FARMAKOLOGI
“PRE DAN EKLAMPSIA”
Dosen:
Herlin Sulita, S.Farm,M.Sc, Apt
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, Sehingga kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca, Amin.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Masalah ...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pre dan Eklampsia .................................................................
B. Potofisiologi dan gejala Pre dan Eklampsia ........................................
C. Penatalaksanaan terapi Pre-Eklampsia................................................
D. Penatalaksanaan terapi Eklampsia ......................................................
E. Penggolongan obat-obat Pre dan Eklampsia .......................................
F. Tingkat keamanan obat Pre dan Eklampsia berdasarkan FDA……..
G. Obat Pre dan Eklampsia yang paling aman digunakan ibu hamil…...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur kehamilan
lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan dan gangguan multisistem pada kehamilan
yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial, peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi,
proteinuria akibat kegagalan glomerolus, dan udema akibat peningkatan permeabilitas vaskuler
(Fauziyah, 2012).
Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET) adalah penyebab
utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre eklamsia dapat timbul pada masa antenatal,
intrapartum, dan postnatal. Pre eklamsia dapat terjadi dengan tanda-tanda hipertensi dan
proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal
(Robson, 2012).
Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita hamil atau nifas
dengan tanda-tanda pre-eklamsia yang disertai kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil yang
tidak dapat disebabkan oleh hal lain.
Sectio cesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen
dan uterus. Pembedahan Cesarea profesional yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada
tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio cesarea jarang dikerjakan dan biasanya fatal. Di London
dan Edinburg pada tahun 1877, dari 35 pembedahan cesarea terdapat 33 kematian ibu. 2
Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan cesarea di Amerika Serikat.
Angka mortalitasnya 52 persen yang terutama disebabkan oleh infeksi dan perdarahan (Oxorn,
dkk., 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Pre dan Eklampsia?
2. Bagaimana Potofisiologi dan gejala Pre dan Eklampsia?
3. Bagaimana Penatalaksanaan terapi Pre-Eklampsia?
4. Bagaimana Penatalaksanaan terapi Eklampsia?
5. Bagaimana Penggolongan obat-obat Pre dan Eklampsia?
6. Bagaimana Tingkat keamanan obat Pre dan Eklampsia berdasarkan FDA?
7. Bagaimana Obat Pre dan Eklampsia yang paling aman digunakan ibu hamil?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Pre dan Eklampsia
2. Untuk mengetahui Potofisiologi dan gejala Pre dan Eklampsia
3. Untuk mengetahui Penatalaksanaan terapi Pre-Eklampsia
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan terapi Eklampsia
5. Untuk mengetahui Penggolongan obat-obat Pre dan Eklampsia
6. Untuk mengetahui Tingkat keamanan obat Pre dan Eklampsia berdasarkan FDA
7. Untuk mengetahui Obat Pre dan Eklampsia yang paling aman digunakan ibu hamil
D. Manfaat
a. Dapat mengerti, memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dengan post
sectio secarea dengan indikasi pre eklamsi berat.
b. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya tentang kasus pasien dengan
indikasi pre eklamsi berat.
c. Dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien
dengan indikasi pre eklamsi berat.
BAB II
PEMBAHASAN
hipertensi dalam kehamilan dibagi dalam beberapa jenis yakni hipertensi gestasional,
preeklampsia-eklampsia, hipertensi kronik, dan preeklampsia superimposed (dengan
hipertensi kronik). Salah satu bentuk hipertensi dalam kehamilan yang dapat mengancam
jiwa adalah preeklampsia (dan eklampsia).
2. Gangguan fungsi ginjal (level serum kreatinin >1.1 mg/dL atau kenaikan level serum
kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal lainnya)
3. Gangguan fungsi hati (kenaikan level transaminase sekurang-kurangnya dua kali nilai
normal)
4. Edema pulmoner
5. Gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang)
▪ Monitor jantung
Satu-satunya cara untuk mengobati eklamsia adalah dengan melahirkan bayi yang
dikandung. Pada ibu hamil dengan preeklamsia yang memiliki risiko untuk mengalami
eklamsia, umumnya akan memberikan beberapa penanganan berikut:
Pencegahan Eklamsia
Belum ada langkah pasti untuk mencegah preeklampsia dan eklamsia. Namun, beberapa
langkah berikut bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya eklamsia pada ibu hamil:
Magnesium merupakan mineral alami yang berperan penting dalam menjaga kesehatan
sel saraf, sistem imun, denyut jantung, tulang, dan fungsi kerja otot. Kadar magnesium
bisa mengalami penurunan pada beberapa kondisi, seperti pola makan yang tidak
seimbang, kecanduan alkohol, diare kronis, hingga gangguan pada proses pencernaan.
Diuretik adalah obat yang digunakan untuk membuang kelebihan garam dan air dari
dalam tubuh melalui urine. Obat ini memiliki beberapa jenis, yaitu loop diuretic,
diuretik hemat kalium, dan thiazide. Diuretik atau diuretic tersedia dalam bentuk obat
minum atau suntik.
Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam, termasuk natrium dan klorida, di
ginjal. Kadar garam juga mempengaruhi kadar air yang diserap atau dikeluarkan oleh
ginjal. Dengan cara kerja ini, garam dan air akan dibuang dari tubuh melalui
pengeluaran urine.
Obat-obatan
Sambil tetap menerapkan pola hidup sehat, dokter mungkin akan memberikan obat-
obatan berikut pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia:
Obat antihipertensi
Obat antihipertensi biasanya diberikan jika tekanan darah ibu hamil sangat tinggi.
Umumnya jika tekanan darah ibu hamil masih berkisar pada 140/90 mmHg, tidak
diperlukan pemberian obat antihipertensi.
Obat kortikosteroid
Obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi sindrom HELLP. Selain itu,
obat ini dapat mempercepat pematangan paru-paru janin.
Obat MgSO4
Pada preeklamsia berat, dokter akan memberikan suntikan MgSO4 untuk mencegah
komplikasi, seperti kejang.
F. Tingkat keamanan obat pre dan eklampsia berdasarkan FDA
FDA menggolongkan tingkat keamanan penggunaan obat selama kehamilan dalam 5 kategori
(MIMS, 2015) yaitu :
a. Kategori A Studi kontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin
pada kehamilan trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester selanjutnya),
dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin.
b. Kategori B Studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya
resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan.
Atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping
obat (selain penurunan fertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi terkontrol pada wanita
hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester berikutnya).
c. Kategori C Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada
janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol
pada wanita, atau studi terhadap wanita dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat
hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi besarnya resiko yang mungkin
timbul pada janin.
d. Kategori D Terbukti menimbulkan resiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat
yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan (misalnya jika obat
diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat
yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan).
e. Kategori X 14 Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya
abnormalitas janin dan besarnya resiko obat ini pada wanita hamil jelas-jelas melebihi
manfaatnya. Dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau wanita usia subur.
G. Obat pre dan eklampsia yang paling aman digunakan ibu hamil
Diuretik
Magnesium sulfat (MgSO4) adalah suplemen mineral yang digunakan untuk mengatasi
kondisi rendahnya kadar magnesium dalam darah (hipomagnesemia). Obat ini juga
digunakan untuk mengobati dan mencegah kejang akibat eklamsia.
• Dosis awal 4 gram selam 5–10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1–2
gram/jam selama 24 jam postpartum atau setelah kejang terakhir
Diazepam IV 10 mg diberikan secara perlahan kurang lebih selama 2 menit. Jika kejang berulang
dapat diulang sesuai dosis awal. Jika kejang sudah teratasi, dosis rumatan yang dipakai adalah 40
mg diazepam dilarutkan dalam 500 ml RL dihabiskan dalam 24 jam.
Pemberian diazepam harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena risiko depresi pernapasan
(Dosis maksimal diazepam >30 mg/jam). Perlu menjadi catatan bahwa pemberian diazepam
sebagai antikonvulsan pada preeklamansia
Gambar
3. Nifedipin
nifedipin adalah 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit bila perlu (maksimal 120 mg dalam
24 jam). Nifedipin tidak boleh diberikan secara sublingual karena efek vasodilatasi yang sangat
cepat.
Gambar niedipin
4.Labetalol
labetalol oral atau sodium nitroprusside IV. Dosis inisial labetalol oral adalah 10 mg. Jika setelah
10 menit respon tidak membaik, dapat diberikan lagi labetalol 20 mg.
Untuk sodium nitroprusside IV, dosis yang dipakai adalah 0.25 μg/kg/menit (infus) kemudian
dapat ditingkatkan menjadi 0.25 μg/kg/5 menit.
Gambar lambetalol
5 .Hidralazi
Hidralazin dimulai dengan 5 mg intravena atau 10 mg intramuskuler, jika tekanan darah tidak
terkontrol diulangi tiap 20 menit, jika tidak berhasil dengan 20 mg dosis 1 kali pakai secara
intravena atau 30 mg intramuskuler dipertimbangkan penggunaan obat lain. Mekanisme
kerjanya dengan merelaksasi otot pada arteriol sehingga terjadi penurunan tahanan perifer. Jika
diberikan secara intravena efeknya terlihat dalam 5-15 menit. Efek sampingnya adalah sakit
kepala, denyut jantung cepat dan perasaan gelisah, hidralazin termasuk dalam kategori C
(keamanan penggunaannya pada wanita hamil belum ditetapkan).
Gambar Hidralazin
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi
endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi
spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada
usia kehamilan diatas 20 minggu.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapakan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman penulisan makalah yang
lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adhitya, Indra. 2010. Edema Paru Sebagai Faktor Risiko Kematian Maternal
pada Pre-ek lampsia/Eklampsia. Surakarta : UNS ( Skripsi )
Basier, D, 2010, Edema Paru dalam Respirologi Anak , Jakarta : Badan Penerbitan
IDAI.