Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners (Ners) Dalam Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja
Oleh:
Imilda Febriyanti, S.Kep
NIM. 721630700
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Keperawatan ini hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Meterai Rp.10.000,-
iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
iv
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH KEPERAWATAN
Diajukan oleh:
Nama : Imilda Febriyanti
NPM : 721630700
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Penatalaksanaan Pemberian Kompres Hangat Pada Pasien Hipertensi
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut
Karya Ilmiah Keperawatan ini telah diuji dan dinilai oleh dewan Penguji Karya
Ilmiah Keperawatan Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja
Pada Tanggal 03 Agustus 2022
DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep (…...........................)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
v
HALAMAN PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Wiraraja, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Imilda Febriyanti S.Kep
NPM : 721630700
ProgramStudi : Profesi Ners
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Dibuat di : Pamekasan
Pada tanggal : 03 Agustus 2022
Yang menyatakan
TTD & Materai
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hanturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan
Karunia- Nya yang telah melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Keperawatan ini dengan judul
“Penatalaksanaan Pemberian Kompres Hangat Pada Pasien Hipertensi Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut”
Penyusunan karya ilmiah keperawatan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan,
serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak, untuk itu ijinkan peneliti
menyampaikan terima kasih kepada :
vii
membangun dari segenap pembaca. Akhir kata semoga KIK ini dapat
memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
Peneliti,
viii
DAFTAR ISI
ix
2.1.3. Faktor Risiko.........................................................................................10
2.1.4. Klasifikasi..............................................................................................13
2.1.5. Patofisiologi...........................................................................................14
2.1.6. Tanda dan Gejala...................................................................................15
2.1.7. Komplikasi.............................................................................................16
2.1.8. Penatalaksanaan.....................................................................................18
2.1.9. Penatalaksanaan Farmakologi...............................................................21
2.2. Konsep Nyeri Akut.......................................................................................22
2.2.1. Defisini Nyeri Akut...............................................................................22
2.2.2. Tanda dan Gejala Nyeri Akut................................................................22
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri........................................................23
2.2.4. Penialaian Respon Intensitas Nyeri.......................................................26
2.3. WOC.............................................................................................................29
BAB 3 METODE PENELITIAN...............................................................................30
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................................30
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................30
3.3. Subjek Penelitian/Kasus................................................................................30
3.4. Metode Pengumpulan Data...........................................................................30
3.5. Etik Penelitian...............................................................................................31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................33
4.1. Hasil..............................................................................................................33
4.1.1. Pengkajian klien 1.................................................................................33
4.1.2. Pengkajian Klien 2.................................................................................45
4.1.3. Efektifitas pemberian kompres hangat pada pasien hipertensi dengan
masalah keperawatan nyeri akut..........................................................................54
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................61
5.1. Kesimpulan...................................................................................................61
5.2. Saran.............................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................63
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR ISTILAH, SINGKATAN, LAMBANG
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
Pendahuluan: Hipertensi dapat terjadi pada semua kalangan termasuk pada lansia.
Seiring bertambahnya usia maka risiko seseorang terkena penyakit hipertensi
meningkat. Intervensi keperawatan berupa teknik relaksasi napas dan kompres hangat
dalam untuk mengurangi nyeri pada lansia hipertensi. Tujuan dari penelitian ini
adalah menjelaskan pengaruh terapi relaksasi napas dalam dan kompres hangat
terhadap nyeri akut yang dirasakan klien. Metode: Penelitian ini menggunakan
desain studi kasus tunggal degan sampel penelitian adalah klien lansia diagnosa
medis hipertensi dengan tanda vital stabil kecuali ptada tekanan darah, keadaan
umum baik, dan bersedia dilakukan intervensi. Pengkajian nyeri menggunakan
pengkajian mnemonic PQRST. Pengukuran dilakukan selama 3 hari dengan durasi
10-15 menit. Hasil dan Pembahasan: setelah dilakukan intervensi terapi relaksasi
napas dalam dan kompres hangat pada hari pertama cenderung belum memberikan
efek, namun pada hari kedua telah memberikan efek dengan skala turun menjadi 5.
Hari terakhir skala nyeri menjadi 2 diimbangi dengan medikasi yang diberikan. Klien
mencoba dalam durasi yang telah ditentukan. Namun tekanan darah klien cenderung
masih tinggi, dibutuhkan pemantauan tekanan darah secara berkala agar tidak
menimbulkan nyeri kembali. Kesimpulan: Diagnosis keperawatan yang ditemukan
adalah nyeri akut, gangguan memori, dan risiko jatuh. Ada perubahan pada nyeri
kepala setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam, kompres hangat dan
menghirup aromaterapi minyak kayu putih meski efeknya tidak menetap namun
secara bertahap.Dari terapi yang telah diberikan sampai pada hari ketiga skala nyeri
pasien menjadi 2.
Kata kunci: Nyeri Akut, Pengkajian mnemonic PQRST, Hipertensi, Lansia.
xv
ABSTRACT
Introduction: Hypertension can occur in all groups, including the elderly. With
increasing age, a person's risk of developing hypertension increases. Nursing
interventions in the form of breath relaxation techniques and deep warm compresses
to reduce pain in hypertensive elderly. The purpose of this study was to explain the
effect of deep breathing relaxation therapy and warm compresses on the acute pain
felt by the client. Methods: This study used a single case study design with the
research sample being elderly clients with medical diagnosis of hypertension with
stable vital signs except for blood pressure, good general condition, and willing to
intervene. Pain assessment using PQRST mnemonic assessment. Measurements were
carried out for 3 days with a duration of 10-15 minutes. Results and Discussion:
after the intervention of deep breathing relaxation therapy and warm compresses on
the first day tended to not have an effect, but on the second day it had an effect with a
scale down to 5. The last day the pain scale became 2 balanced with the medication
given. The client tries within the specified duration. However, the client's blood
pressure tends to be high, regular blood pressure monitoring is needed so as not to
cause pain again. Conclusion: The nursing diagnoses found were acute pain,
memory impairment, and the risk of falling. There was a change in headache after
doing deep breathing relaxation techniques, warm compresses and inhaling
eucalyptus oil aromatherapy although the effect was not permanent but gradually.
From the therapy that had been given until the third day the patient's pain scale
became 2.
Keywords: Acute Pain, PQRST mnemonic assessment, Hypertension, Elderly.
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
ada, hipertensi menyerang pada orang dewasa awal dan lansia. Lansia laki-laki lebih
dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau esensial (90%
kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder (10%)
yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung dan
gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2013, diagnosis hipertensi ditegakkan
apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda
(Nahak, 2019).
Hipertensi dapat terjadi pada semua kalangan termasuk pada lansia. Seiring
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang dapat terkena hipertensi. Salah satunya
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
kontraksi dan volume. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
pembuluh darah perifer (Mulyani, 2019). Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus
1
mengalami peningkatan. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1
milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan,
menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa dihampir semua
negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat
dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih
Payana, Andrianto, & Sartika, 2020) diketahui bahwa umur responden penderita
hipertensi di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) tahun 2019 dari 22 orang
responden terjadi peningkatan tekanan darah pada lansia mayoritas berada di usia >60
sistolik 140-159 mmHg dan diastolic 90 - 99 mmHg dan 10 orang lansia 45,5%)
(moderate/grade 2), hal ini menunjukkan bahwa lansia memiliki prevalensi lebih
besar mengalami resiko hipertensi. Penelitian Alfie & Cuffaro (2019) menunjukkan
lansia memiliki prevalensi terbesar terkena hipertensi. Hal ini juga sesuai dengan data
dari hasil riskesdas yang mendapatkan data bahwa pada kelompok umur 55-64 tahun
jumlah penderita hipertensi di Indonesia sebanyak 55,2%, lebih tinggi dari kelompok
sendiri oleh proses penuaan yang terjadi secara alami pada lansia. Proses penuaan
akan mengakibatkan perubahan fungsi baik fisik dan fisiologis tubuh, dalam hal ini
2
perubahan fisik terjadi pada system kardiovaskuler dimana pembuluh darah lansia
Penyebab dari hipertensi sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang
lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada
gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer (Lumowa, 2020). Faktor risiko yang dapat
menyebabkan hipertensi ada banyak. Salah satu contohnya adalah faktor genetik,
gaya hidup, lingkungan, pola makan, dan faktor usia. Usia adalah salah satu faktor
utama , dimana saat seseorang berumur 60 tahun ke atas jauh lebih besar risikonya
daripada dengan usia yang dibawah 60 tahun. Hal ini disebabkan karena semakin
terhindar dari komplikasi maka yang dilakukan adalah pembatasan konsumsi makan
atau diit yang dilakukan yaitu maksimal 2 gram garam dapur untuk diit setiap harinya
(K Akbar, Nur, & Humaerah, 2020). Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar
kadar kolesterol tidak terlalu tinggi, kadar kolesterol darah yang tinggi dapat
lama kelamaan jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh darah
dan mengganggu peredaran darah sehingga tekanan darah akan naik. Olahraga secara
3
teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi.
Olahraga yang dapat dilakukan adalah menggerakkan semua sendi dan otot tubuh
(latihan isotonik atau dinamik), seperti lari-lari kecil, berenang, dan naik sepeda.
Perlu diingat bahwa tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti
tinju, gulat atau angkat besi. Hal lain yang dapat dilakukan adalah rutin konsumsi
buah dan sayuran yang mengandung tinggi kalium seperti buah pisang dan sayur
sulit bernafas setelah bekerja keras, mudah lelah, mudah marah, tengkuk terasa
tegang/nyeri leher, sukar tidur, dan sebagainya (Vitahealth, 2001). Tengkuk terasa
tegang atau nyeri leher diakibatkan karena terjadi peningkatan tekanan pada dinding
pembuluh darah di daerah leher yang mana pembuluh darah tersebut membawa darah
mengakibatkan terjadi penekanan pada serabut saraf otot leher sehingga penderita
merasa nyeri atau ketidaknyamanan pada leher. Nyeri yang dirasakan oleh penderita
sebagai petugas kesehatan memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit yang
diderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko dari
penyakit yang diderita. Peran sebagai educator (pendidik), perawat membantu klien
mengenal kesehatan 5 dan prosedur asuhan keperawatan yang perlu mereka lakukan
4
dengan pendekatan pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi kliennya sesuai
metode dan proses keperawatan (Sudarma, 2018). Perawat berperan dalam membantu
klien menghadapi atau melewati rasa nyeri yang dirasakan sebagai efek sakit yang
farmakologis ataupun dengan cara non farmakologis untu mengurangi gejala yang
pasien hipertensi, maka peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawata kepada
pasien hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut di Rumah Sakit Larasati
Pamekasan.
5
1.4. Tujuan Penulisan
1.5.1. Peneliti
Penelitian karya ilmiah akhir ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan peneliti dalam menetapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
1.5.2. Pasien
Penelitian karya ilmiah akhir ini dapat memberikan informasi dan manfaat
6
1.5.3. Institusi Pendidikan
pikiran dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang
sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan systole >
140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di
8
2.1.2. Etiologi
yaitu :
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana
penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih 90% penderita
sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi
gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah
faktor stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya
hidup.
b. Hipertensi Sekunder
lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
9
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi. Gaya hidup
10
makanan instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya
3) Obesitas
melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum air
putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi
maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas
(IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas
18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
1) Genetik
11
dengan peningkatan kadar Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang yang tidak
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause
12
2.1.4. Klasifikasi
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu <130 mmHg untuk
tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastole. Klasifikasi
tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak sedang memakai obat
1(hipertensi
ringan)
sedang)
berat)
13
2.1.5. Patofisiologi
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
darah.
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
14
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
15
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epitaksis
8) Kesadaran menurun
apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada
diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi
yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
2.1.7. Komplikasi
1) Stroke
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri
16
yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
2) Infark miokard
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal
17
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
4) Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
2.1.8. Penatalaksanaan
dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
18
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan
rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi berat
badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas
yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein
dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1
gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium
19
menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara
3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam
tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
6) Penurunan stress
cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
Terapi relakasi progresif terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada
fisiologis yang terintegrasi dan juga menganggu bagian dari kesadaran yang
menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat serta meningkatkan
20
manfaat dari respons relaksasi, ketika melakukan teknik ini diperlukan
1) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air yang
darah.
2) Penghambat Adrenergik
sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah istem saraf yang dengan
tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
4) Angiotensin-II-bloker
5) Antagonis kalsium
21
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat bisa
menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
Nyeri akut adalah nyeri yang biasanya berlangsung tidak lebih dari enam
bulan, awitannya gejalanya mendadak dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi (Nanda International,
2017).
Pasien dengan nyeri akut memiliki tanda dan gejala mayor maupun minor
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.
22
2) Tanda dan gejala minor :
b) Secara objektif nyeri akut ditandai dengan tekanan darah meningkat, pola
Persepsi individu terhadap nyeri di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup
endogen sehingga terjadilah persepsi nyeri. Latar belakang etnik dan budaya
memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain.
2) Tahap Perkembangan
akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri . Dalam hal ini anak-anak
23
nyeri untuk mereka. Disisi lain, prevalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi
karena penyaki akut atau kronis dan degenerative yang diderita. Walaupun
ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, efek analgesic yang diberikan
aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu,
dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah faktor penting yang
nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka yang dapat dukungan keluarga dan
orang-orang terdekat.
dan kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau
merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu
lain yang belum pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan
ini.
24
5) Ansietas dan stress
percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan
mengalami peurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi
nyeri mereka.
6) Jenis kelamin
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.
Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
7) Makna nyeri
8) Perhatian
25
9) Keletihan
sebagai individu yang dapat mengendalikan linkungan mereka dan hasil akhir
suatu peristiwa nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal
individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari suatu peristiwa.
dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang dicintai
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual,
serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuraan nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin dilakukan adalah melalui respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendri.
Penilaian nyeri akut pada post sectio caesarea sama dengan nyeri pada umum
nya .Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala
26
Penilaian nyeri menggunakan skala penilaian Numerical Rating Scale ( NRS)
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini efektif untuk digunakkan
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
baik)
7-9 : Nyeri berat secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
lokasi
27
nyeri, dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan posisi
alih
28
2.3. WOC
Impuls diteruskan ke
hipotalamus posterior
Reaksi reflek
penghambat simpatif
Menghilangkan bradykinin,
Nyeri Menurun histamn, prostaglandin
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa,
dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau
organisasi. Peristiwa yang dipilih menjadi kasus bersifat aktual (real-life events),
dan sedang berlangsung (Rahardjo, 2017). Penelitian ini adalah studi Efektifitas
Rumah Sakit Larasati Pamekasan Jawa Timur. Waktu pengambilan studi kasus
atau pegkajian dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2022 dan pencapaian asuhan
Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah Tn. M berusia 65 tahun
30
Setelah mendapatkan kasus, peneliti kemudian mengumpulkan data untuk
dijadikan studi kasus melalui rekam medik pasien, dan bertanya seputar pasien
kepada keluarga Metode yang digunakan dalam pengumpulan data kasus ini
pengamatan secara langsung kepada pasien untuk mencari perubahan atau kasus
Report (1978, dalam Polit & Hungler, 1997), yaitu meliputi beneficence,
1. Beneficience
Peneliti tidak mencantumkan nama maupun inisial tetapi memberi kode yang
diperoleh dari responden boleh disampaikan kepada orang lain hanya untuk
31
kepentingan penelitian. Data penelitian disimpan oleh peneliti dalam bentuk
berhenti bila dalam proses pengambilan data merasa tidak ingin melnjutkan
32
BAB 4
4.1. Hasil
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
a. No.MR : 00xx
b. Nama : Tn. M
e. Alamat : Panglegur
f. Agama : Islam
2) Asessmen/Pemeriksaan
a. Anamnesis
33
≥ 10 tahun yang lalu. Selain riwayat hipertensi, Tn.M memiliki
status gizi normal, dan fungsi sosial lansia dengan hasil fungsi
34
e) Riwayat penyakit dahulu:
h) Pengkajian nyeri:
- Q: cenat cenut
- R: daerah kepala
- S: 6
b. Pemeriksaan umum
a) Kesadaran : composmentis
d) Suhu : 36.5◦C
f) Pernapasan : 19x/menit
g) SpO2 : 99%
h) BB : tidak terkaji
c. Pemeriksaan sistemik
35
Perubahan proses menua pada fungsi fisiologis keadaan umum
klien 5,5,5,5
lebih 2 bulan yang lalu setiap harinya saat bangun tidur dan
beserta minusnya.
tidak terdengar.
36
6) Tidak ada masalah pada bagian hidung dan mulut. klien
ada
masalah.
di kedua lutut klien, namun klien rutin setiap hari mengikuti senam
pagi di panti.
saraf tepi terdiri dari nervus satu sampai dua belas. Untuk nervus I
37
nervus IX merasakan pahit obat, nervus X tidak ada gangguan
e. Pemeriksaan lain
f. Medikasi/obat-obatan:
a) Amlodipin 5 mg (1x1)
b) B complex 15 mg (1x1)
2. Analisis
Tabel 4.1 Analisis Data Pasien dengan Hipertensi Rumah Sakit Larasati
Pamekasan
No. Data Masalah Penyebab
1. Ds: Nyeri akut Hipertensi
- klien mengeluh
pusing/nyeri kepala
- P: hipertensi
(180/90 mmHg)
- Q: cenat cenut
- R: daerah kepala
- S: 6
- T: hilang timbul,
timbul saat tekanan
darah naik
Do:
- Klien tampak meringis
saat nyeri
38
- Klien mengkonsumsi
Amlodipin 5 mg 1x1
- Klien tampak
memijat-mijat
kepalanya
- TD: 180/90 mmHg
- Nadi: 89x/menit
2. Ds: Gangguan Demensia dan
- Klien mengatakan hari memori penuaan
ini hari senin
- Klien lupa menoupose
umur berapa
- Klien mengatakan
meminta perawat
menuliskan TD harian
di tangannya agar
selalu ingat
Do:
- Hasil penilaian
MMSE: gangguan
kognitif sedang
- Klien tidak
mampu/tidak bisa
mengingat dengan
kejadian faktual masa
lalu/sekarang
3. Ds: Risiko jatuh Penuaan
- Klien mengatakan
menggunakan tongkat
apabila ingin kemana
mana
- Klien mengatakaan
terbiasa menggunakan
kacamata semenjak
muda
Do:
- Klien menggunakan
tongkat apabila ingin
berjalan
- Menggunakan
kacamata semenjak
muda
- Mata cenderung
mengerut apabila ingin
membaca sesuatu
- Berpegangan pada
dinding atau peganga
yang lain apabila ingin
39
berjalan
3. Diagnosis
a. Diagnosis aktual
darah.
b. Diagnosis risiko
4. Rencana Intervensi
40
Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan Hipertensi di
Rumah
Sakit Larasati Pamekasan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Kriteria Hasil
(SLKI)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen intervensi (I.08238)
pencedera keperawatan Observasi
fisiologis 3x24 jam 1. Identifikasi PQRST
(hipertensi) diharapkan 2. Identifikasi faktor yang
d.d tampak tingkat nyeri memperberat dan
meringis, TD menurun dengan memperingan Nyeri
meningkat kriteria hasil Terapeutik
(D.0077) (L.08066): 3. Berikan teknik non
1. Keluhan nyeri farmakologis (terapi
menurun kompres hangat) untuk
2. Meringis menurun mengurangi nyeri
3. Gelisah menurun 4. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
5. Jelaskan
penyebab, periode dan
pemicu nyeri
6. Ajarkan teknik
teknik non farmakologis
(kompres air hangat)
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
hipertensi Amlodipin
1x1 5 mg
41
meningkat mengingat kembali
pengalaman masa
lalu (dibagi menjadi
5 sesi)
4. Stimulasi
menggunakan
memori pada
peristiwa
yang baru saja terjadi
Kolaborasi
5. Jelaskan tujuan
dan prosedur latihan
3. Risiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh
ditandai intervensi keperawatan (I.14540)
dengan selama 3x24 jam Observasi
penggunaan diharapkan 1. Identifikasi faktor
alat bantu tingkat jatuh menurun risiko jatuh
berjalan, usia dengan 2. Hitung risiko
>65 tahun, kriteria hasil (L.14138): jatuh dengan skala
gangguan 1. Jatuh saat berdiri Terapeutik
penglihatan menurun 3. Gunakan alat
(mata plus) 2. Jatuh saat bantu jalan (kursi
(D.0143). berjalan menurun roda)
Edukasi
4. Anjurkan
memanggil perawat
jika Jatuh dari
tempat
membutuhkan
bantuan duduk
menurun untuk
berpindah
42
- T: hilang timbul, timbul saat tekanan darah naik
O:
- Klien tampak meringis saat nyeri
- Klien mengkonsumsi amlodipin 1x1 5 mg
- Klien tampak memegang kepala
- TD: 180/90 mmHg
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P:
- Berikan teknik non farmakologis (Kompres hangat)
- Jelaskan penyebaab nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis kompres hangat
- Kolaborasi pemberian obat analgetik/obat anti hipertensi amlodipin
1x1 5 mg
I:
- Memberikan terapi kompres hangat
- Mengajarkan kompres hangat
- Mengkolaborasikan pemberian obat anti hipertensi
amlodipin 1x1 5 mg
E (13.45) : klien mengatakan masih pusing secara hilang timbul skala 5
43
Jumat 22/8
(09.00)
S:
- Klien mengatakan saat ini pusingnya hilang timbul tidak sesering
kemarin
- P: hipertensi
- Q: cenat-cenut
- R: daerah kepala
- S: skala 3
- T: hilang timbul
O:
- Klien tampak tidak meringis dan tidak gelisah
- Klien tetap mengkonsumsi amlodipin 1x1 5 mg
- TD: 140/80 mmHg
- Nadi: 78x/menit
A: masalah nyeri aku teratasi sebagian
P:
- Anjurkan klien melakukan pemberian kompres hangat sesering
mungkin
- Fasilitasi klien dalam melakukan kompres hangat
- Kolaborasi obat anti hipertensi amlodipin 1x1 5 mg
I:
- Menganjurkan klien melakukan kompres hangat dan sesering
mungkin minimal 15 menit apabila nyeri timbul
- Memfasilitasi klien melakukan kompres hangat
- Mengkolaborasikan obat anti hipertensi amlodipin 1x1 5 mg
E (13.30): klien mengatakan ada perubahan pada nyeri kepala setelah
melakukan pemberian kompres hangat, meski nyeri hilang timbul
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
a. No.MR : 000xx
b. Nama : Tn. A
44
e. Alamat : Ceguk
f. Agama : Islam
2) Asessmen/Pemeriksaan
a. Anamnesis
b) Keluhan penyerta :-
45
mengatakan kurang mengetahui informasi mengenai penyakit
yang di deritanya.
berhenti
j) Pengkajian nyeri:
- Q: cenat cenut
- S: 5
g. Pemeriksaan umum
a) Kesadaran : composmentis
d) Suhu : 36.7◦C
46
e) Denyut nadi : 91x/menit
f) Pernapasan : 20x/menit
g) SpO2 : 99%
h) BB : 60 kg
h. Pemeriksaan sistemik
klien 5,5,5,5
47
klien lupa sudah berapa lama menggunakan kacamata
beserta minusnya.
ada
masalah.
saraf tepi terdiri dari nervus satu sampai dua belas. Untuk nervus I
48
mengerutkan dahi, mampu tersenyum, wajah simetris, nervus IX
j. Pemeriksaan lain
k. Medikasi/obat-obatan:
c) Amlodipin 5 mg (1x1)
d) B complex 15 mg (1x1)
2. Analisis
Tabel 4.4. Analisis Data Pasien dengan Hipertensi Rumah Sakit Larasati
Pamekasan
No. Data Masalah Penyebab
49
1. Ds: Nyeri akut Hipertensi
- klien mengeluh
pusing/nyeri kepala
- P: hipertensi
(200/90 mmHg)
- Q: cenat cenut
- R: daerah kepala
bagian belakang
- S: 5
- T: hilang timbul,
timbul saat tekanan
darah naik
Do:
- Klien tampak meringis
saat nyeri
- Klien mengkonsumsi
Amlodipin 5 mg 1x1
- Klien tampak
Memegang kepalanya
- TD: 200/90 mmHg
- Nadi: 89x/menit
3. Diagnosis
b. Diagnosis aktual
darah.
4. Rencana Intervensi
50
Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan Hipertensi di
Rumah
Sakit Larasati Pamekasan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Kriteria Hasil
(SLKI)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen intervensi (I.08238)
pencedera keperawatan Observasi
fisiologis 3x24 jam 8. Identifikasi PQRST
(hipertensi) diharapkan 9. Identifikasi faktor yang
d.d tampak tingkat nyeri memperberat dan
meringis, TD menurun dengan memperingan Nyeri
meningkat kriteria hasil Terapeutik
(D.0077) (L.08066): 10. Berikan teknik non
1. Keluhan nyeri farmakologis (terapi
menurun kompres hangat) untuk
4. Meringis menurun mengurangi nyeri
5. Gelisah menurun 11. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
12. Jelaskan
penyebab, periode dan
pemicu nyeri
13. Ajarkan teknik
teknik non farmakologis
(kompres air hangat)
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
14. Kolaborasi
pemberian analgetik
untuk hipertensi
Amlodipin
1x1 5 mg
51
Tabel 4.6 Evaluasi Pada Klien dengan Hipertensi di Rumah Sakit
Larasati Pamekasan
Evaluasi
Rabu, 20/7 (11.30)
S:
- klien mengeluh pusing/nyeri kepala
- P: hipertensi (200/90 mmHg)
- Q: cenat cenut
- R: daerah kepala belakang
- S: 5
- T: hilang timbul, timbul saat tekanan darah naik
O:
- Klien tampak meringis saat nyeri
- Klien mengkonsumsi amlodipin 1x1 5 mg
- Klien tampak memegang kepala
- TD: 200/90 mmHg
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P:
- Berikan teknik non farmakologis (Kompres hangat)
- Jelaskan penyebaab nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis kompres hangat
- Kolaborasi pemberian obat analgetik/obat anti hipertensi amlodipin
1x1 5 mg
I:
- Memberikan terapi kompres hangat
- Mengajarkan kompres hangat
- Mengkolaborasikan pemberian obat anti hipertensi
amlodipin 1x1 5 mg
E (13.45) : klien mengatakan masih pusing secara hilang timbul skala 5
52
- Berikan terapi kompres hangat
- Ajarkan teknik kompres hangat
- Kolaborasi anti hipertensi
I:
- Memberikan terapi kompres hangat
- Mengajarkan kembali teknik kompres hangat
- Mengkonsumsi obat anti hipertensi amlodipin 1x1 5 mg
E (13.30): klien tampak tenang (tidak gelisah, tidak meringis), skala nyeri
