Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2020 WHO kembali memaparkan data berupa angka

pemberian ASI eksklusif secara global, walaupun telah ada peningkatan,

namun angka ini tidak meningkat cukup signifikan, yaitu sekitar 44% bayi

usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang mendapatkan ASI eksklusif selama

periode 2015-2020 dari 50% target pemberian ASI eksklusif menurut WHO

(Nurhidyati, 2021)

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, cakupan bayi

mendapat ASI eksklusif di Indonesia tahun 2020 yaitu sebesar 66,06%. Angka

tersebut sudah melampaui target renstra tahun 2020 yaitu 40%. Persentase

tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Nusa

Tenggara Barat (87,33%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi

Papua Barat (33,96%). Terdapat empat provinsi yang belum mencapai target

Renstra tahun 2020, yaitu Maluku dan Papua Barat (Kementrian Kesehatan

RI, 2021).

Banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan dalam proses

menyusui. Menurut penelitian yang dilakukan Anggraresti dan Syauqy pada

tahun 2016, penyebab berhasil atau tidaknya pemberian ASI Ekslusif antara

lain, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, dan status

pekerjaan ibu (Angraresti, 2017).

1
Faktor lain yang bisa mempengaruhi produksi ASI adalah berat badan

lahir bayi. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau kurang dari 2.500 gram

mempunyai resiko dalam masalah menyusui dikarenakan oleh refleks hisap

yang lemah. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Lama masa nifas 6-8 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif

anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. ASI eksklusif

adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa

jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun air putih, sampai bayi

berumur 6 bulan (Rukiyah, 2018).

Tertundanya produksi ASI pasca persalinan adalah kondisi ketika

produksi ASI tidak meningkat hingga hari ke-3 bahkan hari ke-4 pasca

persalinan (Monika, 2014). Banyak hal yang dapat memepengaruhi produksi

ASI. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu

prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi produksi ASI, sedangkan

oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Untuk memproduksi ASI

diperlukan hormon oksitosin yang kejranya dipengaruhi oleh proses hisapan

bayi. Semakin sering putting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak

pula pengeluaran ASI. (Martalia, 2017).

Salah satu penyebab dari ASI tidak keluar dikarenakan faktor nutrisi.

Jumlah dan kualitas makanan Ibu sangat mempengaruhi pada jumlah ASI

yang dihasilkan. Ibu yang menyusui sangat dianjurkan untuk memperoleh

tambahan gizi untuk produksi ASI dan energi ibu. Salah satunya adalah
kacang hijau sebagai makanan yang bermanfaat sebagai pelancar produksi

ASI (Yuniarti, 2020).

Upaya untuk meningkatkan cakupan ASI dapat dilakukan dengan

beberapa metode yaitu metode farmakologi dan metode non farmakologi.

Metode farmakologi cenderung mahal harganya, sedangkan metode non

farmakologi untuk meningkatkan produksi ASI bisa diperoleh dari tanaman-

tanaman yang mudah didapatkan seperti daun buah pepaya, daun kelor, daun

murbei, lampes, kacang hijau, adas manis, bayam duri, bidara upas, blustru,

dadap ayam, jinten hitam pahit, nangka, patikan kebo, pulai, temulawak, dan

beberapa metode yang relatif mudah dilakukan seperti metode akupresur,

akupunktur, massage atau pijatan (Yuliani, 2021).

Protein sangat diperlukan oleh ibu pada masa menyusui dan dapat

meningkatkan sekresi air susu karena kandungan gizi tersebut terutama

proteinnya mengandung asam amino sehingga mampu merangsang sekresi

ASI. Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap.

Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah

karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein, dibandingkan dengan

protein jantung pisang 1,2 gram (Yuniarti, 2020).

Pemilihan sari kacang hijau sebagai pelancar produksi ASI karena

kandungannya yang bermanfaat untuk ibu menyusui. Berbagai jenis makanan

(olahan) asal kacang hijau seperti bubur kacang hijau, minuman kacang hijau,

kue tradisional, dan kecambah kacang hijau yang telah lama dikenal

masyarakat Indonesia (Yuniarti, 2020).


Berdasarkan jurnal penelitian menurut Ritonga (2019) membahas

tentang judul sebagai berikut: Sari kacang hijau sebagai alternatif

meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan hasil Penelitian

diketahui bahwa rata-rata Produksi ASI sebelum diberikan Sari Kacang Hijau

dengan merk dagang Sari Kacang Hijau Ultra Jaya adalah 0,045 yang berarti

tidak lancar dan rata-rata Produksi ASI sesudah diberikan Sari Kacang Hijau

Ultra Jaya adalah 0,82 yang berarti lancar . Dan nilai p-value adalah 0,046

(p≤0,05). Ini berarti ada pengaruh pemberian sari kacang hijau dengan merk

Sari Kacang Hijau Ultra Jaya terhadap produksi ASI pada ibu menyusui.

Berdasarkan jurnal penelitian menurut Yuniarti (2020), Efektivitas

Pemberian Sari Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Volume Asi pada Ibu

Nifas di Praktek Bidan Mandiri Kota Palangka Raya. Penelitian ini

mendapatkan perbedaan rata-rata volume ASI sebelum dan sesudah diberi

minuman sari kacang hijau adalah sebesar 12,424 ml dengan peningkatan

volume ASI adalah sekitar 10 – 40 ml. Sehingga diambil kesimpulan

minuman sari kacang hijau efektif meningkatkan volume ASI dengan nilai p

value 0,001 (p<0,05).

Menurut data Dinkes Kota Bengkulu pencapaian bayi yang diberi ASI

eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di provinsi Bengkulu tahun 2020 sebanyak

15.977 (73%) dari 21.820. Bayi yang ada cangkupan bayi yang mendapatkan

ASI eksklusif angka tertinggi di kabupaten kaur sebesar 91% sedangkan

cangkupan pemberian ASI eksklusif terendah di kota Bengkulu sebesar 60%

(Dinkes Provinsi Bengkulu, 2021).


Berdasarkan perbandingan 3 tempat Praktek Mandiri Bidan (PMB) di

wilayah kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu yang mengalami

Pengeluaran ASI tidak lancar dengan jumlah ibu nifas dari Januari 2021-

desember 2021 yang berbeda-beda setiap PMB, pada PMB “M” jumlah ibu

nifas yang mengalami ASI tidak lancar yaitu 0 orang dari 16 ibu nifas, pada

PMB “F” terdapat 10 orang yang mengalami ASI tidak lancar dari 48 ibu

nifas, pada PMB “H” terdapat 15 orang yang mengalami ASI tidak lancar dari

53 ibu nifas.

Dari data di atas menunjukan bahwa kejadian ASI tidak lancar pada ibu

nifas paling banyak terjadi di PMB “H” maka penulis tertarik membuat tugas

laporan akhir tentang Pengeluaran ASI tidak lancar dengan judul “Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. L Umur 30 Tahun P1 A0 Dengan Pengeluaran

ASI Tidak Lancar Di PMB “H” Kota Bengkulu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara memberikan asuhan

kebidanan pada ibu nifas dan menyusui dengan pengeluaran ASI tidak lancar

di PMB “H” Kota Bengkulu.


C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu nifas dan menyusui Pada Ny.

