebagai
berikut.

a. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur,
Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer
rekam medis (RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal
pengkajian, dan kaji identitas penanggung jawab atas pasien.

b. Data riwayat kesehatan


Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.

c. Riwayat kesehatan dahulu


1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu.
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.

d. Riwayat kesehatan sekarang


1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
2) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.
3) Gangguan virus: penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia.
4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi, dan tidak
tenang
6) Edema pada ektremitas.
7) Tengkuk terasa berat.
8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan
keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau dibetes
melitus (DM) serta kemungkinan memiliki riwayat preeklamsia serta
eklamsia dalam keluarga.

f. Riwayat obstetrik dan ginekologi


Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat menstruasi,
riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat
kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga berencana.

g. Pola kebutuhan sehari-hari


Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti
pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB
dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa
nyaman (pasien merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus,
perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau
hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi,
kebutuhan belajar.

h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: lemah.
2) Kepala: sakit kepala, wajah edema.
3) Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
4) Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan
muntah.
5) Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.
6) System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.
7) Genitourinaria: oliguria, proteinuria.
8) Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.
i. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk
memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendapatkan data penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan ultrasonography (USG).

j. Data social ekonomi


Preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita serta golongan ekonomi
rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
protein serta kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.

k. Data psikologis
Ibu preeklamsia berada dalam kondisi yang labil serta mudah marah, ibu
merasa khawatir dengan keadaan dirinya serta keadaan janin dalam
kandungannya, karena ibu akan merasa takut dengan anaknya akan lahir
cacat atau meninggal dan takut untuk melahirkan.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Risiko cedera pada janin dengan faktor risiko nyeri pada abdomen
b. Risiko cedera pada ibu dengan faktor risiko penyakit penyerta
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
N
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
o
( SLKI ) ( SIKI )
1 Risiko cedera pada janin dengan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan DJJ
faktor risiko nyeri pada abdomen keperawatan, diharapkan
Observasi :
risiko cedera pada janin
menurun dengan kriteria - Identifikasi status
hasil : obstetrik

- Kejadian cedera - Identifikasi riwayat

menurun obstetric

- Frekuensi gerak janin - Identifikasi adanya


membaik penggunaan obat, diet
- Tanda-tanda vital dan merokok
dalam rentang normal
- Identifikasi
pemeriksaan
kehamilan sebelumnya

- Periksa denyut jantung


janin selama 1 menit

- Monitor tanda vital ibu

Terapeutik

- Atur posisi pasien

- Lakukan maneuver
leopold untuk
menentukan posisi
janin

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Risiko cedera pada ibu dengan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Persalinan
faktor risiko penyakit penyerta keperawatan, diharapkan Risiko Tinggi
risiko cedera pada ibu
Observasi :
menurun dengan kriteria
hasil : - Identifikasi kondisi
umum pasien
- Kejadian cedera
menurun - Monitor tanda-tanda

- Tanda-tanda vital vital

dalam rentang normal - Monitor tanda-tanda


persalinan

- Monitor denyut
jantung janin

Terapeutik

- Damping ibu saat


merasa cemas

- Diskusikan
ketidaknyamanan
selama hamil

- Diskusikan persiapan
persalinan dan
kelahiran

Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri untuk
meningkatkan
kesehatan

- Anjurkan ibu untuk


beraktivitas dan
beristirahat yang cukup

- Ajarkan mengenali
tanda bahaya

Kolaborasi

- Kolaborasikan dengan
spesialis jika
ditemukan tanda dan
bahaya kehamilan
3 Ansietas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
situasional keperawatan, diharapkan
Observasi
tingkat ansietas menurun
dengan kriteria hasil : - Identifikasi penurunan
tingkat energy,
- Konsentrasi meningkat
ketidakmampuan
- Perilaku gelisah
berkonsentrasi, atau
menurun
gejala lain yang
- Verbalisasi khawatir
menganggu
akibat kondisi yang
kemampuan kognitif
dihadapi menurun
- Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan

- Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya

- Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan

- Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik

- Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan

- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
teknik relaksasi

- Gunakan pakaian
longgar

- Gunakan nada suara


lembut dengan irama
lambat dan berirama

- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi

- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis, relaksasi yang
tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil
psosisi nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik yang
dipilih
- Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
pereganganm atau
imajinasi terbimbing )

(Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu
dan bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan dan preeklamsi
berat. Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum dapat diketahui secara
pasti. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan
kesehatan yang diasumsikan pada teori. Preklamsi ringan ditandai dengan :
kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanana darah 140/90 mmHg atau lebih
dangan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan
pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit); edema tekan pada tungkai
(pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan; proteinuria lebih 0,3
gr/liter/2jam, kualitatif +2.

Preeklamsi berat di tandai dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolik >
110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit < 100.000/ mm 3,
oliguria < 400 ml/24 jam, protein urine > 3 gr/liter, nyeri episgtastrium, skotoma dan
gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina, odem
pulmonum. Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani dengan baik pada
ibu hamil, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu hamil.
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan neorologik) atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi.

B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan
kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritikannya yang membangun demi kelancaran makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Niwang. 2016. Patologi dan Patofisiologi kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. JAKARTA: Kementrian
Kesehatan RI.
Leveno, Kenneth, 2017. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan KB.
Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Padilla. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Ratnawati, Ana. 2018. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Robson, Elizabeth S dan Jason Waugh. 2012. Patologi pada Kehamilan Manajemen dan
Asuhan Kebidanan. Jakarta:EGC
Rosdahl, Caroline Bunker dan Kowalski, Mary T. 2017. Buku Ajar Keperawatan Dasar:
Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir. Ed. 10. Jakarta: EGC.
Sukarni, dkk. 2014. Patologi: kehamilan persalinan, nifas, dan neonates resiko tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sukarni K, Icemi dan Wahyu. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Yulia Fauziyah. 2012. Obstetri Patologi.Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai