Anda di halaman 1dari 72

HUBUNGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DENGAN AKTIVITAS FISIK

PADA PASIEN STROKE SELAMA HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT


WILAYAH KABUPATEN INDRAMAYU

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh :
Iin Haryati
NPM. 219.C.1078

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
CIREBON
2020
HUBUNGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DENGAN AKTIVITAS FISIK
SELAMA HOSPITALISASI PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT
WILAYAH KABUPATEN INDRAMAYU

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Program Pendiddikan Sarjana

Disusun oleh :
Iin Haryati
NPM. 219.C.1078

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
CIREBON
2020
PERSETUJUAN PROPOSAL

Nama : Iin Haryati

Nomor Pokok Mahasiswa : 219.C.1078

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Kemampuan Mobilisasi Dengan

Aktivitas Fisik Selama Hospitalisasi Pada Pasien

Stroke Di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten

Indramayu

Cirebon, ……………..
Menyetujui,
Pembimbing Utama

Ns. Dwiyanti Purbasari, M.Kep


NIK. 2.1.07.04.020

Pembimbing Pendamping

M.H Asiana Gabril Y.D., SKM


NIK. K6501
PENGESAHAN PROPOSAL

Proposal penelitian ini diajukan oleh :

Nama : Iin Haryati

Nomor Pokok Mahasiswa : 219.C.1078

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Kemampuan Mobilisasi Dengan


Aktivitas Fisik Selama Hospitalisasi Pada Pasien
Stroke Di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten
Indramayu

Telah Berhasil Dipertahankan Dihadapan Dewan Evaluator


Dan Diterima Sebagai Bagian Persyaratan Yang Diperlukan
Untuk Melanjutkan Ke Tahap Penelitian

DEWAN EVALUATOR

Ketua : Drs. Hediyana Yusuf, M.M (.................................)

Anggota : Ns. Dwiyanti Purbasari, M.Kep (.................................)

KETUA PROGRAM STUDI

Ns. Dewi Erna Marisa, S.Kep., M.Kep.


NIK. 2.0.16.02.190.

Ditetapkan di : Cirebon
Tanggal : ……………………………….
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mahardika yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Iin Haryati

Nomor Pokok Mahasiswa : 219.C.1078

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Kemampuan Mobilisasi Dengan

Aktivitas Fisik Selama Hospitalisasi Pada Pasien

Stroke Di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten

Indramayu

Saya menyatakan bahwa proposal penelitian beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya ilmiah yang dibuat sendiri, tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kaidah dan etika keilmuan

yang berlaku dalam masyarakat keilmuan dan telah dilakukan cek plagiarisme.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi apabila

ditemukan adanya pelanggaran dalam karya ilmiah ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Cirebon, April 2020


Foto Berwarna
Yang Membuat Pernyataan
Peneliti

3x4

Iin Haryati
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Saya mahasiswa Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Mahardika yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Iin Haryati

Nomor Pokok Mahasiswa : 219.C.1078

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Kemampuan Mobilisasi Dengan


Aktivitas Fisik Selama Hospitalisasi Pada Pasien
Stroke Di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten
Indramayu

Saya memberikan karya ilmiah yang berupa proposal penelitian ini beserta
seluruh dokumen pelengkapnya kepada STIKes Mahardika untuk pengembngan
ilmu pengetahuan, seni dan teknologi.
Saya memberikan hak kepada STIKes Mahardika untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, menditribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Cirebon
Pada Tanggal : April 2020

Yang Membuat Pernyataan,

(Iin Haryati)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul hubungan kemampuan

mobilisasi dengan aktivitas fisik selama hospitalisasi pada pasien stroke di Rumah

Sakit Wilayah Kabupaten Indramayu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Hj, Yani Kamasturyani, SKM., M.H.Kes sebagai Ketua STIKes

Mhardika yang telah memfasilitasi proses belajar mengajar hingga

terselesaiknnya penyusunan proposal penelitian dalam program pendidikan.

2. Dr. Lisfayeni, M.M sebagai Kepala RSUD Indramayu yang telah

memberikan menyediakan lahan dan kesempatan dalam usaha memperoleh

data yang diperlukan.

3. Ibu Ns. Dewi Erna M. M.Kep sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah mengarahkan proses belajar mengajar hingga

terselesaikannya penyusunan proposal penelitian dalam program pendidikan.

4. Ibu Ns. Dwiyanti Purbasari, M.Kep selaku dosen pembimbing utama yang

telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan proposal penelitian ini;

5. Bapak M.H Asiana Gabril Y.D., SKM selaku dosen pembimbing pendamping

yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan proposal penelitian ini;


6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan, dukungan dan

perhatian besar baik moral maupun material; dan

7. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa meskipun sudah seoptimal mungkin dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini, namun mungkin masih ada kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk

pengembangan dan perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya,

seluruh masyarakat pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi bidang kesehatan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala,

meridhoi dan menjadikan sebagai amal ibadah. Amiin.

Cirebon, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i
Title ............................................................................................................. ii
Lembar Persetujuan...................................................................................... iii
Lembar Pengesahan .................................................................................... iv
Lembar Pernyataan Orisinalitas .................................................................. v
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Untuk Kepentingan Akademis
...................................................................................................................... vi
Kata Pengantar............................................................................................. vii
Daftar Isi...................................................................................................... ix
Daftar Tabel................................................................................................. xi
Daftar Bagan................................................................................................ xii
Daftar Singkatan.......................................................................................... xiii
Daftar Lampiran........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5
1.5 Keaslian Penelitian..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori............................................................................ 9
2.2 Kerangka Teori ......................................................................... 38
2.3 Kerangka Konsep ...................................................................... 39
2.4 Hipotesis .................................................................................... 39
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian....................................................... 40
3.2 Variabel Penelitian..................................................................... 40
3.3.Definisi Operasional.................................................................. 41
3.4 Populasi dan Sampel.................................................................. 42
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................. 42
3.6 Prosedur Pengumpulan Data...................................................... 43
3.7 Pengolahan dan Analisa Data.................................................... 44
3.8 Etika Penelitian.......................................................................... 47
3.9 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 41


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................. 38

Bagan 2.2 Kerangka Konsep............................................................... 39


DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

ADL : Activity of Daily Living

IADL : Instrumental Activity of Daily Living

AADL : Advanced Activity of Daily Living

CVD : Cerebrovascular Disease

TIA : Transient Ischemic Attack

NIC : Nursing Interventions Classification


DAFTAR LAMPIRAN

Lempiran 1 Lembar informed consent


Lampiran 2 Instrumen penelitian
Lampiran 3 Surat permohonan ijin studi pendahuluan dari STIKes Mahardika
Cirebon kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu
Lampiran 4 Surat permohonan ijin studi pendahuluan dari dari STIKes
Mahardika Cirebon kepada Kesbangpol Kabupaten Indramayu
Lampiran 5 Surat permohonan ijin studi pendahuluan dari STIKes Mahardika
Cirebon kepada RSUD Indramayu
Lampiran 6 Surat balasan permohonanan ijin studi pendahuluan dari Dinas
Kesehatan Indramayu
Lampiran 7 Surat balasan permohonanan ijin studi pendahuluan dari
Kesbangpol Indramayu
Lampiran 8 Surat balasan permohonanan ijin studi pendahuluan dari RSUD
Indramayu
Lampiran 9 Lembar bimbingan skripsi
Lampiran 10 Riwayat hidup
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Stroke adalah gangguan neurologik yang terjadi akibat pembatasan

atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Stroke

disebabkan karena adanya gangguan suplai darah otak secara mendadak

sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat

pecahnya pembuluh darah otak yang mengakibatkan gangguan pada

sejumlah fungsi otak yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh (Hartono,

2015).

Pasien stroke mengalami kelainan otak sebagai pusat sistem

neuromuskular. Masalah sistem neuromuscular tersebut bersifat progresif

yang dikarakteristikan dengan degenerasi saraf motorik di bagian korteks,

inti batang otak dan sel kornu anterior pada medulla spinalis sehingga

menimbulkan ketidakmampuan sistem saraf dan otot untuk bekerja

sebagaimana mestinya dan menyebabkan kemampuan mobilisasi semakin

berkurang. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat

menyebabkan turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi

kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya

massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot (Junaidi, 2015).


Menurut World Health Organization/WHO (2018) menyebutkan

pada tahun 2018 terdapat 17 juta kasus stroke baru di dunia dan angka

kematiannya sebanyak 7 juta kasus. Berdasarkan data Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 bahwa jumlah penderita stroke

meningkat 10,9% per 1000 penduduk. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

pada tahun 2013 yaitu 7 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2018). ……..

Prevalensi stroke sebesar 12,0% di Jawa Barat dibandingkan

nasional 12,1% (Profil Kesehatan jawa Barat, 2016).

……..Sedangkan data jumlah pasien stroke di RSUD Indramayu

pada tahun 2019 sebanyak 644 pasien dengan rata-rata pasien perbulan

berjumlah 54 pasien (Data Rekam Medik, 2019).

Berdasarkan data Riskesdas (2018) pasien stroke yang dirawat di

rumah sakit dan mengalami masalah dengan gangguan mobilisasi sebanyak

85%, sedangkan sebanyak 48% penderita stroke mempunyai masalah dalam

kemampuan mobilisasi (Riskesdas, 2018).

Penelitian Purwanti (2016) menyatakan 54,5% klien stroke

memiliki kepatuhan baik dalam melaksanakan mobilisasi dini. Pasien stroke

mampu pada tahap perubahan posisi tidur (latihan gerak sendi pada anggota

gerak atas) dengan kriteria baik sebesar 54,5%, mampu latihan gerak sendi

pada anggota gerak bawah dengan kriteria baik sebesar 54,5%, dan mampu

latihan duduk dengan kriteria baik sebesar 55%.

Penelitian Anggi Barita (2011) diperoleh hasil sebelum pasien stroke

dapat melakukan kemampuan mobilisasi didapatkan aktivitas fungsional


responden 100% mengalami ketergantungan penuh. Sedangkan setelah

adanya kemampuan mobilisasi pada pasien stroke kondisi akut diperoleh

hasil 13% mempunyai ketergantungan berat dan 87% mengalami

ketergantungan ringan.

Dampak yang terjadi apabila tidak dilakukan mobilisasi pada sistem

neuromuskular adalah kurangnya aktivitas fisik sehingga kaku, adanya luka

tekan gangguan permanen atau temporer dan dapat mengakibatkan

kemunduran aktivitas yang permanen. (Mubarak, 2015).

Aktivitas fisik pasien stroke selama menjalankan hospitalisasi

merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka secara

efisien, terkoordinasi, dan aman, sehingga menghasilkan gerakan yang baik

dan memelihara keseimbangan. Akifitas fisik pasien stroke yang dapat

dilakukan selama hospitaisasi antara lain makan, berpakaian dan toileting

(Buncher, 2017).

Hasil penelitian Anne dan Josie (2015) menyatakan bahwa 84%

penderita stroke mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas sehari-

hari sehingga pasien memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Penelitian Nursanti (2015) yang menyatakan bahwa dari 30

responden, sebanyak 7 pasien stroke Haemoragik dengan tingkat

ketergantungan aktivitas fisik memerlukan bantuan maksimal, sedangkan 23

pasien stroke non Haemoragik memerlukan bantuan minimal dalam

melakukan aktivitas fisik.


Hasil studi pendahuluan di RSUD Indramayu pada tahun 2019

terdapat 47 pasien stroke, diantaranya 31 kasus lama dan 16 kasus baru

dengan rata-rata menjalani rawat inap 4-5 hari. Dari 47 pasien stroke, 30

diantaranya mengalami ketergantungan aktivitas sedang terhadap keluarga

dengan rata-rata kemampuan mobilisasi sedang atau 56%-75%, sedangkan

17 pasien stroke lainnya mengalami ketergantungan aktivitas total terhadap

keluarga dengan rata-rata kemampuan mobilisasi minimal atau 25%.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul kemampuan mobilisasi dengan aktivitas fisik selama

hospitalisasi pada pasien stroke di RSUD Indramayu

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

hubungan kemampuan mobilisasi dengan aktivitas fisik selama hospitalisasi

pada pasien stroke di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Indramayu?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kemampuan mobilisasi dengan

aktivitas fisik selama hospitalisasi pada pasien stroke di Rumah Sakit

Wilayah Kabupaten Indramayu

1.3.2 Tujuan khusus


a. Untuk mengetahui gambaran kemampuan mobilisasi selama

hospitalisasi pada pasien stroke stroke di Rumah Sakit Wilayah

Kabupaten Indramayu

b. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik selama hospitalisasi pada

pasien stroke di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Indramayu

c. Untuk mengetahui hubungan kemampuan mobilisasi dengan aktivitas

fisik selama hospitalisasi pada pasien stroke di Rumah Sakit Wilayah

Kabupaten Indramayu

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

1.4.1.1 RSUD Indramayu

Hasil penelittian ini diharapkan dapat mengevaluasi standar

pelayanan dan asuhan terintegrasi bagi petugas professional asuhan

(PPA) pada pasien Stroke.

1.4.1.2 Perawat

Hasil penelittian ini diharapkan dapat mengevaluasi asuhan

keperawatan pada pasien stroke secara komprehensif mencakup

biopsikososialspiritual dan budaya.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1.4.2.1 Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian asuhan

keperawatan palliative dan penerapan terapi modalitas pada pasien

stroke

1.4.2.2 Penelitian

………………………………………….

1.4.2.3 Peneliti Selanjutnya

Sebagai pembanding untuk peneliti selanjutnya yang akan

melalukan penelitian tentang kemampuan mobilisasi atau aktivitas fisik

pada pasien stroke

1.5 Keaslian Penelitian

1.5.1 Penelitian Purwanti (2016), dengan judul “Kepatuhan Klien Stroke dalam

Kemampuan Mobilisasi Dini di Ruang Rawat Inap RSUD Purworejo”

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien stroke yang di Ruang

Rawat Inap RSUD Purworejo yang berjumlah 52 pasien, dengan

pengambilan sampel menggunakan total populasi. Alat pengumpul data

adalah lembar observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan univariat.

Perbedaan : adanya pebedaan jenis penelitian yakni deskriptif, adanya

perbedaan tekhnik pengambilan sampel yakni total populasi, perbedaan

analisa yakni univariat

Persamaan : adanya persamaan variabel yakni kemampuan mobilisasi dini,

persamaan populasi yakni pasien stroke yang sedang dalam perawatan,

adanya persamaan instrument yaitu lembar observasi


1.5.2 Ikrima (2016) Pengaruh Kemampuan Mobilisasi Dini Terhadap

Kemampuan Activities Daily Living (Adl) Pasien Stroke Di RSUI Kustati

Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental

dengan metode post test control only design. Sampel sebanyak 24

responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol, masing-masing 12 responden. Responden yang

menjadi subyek penelitian adalah pasien post operasi fraktur batang femur

kategori mandiri dan tergantung. Alat pengumpul data adalah lembar

observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji T-tes independent.

Perbedaan : adanya perbedaan variabel dependen yakni kemampuan

activities daily living, perbedaan jenis penelitian yakni Quasi

Eksperimental, perbedaan uji analisa yakni uji T-tes independent.

Persamaan : adanya persamaan variabel independen yakni kemampuan

mobilisasi dan persamaan sampel yaitu pasien stroke, adanya persamaan

instrument yaitu lembar observasi.

1.5.3 Kiling, Lasut dan Supit (2016) melakukan penelitian dengan judul

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari

Pasien Post Stroke di Poliklinik Rehab Medik RS Pancaran Kasih

Manado. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif

analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini

pasien stroke yang melakukan perawatan di Poliklinik Rehab Medik RS

Pancaran Kasih Manado. Sampel penelitian ini diambil dengan

menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 36


orang. Alat pengumpul data adalah lembar observasi. Data yang terkumpul

dianalisis dengan uji Chi Square

Perbedaan : adanya perbedaan variabl independen yakni dukungan

keluarga, perbedaan tekhnik pengambilan sampel yakni purposive

sampling

Persamaan : adanya persamaan variabel dependen yaitu aktivitas fisik

pasien stroke, persamaan rancangan penelitian yaitu cross sectional.

Untuk kalimat yang berwarna kuning = perbaiki sesuai

dengan comment diatas.


BAB II

TINJAUAN PUSTA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Kemampuan Mobilisasi

2.1.1.1 Pengertian

Kemampuan mobilisasi adalah usaha seseorang di mana

individu mengalami keterbatasan gerak fisik untuk bergerak bebas

dan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus

terpenuhi (Potter & Perry, 2012).

Sedangkan menurut Kozier, Glenora, Berman dan Snyder

(2015) kemampuan mobilisasi adalah suatu usaha yang dilakukan

agar tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Kemampuan

mobilisasi yaitu suatu proses aktifitas yang dilakukan pada pasien

stroke yang diawali dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai

dengan bisa turun dari tempat tidur (Brunner & Suddarth, 2015).

2.1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Mobilisasi

Menurut Potter dan Perry (2012), mobilitas seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

a. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan

mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku


atau kebiasaan sehari-hari. Hal ini terjadi karena adanya

perubahan gaya hidup terutama orang muda perkotaan modern,

seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang

mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman

beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stress.

b. Proses penyakit / cedera.

Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan

mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh.

c. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering

berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,

sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit)

karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktifitas.

d. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar

seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan

energi yang cukup.

e. Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat

usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau

kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia


2.1.1.3 Jenis Mobilisasi Pada Pasien Stroke

Menurut Craven & Hirnle (2014) mobilisasi terdiri dari dua

jenis, yaitu::

a. Mobilitas Penuh

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi

sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini

merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk

dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Mobilitas sebagian

Merupakan kemampuan seseorang untuk dapat

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak

secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik

dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada

kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.

Pasien para plegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada

ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan

sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,

yaitu:

1) Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampun

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma


reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah

adanya dislokasi sendi dan tulang

2) Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem

saraf yang reversibel, contohnya terjadi hemiplegia karena

stroke, parapelgia karena cedera tulang belakang,

poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan

sensorik

2.1.1.4 Tahapan Kemampuan Mobilisasi

Menurut Smeltzer dan Bare (2012) mobilisasi pada pasien

stroke dilakukan secara bertahap, yaitu berlatih mulai dari duduk,

berdiri, dan berjalan sendiri.

a. Tahap berbaring

Berikan posisi tidur miring dengan cara

1) Jika posisi tidur miring kekanan maka berikan topangan pada

lengan kiri dan tungkai kiri dengan menggunakan bantal.

Usahakan posisi kepala sejajar dengan tulang belakang

2) Jika posisi miring ke kiri maka posisikan lengan kiri lurus

dan geser tulang belikat agak kedepan. Posisi kaki kiri lurus

dan kaki kanan ditekuk dengan sanggahan bantal. Usahakan

kepala sejajar dengan tulang belakang.


b. Tahap duduk

1) Posisikan duduk dan berikan pegangan pada tangan pasien

Anjurkan untuk melakukan gerakan disekitar pinggang dan

pinggul

2) Lakukan secara perlahan gerakan mengangkat lengan dan

mintalah pasien untuk ikut melakukannya dan berusaha agar

siku tidak terdorong keluar. Dan tubuh tetap tegak. Dengan

kata lain pasien berusaha tidak melakukan gerakan

kompensasi dengan tetap menjaga kestabilan tubuh serta

mengontrol lengan agar selama gerakan dilakukan siku tidak

terdorong kesamping. lakukan sebanyak 7 kali pengulangan

c. Tahap berdiri dan berjalan

Tahapan latihan berdiri dapat melalui jalur: lying –

rolling – sitting – standing. Terkadang perlu dilewati jalur lain

yang panjang, yakni lying, propping dengan badan disangga,

mula-mula oleh kedua, kemudian oleh keempat anggota gerak.

Adapun latihannya ialah: Latihan tengkurap, Latihan kneeling

dan Latihan keseimbangan

d. Tahap keseimbangan dan berdiri

1) Latihan dalam posisi berdiri

Latihan dengan walker atau di parallel bar : Jangan

segera dilatih jalan dengan quadripod/tripod, sebab akan

mengembangkan asimetri. Penderita menggunakan walker:


berdiri tegak, kedua kaki sejajar bahu, kedua lengan lurus,

cegah retraksi panggul, fleksi atau hiperekstensi lutut,

eksternal rotasi sendi panggul dan fleksi siku bagian yang

sakit. Gerakkan tubuh ke depan dan ke belakang. Dimulai

dengan posisi yang sama, fleksi–ekstensikan lutut dengan

sendi panggul tetap ekstensi. Kemudian tungkai yang sakit

di belakang, lakukan fleksi-ekstensi lutut dan sendi panggul

ikut bergerak. 

2) Gerakan jalan di tempat 

Ikuti pola jalan yang benar, yaitu mulai dan tumit

menginjak lantai, dilanjutkan kaki rata di lantai, gerak

selanjutnya tidak dikerjakan bagi pasien yang masih

mengalami kesulitan melangkah; ada baiknya menggunakan

trolley. Perlu juga dilakukan latihan mengangkat tungkai ke

samping tanpa tumit menginjak lantai. Sebaliknya latihan di

muka cermin.

e. Tahap berjalan 

Latihan berjalan belum bisa diberikan sebelum pasien

siap. Pemberian tongkat dihindari, sebab meskipun membantu

mempercepat fase berjalan, tetapi akan menimbulkan pola

berjalan yang salah, di samping itu merangsang timbulnya pola

spastisitas kembali. Sekali terbentuk polajalan yang salah, sukar

mengoreksinya.
1) Pola siklus berjalan yang normal harus diikuti. Gerak

volunter baru dapat dilatih setelah reaksi tegak dan reaksi

keseimbangan terselesaikan. Sejak awal penderita diberitahu

latihan jalan mengikuti pola jalan yang normal. Di samping

itu postur abnormal tetap dikoreksi selama latihan. Jangan

membantu penderita berjalan dari sebelah sisi yang sehat.

2) Latihan permulaan sebelum naik tangga.

Sebelum memulai latihan naik tangga, perlu latihan

pendahuluan. Lathan dimulai dengan menaruh kaki yang

sehat di atas balok. Kemudian kaki yang sakit diangkat

diletakkan di sampingnya. Kontrol panggul dan lutut.

Latihan harus dilakukan berulang-ulang. Jika sudah ada

kemajuan, kemudian ganti kaki yang sakit yang lebih dulu

naik, baru disusul yang sehat. Jika semuanya sudah

menunjukkan kemajuan, baru latihan naik tangga

2.1.1.5 Dampak Tidak Dilakukan Mobilisasi

Dampak yang dapat terjadi apabila pasien stroke tidak dapat

melakukan mobilisasi antara lain (Craven & Hirnle, 2014) :

a. Dapat memengaruhi perubahan pada metabolisme tubuh

b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

c. Gangguan dalam kebutuhan nutrisi

d. Gangguan fungsi gastrointestinal

e. Perubahan sistem pernafasan


f. Perubahan kardiovaskular

g. Perubahan sistem muskuloskeletal

h. Perubahan kulit

i. Perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil)

j. Perubahan perilaku

2.1.2 Aktivitas Fisik

2.1.2.1 Pengertian

Aktifitas fisik adalah bagaimana menggunakan pergerakan

tubuh secara efisien, terkoordinasi, dan aman, sehingga

menghasilkan gerakan yang baik dan memelihara keseimbangan

selama beraktifitas (Asmadi, 2015). Aktifitas fisik adalah setiap

gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energi. Aktifitas fisik yang kurang (tidak ada aktifitas

fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan

secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara

global (WHO, 2015) Aktifitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh

yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran

kalori (Kemenkes RI, 2015).

Pada pasien stroke aktifitas fisik merupakan perilaku

multidimensi yang kompleks dan berbeda yang berkontribusi dalam

aktifitas fisik keseluruhan; termasuk aktifitas pekerjaan, rumah

tangga (contoh: mengasuh anak, bersih-bersih rumah), transportasi


(contoh: jalan kaki, bersepeda), dan aktifitas waktu senggang

(contoh: menari, berenang) (Hardman & Stensel, 2013).

2.1.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Sehari-hari

Faktor yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari (Mubarak, 2014) :

a. Pertumbuhan dan Perkembangan

Usia serta perkembangan sistem muskuloskeletal dan

persarafan akan berpengaruh terhadap postur, proporsi tubuh,

massa tubuh, pergerakan, serta refleks tubuh seseorang

b. Kesehatan Fisik

Gangguan pada sistem muskuloskeletal atau persarafan

dapat menimbulkan dampak ngeatif pada pergerakan tubuh.

Adanya penyakit, trauma, atau kecacatan dapat mengganggu

pergerakan dan struktur tubuh

1) Masalah pada sistem muskuloskeletal dapat berupa penyakit

kongenital atau gangguan pada postur tubuh.

2) Masalah pada sistem saraf dapat berupa berbagai gangguan

atau penyakit pada sistem saraf seperti parkinson, sklerosis

multipel,cedera serebrovaskuler, stroke atau tumor pada

sistem saraf.

c. Status Mental

Gangguan mental seperti depresi, perasaan tertekan,

cemas, atau stres dapat mempengaruhi keinginan seseorang

untuk bergerak. Seseorang yang mengalami depresi cenderung


tidak antusias dalam mengikuti kegiatan tertentu bahkan

termasuk perawatan higien

d. Gaya Hidup

Seseorang dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan

makan yang baik kemungkinan tidak akan mengalami hambatan

dalam pergerakan

e. Sikap dan Nilai

Personal Nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga dapat

mempengaruhi aktifitas yang dilakukan oleh seseorang

f. Nutrisi

Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan

status kesehatan. Konsumsi nutrisi yang kurang dapat

menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan sehingga terjadi

penurunan aktifitas.Sedangkan konsumsi nutrisi yang berlebih

dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan tubuh sehingga

seseorang menjadi muda lelah

g. Faktor Sosial

Seseorang dengan tingkat kesibukan yang tinggi secara

tidak langsung akan sering melakukan aktifitas, sebaliknya

seseorang yang jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar

akan lebih sedikit aktifitas yang dilakukan


2.1.2.3 Manfaat Aktifitas Fisik

Mubarak (2014) menjelaskan bahwa aktivitas fisik secara

umum bermanfaat untuk fisik/biologis dan psikis/mental. Manfaat

aktivitas fisik antara lain:

a. Manfaat fisik/biologis.

1) Menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal

2) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

3) Menjaga berat badan ideal

4) Menguatkan tulang dan otot

5) Meningkatkan kelenturan tubuh

6) Meningkatkan kebugaran tubuh

b. Manfaat psikis/mental.

1) Mengurangi stress

2) Meningkatkan rasa percaya diri

3) Membangun rasa sportifitas

4) Memupuk tanggung jawab

5) Membangun kesetiakawanan sosial

2.1.2.4 Kategori Aktifitas Fisik

Aktifitas sehari-hari dibagi dalam tiga kategori yaitu (Dewi, 2015) :

a. Aktifitas Dasar Sehari-hari (ADL/Basic Activity of Daily Living)

ADL merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki

seseorang untuk merawat dirinya sendiri. Aktifitas sehari-hari

terdiri dari enam kegiatan, yaitu:


1) Mandi

Mandi meliputi kemampuan untuk menggosok atau

membersihkan sendiri seluruh bagian tubuhnya baik mandi

dengan pancuran (shower) atau masuk dan keluar bath tub.

2) Berpakaian

Berpakaian meliputi kemampuan klien untuk

mengambil pakaian sendiri dari dalam lemari atau laci,

mengenakan baju sendiri, dan memasang kancing atau

resleting.

3) Toileting

Toileting meliputi keluar masuk toilet, beranjak dari

kloset, merapikan pakaian sendiri, dan membersihkan organ

ekskresi.

4) Berpindah

Berpindah meliputi naik turun sendiri baik dari

maupun menuju tempat tidur atau kursi/kursi roda.

5) Kontinensia

Kontinensia meliputi kemampuan membuang hajat

sendiri baik urinasi maupun defekasi.

6) Makan

Makan meliputi menyuap makanan, dan mengambil

makana dari piring. Kegiatan mengiris daging, dan


menyiapkan hidangan tidak termasuk dalam kemampuan

makan ini.

b. Aktifitas Instrumental (IADL/Instrumental Activity of Daily

Living)

IADL merupakan aktifitas yang lebih kompleks namun

mendasar bagi situasi kehidupan dalam bersosialisasi, seperti

belanja,memasak, pekerjaan rumah tangga, mencuci, telepon,

menggunakan transportasi, mampu menggunakan obat dengan

benar.

c. Aktifitas Tingkat Tinggi (AADL/Advanced Activity of Daily

Living)

AADL terdiri dari aktifitas yang menggambarkan peran

seseorang dalam kehidupan sosial, keluarga, dan masyarakat

termasuk kegiatan okupasional dan rekreasional.

2.1.3 Stroke

2.1.3.1 Pengertian

Stroke merupakan sindrom dengan tanda dan gejala

hilangnya fungsi saraf pusat fokal maupun global karena gangguan

peredaran darah di otak yang mempunyai serangan mendadak dan

berlangsung selama lebih dari 24 jam sebagai akibat cerebrovascular

disease (CVD) yang dapat menimbulkan kelumpuhan hingga

kematian. Defisit neurologis ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh


darah di otak dan/atau terjadinya trombosis dan emboli. Stroke

dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik atau stroke non

hemoragik yang merupakan komplikasi dari penyakit vaskular dan

stroke hemoragik yang disebabkan oleh adanya perdarahan

intrakranial (Batticaca, 2014).

2.1.3.2 Faktor Resiko Stroke

Faktor risiko terjadinya stroke dapat dikelompokkan menjadi

2 yaitu, faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat

dimodifikasi (Smeltzer & Bare, 2015) :

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor genetik dan ras,

usia, jenis kelamin, dan riwayat stroke sebelumnya. Faktor

genetik seseorang berpengaruh karena individu yang memiliki

riwayat keluarga dengan stroke akan memiliki risiko tinggi

mengalami stroke, ras kulit hitam lebih sering mengalami

hipertensi dari pada ras kulit putih sehingga ras kulit hitam

memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke. Stroke dapat terjadi

pada semua rentang usia namun semakin bertambahnya usia

semakin tinggi pula resiko terkena stroke, hal ini sejalan dengan

hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2013

yang menyatakan bahwa usia diatas 50 tahun risiko stroke

menjadi berlipat ganda pada setiap pertambahan usia. Jenis

kelamin merupakan salah satu faktor risiko stroke, Laki-laki


memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan

perempuan, hal ini terkait kebiasaan merokok, risiko terhadap

hipertensi, hiperurisemia, dan hipertrigliserida lebih tinggi pada

laki-laki. Seseorang yang pernah mengalami serangan stroke

yang dikenal dengan Transient Ischemic Attack (TIA) juga

berisiko tinggi mengalami stroke.

b. Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko yang dapat diubah adalah obesitas

(kegemukan), hipertensi, hiperlipidemia, kebiasaan merokok,

penyalahgunaan alkohol dan obat, dan pola hidup tidak sehat.

Secara tidak langsung obesitas memicu terjadinya stroke yang

diperantarai oleh sekelompok penyakit yang ditimbulkan akibat

obesitas, selain itu obesitas juga salah satu pemicu utama dalam

peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Hipertensi

merupakan penyebab utama terjadinya stroke, beberapa studi

menunjukkan bahwa manajemen penurunan tekanan darah dapat

menurunkan resiko stroke sebesar 41%

2.1.3.3 Etiologi Stroke

Menurut Smeltzer dan Bare (2015) stroke biasanya

diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :

a. Trombosis, yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak

atau leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama

trombosis, yang adalah penyebab paling umum dari stroke. Secara


umum, trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan

bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah

tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau

hari.

b. Embolisme serebral, yaitu bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya

menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang

merusak sirkulasi serebral.

c. Iskemia, yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia

terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai

darah ke otak.

d. Hemoragi serebral, yaitu pecahnya pembuluh darah serebral

dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Pasien dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan

nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak

responsif. Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi

penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan

sementara atau permanen fungsi otak dalam gerakan, berfikir,

memori, bicara, atau sensasi

2.1.3.4 Patofisiologi Stroke

Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia

seperti yang terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan

metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam


3 sampai dengan 10 menit. Pembuluh darah yang paling sering

terkena adalah arteri serebral dan arteri karotis interna yang ada di

leher. Adanya gangguan pada peredaran darah otak dapat

mengakibatkan cedera pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu

(Guyton & Hall, 2014):

a. Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang

menimbulkan penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat

yang selanjutnya akan terjadi iskemik.

b. Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan

hemoragi.

c. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang

menekan jaringan otak.

d. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada

ruang interstitial jaringan otak.

e. Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan

perubahan pada aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup

hebat dan melampaui batas krisis terjadi pengurangan darah

secara drastis dan cepat. Obstruksi suatu pembuluh darah arteri

di otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan

otak normal sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang

baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur

anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek

akibat oklusi pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna


darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri

dan arteriola.

2.1.3.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2015)

adalah:

a. Kehilangan motorik.

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan

mengakibatkan kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan

motorik. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia

(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang

berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh

adalah tanda yang lain.

b. Kehilangan komunikasi

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah

bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling

umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan

oleh hal berikut: kesulitan berbicara, bicara defektif atau

kehilangan bicara, ketidakmampuan melakukan tindakan yang

dipelajari sebelumnya.

c. Gangguan persepsi

Gangguan persepsi merupakan ketidakmampuan

menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan


disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual

spasial, dan kehilangan sensori.

d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal,

mempelajari kapasitas, memori, atau intelektual kortikal yang

lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan

dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,

lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini

menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi

mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh

respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini.

Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan

oleh labilits emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan

kurang kerja sama.

e. Disfungsi kandung kemih

Pasien pasca stroke mungkin mengalami inkontinensia

urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan

mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan

menggunakan urinal/ bedpan karena kerusakan control motorik

dan postural. Kadang-kadang setelah stroke, kandung kemih

menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon

terhadap pengisian kandung kemih. Kadang-kadang kontrol

sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Inkontinensia


ani dan urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologik

luas.

f. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal,

mempelajari kapasitas, memori, atau intelektual kortikal yang

lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan

dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,

lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini

menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi

mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh

respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini.

Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan

oleh labilits emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan

kurang kerja sama.

g. Disfungsi kandung kemih

Pasien pasca stroke mungkin mengalami inkontinensia

urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan

mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan

menggunakan urinal/bedpan karena kerusakan kontrol motorik

dan postural. Kadang-kadang setelah stroke, kandung kemih

menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon

terhadap pengisian kandung kemih. Kadang-kadang kontrol

sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.


Inkontinensiani dan urine yang berlanjut menunjukkan

kerusakan neurologik luas

2.1.3.6 Jenis Stroke

Menurut Kozier, Glenora, Berman dan Snyder (2015) stroke

terbagi menjadi 2 kategori yaitu stroke hemoragik dan stroke non

hemoragik atau stroke iskemik.

a. Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh

darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah

merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya. Hampir

70% kasus stroke hemoragik diderita oleh penderita hipertensi.

Stroke hemoragik digolongkan menjadi 2 jenis yaitu : (1)

hemoragik intraserebral (perdarahan yang terjadi di dalam

jaringan otak), (2) hemoragik subaraknoid (perdarahan yang

terjadi pada ruang subaraknoid atau ruang sempit antara

permukaan otak dan lapisan yang menutupi otak.

b. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik terjadi karena

tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah

ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan

oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding

pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu

pembuluh darah ke otak. Stroke iskemik ini dibagi 3 jenis yaitu:

(1) stroke trombotik (proses terbentuknya thrombus hingga

menjadi gumpalan), (2) stroke embolik (tertutupnya pembuluh


arteri oleh bekuan darah), (3) hipoperfusion sistemik (aliran

darah ke seluruh bagian tubuh berkurang karena adanya

gangguan denyut jantung).

2.1.3.7 Aktifitas Fisik Pada Pasien Stroke

Pada umumnya pasien stroke memiliki kemampuan motorik

yang rendah terutama pada pasien dengan usia yang lebih tua.

Sebagian besar pasien stroke mengalami hemiparesis. Selain pasien

stroke juga memerlukan alat bantu agar dapat berjalan. Keterbatasan

inilah yang menyebabkan pasien stroke lebih cenderung bergantung

pada keluarga atau orang lain untuk memenuhi aktifitas sehari-

harinya Ketergantungan terhadap anggota keluarga atau orang lain

didorong juga oleh usia yang semakin menua dan terjadinya paresis.

Pada umumnya kemandirian aktifitas dasar sehari-hari yang dapat

pulih dengan segera setelah serangan stroke adalah kemampuan

untuk buang air besar dan kecil, sedangkan kemampuan yang paling

rendah angka pemulihannya adalah mandi, berpakaian, berdandan,

dan menaiki tangga (Haris et al, 2016)

Gangguan akibat stroke sering menimbulkan gejala sisa yang

berupa (Cleese, 2017) :

a. Hemiplegia (kelumpuhan pada setengah anggota tubuh)

b. Hemparesis (kelemahan otot)

yang dapat menjadi kecacatan menetap yang selajutnya

membatasi fungsi seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari


dan mengembalikan kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-

hari.

2.1.3.8 Dampak Stroke

Dampak yang umum terjadi setelah seseorang terkena stroke

yaitu (Mutaqin, 2014) :

a. Dampak fisik

Stroke dapat menimbulkan beberapa gangguan fisik

seperti hemiparesis, hemiplagia yang disebabkan oleh gangguan

motor neuron pada jalur piramidal, gangguan berkomunikasi,

hilangnya indra perasa, nyeri, inkontinensia, disfagia, gangguan

tidur, serta hilangnya fungsi dasar.

b. Dampak psikososial

Pasien stroke pada umumnya akan mengalami perubahan

hubungan dan peran dikarenakan gangguan komunikasi terjadi.