“L” umur 30 tahun dengan ASI tidak lancar di PMB “H” Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian melalui pengumpulan semua data dasar seperti

data subjektik dan objektif Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. ”L”

Umur 30 Tahun P1A0 Dengan ASI Tidak Lancar Di PMB “H” Kota

Bengkulu.

b. Melakukan identifikasi diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “L” Umur 30 Tahun P1A0

Dengan ASI tidak lancar di PMB “H” Kota Bengkulu.

c. Melakukan identifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. “L” Umur 30 Tahun P1A0

Dengan ASI tidak lancar di PMB “H” Kota Bengkulu.

d. Mengidentifikasi perlunya penanganan segera Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Nifas Ny. “L” Umur 30 Tahun P1A0 Dengan ASI tidak lancar di

PMB “H” Kota Bengkulu.

e. Melakukan perencanaan menyeluruh Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Nifas Ny. “L” Umur 30 Tahun P1A0 Dengan ASI tidak lancar di PMB

“H” Kota Bengkulu.

f. Melakukan pelaksanaan rencana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny

“L” Umur 30 Tahun P1A0 Dengan ASI Tidak Lancar Di PMB “H”
Kota Bengkulu.

g. Melakukan evaluasi keefektifan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny

“L” Umur 30 Tahun P1A0 Dengan ASI Tidak Lancar Di PMB “H”

Kota Bengkulu.

h. Melakukan dokumentasi.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk

menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman serta wawasan mengenai

ASI tidak lancar pada ibu nifas serta dapat menambah sumber referensi

diperpustakaan khususnya bagi mahasiswa tentang asuhan kebidanan pada

ibu nifas dengan ASI tidak lancar

2. Manfaat Praktis

Studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam

melakukan pelayanan langsung untuk mengaplikasikan asuhan kebidanan

yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan dalam pemberian asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar sehingga dapat

mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Media

1. Masa Nifas

a. Definisi Masa Nifas

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selsai sampai 6 minggu atauh 42 hari (Martalia, 2017).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil (Rukiyah, 2018).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 mingu.

Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan

tidak hamil yang normal (Rukiyah, 2018).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai lat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Lama masa nifas 6-8 minggu (Rukiyah, 2018)

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Rukiyah (2018), adapun tujuan asuhan masa nifas yaitu:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat

penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka

kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

2) Melaksanakan skrining yang komperhensif (menyeluruh) dimana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu

8
masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian data subjektif,

pbjektif maupun penunjang.

3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus

menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini

dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.

4) Mnegobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat

langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan diatas

dapat dilaksanakan.

5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

Menurut Maritalia (2017), tujuan masa nifas yaitu:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2) Melaksanakan skrining secara komperhensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi,

serta perawatan bayi sehari-hari.

4) Memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB).

5) Mendapatkan kesehatan emosi.

Menurut Sitorus (2016), tujuan masa nifas yaitu:


1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya baik fisik dan

psikologis.

2) Melaksanakan screening yang komperhensif, mendeteksi masalah,

mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan

perawatan bayi sehat.

4) Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan

ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya

khusus.

5) Imunisasi ibu terhadap tetanus.

6) Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan

hubungan yang baik antara ibu dan anak.

Menurut Wahyunigsih (2018), adapun tujuan asuhan pada ibu nifas

yaitu:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat

penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka

kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu


masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian, interpretasi

data dan analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan

evaluasi. Sehingga dengan asuhan kebidanan masa nifas dan

menyusui dapat mendeteksi secara dini penyulit maupun

komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi.

3) Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi

penyulit atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas

pelayanan rujukan.

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan

jarak kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya,

perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga

berencana, sesuai dengan pilihan ibu.

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Menurut Rukiyah (2018), peran dan tanggung jawab bidan pada masa

nifas yaitu:

1) Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat

untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.

2) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit

pada jam kedua, jika kontraksi tidak kuat. Massase uterus sampai

keras karena otot akan menjepit pembuluh darah sehingga

menghentikan pendarahan.
3) Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15

menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.

4) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan

perineum, dan kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri

posisi yang nyaman, dukung program bounding attachment dan

ASI eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa fundus

dan perdarahan, beri konseling tentang gizi, perawatan payudara,

kebersihan diri.

5) Memberikan dukungan secara kesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik

dan psikologis selama masa nifas.

6) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

7) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

8) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan

ibu dan anak mampu melakukan kegiatan administrasi.

9) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

10) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga

gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

11) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya


untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi

dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

12) Memberikan asuhan secara professional.

Menurut Martalia (2017), peran dan tanggung jawab bidan dalam masa

nifas yaitu:

1) Berprilaku professional, beretika dan bermoral serta tanggap

terhadap nilai social budaya dalam melakukan asuhan kebidanan

ibu nifas dan menyusui di masyarakat.

2) Melakukan komunikasi efektif dengan perempuan, keluarga,

masyarakat, sejawat dan profesi lain dalam upaya peningkatan

derajat kesehatan ibu dan anak dalam pelayanan kebidanan nifas

dan menyusui.

3) Memberikan asuhan kebidanan secara efektif, aman dan holistic

dengan memperhatikan aspek budaya terhadap ibu nifas dan

menyusui pada kondisi normal berdasarkan standar praktik

kebidanan dan kode etik profesi.

4) Melakukan upaya promotif, peventif, deteksi dini dan

pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kebidanan nifas dan

menyusui.

5) Mengelola kewirausahaan dalam pelayanan kebidanan nifas dan

menyusui yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Tahapan Masa Nifas

Menurut Martalia (2017), masa nifas dibagi menjadi tiga tahapyaitu:


1) Puerperium Dini

Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per vagina tanpa

komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk

mobilisasi segera.

2) Puerperium Intermedial

Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara

berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa

ini berlangsung selama kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.

3) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote

puerperium berbeda untuk setiap ibu tergantung dari berat

ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan.

e. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas menurut Sitorus (2016), adalah :


Tabel 1
Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
setelah 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan ,
persalinan rurjuk jika perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau slah satu
mebgenai bagaimana cara mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) berhasil dilakukan.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi yang baru
lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
2 6 hari 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus
setelah berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
persalinan perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahn abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada bagian
payudara ibu
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus
setelah berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
persalinan perdarahan, tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkab tanda-tanda penyulit pada bagian
payudara ibu
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari
4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
setelah yang ibu atau bayinya alami
persalinan 2. Memberikan konseling untuk menggunakan KB
secara dini

2. Proses Laktasi dan Menyusui

a. Pengertian

Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi dan pengeluaran

ASI yang membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologis dan fisik,

kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi

ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, di mana volume

ASI 500-800 ml/hari. Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang

bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui

saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi dibelakang areola

lalu kedalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja melalu dari bulan

ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang

menstibulasi munculnya ASI dalam sistem payudara (Sitorus, 2016).

Menyusui merupakan aktivitas yang sangat baik bagi ibu maupun

bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat

antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan

aktivitas dengan nyaman dan lancar, namun demikian, terkadang ada

hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui (Sitorus,

2016).

b. Teknik Menyusui yang Baik dan Benar

1) Posisi menyusui
Posisi menyusui yang benar menurut Yusari Asih (2016), yaitu :

a) Posisi Menggendong :

Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi

diletakkan pada lengan bawah payudara ibu menggunakan tangan

lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

b) Posisi berbaring miring :

Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini

merupakan posisi paling aman bagi ibu yang mengalami

penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.

c) Poisisi menjepit :

Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan

samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga

bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang

payudara jika diperlukan.

Gambar 1
Posisi Saat Menyusui

2) Langkah-langkah menyusui yang benar

Langkah-langkah menyusui yang benar menurut Yusari Asih

(2016), yaitu :
a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada putting susu dan areola sekitarnya sebagai disenfektan dan

menjaga kelembapan putting susu.

b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.

(1) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibi tidak

tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

(2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak

tangan ibu.

(3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu danyang

satu didepan.

(4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara

(5) Telinga dan lengan bayi terletak pada garis lurus.

(6) Ibu menatap bayi dengan kasih saying.

c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menopang di bawah. Jangan menekan putting susu atau areola

mamae saja.

d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex)

dengan cara :

(1) Menyentuh pipi dengan putting menyentuh sisi mulut bayi.


Gambar 2
Cara merangsang mulut bayi
(2) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekapkan ke payudara ibu dengan putting susu dan areola

dimasukkan kemulut bayi.

Gambar 3
Cara memasukan puting yang benar
(3) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut

bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit-langit

dan lidah bayi yang akan menekan ASI keluar dari tempat

penampungan yang terletak dibawah areola.

(4) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu

dipegang lagi.

e) Melepas isapan bayi dengan cara :

(1) Jari telunjuk ibu dimasukkan ke dalam mulut bayi melalui

sudut mulut atau dagu bayi ditekkan ke bawah


(2) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum

terkosongkan (yang dihisap terakhir).

(3) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

oleskan pada puting susu dan areola.

f) Menyendawakan bayi

Tujuannya untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi

tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi

yaitu :

(1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan.

