Anda di halaman 1dari 70

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI KOLOSTRUM

DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM


DI KLINIK BIDAN LINDA HERAWATI BEKASI TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

Linda Herawati
NIM: 42122106

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITENIK TIARA BUNDA
DEPOK
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

ASI makanan paling baik untuk bayi dengan komponen zat makanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap

secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan

bayi sampai usia 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama

masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu

formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat

terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau

makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari

bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan

seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif)

(Kemenkes, 2016).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian

ASI esklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan

dandilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine dan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan hal yang sama

tentang pemberian ASI esklusif sekurang-kuragnya 6 bulan (Suradi, 2017).


WHO (2016) menyatakan cakupan pemberian ASI eksklusif di Afrika

Tengah sebanyak 25%, Amerika Latin dan Karibia sebanyak 32%, Asia

Timur sebanyak 30%, Asia Selatan sebanyak 47%, dan negara berkembang

sebanyak 46%. Secara keseluruhan, kurang dari 40 persen anak di bawah usia

enam bulan diberi ASI Eksklusif.

Data Kemenkes RI tahun 2018, cakupan pemberian ASI di Indonesia

sebesar 57,90% meningkat dibandingkan tahun 2017 (51,80%). Kendati

meningkat, tetapi masih jauh dari target WHO yaitu sebesar 90 %.

Capaiannya masih terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya peran

ASI bagi kehidupan anak. Sedangkan pada anak usia 0-23 bulan yang pernah

mendapatkan ASI di Indonesia pada 2018 sebanyak 94,56 %, meningkat

dibandingkan tahun 2017 (93,96%). Keadaan tersebut menggambarkan

bahwa sebagian besar para ibu sudah memiliki kesadaran betapa pentingnya

pemberian ASI bagi bayi mereka (Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan data Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2018,

cakupan pemberian ASI sebanyak 53% rata-rata lama pemberian ASI secara

nasional pada 2017 adalah 10,41 bulan. Sedangkan cakupan pemberian ASI

di Bekasi diperoleh sebanyak 23,2%, tahun 2016 meningkat terus menjadi

26,9% pada tahun 2017, meningkat lagi di tahun 2018 menjadi 31,4%, dan

tahun 2019 mencapai 33,8% (Profil Kesehatan Bekasi, 2019).

ASI yang dihasilkan atau di produksi pada hari pertama sampai ketiga

setelah bayi lahir dinamakan dengan kolostrum. Kolostrum berwarna agak


kekuningan lebih kuning dari ASI biasanya, bentuknya sedikit kasar karena

mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel (Wulandari & Handayani 2014).

Pemberian kolostrum pada bayi baru lahir merupakan perlindungan

yang terbaik karena didalam kolostrum terdapat zat-zat yang bergizi dan

memiliki zat anti kekebalan tubuh. Jumlah kolostrum tidak banyak tetapi kaya

zat bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi. Kolostrum yang di

produksi sangat bervariasi, tergantung dari hisapan bayi pada awal-awal

pertama kelahiran, meskipun kolostrum yang keluar dan di berikan pada bayi

hanya sedikit namun kolostrum cukup untuk memenuhi semua gizi yang di

butuhkan bayi (Kemenkes, 2016).

Masih banyak ibu yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya,

hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu yang disebabkan

informasi yang tidak tersampaikan dengan baik. Pengetahuan akan

membentuk sikap ibu yang positif terhadap menyusui sehingga mampu

menumbuhkan motivasi dalam dirinya secara suka rela dan penuh rasa

percaya diri mampu memberikan ASI kepada bayinya (Nassar, 2015).

Dampak yang akan terjadi apabila bayi tidak diberikan kolostrum

adalah dapat terjadi ikterus yang bisa mengakibatkan kematian pada bayi.

Kolostrum yang tidak dberikan dapat meningkatkan bilirubin serum yang

tinggi dalam hari pertama kehidupan. Dengan pemberian kolostrum yang

memadai di perkirakan mengurangi intensitas kenaikan bilirubin di kehidupan

awal karena pengeluaran mekonium dari saluran pencernaan sehingga


mencegah resirkulasi bilirubin dari saluran pencernaan melalui portal system

ke sirkulasi sistemik (Maya, 2017).

Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif selama 13 minggu pertama

dalam kehidupannya memiliki tingkat infeksi pernafasan dan infeksi saluran

cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi lain yang diberikan

ASI. Menurunnya tingkat infeksi saluran cerna ini tetap bertahan bahkan

sesudah selesai masa pemberian ASI dan berlanjut hingga tahun-tahun

pertama dalam kehidupan anak (Astutik, 2014).

Kebijakan program pemberian kolostrum dan ASI didasarkan pada

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan

tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dari seorang anak,

sehingga diharapkan akan menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia.

Sedangkan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam kebijakan kesejahteraan

anak adalah terpenuhinya kebutuhan lahir batin dari anak Indonesia, sehingga

akan tercapai anak yang sehat. Pekan ASI sedunia tahun 2010 Kementrian

Kesehatan RI juga meluncurkan Program Menyusui; Sepuluh Langkah

Menuju Sayang Bayi, dengan slogan Sayang Bayi, Beri ASI (Kemenkes RI,

2016).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Klinik bidan linda

Herawati Bekasi pada tanggal 25-26 Juni 2022 terhadap 8 nifas yang

menyusui bayina, didapatkan hasil 5 dari 8 responden tidak memberikan ASI

pertamanya karena berwarna kuning dan takut basi. Sedangkan 3 responden

lainnya tidak mengetahui bahwa ASI yang pertama keluar berwarna kuning.
Berdasarkan fenomena pemberian ASI kolostrum yang semakin

menurun, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan pemberian

ASI kolostrum pada ibu post partum di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi

Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan

tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan pemberian ASI kolostrum

pada ibu post partum di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi Tahun 2022?”

C. Tujuan Penelitian

1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI

kolostrum dengan pemberian ASI kolostrum pada ibu postpartum di

Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi Tahun 2022

2 Tujuan khusus

a) Umtuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang

ASI kolostrum pada ibu post partum di Klinik Bidan Linda Herawati

Bekasi Tahun 2022

b) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemberian ASI kolostrum pada

ibu post partum di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi Tahun 2022

c) Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI

kolostrum dengan pemberian ASI kolostrum pada ibu post partum di

Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi Tahun 2022


D. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelatif dengan menggunakan pendekatan

retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum di

klinik bidan linda Herawati Bekasi Tahun 2022 pada bulan Juni 2022 yang

berjumlah 30 orang dengan jumlah sampel 30 pasien. Teknik pengambilan

sampelnya menggunakan concecutive sampling. Instrumen penelitian ini

adalah lembar kuesioner, serta analisis data menggunakan uji chi square

dengan nilai kemaknaan α = 0,05

E. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Menambah referensi terkait faktor-faktor yang berhubungan

dengan manajemen laktasi pada ibu postpartum, serta dapat digunakan

sebagai acuan untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut

2 Manfaat Praktis

Diharapkan Dinas Kesehatan dapat mengembangkan dan

menjalankan program terkait dengan laktasi untuk mensukseskan ASI

kolostrum dan ASI eksklusif.