Pasien stroke juga cenderung merasa tidak berdaya, tidak ada

harapan, mudah marah, serta tidak kooperatif. Disamping itu

pasien stroke merasa akan lebih kesulitan dalam pmecahan

masalah karena gangguan proses pikir dan gangguan

berkomunikasi yang dialami. Pasien stroke biasanya tidak

melaksanakan ibadah spiritual karena kelemahan yang

dialaminya.
c. Dampak ekonomi

Stroke merupakan penyakit yang memerlukan biaya

perawatan dan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Biaya untuk

pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat mempengaruhi

stabilitas ekonomi keluarga dan dapat mempengaruhi stabilitas

emosi baik pasien maupun keluarga

2.1.3.9 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian kinis

mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial. Diagnosa keperawatan pada pasien stroke salah satunya

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular ditandai dengan mengeluh sulit menggerakkan

ekstremitas,mengeluh nyeri saat bergerak, enggan melakukan

pergerakan, merasa cemas saat bergerak, kekuatan otot menurun,

rentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan tidak

terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah. Diagnosa

keperawatan yang bisa ditegakkan dalam masalah aktivitas dan

istirahat adalah gangguan mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik

termasuk dalam kategori fisiologis dan subkategori aktivitas dan

istirahat (SDKI, 2019).


2.1.3.10 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Stroke

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien

stroke dengan gangguan mobilitas fisik berdasarkan Nursing

Interventions Classification (NIC) (Bulechek, Butcher, Dochterman,

& Wagner, 2016) yakni :

a. Terapi latihan: ambulansi

1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam mobilisasi

Mengkaji tingkat kemampuan pasien dalam mobilisasi

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

pasien dalam melakukan mobilisasi. Mobilisasi merupakan

kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,

mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan

penting untuk kemandirian. Mobilisasi dibagi menjadi dua

yakni mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian. Mobilisasi

Penuh yakni dapat bergerak secara penuh dan bebas sehingga

dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran

sehari-hari. Mobilisasi Sebagian yakni bergerak dengan

batasan jelas dan tidak mampu bergerak dengan bebas karena

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada

area tubuhnya.

2) Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan

melihat respon pasien saat latihan Pemeriksaan tanda vital

terdiri dari pemeriksaan : tekanan darah, frekuensi nadi,


respirasi dan suhu. Rasionalnya pemeriksaan vital signs

berguna dalam mendeteksi atau pemantauan masalah medis.

Tekanan darah merupakan kekuatan darah mendorong

dinding arteri. Setiap kali jantung berdetak memompa darah

melalui arteri ke seluruh tubuh. tekanan darah normal

seseorang dipengaruhi oleh usia, dan aktivitas fisik yang

dilakukan. Karena itu pemeriksaan tekanan darah dilakukan

ketika beristirahat paling tidak sekitar 15 menit setelah

melakukan suatu aktifvitas fisik. Tekanan darah normal yaitu

120/80 MmHg, suhu tubuh normal dapat berkisar antara 36,5

derajat C - 37,2 derajat C , denyut nadi normal untuk orang

dewasa sehat berkisar 60-100 denyut per menit. Denyut nadi

dapat meningkat dengan olahraga, penyakit, cedera, dan

emosi. Tingkat Respirasi adalah jumlah pernapasan seseorang

per menit. Ketika memeriksa pernapasan penting juga

diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan bernapas.

Pernafasan normal untuk orang dewasa sehat antara 12-20

kali per menit. Selain itu dilakukan observasi terhadap respon

pasien saat dilakukannya terapi.

3) Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada

klien dan keluarga Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan

yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi maupun

stroke dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun


dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat

sesuai dengan kondisi pasien. Manfaat ambulasi adalah

mencegah dampak immobilisasi. Jenis-jenis ambulansi yakni

duduk diatas tempat tidur, duduk ditepi tempat tidur,

memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi, membantu

berjalan, memindahkan pasien dari tempat tidur ke brancard,

melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan.

Mengajarkan tenik ambulansi dan perpindahan yang aman

kepada pasien dan keluarga dapat dilakukan dengan cara

menjelaskan prosedur yang aman saat melakukan ambulansi,

pemasangan pengaman kedua sisi tempat tidur.

4) Berikan alat bantu jika pasien membutuhkan Saat melakukan

mobilisasi jika pasien mengalami kesulitan atau

membutuhkan bantuan dapat diberikan alat bantu untuk

mempermudah pasien dalam melakukan mobilisasi. Alat-alat

dalam pelaksanaan ambulansi yakni ada kruk, canes

(tongkat), dan walkers. Kruk adalah alat yang terbuat dari

logam atau kayu dan digunakan permanen untuk

meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam

keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable

dan lofstrand. Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari

kayu atau logam setinggi pinggang yang digunakan pada

pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi


tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan

tongkat berkaki segi empat (quad cane). Walkers yaitu alat

yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang

kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan

umum, lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.

5) Ajarkan pasien begaimana merubah posisi dan memberikan

bantuan jika diperlukan. Mengajarkan pasien bagaimana cara

untuk merubah posisi sesuai dengan prosedur yang aman dan

membantu jika pasien mengalami kesulitan saat melakukan

perubahan posisi.

b. Terapi Latihan : Mobilitas (pergerakan) sendi

Berikan latihan ROM Latihan ROM adalah latihan yang

dilakukan untuk memperbaiki atau mempertahankan tingkat

kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus.

Selain itu, latihan ini juga sebagai salah satu bentuk intervensi

fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan

regimen terapeutik bagi penderita dan dalam upaya pencegahan

terjadinya kondisi cacat permanen pada penderita stroke.

Perinsip dasar latihan ROM yakni, ROM harus diulang sekitar 8

kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari, ROM di lakukan

berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien, dalam

merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,


diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring, bagian-

bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,

jari,lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki, ROM

dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-

bagian yang di curigai mengalami proses penyakit, Melakukan

ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah di lakukan.

c. Bantuan perawatan diri : IADL

Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara

mandiri sesuai kemampuan Aktivitas sehari-hari (ADLs)

merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada seseorang

termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,

berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan

ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADLs ini dapat

meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang

2.1.4 Hospitalisasi

2.1.4.1 Pengertian

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis, saat sakit dan

dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena berusaha untuk

beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit,

sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor baik pasien dan

keluarga (Wong, 2014).


Supartini (2014) menyatakan hospitalisasi merupakan suatu

proses yang karena suatu alasan bencana atau darurat, mengharuskan

untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangannya kembali kerumah.

Menurutu Setiawan (2014) hospitalisasi adalah suatu proses

karena suatu alasan yang darurat atau terencana yang mengharuskan

anak untuk tinggal atau di rawat di rumah sakit, untuk menjalani

perawatan atau terapi sampai anak kembali sehat dan pulang kembali

ke rumah.

2.1.4.2 Dampak Hospitalisasi

Menurut Wong (2014) secara umum hospitalisasi

menimbulkan dampak, yaitu.

a. Privasi.

Privasi dapat diartikan sebagai repleksi perasaan nyaman pada

diri seseorang dan bersifat pribadi. Bisa dikatakam, privasi

adalah suatu hal yang sifatnya pribadi. Saat dirawat di rumah

sakit klien kehilangan sebagian privasinya.

b. Gaya Hidup.

Pasie yang di rawat di rumah sakit seringkali mengalami

perubahan pola gaya hidup. Hal ini di sebabkan oleh perubahan

situasi antara rumah sakit dan rumah tempat tinggak klien.

Aktifitas hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda


aktivitas yang dijalaninya di rumah sakit. Apalagi jika yang di

rawat seorang pejabat.

c. Otonomi.

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, individu yang sakit

dan di rawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantunga,

artinya ia akan pasrah terhadap tindakan apapun yang akan

dilakukan petugas kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini

menunjukan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit akan

mengalami perubahan otonomi.

d. Peran.

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang

diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Jika ia

seorang perawat, peran yang diharapkannya adalah peran

sebagai perawat, bukan sebagai dokter. Perubahan terjadi

akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu,

tetapi juga pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :

e. Masalah Keuangan

Keuangan keluarga akan berpengaruh oleh hospitalisasi,

keungan yang sedianya ditunjukan untuk memenuhi kebutihan

hidup keluarga akhirnya digunakan untuk keperluan klien di

rumah sakit.

f. Kesepian
Suasana rumah sakit akan berubah jika ada salah satu seorang

anggota keluarga dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya

dihiasi dengan keceriaan, kegembiraan, dan senda gurau

anggotanya tiba-tiba dikiputi oleh kesedihan.

g. Perubahan Kebiasaan Sosial

Keluarga merupakan unit kecil dari masyarakat. Karenanya,

keluargapun mempunyai kebiasaan dalam lingkup sosialnya.