(2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan,

Gambar 4
Cara menyendawakan bayi

c. Manfaat menyusui

1) Bagi Bayi

Manfaat bagi bayi menurut Rukiyah (2018), yaitu :

a) Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi

dan perkembangan kecerdasannya.


b) ASI mengandung zat anti diare

c) Protein ASI adalah spesifik species sehingga jarang

menyebabkan alergi untuk manusia.

d) Membantu pertumbuhan gigi.

e) Mengandung zat antibodi menvegah infeksi, merangsang

pertumbuhan sistem kekebalan tubuh.

f) Memperat ikatan batin antara ibu dan bayi.

2) Bagi Ibu

Manfaat bagi ibu menurut Rukiyah (2018), yaitu

a) Mempercepat involusi/memulihkan dari proses persalinan

dan dapat mengurangi perdarahan karena otot-otot dirahim

mengerut, otomatis pembuluh yang terbuka itu akan terjepit

sehingga perdarahan akan segera berhenti.

b) Mencegah kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi

menekan hormon FSH dan ovulasi.

c) Meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa nyaman.

d) Mengurangi risiko penyakit kanker ovarium.

3) Bagi Masyarakat

a) Murah, ekonomis, mengurangi pengeluaran keluarga karena

tidak perlu membeli susu buatan

b) Menbantu program KB

c) Mengurangi subsidi biaya perawatan rumah sakit

d) Menghemat devisa negara


e) Menurunkan angka kematian

4) Bagi Keluarga

Manfaat bagi keluarga menurut Yusari Asih (2016), yaitu :

a) Mudah dalam pemberiannya

b) Mengurangi biaya rumah tangga

c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat

menghemat biaya untuk berobat.

5) Bagi Negara

a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-

obatan

b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan

perlengkapan menyusui

c) Mengurangi polusi

d) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

3. Pengeluaran ASI tidak lancar pasca persalinan

a. Pengertian

Tertundanya produksi ASI pasca persalinan (Delayed Onset Of

Lactation/DOL) adalah kondisi ketika produksi ASI tidak meningkat

hingga hari ke-3 bahkan hari ke-4 pasca persalinan (Monika, 2014).

b. Tanda dan gejala ASI tidak lancar

1) ASI tidak lancar

Menurut buku Maryunani (2015) yaitu :

1. Tanda : payudara kosong dan lembek


2. Penyebab :

a. Ibu cemas

b. Pengaruh obat-obatan

c. Kelainan hormone

d. Kelainan jaringan payudara

3. Cara mengatasinya :

a. Mencoba lagi menyusui bayi seseorang mungkin dengan

posisi dan teknik yang benar

b. Jangan menggunakan pil KB yang mengganggu peneluaran

ASI

c. Meningkatkan rasa percaya diri bahwa dapat menyusui

d. Perhatikan gizi ibu

2) Syndrom ASI Kurang/ASI Sedikit

Menurut buku Maryunani (2015) yaitu :

1. Tanda-tanda :

a. Payudara kosong/lembek meskipun ada produksi ASI

b. Payudara kecil, bayi sering menangis, minta sering

menyusu (pada dasarnya produksi ASI sudah disesuaikan

dengan kebutuhan)

2. Penyebab :

a. Tidak sering disusukan

b. Kurang lama disusukan

c. Tidak dilakukan persiapan puting lebih dahulu


d. Ibu cemas

e. Pengaruh obat-obatan (pil KB)

f. Kelainan hormon

g. Kelainan jaringan payudara

3) Cara mengatasi :

a. Betulkan posisi dan teknik menyusui.

b. Susukan lebih sering.

c. Rasa percaya bahwa dapat menyusui harus ditingkatkan.

d. Gizi ibu harus ditingkatkan.

e. Sebaiknya menggunakan pil KB yang tidak mengganggu

pengeluaran ASI atau dengan IUD saja.

c. Faktor terjadinya ASI tidak lancar

Menurut Monika (2014) faktor yang menjadi pemicu tertundanya

produksi ASI pasca persalinan yaitu :

1) Melahirkan untuk pertama kali.

2) Saat proses persalinan, ibu menerima cairan intravena (cairan

infus) dalam jumlah besar atau obat-obatan pengurang nyeri.

3) Persalinan normal yang panjang, melelahkan dan traumatis.

4) Ibu mendorong cukup lama (lebih dari 1 jam) pada tahap akhir

persalinan,

5) Perdarahan lebih dari 500 ml per hari

6) Kelainan plasenta.

7) Kesehatan ibu yang kurang baik.


8) Hipertensi

9) Obesitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI menurut Yusari Asih

(2016), yaitu:

1) Frekuensi pemberian susu

2) Berat bayi saat lahir

3) Usia kehamilan saat melahirkan

4) Usia ibu dan paritas.

5) Stress dan penyakit akut

6) Mengkonsumsi rokok

7) Mengkonsumsi alkohol

8) Pil kontrasepsi

d. Upaya memperbanyak ASI

Upaya memperbanyak ASI menurut Yusari Asih (2016), yaitu :

1) Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI.

2) Kosongkan payudara setelah anak selesai meyusui. Makin sering

dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar.

3) Ibu harus dalam keadaan relaks.

4) Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak

orangtua merasa bahwa ASInya masih sedikit atau takut anak tidak

kenyang, banyak yang segara memberikan susu formula. Padahal

pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin

tidak lancar.
5) Hindari penggunaan DOT atau empeng.

6) Ibu menyusui harus mengkonsumsi makanan bergizi.

7) Lakukan perawatan payudara dengan cara massage/pemijatan

payudara dan kompres air hangat dan air dingin bergantian

e. Penanganan ASI tidak lancar

Cara mengatasi ASI tidak lancar menurut Monika (2014), yaitu :

1) Lakukan evaluasi terhadap manajemen laktasi ibu, apakah posisi

dan pelekatan sudah baik, apakah payudara sudah sering

dikosongkan dengan baik dan apakah ibu telah melakukan kontak

kulit dengan bayi secara intensif.

2) Ukur tanda-tanda kecukupan ASI pada bayi, terutama melalui

pertumbuhan berat badan. Penurunan berat badan hingga 7% masih

normal. Namun, bila berat badan bayi terus menurun serta bayi

menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, segera diskusikan dengan

dokter apakah bayi perlu diberi suplementasi.

3) Mintalah bantuan konselor meenyusi/konsultan laktasi agar

mendapatkan posisi dan pelekatan yang baik, teknik perah tangan

yang baik dan lain-lain.

4) Cari penyebab tertundanya ASI pasca persalinan dan tasi

masalahnya

5) Tetap rileks dan berpikiran positif


f. Tanda bayi cukup ASI

Menurut Yusari Asih (2016), bayi usia 0-6 bulan dapat dinilai

kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut :

1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal

mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna

menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.

3) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari.

4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.

6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7) Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi

sesuai dengan grafik pertumbuhan.

8) Perkembangan motorik baik

9) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur

dengan cukup.

10) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan

tertidur pulas.

4. Makanan yang Mempengaruhi Kelancaran ASI

Makanan termasuk kedalam hal utama yang sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI, Karena apabila makanan yang ibu makan cukup

akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan

berjalan dengan lancar.


Kebutuhan nutrisi ibu menyusui lebih banyak dari pada ibu

hamil, karena nutisi tersebut diperlukan untuk produksi ASI dan

memulihkan kesehatan ibu. Tambahan kebutuhan ibu menyusui yaitu

Kalori (Energy) 500-800 kal, Protein 25 gr, Besi (Fe) 15 mg,

Kalsium (Ca) 25 mg, Retinol (Vit A) 30 gr, Vitamin C (Vit C) 25 mg,

Vit B12 25 gr, Asam folat 15 gr. Upaya yang dilakukan tenaga

kesehatan agar ibu mendapatkan pengetahuan tentang cara yang

tepat untuk dapat memperlancar pengeluaran ASI yaitu salah

satunya dengan mengkonsumsi sari kacang hijau yang dapat membantu

untuk proses pengeluaran ASI dan memberikan pengertian tentang

pentingnya ASI Eksklusif untuk bayi (Afni & Pitriani, 2021).