F. Keaslian Penelitian

1 Papona (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang

Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ulu

Kecamatan Siau Timur Kabupaten Kepulauan Sitaro. Jenis penelitian

yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas berjumlah
20 orang dengan sampel 20 orang dengan teknik total sampling. Uji yang

dignakan adalah chi squre. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Pemberian Kolostrum Pada

Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ulu Kecamatan Siau Timur Kabupaten

Kepulauan Sitaro. Perbedaan peneliti dengan penelitian tersebut adalah

tekhnik sampling dimana pada penlitian ini menggunakan total populasi

dan Peneliti menggunakan accidental sampling. Sedangkan persamaan

dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti pengetahuan dan

pemberian kolostrum.

2 Sukari, Nensy Ratnawati (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Postpartum

Tentang Pemberian Kolostrum Di Puskesmas Bahu Manado. Desain

penelitian ini adalah Deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas

Bahu Manado. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

postpartum dengan jumlah 114. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak

57 responden dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan

data menggunakan kuesioner. Perbedaan peneliti dengan penelitian

tersebut adalah pada penelitian jenis penelitian ini adalah deskriptif,

sedangkan penelitian yg dilakukan peneliti adalah korelasi.. Sedangkan

persamaan dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti tentang

pengetahuan dan pemberian kolostrum

3 Dahlia, Iis (2016) “Hubungan Pengetahuan Tehadap Status Pemberian

Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kecamatan

Ciputat”. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan


antara pengetahuan dengan status pemberian kolostrum pada bayi, dengan

metode cross sectional dengan sampel 53 menggunakan teknik purposive

sampling dengan uji bivariat menggunakan Chi-square. Perbedaan

peneliti dengan penelitian tersebut adalah tekhnik sampling dimana pada

penlitian ini menggunakan total populasi dan peneliti menggunakan

accidental sampling. Sedangkan persamaan dengan penelitian tersebut

adalah sama-sama meneliti pengetahuan dan pemberian kolostrum


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang yang

diperoleh dengan melakukan penginderaan pada suatu obyek dan

dijadikan pedoman seseorang dalam melakukan suatu tindakan (overt

behavior) (Maulana, 2016).

Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan adalah hasil dari

tahu yang diperoleh setelah melakukan penginderaan (pendengaran,

penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan) terhadap suatu objek.

Pengetahuan manusia sebagian diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan tentang ASI kolostrum adalah informasi atau

hasil tahu seseorang tentang pentingnya ASI kolostrum yang

diperoleh melalui seseorang ataupun pengalaman hidup orang tersebut

(Astutik, 2017)

Berdasarkan teori pengertian yang sudah dijabarkan, makan

dapat disimpulkan pengetahuan tentang ASI kolostrum merupakan

informasi yang berkaitan dengan ASI kolostrum yang diperoleh

melalui berbagai sumber baik formal maupun informal yang

selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari


b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) tingkatan pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (know)

Dalam hal ini tahu diartikan sebagai pengulangan, dimana

seseorang dapat mengulang kembali tentang informasi yang

diperolehnya. Misalnya seorang ibu post partum yang

mendapatkan penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang

pentingnya ASI dan ibu mampu mengulang kembali dengan baik

apa yang sudah dijelaskan oleh petugas kesehatan

2) Memahami (comprehension)

Dalam hal ini, memahami adalah kemampuan seseorang

untuk mengerti tentang apa yang sudah dijelaskan. Misalnya, ibu

yang diberikan penyuluhan tentang ASI dan ibu mengerti dan

dapat menyimpulkan dengan apa yang sudah dijelaskan.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi dapat dikatakan sebagai upaya seseorang dalam

menerapkan dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari

tentang sesuatu yang sudah diketahui tersebut pada situasi yang

tepat. Misalnya, pada ibu post partum yang sudah mengerti dan

memahami tentang ASI dan ibu dapat mempraktekannya dengan

memberikan ASI kepada bayinya.


4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk membedakan,

memilah sesuatu yang selanjutnya untuk dikelompokkan kembali.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk

membentuk satu kelompok, yang dimana dalam kelompok

tersebut terdiri dari objek yang berbeda.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan penilaian yang

dilakukan seseorang terhadap suatu objek tertentu berdasarkan

pada nilai-nilai yang telah ada.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu (Budiman, 2018):

1) Pendidikan

Pendidikan bertujuan untuk merubah pola pikir, perilaku

serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki baik formal

maupun non formal. Semakin tingginya pendidikan seseorang

maka ilmu atau informasi yang didapat akan lebih banyak,

sehingga akan mempengaruhi sikap seseorang dalam menilai

sesuatu
2) Media massa/ informasi

Perubahan atau peningkatan pengetahuan seseorang

dipengaruhi pendidikan baik yang resmi (formal) ataupun tidak

resmi (non formal). Perkembangan teknologi akan menyediakan

bermacam-macam media informasi yang dapat memberikan

pengetahuan atau infomrasi kepada masyarakat tentang sesuatu

yang belum pernah diperoleh. Media informasi yang dapat

mempengaruhi pendapat dan kepercayaan seseorang akan suatu

hal atau objek, seperti televisi, radio, koran dan lain-lain.Media

dalam penyampaian informasi merupakan tugas utama, media

masa menyampaikan pesan yang juga memiliki sugesti sehingga

dapat mengarahkan opini seseorang

3) Sosial budaya dan ekonomi

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan perilaku

seseorang, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang terhadap kolostum

4) Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Lingkungan merupakan hal-hal yang berada disekitar

yang terdiri dari lingkungan sosial, fisik maupun biologis


5) Pengalaman

Pengalaman merupakan kejadian yang dialami oleh

seseorang. Kejadian dapat menambah pengetahuan dan

memberikan suatu pembenaran tentang pengetahuan yang

dididapatnya

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia, maka akan bertambah pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin baik

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2018),

adalah sebagai berikut:

1) Cara non ilmiah

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

yang lain. Kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan

ketiga gagal dicoba lagi sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan
b) Cara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebutulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.Salah satu contoh

adalah penemuan enzim urease

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara lain dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, para

pemuka agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.

Pengetahuan ini diperoleh berdasarkan pada pemegang

otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan. Prinsip

inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji

atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun berdasarkan pendapat sendiri

d) Berdasarkan pengalaman

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu


e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori kebenaran.

Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua

zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang

tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman

fisik bila anaknya tersebut salah, misalnya dijewer telinganya

atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai

sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa

hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang paling

baik) bagi pendidikan anak-

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari

Tuhan melalui para Nabi.Kebenaran ini harus diterima dan

diyakini oleh pengikutpengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai

wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

penyelidikan manusia

g) Secara intuitif

Kebenaran yang secara intuitif diperoleh manusia secara cepat

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir. Kebenaran yang dapat diperoleh

melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak


hanya menggunakan cara-cara yang rasional dan

sistematis.Kebenaran ini bisa diperoleh seseorang hanya

berdasarkan intuisi atau suara hati

h) Melalui jalan pikiran

Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan dalam pikirannya,

baik melalui induksi maupun deduksi

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pertanyaanpertanyaan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan

kesimpulan tersebut berdasarkan pengalamanpengalaman

empiris yang ditangkap oleh indra. Kemungkinan disimpulkan

kedalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk

memahami suatu gejala. Karena proses berfikir induksi itu

beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata,

maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari halhal yang

konkret kepada hal-hal yang asbtrak

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-

pertanyaan umum ke khusus. Dalam berfikir deduksi berlaku


bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum, berlaku

juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi.

2) Cara ilmiah

Cara baru atau moderen dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini juga

bisa disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut

metode penelitian (research methodology)

e. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2017) kriteria atau skala pengetahuan

yang dimiliki seseorang dibagi berdasarkan:

1) Baik, apabila jawaban yang benar 76%-100% dari seluruh

pertanyaan.

2) Cukup, apabila jawaban yang benar 56%-75% dari seluruh

pertanyaan.

3) Kurang, apabila jawaban yang benar < 56% dari seluruh

pertanyaan

2. ASI Kolostrum

a. Pengertian

ASI Kolostrum adalah ASI yang diproduksi pada kehamilan

sampai beberapa hari pasca persalinan dan memiliki karakteristik

berwarna kuning keemasan yang diakibatkan sel-sel hidup dan

komposisi lemak yang tinggi (Purwanti, 2017).


Kolostrum merupakan cairan kental dan memiliki warna

kuning yang memiliki kandungan rendah lemak dan laktosa tetapi

tinggi akan protein, vitamin A, mineral, nitrogen, garam, sel darah

putih dan antibodi dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu,

kolostrum masih (Nugroho, 2018)

b. Kandungan Kolostrum

Kolostrum mengandung penuh dengan zat antibodi (zat

pertahanan tubuh untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam

tubuh) dan immunoglobulin (zat kekebalan tubuh untuk melawan

infeksi penyakit). Kolostrum mengandung zat immunoglobulin lebih

banyak dibandingkan dengan ASI matur yaitu 10-17 kali lebih

banyak. Kandungan dari kolostrum antara lain: Protein : 8,5%,

Lemak : 2,5%, Karbohidarat : 3,5%, Garam dan Mineral : 0,4%, Air :

85,1%, Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K, Leukosit (sel darah putih),

Sisa epitel yang mati (Nugroho, 2018).

c. Manfaat Kolostrum

Menurut Kemenkes RI (2013) manfaat yang dimiliki

kolostrum antara lain :

1) Daya tahan tubuh meningkat dan lapisan usus bayi menjadi lebih

matang dan rapat.

2) Kekebalan tubuh bayi meningkat terhadap serangan virus,

bakteri.
3) Kandungan IgA yang dimiliki kolostrum dapat mencegah dan

melindungi bayi dari serangan penyakit infeksi terutama diare.

4) Kolostrum dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi pada saat

setelah lahir karena mengandung protein dan vitamin A yang

tinggi serta karbohidrat dan lemak rendah yang sesuai.s

5) Kolostrum dapat membanntu proses pengeluaran mekonium

yaitu kotoran bayi yang berwarna hitam kehijauan.

6) Kandunan yang dimiliki kolostrum dapat menciptakan generasi

tangguh untuk melanjutkan pembangunan negara

d. Keunggulan Kolostrum

Kolostrum atau disebut dengan pre-milk merupakan cairan

yang berwarna kuning keemasan. Kolostrum diproduksi pada awal

menyusui dan selanjutnya disusul dengan produksi ASI matang yang

berfungsi menjaga dan melindungi bayi dari penyakit. Kolostrum

memiliki kandungan yang tinggi protein dan rendah lemak serta

karbohidrat. Kandungan yang dimiliki kolostrum sudah sesuai dengan

kebutuhan bayi pada awal kelahiran. Kolostrum memiliki kandungan

sel-sel hidup yang melindungi bayi dari serangan bakteri, virus atau

alergi, selain itu kolostrum juga mudah dicerna sehingga tidak

mengganggu pencernaan bayi (Novianti, 2016).

e. Fungsi Kolostrum

Kolostrum memiliki beberapa fungsi yang baik bagi bayi,

antara lain (Kemenkes RI, 2013):


1) Immunoglobulin.

Immunoglobulin memiliki fungsi untuk mencegah bayi dari

alergi. Pada bayi dapat terjadi penyerapan protein yang

menimbulkan alergi.

2) Laktoferin

Laktoferin memiliki fungsi untuk mencegah bakteri agar tidak

berkembang karena lakoerin memiliki kandungan zat besi.

Produksi laktoferin paling tinggi pada kolostrum dan hari ke

tujuh setelah melahirkan.

3) Lisosom

Lisosom memiliki fungsi berfungsi antibakteri dan sebagai

penghambat virus agar tidak berkembang. ASI lebih banyak

memproduksi Lisosom dibandingkan susu sapi.

4) Antitrypsin

Antitrypsin berfungsi menghambat kerja tripsin

5) Lactobasillus

Lactobasillus memiliki fungsi menghambat perkembangan bakteri

pathogen

f. Ciri-Ciri Yang Menyertai Produksi Kolostrum

Beberapa ciri yang dimiliki kolostrum antara lain

(Prasetyono, 2019) :

1) Kolostrum sebagai laksatif, yang berfungsi membersihkan dan

melapisi mekonium usus bayi baru lahir.


2) Protein yang dimiliki kolotsrum lebih banyak (10%)

dibandingkan dengan ASI mature (1%).

3) Kolostrum mengandung imunoglobulin A (IgA), laktoferin, dan

sel-sel darah putih berfungsi mempertahankan tubuh bayi dari

gangguan zat luar atau zat asing.

4) Total energi (lemak dan laktosa) yang dimiliki kolostrum

sebanyak 58 kalori/100 ml kolostrum.

5) Kandungan vitamin A, mineral natrium (Na), dan seng (Zn) lebih

banyak yang dimiliki kolostrum lebih banyak dibandingkan

dengan ASI matur.

6) Tripsin inhibator yang terkandung dalam kolostrum memiliki

fungsi sebagai hidrolisis protein dalam usus bayi menjadi kurang

sempurna, yang menyebabkan peningkatan kadar antibodi pada

bayi

7) Kolesterol dan lecithin yang terkanung didalam lemak pada

kolostrum memiliki kandungan lebih tinggi dibandingkan dengan

ASI mature

g. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kolostrum

Pemberian kolostrum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain (Maryunani, 2017) :

1) Pendidikan

Seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi maka

akan mendapat banyak informasi sehingga mempengaruhi sikap


ibu dalam memberikan kolostrum. Dan sebaiknya, seseorang

dengan pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi sikap

dalam memberikan kolostrum.

2) Pengetahuan

Seseorang yang memiliki pengetahuan yang rendah akan

kolostrum dapat menjadi penyebab gagalnya pemberian

kolostrum pada bayi.

3) Sikap/ perilaku

Ibu yang memiliki keinginan dan kesadaran diri untuk

memberikan kolostrum dapat melindungi bayi dari berbagi

penyakit dan derajat kesehatan bayi akan meningkatkan.

4) Psikologis

Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh psikologis ibu

dalam pemberian kolostrum, ibu yang merasa tidak yakin dapat

menyusui bayinya maka produksi ASInya akan berkurang. Ibu

akan gagal menyusui apabila memiliki masalah dengan

ketegangan emosional seperti tidak yakin, resah, gelisah, atau

merasa tertekan.

5) Emosional

Perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas, malu akan

mempengaruhi reflex oksitosin yang dapat mempengaruhi atau

menghambat pengeluaran kolostrum dan ASI. Sebaliknya,


perasaan ibu yang bahagia, senang dan menyayangi bayinya

akan meningkatkan pengeluaran kolostrum dan poduksi ASI.

6) Dukungan suami

Suami dapat ikut serta berperan aktif untuk memberikan

dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis dalam

keberhasilan pemberian kolostrum yang juga akan

mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif.

7) Petugas kesehatan

Kurangnya petugas kesehatan dapat mempengaruhi

pemberian kolostrum karena masyarakat kurang mendapat

penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian

kolostrum

3. Post Partum

a. Pengertian

Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan.

Istilah post partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan.

Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai

minggu ke enam setelah melahirkan. Masa post partum dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam

minggu, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya


pada waktu saluran reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada

saat sebelum hamil (Marmi, 2017).

Post Partum merupakan masa di mulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami

banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak

memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak

menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti

dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).

b. Klasifikasi Masa Nifas

Menurut Hadijono (2018) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3

bagian yaitu :

1) Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu

sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan

2) Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital

secara menyeluruh dengan lama  6-8 minggu

3) Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat

sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.


c. Proses adaptasi psikologis

Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post

partum Menurut Sutanto (2019) :

1) Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)

a) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.

b) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

c) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

d) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu

melahirkan.

e) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal.

f) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi.

g) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian

kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

h) Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase

ini adalah sebagai berikut:

2) Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)

a) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat

bayi, muncul perasaan sedih (baby blues).

b) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan

meningkatkan teng gung jawab akan bayinya


c) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK, BAB dan daya tahan tubuh.

d) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggen dong, menyusui, memandikan, dan mengganti

popok.

e) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan

pribadi. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum

karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

f) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

g) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan

ketidakmampuannya, cepat tersinggung, dan cenderung

menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur

kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini

dan perlu memberi support.

3) Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)

a) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya.

Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan

serta perhatian keluarga.

b) bu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi.


d. Kebutuhan Nutrisi Post Partum

1) Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan

nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui

adalah sebagai berikut:

a) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

b) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin

c) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)

d) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

e) Kapsul Vit. A 200.000 unit

2) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar

secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun

dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan.

Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap.

Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan

penyulit misalnya anemia, penyakit jantung penyakit paru-paru,

demam dan sebagainya. Keuntungan dari ambulasi dini:

a) Ibu merasa lebih sehat

b) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.

c) Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.


d) Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan,

tidak memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan

perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau

retrotexto uteri

3) Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika

kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih

disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan

kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum: Berkurangnya

tekanan intra abdominal.

a) Otot-otot perut masih lemah.

b) Edema dan uretra

c) Dinding kandung kemih kurang sensitf

d) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar

setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi

bisa diberi obat pencahar oral atau rektal.

4) Kebersihan diri

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.

Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum


b) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun

dan air dari depan ke belakang

c) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari 4)

Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan alat kelamin

d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit

pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah

tersebut.

e. Perubahan Fisiologis Nifas

Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah

keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormon HCG (human chorionic

gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen dan progesteron

menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari peredaran

darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu setelah melahirkan.

Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang

ditemukan pada fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut

sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini

mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan

wanita dianggap sedang tidak hamil. Perubahan-perubahan fisiologis

yang terjadi pada ibu masa nifas (Maritalia, 2017) antara lain:

1) Uterus

Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan

berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan


berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar

sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5 cm. Letak uterus secara

fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3 bagian

yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Uterus berangsur-

angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil:

a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000

gr.

b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah

pusat dengan berat uterus 750 gr. 3) Satu minggu postpartum

tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan simpisis,

berat uterus 500 gr.

c) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis dengan berat uterus 350 gr

d) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan

berat uterus 50 gr. Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi,

ukuran dan konsistensi antara lain:

2) Serviks

Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya

menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks

menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan

keluarnya janin dan uterus menuju saluran vagina pada saat

persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk serviks akan


menganga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri

yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Warna

serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung

banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera setelah

janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan

pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati

oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati

oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

3) Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus

dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina

berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6, 5 cm dan ± 9

cm. Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan serta

pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan

bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap

berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali

kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur- angsur akan muncul kembali. Sesuai dengan fungsinya

sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan merupakan saluran yang

menghubungkan cavum uteri dengan tubuh bagian luar, vagina

juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya sekret yang

berasal dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut lochea.

Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:


a) Lochea rubra/ kruenta Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri

dari darah segar barcampur sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel

desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum.

b) Lochea sanguinolenta Timbul pada hari ke 3 sampai dengan

hari ke 7 postpartum, karakteristik lochea sanguinolenta berupa

darah bercampur lendir.

c) Lochea serosa Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul

setelah 1 minggu postpartum.

d) Lochea alba Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya

merupakan cairan putih. Normalnya lochea agak berbau amis,

kecuali bila terjadi infeksi pada jalan lahir, baunya akan

berubah menjadi berbau busuk.

4) Vulva

Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.

Beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada

keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol.

5) Payudara (mamae)

Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron

menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah

ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular

sementara. Air susu sata diproduksi disimpan di alveoli dan harus


dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk

pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan pertama

muncul pada awal nifas ASI adalah ASI yang berwarna kekuningan

yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum telah

terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu.

Perubahan payudara dapat meliputi:

a) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan

hormon prolactin setelah persalinan.

b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada

hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan

c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi

6) Tanda- tanda vital

Perubahan tanda- tanda vital antara lain:

a) Suhu tubuh

Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰

celcius dari keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰ celcius.

Setelah 12 jam persalinan suhu tubuh akan kembali seperti

keadaan semula.

b) Nadi

Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat

sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi

akan kembali normal.


c) Tekanan darah.

Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah

dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan

pada proses persalinan.

d) Pernafasan

Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat karena

kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/

mengejan dan memepertahankan agar persediaan oksigen ke

janin tetap terpenuhi. Setelah partus frekuensi pernafasan akan

kembali normal.

7) Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera

setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang

mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan

pembulu darah kembali ke ukuran semula.

8) Sistem pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section caesarea)

biasanya membutuhkan waktu sekitar 1- 3 hari agar fungsi saluran

cerna dan nafsu makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan

secara spontan biasanya lebih cepat lapar karena telah

mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses

melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada


1-3 hari postpartum, hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus

otot selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum

melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu

terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum setiap kali

akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor-

faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu

nifas dalam minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu

dilatih kembali setelah tonus otot kembali normal.

9) Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan

terdapat spasine sfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian

ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis

selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan

diuresis. Uterus yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo

6 minggu.

10) Sistem integumen

Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada

wajah, leher, mamae, dinding perut dan beberapa lipatan sendri

karena pengaruh hormon akan menghilang selama masa nifas.


11) Sistem musculoskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam postpartum. Ambulasi

dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi.

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


pemberian ASI Kolostrum :
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Sikap/ perilaku
d. Psikologis
e. Emosional
f. Dukungan suami
g. Ibu yang bekerja
h. Petugas kesehatan ASI Kolostrum

Manfaat Kolostrum :
a. meningkatkan daya
tahan tubuh
b. Meningkatkan dapat
meningkatkan kekebalan
tubuh
c. Kolostrum mengandung
zat kekebalan terutama
IgA
d. Kolostrum mengandung
protein dan vitamin A
yang tinggi
e. Membantu
mengeluarkan
mekonium

Sumber : Notoatmodjo, (2018) & Maryunani (2016)


C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang

merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan (Sugiyono,

2017). Hipotesis dari penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan

pemberian ASI kolostrum pada ibu post partum di Klinik Bidan Linda

Herawati Bekasi Tahun 2022

Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan

pemberian ASI kolostrum pada ibu post partum di Klinik Bidan Linda

Herawati Bekasi Tahun 2022.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelatif dengan menggunakan pendekatan

retrospektif. Retrospektif adalah penelitian berupa pengamatan terhadap

peristiwa-peristiwa yang telah terjadi bertujuan untuk mencari faktor yang

berhubungan dengan penyebab. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan

pemberian ASI kolostrum pada ibu post partum di Klinik Bidan Linda

Herawati Bekasi Tahun 2022.

B. Kerangka Konsep

Sugiyono (2014) menyatakan bahwa kerangka konsep akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara

variabel independen dengan variabel dependen. Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Depeden

Tingkat Pengetahuan Pemberian ASI


tentang ASI kolostrum Kolostrum

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum di

Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi pada bulan Juli 2022 yang berjumlah

30 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk bisa

mewakili karakteristik populasi dalam penelitian (Nursalam, 2017). Dalam

penelitian ini jumlah sampel dihitung dengan menggunakan teknik total

populasi. Total populasi merupakan teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik sampel ini digunakan

jika jumlah populasi relatif kecil yaitu 30 orang, total sampling disebut

juga sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.

Teknik pengambilan sampel ini adalah consecutive sampling.

Consecutive Sampling yaitu pengambilan sampel dari semua subjek yang

datang dan memenuhi kriteria penelitian (Sugiyono, 2017). Kriteria

sampel pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu inklusi dan ekslusi,

dimana :

Kriteria inklusi :

a. Pasien partum spontan di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi

b. Keadaan umum baik

c. Tidak mengalami komplikasi persalinan


Kriteria ekslusi :

pasien menolak untuk menjadi responden

D. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 di Klinik

Bidan Linda Herawati Bekasi

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

sesuatu konsep pengertian tertentu, Variabel juga dapat diartikan sebagai

konsep yang mempuanyai bermacam-macam nilai (Notoatmojo, 2018).

1. Variabel Bebas, adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat (Hamidi,

2016). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

tentang ASI kolostrum

2. Variabel Terikat, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Hamidi, 2016). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI kolostrum

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan tentang operasional variabel

penelitian dengan indikator variabelnya.Definisi operasional bertujuan untuk

menghindari berbagai macam penafsiran dari judul penelitian (Hamidi, 2016).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:


Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala
Operasional ukur

Tingkat Informasi atau Wawancara Kuesioner a. Baik, bila Ordinal


Pengetahuan pemahaman skor 76%-
tentang ASI ibu tentang 100%
Kolostrum kolostrum b. Cukup, bila
yang dimiliki skor 56% -
responden 75%
c. Rendah,
bila skor <
56%
Pemberian ASI Tindakan yang Wawancara Kuesioner 1. Ya, jika Nominal
Kolostrum dilakukan ibu diberikan
nifas dalam ASI
pemberian Kolostrum
cairan pertama
berwarna 2. Tidak
kuning yang diberikan,
dikeluarkan jika tidak
oleh kelenjar diberikan
payudara. ASI
Kolostrum

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama

baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau

hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti ) (Sugiyono,

2017)
2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain) (Sugiyono, 2017)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

suatu penelitian (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini instrument penelitian

yang digunakan adalah dalam bentuk kuesioner. Kuesioner yang digunakan

untuk mengukur tingkat pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan dengan

pilihan jawaban benar atau salah, dan skor apabila jawaban benar maka diberi

nilai 1 dan apabila salah diberi nilai 0. Sedangkan untuk kuesioner pemberian

ASI Kolostrum menggunakan pilihan jawaban ya dan tidak dengan skor 1

jika menjawab ya dan 0 jika menjawab tidak.

I. Uji Validitas Dan Reliablitas

1. Uji Validitas

Validitas menunjukan derajat ketepatan antara data yang

sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh

peneliti untuk mencari validitas sebuah item, kita mengkorelasikan skor

item dengan total item-item tersebut (Sugiyono, 2017). Teknik kolerasi

yang dipakai adalah teknik kolerasi product moment. Nilai kolerasi dari

tiap-tiap soal pertanyaan dapat dikatakan signifikan, jika nilai r tiap

pertanyaan lebih besar dari nilai tabel (tabel nilai product moment).
Dimana :
R : Koefisien korelasi
N : Banyaknya Responden
x : Nilai Skor pada tiap jawaban
y : Nilai hasil distribusi skor tiap pertanyaan
xy : Skor pertanyaan tiap nomer dikali skor total
Dalam penelitian ini penulis menggunakan perangkat lunak

komputer dalam perhitungan uji validitas terhadap kuesioner yang telah

penulis buat dengan ketentuan jika korelasi r hasil > r tabel maka variabel

tersebut dikatakan valid, tetapi jika r hasil < tabel maka variabel tersebut

dikatakan tidak valid.

2. Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah adalah sejauh mana hasil pengukuran

dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang

sama (Sugiyono, 2017). Pengujian reliabilitas instrumen

menggunakan rumus koefisiensi reliabilitas alpha cronbach’s

membandingkan nilai r table dengan nilai r hasil :

Dimana :
r11 :Reliabilitas Instrumen
k : Banyaknya soal
b 2
: Jumlah varians butir
12 : Varians total
J. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini prosedur pengumpulan data adalah sebagai

berikut :

1. Peneliti meminta surat izin untuk melakukan penelitian sesuai judul

penelitian kepada Politeknik Tiara Bunda Depok dan meminta surat izin

untuk diserahkan ke Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi

2. Peneliti mendatangi Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi sesuai dengan

surat ijin penelitian serta menyerahkan proposal penelitian.

3. Selanjutnya peneliti mendatangi responden dan memberikan penjelasan

singkat tentang maksud dan tujuan penelitian kepada responden

penelitian. Apabila responden bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini, selanjutnya responden diberikan lembar persetujuan

penelitian untuk ditandatangani.

4. Peneliti memberikan kuesioner pada responden kemudian memberikan

penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan diminta untuk memilih

jawaban sesuai point yang ada.

5. Selama responden mengisi lembar kuesioner, peneliti mendampingi

sampai responden selesai mengisi kuesioner

6. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap untuk selanjutnya di serahkan

kepada peneliti untuk dilakukan analisa data


K. Manajemen Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Editing merupakan memeriksa kembali kuesioner yang telah

diserahkan oleh responden. Tujuannya untuk mengurangi kesalahan

atau kekurangan yang ada di daftar pertanyan. Editing dilakukan

dengan pengecekan kembali lembar instrument. Pengecekan

instrument mulai dari ketepatan dalam mengisi, penulisan kode

responden, kelengkapan serta kejelasan dari pengisian jawaban.

Lembar instrumen yang telah lengkap, relevan, jelas, dan sesuai

dengan kriteria dimasukkan dalam responden penelitian, dan hasil

instrumen yang tidak lengkap maka lembar tersebut dikeluarkan

(drop out).

b. Coding

Coding merupakan kegiatan untuk mengelompokkan

jawaban sesuai dengan kategorinya masing-masin. Hal ini bertujuan

agar mempermudah saat analisis dilakukan dan mempercepat saat

entry data. Kode yang digunakan pada variabel pengetahuan

menggunakan adalah “0” jika jawabannya salah dan “1” jika benar.

Sedangkan kode yang digunakan pada pemberian ASI Kolostrum

adalah “1” jika memberikan kolostrum dan “0” jika tidak

memberikan ASI Kolostrum.


c. Entry

Entry merupakan kegiatan memasukan data setiap hasil

kuesioner yang telah dibuat kedalam komputer. Data dari

pengkodean data responden dan hasil dari jawaban responden yang

tercantum pada instrument observasi dan studi dokumentasi di

masukkan ke dalam komputer secara statistika

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekankembalisetiap data

yang telah dimasukkan ke dalam computer. Cleaning dilakukan

dengan tujuan melihat adanya kesalahan yang sangat mungkin

terjadi pada saat proses editing, coding, entry data.

e. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan peneliti memasukkan data-

data hasil penelitian kedalam tabel sesuai dengan kriteria

2. Analisa Data

b. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran

distribusi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel

Independen (Tingkat Pengetahuan) maupun variabel dependen

(Pemberian ASI Kolostrum). Adapun cara untuk perhitungan

persentasinya dalam analisis univariat adalah sebagai berikut :


Dimana :

p = Persentase
n = Jumlah seluruh pertanyaan
x = Jumlah pertanyaan yang dilakukan menurut pasien
c. Anlisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat atau mengetahui

ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel terikat

dengan variabel bebas. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji chi-square. Untuk mengetahui P-Value

tergantung pada besarnya derajat kebebasan (Degree off Freedom)

yang dinyatakan dalam:

df = (b-1) (k-1)

keterangan :

b = Jumlah baris di dalam tabel silang

k = Jumlah kolom didalam tabel silang

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang

ASI kolostrum dengan pemberian ASI kolostrum pada ibu

postpartum di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi Tahun

2022digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05):

1) Apabila p ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti ada antara hubungan

tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan pemberian

ASI kolostrum pada ibu postpartum di Klinik Bidan Linda

Herawati Bekasi Tahun 2022.


2) Apabila p > 0,05% = Ho diterima, berarti tidak ada hubungan

tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan pemberian

ASI kolostrum pada ibu postpartum di Klinik Bidan Linda

Herawati Bekasi Tahun 2022

Ketentuan yang berlaku pada uji Chi Square yaitu :

1) Jika tabel 2x2 dan ada nilai E < dari 5, maka gunakan Fisher’s

Exact Tes

2) Jika tabel 2x2 tidak ada nilai E < dari 5 gunakan Continuity

Correction

3) Jika tabel > 2x3, misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka

gunakan Pearson”s Chi-square


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Hasil Univariat

1) Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang ASI kolostrum

pada Ibu post partum di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi

ditampilkan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang ASI
Kolostrum Ibu post partum di Klinik
Bidan Linda Herawati Bekasi
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 14 46.7
Cukup 7 23.3
Rendah 9 30.0
Total 30 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden

dengan pengetahuan baik sebanyak 14 (46,7%), pengetahuan cukup

sebanyak 7 (23,3%) responden, sedangkan pengetahuan rendah

sebanyak 9 (30%) responden.


2) Distribusi frekuensi pemberian kolostrum

Distribusi frekuensi pemberian kolostrum Ibu post partum di

Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi ditampilkan pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pemberian Kolostrum pada Ibu post partum
di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi
Pemberian Kolostrum Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 21 70.0
tidak diberikan 9 30.0
Total 30 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang

memberikan ASI Kolostrum sebanyak 21 (70%) responden dan yang

tidak memberikan ASI Kolostrum sebanyak 9 (30%) responden.

b. Hasil Bivariat

Hasil pnelitian hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI

kolostrum dengan pemberian kolostrum pada Ibu post partum di Klinik

Bidan Linda Herawati Bekasi ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.3
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang ASI kolostrum dengan
pemberian ASI kolostrum Pada Ibu Post Partum di Klinik Bidan
Linda Herawati Bekasi Tahun 2022
Pemberian Kolostrum P value
Total
Pengetahuan Ya Tidak
n % n % N %
Baik 14 100 0 0 14 100 0,000
Cukup 6 85,7 1 14,3 7 100
Rendah 1 11,1 8 88,9 9 100
Jumlah 21 9 3 100
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 14 responden yang

dengan pengetahuan baik sebanyak 14 (100%) responden yang memberikan

ASI Kolostrum dan tidak ada yang tidak memberikan ASI Kolostrum. Dari 7

responden yang dengan pengetahuan cukup sebanyak 6 (85,7%) responden

yang memberikan ASI Kolostrum dan 1 (14,2%) yang tidak memberikan ASI

Kolostrum. Sedangkan dari 9 responden yang dengan pengetahuan rendah

sebanyak 1 (11,1%) responden yang memberikan ASI Kolostrum dan 8

(88,9%) yang tidak memberikan ASI Kolostrum.

Hasil uji hipotesis diperoleh nilai p value 0,000, yang berarti Ha

diterima, yang artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI

kolostrum dengan pemberian kolostrum pada Ibu post partum di Klinik Bidan

Linda Herawati Bekasi.

2 Pembahasan

a. Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Kolostrum

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden dengan

pengetahuan baik sebanyak 14 (46,7%), pengetahuan cukup sebanyak 7

(23,3%) responden, sedangkan pengetahuan rendah sebanyak 9 (30%)

responden.

Asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan

yang sebagian besar berpendidikan SMA. Selain itu, pengetahuan tidak

hanya terlepas dari pendidikan formal yang dijalani ibu, namun bisa

juga di dapat dari berbagai sumber informasi yang ada seperti surat
kabar, televisi, radio, jaringan internet maupun informasi yang didapat

dari tetangga sekitar sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang kolostrum .

Penelitian ini sesuai dengan teori Basuki (2017) yang

menyatakan pengetahuan merupakan suatu proses dalam memahami

sesuatu baik bersifat teoritis dan praktis yang dimiliki oleh manusia.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat penting bagi intelegensia

orang tersebut. Pengetahuan dapat disimpan dalam buku, teknologi,

praktik, dan tradisi. Pengetahuan yang disimpan tersebut dapat

mengalami transformasi jika digunakan sebagaimana mestinya.

Pengetahuan berperan penting terhadap kehidupan dan perkembangan

individu, masyarakat, atau organisasi.

Hal ini sesuai dengan teori notoatmodjo (2012) yang

menyatakan bahwa pengetahuan diartikan sebagai hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Pengetahuan tentang kolostrum mempunyai peran yang sangat

penting bagi ibu post partum karena melalui pengetahuan akan

membawa pemahaman yang mendalam pada ibu tentang dampak baik

atau buruknya memberikan klostrum. Seterusnya, pemahaman ini yang

akan menjadi dasar bagi ibu untuk berperilaku memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayinya.


Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rianika (2017)

dengan hasil 65% responden memiliki pengetahuan yang cukup.

Dimana sebagian besar responden mendapat informasi tentang

kolostrum diperoleh dari tenaga kesehatan pada saat melakukan

kunungan ANC.

Sedangkan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Suharno (2016) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian kolostrum pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2014, diketahui

bahwa lebih dari setengahnya ibu menyusui berpengetahuan kurang

tentang kolostrum yaitu sebanyak 34 orang (54,0%) dan kurang dari

setengahnya ibu menyusui berpengetahuan baik tentang kolostrum

yaitu sebanyak 29 orang (46,0%). Hal ini terjadi akibat responden salah

memperoleh informasi tentang ASI kolostrum sehingga dapat

mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan kolostrum dan

mengganti dengan susu formula.

b. Pemberian Kolostrum

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang

memberikan ASI Kolostrum sebanyak 21 (70%) responden dan yang

tidak memberikan ASI Kolostrum sebanyak 9 (30%) responden..

Asumsi peneliti, hal ini karena pada kehamilan trimester III

responden mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ASI kolostrum.

Dimana, waktu yang terbaik untuk memberikan pendidikan kesehatan


teknik menyusui adalah trimester III, karena semakin lama informasi

yang tersimpan maka akan semakin menghilang karena dimasuki oleh

informasi-informasi yang baru. Sehingga responden dapat memberikan

ASI kolotrum kepada bayinya.

Penelitian ini sesuai dengan teori Purwanti (2017) yang

menyatakan bahwa pentingnya pemberian kolostrum pada bayi

disebabkan karena kolostrum memilki kandungan yang paling baik

untuk daya tahan tubuh bayi agar terhindar dari zat asing.

Selain itu, Soetjiningsih (2015) menyatakan pemberian

kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI secara terus

menerus merupakan perlindungan yang terbaik pada bayi. Kolostrum

adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara.

Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibody yang siap

melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan

protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan

protein dalam susu matur. Pemberian kolostrum secara awal pada bayi

dan pemberian ASI secara terus menerus merupakan perlindungan yang

terbaik pada bayi karena bayi dapat terhindar dari penyakit dan

memiliki zat anti kekebalan 10-17 kali daripada susu matang/matur.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Siswanti (2016) dengan hasil responden yang memberikan ASI

kolostrum sebanyak 63,6% responden. Dimana responden yang

memberikan ASI kolostrum sudah mendapatkan penyuluhan tentang


ASI selama kehamilan, sehingga sebagian besar responden sudah

mengetahui pentingnya ASI kolostrum.

c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Kolostrum Dengan

Pemberian Kolostrum

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 14 responden

yang dengan pengetahuan baik sebanyak 14 (100%) responden yang

memberikan ASI Kolostrum dan tidak ada yang tidak memberikan ASI

Kolostrum. Dari 7 responden yang dengan pengetahuan cukup sebanyak 6

(85,7%) responden yang memberikan ASI Kolostrum dan 1 (14,2%) yang

tidak memberikan ASI Kolostrum. Sedangkan dari 9 responden yang

dengan pengetahuan rendah sebanyak 1 (11,1%) responden yang

memberikan ASI Kolostrum dan 8 (88,9%) yang tidak memberikan ASI

Kolostrum.

Hasil uji hipotesis diperoleh nilai p value 0,000, yang berarti Ha

diterima, yang artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI

kolostrum dengan pemberian kolostrum pada Ibu post partum di Klinik

Bidan Linda Herawati Bekasi.

Asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena sebagian responden

memiliki pendidikan yang cukup sehingga sebagian responden

memiliki pengetahuan yang baik. Dimana pengetahuan dapat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, seseorang dengan tingat

pendidikan yang tinggi makan akan memiliki pengetahuan yang baik

sehingga mempengaruhi perilaku orang tersebut, dalam hal ini


memberikan kolostrum. Begitu juga sebaliknya, dengan tingkat

pengetahuan yang rendah lebih berpotensi tidak memberikan kolostrum

di bandingkan dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuliana (2017)

yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu

dalam pemberian kolostrum. Dimana tindakan ibu tersebut dipengaruhi

oleh pengetahuan tentang kolostrum. Pengetahuan adalah faktor yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan untuk

merubah perilaku seseorang yang disengaja. Kemudian muncul respons

dalam bentuk sikap terhadap obyek yang telah diketahui dan disadari

sepenuhnya, selanjutnya dari respon sikap dibentuk perilaku.

Penelitian ini sesuai dengan teori phill (2018) yang menyatakan

bahwa pengetahuan merupakan kemampuan seseorang dalam hal

berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai,

orientasi, persepsi dan memperhatikan. Dimana semakin tinggi

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, maka kemungkinan

memberikan ASI Kolostrum maka akan semakin besar.

Sedangkan Notoatmodjo (2012) menyatakan pengetahuan

merupakan atau kognitif faktor utama yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang

didasari pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.


Khasanah (2018) menyatakan pengetahuan yang dimiliki ibu

berdampak besar pada pengambilan keputusan memberikan kolostrum,

dimana kolostrum sangat dibutuhkan oleh bayi baru lahir sebagai nutrisi

awal yang berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan bayi,

selain itu kolostrum juga berperan dalam pembentukan awal sistem

kekebalan tubuh bayi. Dengan keunggulan yang dimiliki kolostrum,

cukup jelas bahwa bayi yang memperoleh ASI sedini mungkin (30

menit sesudah lahir) akan terhindar dari kemungkinan terjadinya

gangguan pencernaan, infeksi usus dan penyakit lainnya.

Hal ini sesuai dengan teori Rahardjo (2016) yang menyatakan

pengetahuan merupakan dasar seorang individu untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi,

termasuk masalah kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan dapat

diperoleh melalui pendidikan formal, penyuluhan maupun informasi

media massa. Dengan adanya pengetahuan tentang kolostrum maka

akan timbul kesadaran dan mempengaruhi terhadap pemberian

kolostrum.

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Ardiansyah (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

pengetahaun dengan pemberian kolostrum dengan nilai p value 0,021,

dimana dengan pengetahuan yang baik tentang kolostrum berpengaruh

pada ibu dalam memberiakn kolostrum.


Sedangkan penelitian yang dilakukan Hartanty (2016)

menyatakan bahwa kegagalan dalam pemberian kolostrum karena

tingkat pengetahuan ibu yang rendah dan rendahnya pengetahuan ibu

salah satu penyebabnya kurangnya informasi dari petugas kesehatan

mengenai pentingnya pemberian kolostrum dan ibu yang sudah

mengetahui pentingnya kolostrum tetapi tidak diterapkan sehingga ibu

tidak memberikan kolostrum kepada bayinya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Diketahui diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik

sebanyak 14 (46,7%), pengetahuan cukup sebanyak 7 (23,3%)

responden, sedangkan pengetahuan rendah sebanyak 9 (30%)

responden

5.1.2 Disimpulkan bahwa responden yang memberikan ASI Kolostrum

sebanyak 21 (70%) responden dan yang tidak memberikan ASI

Kolostrum sebanyak 9 (30%) responden.

5.1.3 Hasil uji hipotesis diperoleh nilai p value 0,000, yang berarti Ha

diterima, yang artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI

kolostrum dengan pemberian kolostrum pada Ibu post partum di

Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi

5.2 Saran

5.2.1 Bagi RSUD Indramayu

Diharapkan penelitian sebagai acuan dalam meningkatkan

pencapaipan dalam pemberian ASI kolostrum pada bayi baru lahir.

serta memonitor secara intens program-program yang berhubungan

dengan pemberian ASI kolostrum.

5.2.2 Bagi tenaga kesehatan


Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan

kesehatan pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan ibu

tentang ASI Kolostrum dan memberikan motivasi serta membantu

ibu melahirkan agar menjadi percaya diri dan dapat memberikan ASI

Kolostrum.

5.2.3 Bagi Ibu Hamil

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi para ibu hamil,

untuk memberikan kolostrum dalam rangka meningkatkan kualitas

bayi dan pemenuhan nutrisi serta peningkatan kekebalan tubuh pada

bayi.

5.2.4 Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian tentang ASI

kolostrum dengan menggunakan variabel yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Andreas, N. 2015. Human breast milk: A Review on Its Composition and


Bioactivity. Journal Elsevier
Arafat. 2017 Initiating breastfeeding within one hour of birth: A scientific brief.
Thirty Fourth Session of the Standing Committee on Nutrition. Lewis
Publisher.
Ardiansyah. 2015. Hubungan Antara Pengetahaun Dengan Pemberian Kolostrum
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung. Jurnal Penelitian
Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Astutik, R. 2014. Payudara dan Laktasi. jakarta: Salemba Medika
Ballard, O. 2015. Pengaruh Anastesi Dan Janin. Jakarta: Penebar Plus.
Budiman, A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medik
Dahlan, A. 2013. Hubungan Status Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal
Kebidanan2
El-Ardat, M.A. 2014. Incidence of Caesarean Section at The Departement of
Gynecology and obstetrics of Hospital in Travnik During. Mater Sociomed
Jara-Palacios, M.Á., dan Galvis, A.A. 2015. Prevalence and determinants of
exclusive breastfeeding amongadolescent mothers from Quito, Ecuador: a
cross-sectional study. International Breastfeeding Journal
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan
dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Khasanah, N. 2014. ASI atau SUSU Formula Ya ?. Yogyakarta: Flash Book
Maryunani, A. 2012. Inisiasi Menyusui Dini ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Maulana, H. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Maya. 2017. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Nassar. 2015. Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Neuman, W. 2015. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta. PT Indeks
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
____________, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Novianti, R. 2016. Menyusui Itu Indah : Cara Dahsyat Memberi ASI untuk Bayi
Sehat dan Cerdas,Octopus. Yokyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, T. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam. 2013. Metodologi penelitian ilmu keperawatan : Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Polit & Beck, P. 2013. Essential of Nursing Research : apparaising evidence for
nursing practice. Lippincot Williams & Wilkins.
Prasetyono, D. 2012. Buku Pintar Asi Eksklusif. Diva Press. Yogyakarta
Profil Kesehatan Jawa Barat. 2018. Jawa Barat.
Profil Kesehatan Kabupaten Indramayu. 2019. Indramayu
Purwanti, H. 2017. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta :EGC
Rasjidi, I. 2014. Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa. Jakarta
: CV Sagung Seto.
Ratna. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Ibu Menyusui di Wilayah
Kerja Puskesmas Kendal. Skripsi.
Rekam Medik RSUD Indramayu. 2019. Indramayu.
Rizki, D. 2015. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemberian Kolostrum Di
RS. Mandau Bengkalis. SKRIPSI. STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
Siswanti. 2016. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Dengan Pemberian
Kolostrum Di Puskesmas Kembangan Jakarta. Jurnal Penellitian.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suradi, R. 2012. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta: Perinasia
WHO. 2016. Maternal Mortality: World Health Organization;
Wiknjosastro, H. 2013. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Wiji, R.N. 2013. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wulandari & Handayani. 2014. Asuhan kebidanan ibu masa nifas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Yuliana. 2015. Gambaran pengetahuan ibu tentang kolostrum di RSU PKU
Muhamadiyah Kebumen. Skripsi. STIKes Muhammadiyah Gombong
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2015. Hubungan Antara Pengetahaun Dengan Pemberian Kolostrum


Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung. Jurnal Penelitian
Arikunto, S. 2017. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Astutik, R. 2014. Payudara dan Laktasi. jakarta: Salemba Medika
Ballard, O. 2015. Pengaruh Anastesi Dan Janin. Jakarta: Penebar Plus.
Budiman, A. 2017. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medik
Dahlan, A. 2013. Hubungan Status Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal
Kebidanan2
El-Ardat, M.A. 2014. Incidence of Caesarean Section at The Departement of
Gynecology and obstetrics of Hospital in Travnik During. Mater Sociomed
Jara-Palacios, M.Á., dan Galvis, A.A. 2015. Prevalence and determinants of
exclusive breastfeeding amongadolescent mothers from Quito, Ecuador: a
cross-sectional study. International Breastfeeding Journal
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Maryunani, A. 2016. Inisiasi Menyusui Dini ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Maya. 2017. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Nassar. 2015. Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Neuman, W. 2015. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta. PT Indeks
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
____________, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Novianti, R. 2016. Menyusui Itu Indah : Cara Dahsyat Memberi ASI untuk Bayi
Sehat dan Cerdas,Octopus. Yokyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, T. 2017. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam. 2017. Metodologi penelitian ilmu keperawatan : Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Polit & Beck, P. 2013. Essential of Nursing Research : apparaising evidence for
nursing practice. Lippincot Williams & Wilkins.
Purwanti, H. 2017. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta :EGC
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Pendidikan :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam pengambilan data
penelitian yang dilakukan oleh Linda Herawati, NIM. 42122106 mahasiswi
Politeknik Tiara Bunda Depok dengan Judul Penelitian : “hubungan tingkat
pengetahuan tentang ASI kolostrum dengan pemberian ASI kolostrum pada ibu
post partum di Klinik Bidan Linda Herawati Bekasi Tahun 2022
Saya percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya. Demikian
pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapapun.

Bekasi, Agustus 2022


Responden Peneliti

(..................................) (Linda Herawati)


KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI KOLOSTRUM
DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM
DI KLINIK BIDAN LINDA HERAWATI BEKASI TAHUN 2022

A. Karakteristik Responden
Nomor Responden : ………………… (diisi oleh peneliti)
Usia :
Pendidikan :

B. Kuesioner Pengetahuan Tentang ASI Kolostrum


Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda benar.

No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Kolostrum adalah cairan yang pertama kali
dikeluarkan oleh kelenjar payudara.
2 Kolostrum dikeluarkan setelah hari ke empat
setelah persalinan?
3 Kolostrum mempunyai kandungan protein
yang tinggi dibandingkan susu formula?
4 Kolostrum merupakan susu basi yang dapat
membuat bayi sakit?
5 Kolostrum membantu pembentukan bakteri
yang baik untuk pencernaan bayi?
6 Kolostrum dapat meningkatkan sistem
metabolisme tubuh?
7 Kolostrum dapat memperbaiki dan
meningkatkan pertumbuhan jaringan tubuh
bayi?
8 Kolostrum berwarna kuning tanda sudah
basi?
9 Kolostrum tidak dapat membuat bayi
kenyang?
10 Kolostrum mengandung antibodi yang
bermanfaat bagi bayi?

C. Pemberian ASI Kolostrum


Berilah tanda (√) sesuai dengan kejadian pemberian kolostrum pada bayi
anda.

Nomor Responden Pemberian ASI Kolostrum


Diberikan Tidak diberikan

Anda mungkin juga menyukai