Sewaktu sehat, keluarga maupun berperan serta dalam kegiatan

sosial.Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit,

keterlibatan keluarga dalam aktifitas sosial di masyarakatpun

mengalami perubahan.

DELETE SEMUA KONSEP DAMPAK HOSPITALISASI DARI

WONG. GANTI DENGAN KONSEP DARI BUKU YANG

SESUAI…. MEDICAL SURGICAL NURSING.

2.2 Kerangka Teori

Stroke merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya gangguan

atau sumbatan peredaran darah di otak. Stroke dapat menyebabkan terjadinya

penurunan mobilisasi, dimana terjadi keterbatasan dalam gerakan fisik dari

satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.


Bagan 2.1
Kerangka Teori

stroke MANIFESTASI : HOSPITALISASI


……………………………
……………………………

Penyebab Stroke :
a. Faktor risiko yang
tidak dapat Dampak stroke :
dimodifikasi a. Dampak fisik :
b. Faktor risiko yang  Hemiparesis
dapat diubah
 hemiplagia
b. Dampak psikososial
c. Dampak ekonomi

Jenis Mobilisasi :
a. Tahap berbaring
b. Tahap duduk
Gangguan Mobilisasi
c. Tahap berdiri dan
berjalan
d. Tahap keseimbangan
dan berdiri
e. Tahap berjalan
Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas fisik:


a. Mandi
b. Berpakaian
c. Toileting (meliputi keluar masuk toilet,
beranjak dari kloset, merapikan pakaian
sendiri, dan membersihkan organ ekskresi)
d. Berpindah
e. Kontinensia (kemampuan membuang hajat
sendiri baik urinasi maupun defekasi)
f. Makan

Sumber :
Kozier, Glenora, Berman dan Snyder (2015), Craven & Hirnle (2014), Dewi
(2015) & Smeltzer & Bare BG (2015)
2.2 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep merupakan kerangka yang menghubungkan secara

teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel independen

dengan variabel dependen (Sugiyono, 2015). Maka, Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Depeden

Hospitalisasi

Kemampuan Mobilisasi Aktifitas Fisik

Gambar 3.1
Kerangka konsep

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori (Sugiyono, 2015). Adapun hipotesis penelitian ini

adalah :

a. Ho : Tidak ada hubungan kemampuan mobilisasi dengan aktifitas fisik

selama hospitalisasi pada pasien stroke di Rumah Sakit Wilayah

Kabupaten Indramayu.
b. Ha : Ada hubungan kemampuan mobilisasi dengan aktifitas fisik selama

hospitalisasi pada pasien stroke di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten

Indramayu
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelatif dengan menggunakan

rancangan Cross Sectional, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan

pengamatan sesaat pada setiap subjek studi dan hanya dilakukan satu kali

pengamatan selama penelitian. (Hastono, 2015). Penelitian ini dilakukan

dengan pengumpulan data dan observasi alangsung pada pasien stroke yang

sedang menjalani hospitalisasi.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu dalam bentuk apa saja

yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut yang kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya variabel

terikat (Hamidi, 2016).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu.

a. Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya variabel

terikat (Hamidi, 2016). Variabel bebas dalam penelitan ini adalah

kemampuan mobilisasi.
b. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya

variabel bebas (Hamidi, 2016). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah aktivitas fisik.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Indikator
Cara Hasil ukur Skala
Operasional Ukur ukur
dan
Alat
Ukur
Kemampuan usaha a. Tahap berbaring Observasi a. Kemampuan Ordinal
mobilisasi responden b. Tahap duduk minimal, jika
yang c. Tahap berdiri dan Lembar skor ≤ 55%
mengalami berjalan observasi b. Kemamppuan
keterbatasan d. Tahap keseimbangan sebagian, jika
gerak fisik dan berdiri 56-75%
untuk e. Tahap berjalan c. Kemampuan
bergerak. maksimal,
(Potter & (Smeltzer dan Bare, jika 76-100%
Perry, 2012) 2012)

Aktivitas Pergerakan a. Mandi Observasi a. Tidak Ordinal


Fisik tubuh secara b. Berpakaian beraktivitas ,
efisien, c. Toileting (meliputi Lembar jika skor ≤
terkoordinasi, keluar masuk toilet, observasi 55%
dan aman, beranjak dari b. Aktivitas
sehingga kloset, merapikan sebagian,
menghasilkan pakaian sendiri, jika 56-75%
gerakan yang dan membersihkan c. Aktivitas
baik dan organ ekskresi) seluruhnya,
memelihara d. Berpindah jika 76-100%
keseimbangan e. Kontinensia
selama (kemampuan
beraktivitas. membuang hajat
(Asmadi, sendiri baik urinasi
2015) maupun defekasi)
f. Makan
(Dewi, 2015)
3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

stroke yang menjalani rawat inap di RSUD Indramayu. pada bulan Januari

sampai Maret 2020 yang berjumlah 61 pasien, dengan rata-rata jumlah

pasien setiap bulannya 20 pasien

Sampel merupakan subperangkat populasi, yang terdiri atas

sejumlah kecil unit sampling yang proporsional dan merupakan elemen-

elemen target yang dipilih sebagai bagian dari penelitian (Hamidi, 2016).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana,

tenaga dan waktu maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil

dari populasi itu, (Sugiyono, 2015).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total

populasi. Total populasi yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil

semua populasi menjadi sampel (Hastono, 2015). Sampel dalam penelitian

ini berjumlah 20 responden.


Pada pengambilan sampel, terdapat kriteria inklusi dan ekslusi,

antara lain:

Kriteria inklusi meliputi:

a. Pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot

b. Pasien baru yang dirawat kurang dari 24 jam dengan diagnosa stroke

haemorogik dan non haemorogik

Kriteria ekslusi :

a. Mengalami gangguan tulang belakang

b. GCS < 8

c. Pasien terpasang Ventilator

3.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrument pengumpulan data yang digunakan

adalah lembar observasi. Lembar observasi digunakan sebagai lembar

pengamatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan mobilisasi dan

aktivitas fisik pada pasien stroke.

Lembar observasi pada variabel kemampuan mobilisasi lembar

observasi berisi 15 item, pilihan jawaban ya dan tidak, scoring untuk pilihan

jawabannya adalah 1 (satu) jika iya, dan 0 (nol) jika tidak.

Lembar observasi pada variabel aktivitas fisik berisi 12 item, pilihan

jawaban pilihan jawaban ya dan tidak, scoring untuk pilihan jawabannya

adalah 1 (satu) jika iya, dan 0 (nol) jika tidak .

3.6 Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini antara lain:

a. Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian sesuai judul

penelitian kepada STIKes Mahardika yang akan diberikan kepada

Kesbangpol Kabupaten Indramayu dan RSUD Indramayu.

b. …..

c. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, peneliti

mendatangi responden serta keluarga dan memberikan penjelasan

singkat tentang maksud dan tujuan penelitian. Apabila responden

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, selanjutnya

responden diberikan lembar persetujuan penelitian untuk ditandatangani

atau cap jempol.

d. Peneliti melakukan observasi kemampuan mobilisasi dan aktivitas fisik

responden pada hari pertama pasien dirawat selama satu hari. , setelah

responden selesai dimandikan dan sarapan. Peneliti mengobservasi

responden dengan cara melihat sesuai dengan setiap item lembar

observasi dengan hati-hati dan sesuai kemampuan responden

e. Peneliti mencantumkan hasil observasi di ……

f. Peneliti ……

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Sugiyono (2015) menyatakan data yang sudah dikumpulkan

akan diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut :

3.7.1.1. Editing
Editing adalah memeriksa lembar observasi yang telah di

isi dan diserahkan dari responden kepada peneliti. Dalam hal ini

peneliti memeriksa lembar observasi apakah sudah terisi lengkap

atau tidak, apabila ada lembar kuesioner yang belum terisi maka

peneliti akan kembali ke responden tersebut untuk melengkapi data

yang belum lengkap.