5. Sari Kacang Hijau

a. Pengerian

Kacang hijau (phaseolus radiates) merupakan tanaman berbatang

basah yang tumbuh pendek. Kacang berbentuk jorong dengan panjang 2

– 4 cm. Kulit biji tebal, berwarna cokelat muda atau tua, bagian tengah

berbintik putih, dan dilingkari warna hitam. Bagian yang digunakan

adalah kacang atau biji. Bagi masyarakat Indonesia kacang hijau

dimanfaatkan sebagai bahan pangan, makan ternak, dan pupuk hijau,

dalam tatanan makanan sehari – hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai

bubur, sayur (tauge), kue – kue, dan selain itu juga berkhasiat sebagai

obat tradisional.
Sari kacang hijau merupakan minuman yang didapat dari

ekstrak kacang hijau yang miliki kandungan protein tinggi dan bermutu .

Sari kacang hijau memiliki rasa yang manis. Sari kacang hijau

mengandung Kacang hijau mengandung vitamin K yang tinggi,

magnesium, serta kalsium dan fosfor dalam jumlah yang cukup.

Kandungan nurtisi ini lah yang bermanfaat untuk pembentukan dan

penyempurnaan otak dan tulang. Selain itu sari kacang hijau merupakan

salah satu jenis makanan yang dapat dikonsumsi karena kaya zat besi

dan kalori (Ratnaningsih, et al,2018)

b. Kandungan Sari Kacang Hijau

Kandungan sari kacang hijau yang di konsumsi Ibu menjadi

makanan tambahan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi ibu menyusui

sehingga kualitas dan volume ASI bertambah sehingga mendukung

pertumbuhan dan perkembangan bayi. AKacang hijau mengandung 20-

25 % protein. Protein tinggi sangat diperlukan oleh ibu selama laktasi,

terutama proteinnya mengandung asam amino sehingga mampu

merangsang sakresi ASI. Kacang hijau juga mengandung senyawa aktif

yaitu polifenol.

Polifenol dapat mempengaruhi produksi ASI. Selain polifenol,

produksi ASI juga dipengaruhi oleh hormone oksitosin dan hormone

prolactin. Peningkatan oksitosin dan prolaktin di pengaruhi oleh protein

dan asam amino dengan cara merangsang alveoli yang bekerja aktif saat
pembentukan ASI. Hormon oksitosin akan menambah produksi ASI.

(Ritonga, 2019)

Hasil penelitian Widya Astuti tahun 2014 didapatkan bahwa

Mengkonsumsi Sari Kacang Hijau berpengaruh Terhadap Produksi Air

Susu Ibu (ASI) pada Ibu Menyusui di Puskesmas Dinoyo Malang.

Penelitian Wulandari tahun 2015 juga menjelaskan bahwa Pemberian

Sari Kacang Hijau pada 7 orang ibu menyusui terdapat 4 orang (57,1%)

yang ASInya keluar dengan lancar dan 3 orang (42,9%) yang ASInya

tidak lancar. kesimpulannya semakin sering mengkonsumsi sari kacang

hijau pengeluaran ASI semakin lancar. (Ritonga, 2019)

Berdasarkan hasil Penelitian Nikmah Jalilah Ritonga tahun 2019

diketahui bahwa rata-rata Produksi ASI sebelum diberikan Sari Kacang

Hijau merk dagang Ultra Jaya adalah 0,045 yang berarti tidak lancar

dan rata-rata Produksi ASI sesudah diberikan Sari Kacang Hijau adalah

0,82 yang berarti lancar . Dan nilai p-value adalah 0,046 (p≤0,05). Ini

berarti ada pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap produksi

ASI pada ibu menyusui di Klinik Pratama Tutun Sehati Desa Limau

Manis Deli Serdang tahun 2019. (Ritonga, 2019)


Tabel 2.
Komposisi sari kacang hijau

Kandungan Gizi Jumlah


Kalori 345 kal
Protein 22,2 g
Lemak 1,2 g
Karbohidrat 62,9 g
Kalsium 125 mg
Fosfor 320 mg
Zat Besi 6,7 mg
Vitamin A 157 mg
Vitamin B1 0,64 mg
Vitamin C 6,0 mg
Air 10 g

c. Manfaat Sari Kacang Hijau

Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya

lengkap. Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama

kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25 % protein.

Protein tinggi sangat diperlukan oleh ibu selama laktasi, terutama

proteinnya mengandung asam amino sehingga mampu merangsang

sakresi ASI. Kacang hijau juga mengandung senyawa aktif yaitu

polifenol dan flavonoid yang berfungsi meningkatkan hormone

prolaktin. Ketika hormone prolaktin meningkat maka sekresi susu akan

maksimal sehingga kuantitas ASI akan meningkat dan kandungan gizi

yang terdapat dalam sari kacang hijau akan meningkatkan kandungan

gizi dalam ASI (Ritonga, 2019)

B. Manajemen Kebidanan Varney dan SOAP


1. Manajemen Kebidanan Varney

a. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah sebuah metode dengan

pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan denga urutan yang

logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga

kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan

dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari

pemikiran dan tindakan saja, melainkan juga perilaku pada setiap

langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai.

(Handayani, 2017)

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan

dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang

berfokus pada klien.

b. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Varney

Terdapat 7 langkah manajemen kebidanan menurut Varney yang

meliputi :

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk megevaluasi keadaan pasien secara lengkap.

Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang

berkaitan dengan kondisi pasien.


2) Langkah II: Interpretasi data dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah

pasien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose”

keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat

diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan

yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan terhadap pasien.

Masalah bisa menyertai diagnose.

3) Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.

Penting untuk melakukan asuhan yang aman.

4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultaikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi pasien.

5) Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa

yang sudah diidentifikasi dari pasien dan dari kerangka pedoman


antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan

akan terjadi berikutnya.

6) Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien

dan aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

7) Langkah VII: Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa

2. Manajemen Kebidanan SOAP

a. Pengertian

Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data

objektif, A adalah analysis, P adalah planning. Metode ini

merupakan dokumentasi yang sederhana akan tetapi mengandung

semua unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan

kebidanan, jelas, logis. (Handayani, 2017)

b. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan SOAP

1) Data Subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau


ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data dibagian

data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda

ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara.

Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang

akan disusun.

2) Data Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil pemeriksaan

laboratorium, catatan medik dan informasi dari keluarga atau

orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data

penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien

dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3) Analysis

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.

Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami

perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data

subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data

akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan akurat

mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat

diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan

diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah


melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup

diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.

4) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraanya.
37

C. Kerangka Konsep

Input Proses Output

Asuhan Asuhan kebidanan menurut management Hasil Asuhan


Kebidanan pada Varney : Kebidanan pada
ibu nifas 4 hari ibu nifas 4 hari
Ny “L” umur 30 1. Pengkajian data Ny “L” umur 30
a. S :
tahun P1A0 tahun P1A0
dengan ASI tidak 1) Ibu mengatakan bernama Ny. “L” dengan ASI
lancar. umur 30 tahun melahirkan anak tidak lancar.
pertama 4 hari yang lalu dan tidak
Tanda dan gejala pernah keguguran a) Pengeluaran
ASI tidak lancar 2) Ibu mengatakan pengeluaran ASI ibu sudah
ASInya sedikit dan tidak lancar lancar
a) Ibu mengeluh 3) Ibu mengeluh ASI nya tidak lancar, b) Bayi sudah
pengeluaran bayinya rewel dan menangis saat tidak rewel
ASI tidak menyusui, bayinya tidak aktif dalam dan menangis
lancar menyusu dan ibu mengatakan pola lagi
b) Bayi sering BAB bayi tidak teratur , tinja bayi c) Tinja bayi
rewel dan keras dan berwarna coklat gelap serta berwarna
menangis ibu mengatakan dirinya merasa kuning dengan
karena merasa khawatir dan takut anaknya frekuensi
kekurangan kekurangan ASI. sering dan
ASI 4) Ibu mengatakan jarak menyusui konsistensi
c) Tinja bayi kurang dari 2 jam karna bayi sering
terasa keras lembek.
dan pola BAB minta menyusu d) Bayi mulai
yang tidak b. O : menyusui
teratur 1) Pemeriksaan Umum setiap 2 jam
d) Jarak menyusui KU : Baik sekali
kurang dari 2 Kesadaran : Composmentis
jamkarna bayi TD : 120/80 mmHg
sering minta N : 81 x/menit
menyusu P : 23 x/menit
S : 36,6 ᵒC
2) Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak Pucat
Mata : Normal
Hidung : Tidak Ada Sekret
Dada : Simetris
Payudara : keluhan: ASI tidak lancar
38