tetap 3
Jumat 22/8
(10.00)
S:
- Klien mengatakan saat ini pusingnya hilang timbul tidak sesering
kemarin
- P: hipertensi
- Q: cenat-cenut
- R: daerah kepala
- S: skala 2
- T: hilang timbul
O:
- Klien tampak tidak meringis dan tidak gelisah
- Klien tetap mengkonsumsi amlodipin 1x1 5 mg
- TD: 150/80 mmHg
- Nadi: 88x/menit
A: masalah nyeri aku teratasi sebagian
P:
- Anjurkan klien melakukan pemberian kompres hangat sesering
mungkin
- Fasilitasi klien dalam melakukan kompres hangat
- Kolaborasi obat anti hipertensi amlodipin 1x1 5 mg
I:
- Menganjurkan klien melakukan kompres hangat dan sesering
mungkin minimal 15 menit apabila nyeri timbul
- Memfasilitasi klien melakukan kompres hangat
- Mengkolaborasikan obat anti hipertensi amlodipin 1x1 5 mg
E (13.30): klien mengatakan ada perubahan pada nyeri kepala setelah
melakukan pemberian kompres hangat, meski nyeri hilang timbul
53
4.1.3. Penatalaksanaan pemberian kompres hangat pada pasien hipertensi
hanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah pada
biasanya samar. Sakit kepala, biasanya di tengkuk dan leher, dapat muncul saat
terbangun, yang berkurang selama siang hari5. Nyeri kepala disebabkan karena
kerusakan vaskuler
akibat dari hipertensi tampak jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan
pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan
terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan terjadi penurunan O2 (oksigen) dan
tubuh yang meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada
otak. Salah satu penatalaksanaan nyeri yang dapat dilakukan antara lain dengan
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada
54
bagian tubuh tertentu (Kusnanto et al, 2016). Kompres hangat merupakan
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat
mengurangi kejang otot, dan menurunkan kekakuan tulang sendi. Kompres hangat
dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat ke
bagian tubuh yang nyeri. Terapi kompres hangat akan menyalurkan sinyal ke
hangat karena adanya rangsangan impuls yang memblokade nyeri agar tidak
dapat dilakukan dengan menggunakan buli-buli atau Warm Water Zack (WWZ)
ditempat rata, kemudian bagian atas ditekuk sampai air kelihatan lalu
ditutup
55
7. Pemberian kompres hangat dapat dilakukan selama 20 menit dengan selang
bahwa intensitas nyeri pada pasien mengalami penurunan dari skala nyeri 6
anatomis, banyak pembuluh darah arteri dan arteriol di leher yang menuju ke
otak. Pada nyeri kepala yang diderita oleh pasien hipertensi disebabkan karena
darah.
nyeri dengan memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas tersebut
oksigen, serta nutrisi ke jaringan. Secara anatomis, banyak pembuluh darah arteri
dan arteriol di leher yang menuju ke otak. Pada nyeri kepala yang diderita oleh
56
sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemasukan oksigen dan nutrisi ke
jaringan otak. Pada leher terdapat arteri dan arteriol yang memperdarahi kepala
dan otak. Arteriol merupakan pembuluh resistensi utama pada pohon vaskuler.
pembuluh ini mempunyai lapisan otot polos yang tebal dan dipersarafi oleh serat
saraf simpatis. Otot polosnya juga peka terhadap perubahan kimiawi lokal dan
terhadap beberapa hormon dalam sirkulasi. Lapisan otot polos berjalan sirkurel
pembuluh darah.