3.7.1.2. Coding

Coding adalah memberikan kode pada setiap data yang

telah terkumpul yang berguna untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entri data. Dalam hal

ini kode yang digunakan adalah :

a. Kode responden menggunakan nomor responden, yaitu 1, 2, 3

dan seterusnya

b. Kode variabel :

1) Variabel kemampuan mobilisasi : 1 jika kemampuan

minimal, 2 jika kemampuan mobilisasi sebagian dan 3

jika kemampuan mobilisasi maksimal

2) Variabel aktivitas fisik : 1 jika tidak beraktivitas, 2 jika

aktivitas sebagian dan 3 jika aktivitas seluruhan

c. Kode lembar observasi

1) Lembar obsevasi kemampuan mobilisasi : 1 (satu) jika iya,

dan 0 (nol) jika tidak


2) Lembar kuesioner aktivitas fisik : 1 (satu) jika iya, dan 0

(nol) jika tidak

3.7.1.3. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item

yang perlu diberi penelitian atau skor. Pada tahap ini skor yang

diberikan pada lembar observasi kemampuan mobilisasi adalah 1

(satu) jika iya, dan 0 (nol) jika tidak, sedangkan pada lembar

kuesioner aktivitas fisik: 1 (satu) jika iya, dan 0 (nol) jika tidak.

3.7.1.4. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-

jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukan kdalam tabel

distribusi frekuensi dan tabel tabulasi silang.

b. Analisa Data

Sugiyono (2015) menyatakan analisis univariat merupakan

langkah awal untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi atau

besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel

Independen yakni kemampuan mobilisasi, maupun variabel dependen

yakni aktivitas fisik. Adapun cara untuk perhitungan persentasinya

dalam analisis univariat adalah sebagai berikut :


p 100%
n

Di mana :
p = Persentase
n = Jumlah seluruh pertanyaan
x = Jumlah pertanyaan yang dilakukan menurut pasien

Selanjunya hasil perhitungan univariat dimasukan kedalam tabel


berikut :
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Total 100

Sugyono (2015) menyatakan analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui kedua variabel. Uji statistik yang digunakan adalah chi

square, dalam hal ini uji chi square digunakan untuk menguji hipotesis

bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana datanya

berbentuk kategorik.

Untuk mengetahui hubungan kemampuan mobilisasi dengan

aktivitas fisik digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05) (Hastono, 2015):

a. Apabila p ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti ada hubungan kemampuan

mobilisasi dengan aktivitas fisik selama hospitalisasi pada pasien

stroke di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Indramayu.

b. Apabila p > 0,05 = Ho diterima, berarti tidak ada hubungan

kemampuan mobilisasi dengan aktivitas fisik selama hospitalisasi

pada pasien stroke di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Indramayu

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian menjadi perhatian peneliti, subjek dilindungi dengan

memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut (Polit & Beck, 2013) :

a. Self determination

Peneliti memberikan kebebasan pada responden untuk

mengambil keputusan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian

atau untuk berhenti dari penelitian yang dilakukan..

b. Privacy dan dignity

Hal ini diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti

nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode tertentu.

c. Anonymity

Peneliti menjaga kerahasiaan dengan cara tidak mencantumkan

nama responden tetapi mencantumkan kode responden pada lembar

kuesioner. Kode yang digunakan peneliti adalah 1, 2, 3 dan seterusnya

d. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan data atau informasi yang

disampaikan oleh responden dan hanya dipergunakan untuk

kepentingan penelitian.

e. Protection from discomfort

Apabila responden merasa tidak aman dan nyaman dalam

mengisi kuesioner sehingga menimbulkan gejala psikologis maka

responden dianjurkan untuk memilih, yaitu menghentikan untuk

berpartisipasi atau melanjutkan, dan selanjutnya peneliti mengganti


dengan responden yang lain atau apabila terbatasnya waktu makan

peneliti akan mengurangi jumlah responden dari data awal.

3.9 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei 2020 di Ruang Rawat

Inap RSUD Indramayu.


DAFTAR PUSTAKA

Anne, F & Josie, D. 2015. The Development and Implementation Of The


Structured Training Programme For Caregivers Of Inpatients After Stroke
(TRACS) Intervention : The London Stroke Carers Training Course.
Clinical Rehabilitation Vol.29 (3) 211-220. Diakses dari
www……….tanggal ….
Asmadi.2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC
Batticaca. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Barita, A. Pengaruh Mobilisasi Dini Pada Stroke Non Hemoragik Kondisi Akut
Terhadap Kemampuan Aktivitas Fungsional Pasien di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr Kariadi Semarang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Brunner and Suddarth. 2015. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia:
The Point
Buncher, M. 2017. Medical Surgical Nursing Assessment and Management of
Clinical Problems. United States of America: ELSEVIER MOSBY
Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia CV. Mocomedia
Cleese, J. 2017. Merawat Pasien Stroke. Yogyakarta: Citra Aji Pratama
Craven, R.F., Hirnle, C.J. 2014. Fundamentals of nursing: Concepts, process, and
practice. (fifth edition). California: Addison, Wesley Publishing Co.
Dewi. 2015. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik. Yogyakarta : Citra Aji
Pratama.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Hamidi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Pres.
Hardman, A. E., & Stensel, D. J. 2013. Physical activity and health: the evidence
explained. USA & Canada: Routledge.
Haris, Joanne McCloskey, Gloria N. Bulecheck. 2016. Nursing Interventions
Classification Fifth Edition. USA : Mosby Elsevier
Hartono, A. 2015. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Pada Pasien Stroke. Jakarta:
EGC
Hastono, S. 2015, Analisis Data Kesehatan. Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Ikrima. 2016. Pengaruh Kemampuan Mobilisasi Dini Terhadap Kemampuan
Activities Daily Living (Adl) Pasien Stroke Di RSUI Kustati Surakarta.
Skipsi. STIKes Aisyiah Yogyakarta
Junaidi, I. 2015. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: Andi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Riset Kesehatan Dasar.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kiling, Lasut dan Supit. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Pasien Post Stroke di Poliklinik Rehab
Medik RS Pancaran Kasih Manado.
Kozier,B., Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. 2015. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Alih bahasa : …………… Jakarta :EGC
Mubarak. 2015. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursanti. 2015. Hubungan Jenis Stroke Dengan Ketergantungan Aktivitas Pada
Pasien Stroke Pasca Akut di RS. Islam Surabaya. Universitas Diponegoro
Semarang
Polit & Beck, P. 2013. Essential of Nursing Research : apparaising evidence for
nursing practice. Lippincot Williams & Wilkins.
Potter, P.A., & Perry,A.G. 2012. Basic Nursing essentials for practice (6th ed).
Canada :Mosby Elseiver.
Profil Kesehatan jawa Barat. 2016. Profil Kesehatan jawa Barat. Bandung
Purwanti. 2016. Kepatuhan Klien Stroke dalam Kemampuan Mobilisasi Dini di
Ruang Rawat Inap RSUD Purworejo. Skripsi. Universitas Respati
Yogyakarta
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.
RSUD Indramayu. 2019. Rekam Medik RSUD Indramayu tahun 2019. Indramayu
SDKI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
World Health Organization. 2015. Penyakit Dunia.
Mana nama-nama peneliti yang ada di BAB I ????? cantumkan .

Anda mungkin juga menyukai