ASI Akan keluar apabila


payudara ditekan
Kebersihan : Bersih
Areola : Hyperpigmentasi
2. Interpretasi Data
Asuhan kebidanan pada Ny. L umur 30
tahun P1A0 Postpartum hari ke 4 dengan
pengeluaran ASI tidak lancar.
3. Mengidentifikasi Diagnose atau Masalah
Potensial
Tidak ada
4. Mengidentifikasi Perlunya Penanganan
Tidak ada indikasi untuk dilakukan
tindakan emergency/ kolaborasi/rujukan
5. Perencanaan Asuhan Menyeluruh
a. Lakukan informed consent kepada ibu
tindakan yang akan dilakukan
b. Beritahukan ibu hasil dari pemeriksaan
c. Jelaskan pada ibu penyebab ASI tidak
lancar
d. Jelaskan kepada ibu untuk banyak
istirahat dan hindari stress agar
pengeluaran ASI tetap lancar.
e. Jelaskan kepada ibu untuk makan
makanan yang mengandung protein
tinggi
f. Jelaskan asuhan yang akan dilakukan
menggunakan sari kacang hijau merk
Ultra Jaya 250 ml.
1. Pelaksanaan Asuhan
a. Melakukan informed consent kepada ibu
b. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg, N : 81 x/menit

P : 23 x/menit, S : 36,6 C
c. Menjelaskan kepada ibu penyebab ASI
tidak lancar yaitu ibu cemas, pengaruh
obat-obatan, dan kelainan hormone.
a. Menjelaskan kepada ibu untuk banyak
istirahat dan menghindari stress agar
39

pengeluaran ASI tetap lancar


b. Menganjurkan ibu untuk makan
makanan yang mengandung protein
tinggi seperti ikan, daging dan kacang-
kacangan.
c. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1
hari di pagi hari untuk memperlancar
ASI
2. Evaluasi
a. Ibu menyetujui tindakan yang akan
dilakukan
b. Ibu sudah mengetahui hasil
pemeriksaan yang sudah dilakukan
c. Ibu sudah mengerti penyebab ASI
tidak lancar
d. Ibu sudah cukup istirahat dan
menghindari stress
e. Ibu bersedia memenuhi cairan dan
makan makanan yang mengandung
protein tinggi
f. Ibu bersedia mengkonsumsi sari
kacang hijau

Bagan I

Kerangka Konsep
68

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Laporan (ASKEB) ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

studi kasus berupa asuhan kebidanan dengan metode Varney. Metode deskriptif

yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, sedangkan

penelitian dengan pendekatan studi kasus adalah suatu cara untuk meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit

tunggal yang dimaksud dapat berarti dapat berarti satu organ atau sekelompok

penduduk yang terkena masalah. Studi kasus ini dianalisis secara mendalam

meliputi berbagai aspek yang cukup luas serta penggunaan berbagai teknik

secara integratif (Notoatmodjo, 2012)

B. Lokasi Studi Kasus

Asuhan kebidanan ini telah dilakukan di PMB “H” Kota Bengkulu.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek yang diambil dalam asuhan kebidanan ini adalah satu ibu nifas

dengan pengeluaran ASI tidak lancar serta keluarga tidak mengetahui cara

mengatasi keluhan yang dialami oleh ibu nifas dan bersedia menjadi responden

dalam studi kasus

D. Waktu Studi Kasus

Waktu yang digunakan untuk melakukan studi kasus pada bulan 28 Juni 2022

s/d 5 Juli 2022 di PMB “H” Kota Bengkulu.

40
41

E. Intsrument Studi Kasus

Instrument studi kasus yang digunakan dalam asuhan kebidanan ini adalah

data primer dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik secara langsung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Hidayat (2014) merupakan teknik pengumpuan data yang

meliputi catatan peristiwa-peristiwa keterangan atau karakteristik yang sebagian

atau seluruh elemen populasi yang menunjang dan mendukung studi kasus.

1. Data primer

Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta data yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti.

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan berhadapan muka dengan orang tersebut (face to

face).

b. Observasi

Observasi adalah prosedur yang berencana anatara lain meliputi,

melihat, mendengar dan mencatat sejumlah dan paraf aktifitas tertentu

atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang

diteliti.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien

secara sistematis.
42

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan medis yang dilakukan

atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh keterangan

yang jelas.

2. Data Sekunder

Menurut Hidayat (2014), data sekunder merupakan data yang diperoleh

dari pihak lain.

a. Studi Dokumentasi

Pengambilan kasus ini menggunakan catatan yang ada pada daftar atau

status pasien untuk memperoleh data informasi medik yang ada di PMB

“H” Kota Bengkulu.

b. Studi Kepustakaan

Pada kasus ibu nifas dengan pengeluaran ASI tidak lancar penulis

menggunakan referensi dari buku dan jurnal.

G. Alat-alat yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain :

1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan data

a. Format pengkajian pada ibu nifas dan menyusui dengan pengeluaran ASI

tidak lancar

b. Alat tulis (buku dan bollpoint)


43

2. Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik,

observasi dan penatalaksanaan

a. Timbang berat badan

b. Alat pengukur tinggi badan

c. Tensi meter

d. Thermometer

e. Stetoskop

f. Jam tangan

3. Alat dan bahan untuk dokumentasi

a. Status dan catatan pasien di PMB

b. Kamera

c. Sari Kacang Hijau 250 ml dengan merek dagang Sari kacang hijau Ultra

Jaya.
44

BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “L“ UMUR 30 TAHUN


P1 A0 POSPARTUM HARI KE 4 DENGAN
ASI TIDAK LANCAR DI PMB “H”
KOTA BENGKULU

A. Tinjauan Kasus

No. Register :

Tanggal pengkajian : 28 Juni 2022

Tempat : PMB “H” Kota Bengkulu

Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini

1. Pengkajian

A. Data subjektif

1. Identitas

Nama Ibu : Ny.“L” Nama Suami : Tn“ D ”

Umur : 30 Tahun Umur : 33 Tahun

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Jl. Ir Rustandi Alamat : Jl. Ir Rustandi

43
45

2. Keluhan Utama

a. Ibu mengatakan melahirkan anak pertama 4 hari yang lalu dan tidak

pernah keguguran

b. Ibu mengatakan pengeluaran ASInya sedikit dan tidak lancar

c. Ibu mengatakan bayinya rewel dan menangis terus karena merasa

kekurangan ASI

d. Ibu mengatakan jarak menyusui kurang dari 2 jam karna bayi sering

minta menyusu

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit menular (HIV,

TBC, Hepatitis), menurun (DM, Asma, hipertensi) dan menahun (Paru-

paru, jantung, ginjal) serta tidak memiliki riwayat keturunan kembar

b. Riwayat kesehatan lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV, TBC,

Hepatitis), menurun (DM, Asma, hipertensi) dan menahun (Paru-paru,

jantung, ginjal) serta tidak memiliki riwayat keturunan kembar

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah atau sedang

menderita penyakit menular (HIV, TBC, Hepatitis), menurun (DM,

Asma, hipertensi) dan menahun (Paru-paru, jantung, ginjal) serta tidak

memiliki riwayat keturunan kembar


46

4. Riwayat perkawinan

a. Usia nikah : 22 tahun

b. Kawin ke : 1 (pertama)

c. Status perkawinan : Sah

d. Lama perkawinan : 8 tahun

5. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : 14 tahun

b. Lama : 4 hari

c. Siklus : 30 hari

d. Banyaknya : 2 - 3x ganti pembalut/hari

e. Keluhan : Tidak ada

f. Dysmenorea : Tidak ada

6. Riwayat Persalinan Sekarang

a. Usia Kehamilan : 39 Minggu

b. Kelainan selama hamil : Tidak ada

c. Tanggal persalinan : 24 Juni 2022

d. Jenis persalinan : Normal

e. Lama persalinan

Kala I : 10 jam

Kala II : 30 menit

Kala III : 10 menit

Kala IV : 2 jam
47

f. Perdarahan

Kala I : - cc

Kala II : 250 cc

Kala III : 150 cc

Kala IV : 100 cc

g. Penyulit dalam persalinan : Tidak ada

h. Penolong : Bidan

i. Tempat : PMB “H” kota bengkulu

j. Kelainan bawaan : Tidak ada

k. Anak ke : 1 (pertama)

l. Berat Badan : 2800 gram

m. PB : 49 cm

7. Riwayat KB

Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB.

8. Pola kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi Hamil Nifas


Frekuensi makan 3x1 hari 3x1 hari
Jumlah 1-2 porsi 1 porsi
Jenis Nasi, Sayur, lauk Pauk Nasi, Sayur, Lauk Pauk, Buah
Frekuensi minum 3 x sehari 3 x sehari
Jenis Air Putih, susu Air Putih
Pola Eliminasi
Frekuensi BAB 1x sehari 1x sehari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek
Frekuensi BAK 3-4 x sehari 3-4 x sehari

Pola Istirahat
Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
Tidur malam 6-7 Jam 5-6 jam
Tidur siang 1 Jam 2 Jam
48

Personal hygiene
Mandi 3 x sehari 3 x sehari
Keramas 3 x minggu 2 x minggu
Gosok gigi 3 x sehari 3 x sehari
Ganti pakaian 3 x sehari 3 x sehari
Ganti pakaian 3 x sehari 3 x sehari
dalam

9. Data psikososial

Ibu mengatakan ibu dan keluarga merasa senang akan kelahiran bayinya

respon ibu dan keluarga terhadap bayi baik.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Tanda-tanda vital

1) TD : 120/80 mmhg

2) Suhu : 36,6oC

3) Pernafasan : 23 x/ menit

4) Nadi : 81 x/ menit

d. Pengukuran Antopometri

Sebelum Hamil: Saat Hamil


BB : 58 Kg BB : 65 Kg
TB : 152 cm TB : 152 cm
LILA : 27 cm LILA : 27 cm
49

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

1) Nyeri tekan : Tidak ada

2) Warna rambut : Hitam

3) Kebersihan : Bersih

4) Benjolan : Tidak ada

5) Kerontokan : Tidak ada

b. Mata

1) Bentuk : Simetris

2) SKlera : An Ikterik

3) Konjungtiva : An Anemis

c. Hidung

1) Pengeluaran : Tidak Ada

2) Kebrsihan : Bersih

d. Mulut

1) Caries : Tidak ada

2) Mukosa bibir : Lembab

3) Gigi : Tidak berlubang

e. Telinga

1) Bentuk : Simetris

2) Pengeluaran cairan : Tidak ada

3) Fungsi pendengaran : Baik

4) Gangguan : Tidak Ada


50

f. Leher

1) Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada

2) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

3) Pembesaran vena jugularis : tidak ada

g. Payudara

1) Bentuk : Simetris

2) Benjolan : Tidak ada

3) Areola : Hiperpigmentasi

4) Putting susu : Menonjol

5) Keluhan : Pengeluaran ASI tidak lancar

h. Abdomen

1) Nyeri tekan : Tidak ada

2) Bekas oprasi : Tidak ada

3) Linea : Nigra

4) TFU : 3 jari di bawa pusat

i. Genetalia

1) Odema : Tidak ada

2) Varises : Tidak ada

3) Lochea : Sanguilenta

4) Banyak nya : 2-3 x ganti pembalut

j. Ekstremitas

1) Atas

a) Warna kuku : Tidak pucat

b) Kebrsihan : Bersih
51

2) Bawah

a) Warna kuku : Tidak pucat

b) Kebrsihan : Bersih

c) Oedema : Tidak ada

d) Varices : Tidak ada

e) Reflek patella : Kanan : (+) positif kiri : (+) positif

2. Interpretasi Data

1. Diagnosa Kebidanan

Ny “L” Umur 30 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke 4 dengan ASI Tidak

Lancar

Dasar Subyektif :   Ibu mengatakan melahirkan anak pertama 4 hari yang

lalu dan tidak pernah keguguran. Ibu mengeluh ASI nya tidak lancar,

bayinya rewel dan menangis saat menyusui, bayinya tidak aktif dalam

menyusu dan ibu mengatakan pola BAB bayi tidak teratur , tinja bayi keras

dan berwarna coklat gelap serta ibu mengatakan dirinya merasa khawatir dan

takut anaknya kekurangan ASI.

Dasar Obyektif  :    

KU         : Baik               


Kesadaran : composmentis
TTV        : T  : 120/80 mmHg        R : 23 x/menit
                                                N : 81 x/menit               S : 36,6 oC
2. Masalah

ASI tidak Lancar


52

3. Kebutuhan

Pemberian nutrisi sari kacang hijau

3. Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial

Tidak ada

4. Tindakan  Segera      

Tidak ada indikasi untuk dilakukan tindakan emergency/ kolaborasi/rujukan.

5. Perencanaan Asuhan Menyeluruh

a. Beritahukan ibu hasil dari pemeriksaan yang sudah dilakukan

b. Jelaskan pada ibu penyebab ASI tidak lancar

c. Jelaskan kepada ibu utntuk banyak istirahat dan hindari stress agar

pengeluaran ASI tetap lancar

d. Jelaskan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung protein tinggi

e. Jelaskan asuhan yang akan dilakukan dengan menggunakan sari kacang hijau

merk Ultra Jaya 250 ml

6. Pelaksanaan Asuhan

a. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan

1) Pemeriksaan Umum

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 81 x/menit

P : 23 x/menit, S : 36,6 C
53

2) Pemeriksaan Fisik

Payudara : Pengeluaran ASI tidak lancar

b. Menjelaskan kepada ibu penyebab ASI tidak lancar yaitu ibu cemas,

pengaruh obat-obatan, dan kelainan hormon

c. Menjelaskan kepada ibu untuk banyak istirahat dan menghindari stress agar

pengeluaran ASI tetap lancar

d. Menjelaskan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung protein

tinggi seperti ikan, daging dan kacang-kacangan

e. Menjelaskan asuhan yang akan dilakukan dengan menggunakan sari kacang

hijau 250 ml sebanyak 1x sehari selama 7 hari berturut-turut.

7. Evaluasi
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan

b. Ibu sudah mengerti penyebab ASI tidak lancar

c. Ibu sudah cukup istirahat dan menghindari stress

d. Ibu bersedia makan makanan yang mengandung protein tinggi

e. Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang hijau


54

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-1

PMB “H” Kota Nama Pasien : Ny “L”


Bengkulu
Catatan Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini
Perkembangan
Nama &
Hari & Tanggal Catatan Perkembangan
Paraf
Rabu, 29 Juni 2022 (SOAP)
Bidan Pasien
Rabu, 29 Juni Subjektif :
2022 a) Ibu mengatakan bernama Ny. “L” umur
30 tahun melahirkan anak pertama 4 hari
yang lalu dan tidak pernah keguguran
b) Ibu mengatakan pengeluaran ASInya
sedikit dan tidak lancar
c) Ibu mengeluh ASI nya tidak lancar,
bayinya rewel dan menangis saat
menyusui, bayinya tidak aktif dalam
menyusu dan ibu mengatakan pola BAB
bayi tidak teratur , tinja bayi keras dan
berwarna coklat gelap serta ibu
mengatakan dirinya merasa khawatir dan
takut anaknya kekurangan ASI.
d) Ibu mengatakan jarak menyusui kurang
dari 2 jam karna bayi sering minta
menyusu

Objektif :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 79 kali permenit.
P : 24 kali permenit
S : 36,7 ᵒC
2) Pemeriksaan Fisik
Payudara
Kebersihan : Bersih
Areola : Hyperpigmentasi
Papila : menonjol
Keluhan : Pengeluaran ASI tidak
lancar, ASI akan keluar
55

apabila payudara
ditekan.
Genetali : Lochea sangunolenta,
pengeluaran normal

Analisa :
Ny ”L” umur 30 Tahun. P1 A0 Postpatrum
Hari ke 5 dengan ASI tidak lancar

Penatalaksanaan :
1. Melakukan informent consent pada ibu
Ev : Informmed telah di lakukaan
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis (CM)
TD : 120/80 mmHg
N : 79 kali permenit.
P : 24 kali permenit
S : 36,7 ᵒC
Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup dan menghindari stress agar ASI tetap
lancar
Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang mengandung protein tinggi seperti
ikan, daging dan kacang-kacangan.
EV : Ibu bersedia makan makanan yang
mengandung protein tinggi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari di
pagi hari untuk memperlancar ASI
Ev : Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang
hijau
56

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2

PMB “H” Kota Nama Pasien : Ny “L”


Bengkulu
Catatan Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini
Perkembangan
Hari & Tanggal Nama &
Catatan Perkembangan Paraf
Kamis, 30 Juni
(SOAP) Bidan Pasien
2022
Kamis, 30 Juni Subjektif :
2022 Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar sedikit
apabila payudaranya ditekan

Objektif :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
N : 82 kali permenit.
P : 22 kali permenit
S : 36,6 ᵒC
2) Pemeriksaan Fisik
Payudara : Pengeluaran ASI tidak lancar
Genetalia : Lochea sangunolenta,
pengeluaran normal

Analisa :
Ny ”L” umur 30 Tahun. P1 A0 Postpatrum
Hari ke 6 dengan ASI tidak lancar

Penatalaksanaan :
1. Mengobservasi TTV dan perkembangan
Ev: ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
TD : 120/70 mmHg
N : 82 kali permenit.
P : 22 kali permenit
S : 36,6 ᵒC
2. Mengkaji pengeluaran ASI ibu
Ev : Pengeluaran ASI masih sedikit
57

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang dan


menghindari stress agar ASI tetap lancar
Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang mengandung protein tinggi seperti
ikan, daging dan kacang-kacangan.
EV : Ibu bersedia makan makanan yang
mengandung protein tinggi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari di
pagi hari untuk memperlancar ASI
Ev : Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang
hijau
58

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3

PMB “H” Kota Nama Pasien : Ny “L”


Bengkulu
Catatan Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini
Perkembangan
Nama &
Hari & Tanggal Catatan Perkembangan
Paraf
Jumat, 1 Juli 2022 (SOAP)
Bidan Pasien
Jumat, 1 Juli 2022 Subjektif :
Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar sedikit
apabila payudaranya ditekan

Objektif :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali permenit.
P : 23 kali permenit
S : 36,5 ᵒC
2) Pemeriksaan Fisik
Payudara : Pengeluaran ASI tidak lancar,
ASI akan keluar apabila payudara ditekan
Genetalia : Lochea sangunolenta,
pengeluaran normal

Analisa :
Ny ”L” umur 30 Tahun. P1 A0 Postpatrum
Hari ke 7 dengan ASI tidak lancar

Penatalaksanaan :
1. Mengobservasi TTV dan perkembangan
Ev: ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali permenit.
P : 23 kali permenit
S : 36,5ᵒC
2. Mengkaji pengeluaran ASI ibu
Ev : Pengeluaran ASI masih sedikit
59

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang dan


menghindari stress agar ASI tetap lancar
Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang mengandung protein tinggi seperti
ikan, daging dan kacang-kacangan.
EV : Ibu bersedia makan makanan yang
mengandung protein tinggi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari di
pagi hari untuk memperlancar ASI
Ev : Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang
hijau
60

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-4

PMB “H” Kota Nama Pasien : Ny “L”


Bengkulu
Catatan Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini
Perkembangan
Nama &
Hari & Tanggal Catatan Perkembangan
Paraf
Sabtu, 2 Juli 2022 (SOAP)
Bidan Pasien
Sabtu, 2 Juli 2022 Subjektif :
Ibu mengatakan ASI nya sudah banyak keluar
apabila payudara ditekan

Objektif :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 78 kali permenit.
P : 21 kali permenit
S : 36,7 ᵒC
2) Pemeriksaan Fisik
Payudara : ASI tidak lancar, ASI akan
keluar apabila payudara ditekan
Genetalia : Lochea sangunolenta,
pengeluaran normal

Analisa :
Ny ”L” umur 30 Tahun. P1 A0 Postpatrum
Hari ke 8 dengan ASI tidak lancar

Penatalaksanaan :
1. Mengobservasi TTV dan perkembangan
TD : 110/70 mmHg
N : 78 kali permenit.
P : 21 kali permenit
S : 36,7 ᵒC
Ev: ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
61

2. Mengkaji pengeluaran ASI ibu


Ev : Pengeluaran ASI sudah mulai banyak
keluar apabila payudara ditekan
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup dan menghindari stress agar ASI
tetap lancar
Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang mengandung protein tinggi seperti
ikan, daging dan kacang-kacangan.
EV : Ibu bersedia makan makanan yang
mengandung protein tinggi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari di
pagi hari untuk memperlancar ASI
Ev : Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang
hijau
62

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-5

PMB “H” Kota Nama Pasien : Ny “L”


Bengkulu
Catatan Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini
Perkembangan
Hari & Tanggal Nama &
Catatan Perkembangan
Minggu, 3 Juli Paraf
(SOAP)
2022 Bidan Pasien
Minggu, 3 Juli Subjektif :
2022 Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar tanpa
ditekan tetapi masih sedikit.

Objektif :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 81 kali permenit.
P : 22 kali permenit
S : 36,6 ᵒC
2) Pemeriksaan Fisik
Payudara : Pengeluaran ASI tidak lancar,
ASI keluar hanya sedikit
Genetalia : Lochea serosa, pengeluaran
normal

Analisa :
Ny ”L” umur 30 Tahun P1 A0 Postpatrum
Hari ke 9 dengan ASI tidak lancar

Penatalaksanaan :
1. Mengobservasi TTV dan perkembangan
TD : 110/70 mmHg
N : 81 kali permenit.
P : 22 kali permenit
S : 36,6 ᵒC
Ev: ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan

2. Mengkaji pengeluaran ASI ibu


Ev : Pengeluaran ASI masih sedikit tanpa
ditekan
63

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang


cukup dan menghindari stress agar ASI tetap
lancar
Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang mengandung protein tinggi seperti
ikan, daging dan kacang-kacangan.
EV : Ibu bersedia makan makanan yang
mengandung protein tinggi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari di
pagi hari untuk memperlancar ASI
Ev : Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang
hijau
64

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-6

PMB “H” Kota Nama Pasien : Ny “L”


Bengkulu
Catatan Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini
Perkembangan
Nama &
Hari & Tanggal Catatan Perkembangan
Paraf
Senin, 4 Juli 2022 (SOAP)
Bidan Pasien
Senin, 4 Juli 2022 Subjektif :
Ibu mengatakan ASI nya sudah lancar

Objektif :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
N : 79 kali permenit.
P : 22 kali permenit
S : 36,5 ᵒC
2) Pemeriksaan Fisik
Payudara : Pengeluaran ASI sudah lancar
Genetalia : Lochea serosa, pengeluaran
normal

Analisa :
Ny ”L” umur 30 Tahun P1 A0 Postpatrum
Hari ke 10 dengan ASI sudah lancar

Penatalaksanaan :
1. Mengobservasi TTV dan perkembangan
TD : 120/70 mmHg
N : 79 kali permenit.
P : 22 kali permenit
S : 36,5 ᵒC
Ev: ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
2. Mengkaji pengeluaran ASI ibu
Ev : Pengeluaran ASI masih sedikit tanpa
ditekan
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup dan menghindari stress agar ASI tetap
lancar
65

Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup


dan menghindari stress
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang mengandung protein tinggi seperti
ikan, daging dan kacang-kacangan.
EV : Ibu bersedia makan makanan yang
mengandung protein tinggi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari di
pagi hari untuk memperlancar ASI
Ev : Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang
hijau
66

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-7

PMB “H” Kota Nama Pasien : Ny “L”


Bengkulu
Catatan Nama Pengkaji : Saskia Aleisya Safrini
Perkembangan
Nama &
Hari & Tanggal Catatan Perkembangan
Paraf
Selasa, 5 Juli 2022 (SOAP) Bidan Pasien
Selasa, 5 Juli Subjektif :
2022 Ibu mengatakan ASI nya sudah lancar

Objektif :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 kali permenit.
P : 24 kali permenit
S : 36,6 ᵒC
2. Pemeriksaan Fisik
Payudara : ASI sudah lancar
Genetalia : Lochea serosa, pengeluaran
normal

Analisa :
Ny ”L” umur 30 Tahun. P1 A0 Postpatrum
Hari ke 11

Penatalaksanaan :
1. Mengobservasi TTV dan perkembangan
TD : 110/70 mmHg
N : 81 kali permenit.
P : 22 kali permenit
S : 36,6 ᵒC
Ev: ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
2. Mengkaji pengeluaran ASI ibu
Ev : Pengeluaran ASI sudah banyak
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress agar ASI tetap lancar
Ev : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
dan menghindari stress
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
67

yang mengandung protein tinggi seperti


ikan, daging dan kacang-kacangan.
EV : Ibu bersedia memenuhi kebutuhan
cairan dan makan makanan yang
mengandung protein tinggi
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari di
pagi hari untuk memperlancar ASI
Ev : Ibu bersedia mengkonsumsi sari kacang
hijau
68

B. Pembahasan
Pada pengkajian yang dilakukan penulis pada ASI tidak lancar yaitu

mengumpulkan data dasar meliputi data subyektif dan data obyektif. Data

subyektif adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk

mengevaluasi keadaan pasien dan mengumpulkan semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Data pada kasus

Ny. L, ibu mengatakan bernama Ny. L umur 30 tahun habis melahirkan 4 hari

yang lalu pada tanggal 24 Juni 2022. Ny. L mengatakan pengeluaran ASI nya

sedikit dan tidak lancar.

Data obyektifnya meliputi pada pemeriksaan umum pada tanggal 28 Juni

2022 di dapatkan keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV : TD :

120/80 mmHg, N: 81 x/menit, RR : 23 x/menit, S : 36,6 ºC, BB : 65 kg , TB :

152 cm, TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi keras, lochea sanguinolenta.

Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakan dalam kasus yaitu Ny. “L” umur 30

tahun P1A0 post partum 4 hari dengan ASI tidak lancar.

Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu dengan melakukan terapi

nonfarmakologi yaitu pemberian sari kacang hijau merk ultra jaya 250 ml

sebanyak 1x1 hari, dan menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan

menghindari stress agar ASI lancar.

Tindakan yang telah direncanakan dapat di laksanakan sesuai dengan

pelaksanaan asuhan kebidanan pasien mau bekerjasama dalam melaksanakan

asuhan seperti mengkonsumsi sari kacang hijau, pasien juga bersedia untuk

istirahat yang cukup dan menghindari stress agar ASI tetap lancar, sehingga
69

dalam waktu 7 hari keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital normal dan

pengeluaran ASI sudah lancar.

Tertundanya produksi ASI pasca persalinan (Delayed Onset Of

Lactation/DOL) adalah kondisi ketika produksi ASI tidak meningkat hingga hari

ke-3 bahkan hari ke-4 pasca persalinan (Monika, 2014).

Salah satu penyebab dari ASI tidak keluar dikarenakan faktor nutrisi. Jumlah

dan kualitas makanan Ibu sangat mempengaruhi pada jumlah ASI yang

dihasilkan. Ibu yang menyusui sangat dianjurkan untuk memperoleh tambahan

gizi untuk produksi ASI dan energi ibu. Salah satunya adalah kacang hijau

sebagai makanan yang bermanfaat sebagai pelancar produksi ASI (Yuniarti,

2020).

Upaya untuk meningkatkan cakupan ASI dapat dilakukan dengan beberapa

metode yaitu metode farmakologi dan metode non farmakologi. Metode

farmakologi cenderung mahal harganya, sedangkan metode non farmakologi

untuk meningkatkan produksi ASI bisa diperoleh dari tanaman-tanaman yang

mudah didapatkan seperti daun buah pepaya, daun kelor, daun murbei, lampes,

kacang hijau, adas manis, bayam duri, bidara upas, blustru, dadap ayam, jinten

hitam pahit, nangka, patikan kebo, pulai, temulawak, dan beberapa metode yang

relatif mudah dilakukan seperti metode akupresur, akupunktur, massage atau

pijatan (Yuliani, 2021).

Pemilihan sari kacang hijau sebagai pelancar produksi ASI karena

kandungannya yang bermanfaat untuk ibu menyusui. Berbagai jenis makanan

(olahan) asal kacang hijau seperti bubur kacang hijau, minuman kacang hijau, kue
70

tradisional, dan kecambah kacang hijau yang telah lama dikenal masyarakat

Indonesia (Yuniarti, 2020).

Berdasarkan hasil Penelitian Nikmah Jalilah Ritonga tahun 2019 diketahui

bahwa rata-rata Produksi ASI sebelum diberikan Sari Kacang Hijau merk dagang

Ultra Jaya adalah 0,045 yang berarti tidak lancar dan rata-rata Produksi ASI

sesudah diberikan Sari Kacang Hijau adalah 0,82 yang berarti lancar . Dan nilai p-

value adalah 0,046 (p≤0,05). Ini berarti ada pengaruh pemberian sari kacang hijau

terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di Klinik Pratama Tutun Sehati Desa

Limau Manis Deli Serdang tahun 2019. (Ritonga, 2019). Dalam hal ini penulis

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.


71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan kebidanan pada Ny. “L” umur 30 tahun post partum 4 hari dengan

ASI tidak lancar dapat diterapkan melalui manajemen kebidanan menurut

pendokumentasian VARNEY dan SOAP sebagai berikut :

a. Berdasarkan pembahasan yang penulis dapatkan dalam pengelolaan kasus

pada Ny. ”L” dengan ASI tidak lancar penulis mengambil kesimpulan : Dari

hasil pengkajian pada Ny. “L” ibu mengatakan berumur 30 tahun nifas ke-4

dan mengeluh ASI nya hanya keluar sedikit dan tidak lancar, ibu

mengatakan bayinya rewel dan menangis terus karena merasa kekurangan

ASI.

b. Dapat diinterpretasikan diagnose kebidanan yaitu Ny. “L” umur 30 tahun P1

A0 Post Partum Hari ke 4 dengan ASI Tidak Lancar.

c. Diagnosa potensial pada Ny. “L” yaitu tidak dapat memberikan ASI Eksklusif.

d. Berdasarkan asuhan yang diberikan pada Ny. “L” didapatkan diagnosa

potensialnya yaitu tidak dapat memberikan ASI Eksklusif sehingga untuk

penanganan segara tidak diperlukan.

e. Rencana asuhan yang diberikan secara menyeluruh sesuai dengan keluhan

dan keadaan ibu.

f. Pelaksanaan Asuhan dilakukan secara menyeluruh yang di beriksaan kepada

ibu yaitu dilakukan tindakan Memberitahu ibu bagaimana cara mengatasi

ASI tidak lancar, Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar,

70
72

Menganjurkan ibu makan, makan yang bernutrsi dan gizi seimbang,

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan Menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi sari kacang hijau 1x1 hari.

g. Evaluasi dari asuhan yang telah di berikan pada Ny. L dengan ASI tidak

lancar sesuai dengan hasil yang diharapkan dari penatalaksanaan yaitu

Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis, TD: 110/70 mmhg, N :

80 x/m, RR : 24 x/m, suhu : 36,6oc. ASI ibu sudah lancar.

h. Semua tindakan sudah dilakukan, dicatat di dalam laporan menggunakan

format VARNEY dan SOAP

B. Saran

Dari adanya kesimpulan tersebut diatas maka penulis dapat memberikan

saran sebagai berikut:

1. Teoritis

a) Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Sebagai institusi yang baik, semoga dapat meningkatkan pengetahuan

mahasiswa khususnya program studi kebidanan tentang ASI tidak lancar

agar dapat memecahkan masalah tersebut dengan baik.

2. Praktis
73

a) Bagi PMB

Sebagai petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat

mengetahui tanda dan gejala dari ASI tidak lancar sehingga dapat dideteksi

lebih awal apabila menemukan kasus tersebut serta mendapatkan

penanganan yang selanjutnya.

b) Bagi Pasien/Keluarga

Pasien dapat meningkatkan kembali pengetahuan serta pemahaman

mengenai masalah-masalah pada masa nifas sehingga dapat mencegah

terjadinya masalah atau kasus yang berat lagi.

Anda mungkin juga menyukai