pemasukan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak . Pada leher terdapat arteri dan
mengandung jaringan ikat elastik, namun pembuluh ini mempunyai lapisan otot
polos yang tebal dan dipersarafi oleh serat saraf simpatis. Otot polosnya juga
peka terhadap perubahan kimiawi lokal dan terhadap beberapa hormon dalam
57
terjadi akibat kompres hangat dapat melebarkan pembuluh darah arteriol,
Selain itu hasil penerapan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setyawan & Kusuma (2014) tentang pengaruh pemberian kompres hangat pada
menggunakan uji Wilcoxon sign test didapatkan nilai p value 0,000 (p <0,05),
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rohimah & Kurniasih (2015) tentang
sebelum dan sesudah diberikan kompres dengan nilai p value 0.0039 . Penelitian
penerapan kompres hangat pada tengkuk intensitas nyeri pada pasien semakin
penurunan intensitas nyeri pada pasien hipertensi, hal ini dapat terjadi karena
58
nyeri kepala yang diderita oleh pasien hipertensi disebabkan karena suplai darah
pasien hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri kepala kompres hangat pada
dikonsumsi setiap harinya. Amlodipin merupakan obat penurun darah tinggi atau
darah dapat mengalir lebih mudah. Obat ini juga dapat digunakan untuk
melemaskan dinding pembuluh darah sehingga aliran darah lebih lancar dan
pembuluruh darah sehingga aliran darah lancar dan tubuh terasa rileks. Nyeri
yang dirasakan dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
mahal dan berpotensi memiliki efek samping. Sejalan dengan penelitian (Saudia
and Sari, 2018) bahwa tindakan yang efektif untuk menguranngi nyeri teknik
yakni memberikan kompres hangat atau memberikan botol berisi air panas dan
diletakkan di bawah tengkuk atau mandi air hangat. Berdasarkan penelitian (Ni
59
amah and Sulistiyaningsih, 2021) menyebutkan bahwa pemberian kompres
hangat dapat mengurangi intensitas nyeri pada tegkuk. (Ni amah and
Sulistiyaningsih, 2021)
60
BAB 5
5.1. Kesimpulan
penyakit hipertensi, dengan keluhan nyeri bagian kepala kurang lebih 2 bulan.
2. Diagnosa keperawatan prioritas pada klien yaitu nyeri akut dengan tanda
gejala klinis nyeri pada bagian kepala, pusing, dan klien tampak meringis.
3. Ada perubahan pada nyeri kepala setelah melakukan teknik relaksasi napas
dalam, kompres hagat dan menghirup aromaterapi minyak kayu putih meski
4. Evaluasi dari intervensi yang diberikan adalah di hari ketiga skala nyeri klien
berkurang menjadi 2.
5.2. Saran
1. Terapi relaksasi napas dalam dan kompres hangat dapat digunakan sebagai
mengurangi nyeri.
waktu 10-15 menit setiap harinya. Sedangkan, kompres hangat dapat juga
terapi relaksasi napas dalam dan kompres hangat kepada lansia, karena lansia
61
rentang mengalami demensia maka perlu diperhatikan waktu melakukan
62
DAFTAR PUSTAKA
Germany.
Harsismanto, J., Andri, J., Payana, T. D., Andrianto, M. B., & Sartika, A. (2020).
https://doi.org/10.31539/jka.v2i1.1146
K Akbar, F., Nur, H., & Humaerah, U. I. (2020). Karakteristik Hipertensi pada
Airlangga
Mulia Madiun.
63
Mulyani, S. S. (2019). Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi di Panti
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/300/1/Untitled.pdf
Noviati, E., Kusumawaty, J., Rahmawati, I., Rosmiati, Marliany, H., &
Kurniawan,
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
64
Pratitdya, G., Rehatta, N. M. and Susila, D. (2020) ‘Perbandingan Interpretasi
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi
https://doi.org/10.52822/jwk.v5i1.120
532.
Jakarta : EGC
Sunaryo, M. K., Rahayu Wijayanti, S. K., Kep, M., Kom, S., Kuhu, M. M., SKM,
CV ANDI.
Suntara, D. A., Roza, N., & Rahmah, A. (2021). Hubungan Hipertensi dengan
65
Kelurahan Tanjung Riau Kota Batam. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(10),
2177–2184.
http://www.academia.edu/download/49499859/pemeriksan-dan-
penilaiannyeri.pdf.
Yani, P. (2019). Gambaran Tekanan Darah dan Kecemasan Pada Lansia dengan
Hasanuddin.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Theoretical Mapping
67
intervensi dan kelompok
kontrol (P value=0,000).
Kompres hangat dapat
menurunkan skala nyeri
leher pada penderita
hipertensi esensial
3. Pengaruh Pemberian Desain: quasy eksperimen Hasil penelitan dengan
Kompres Hangat Pada Sample: 36 responden menggunakan uji Wilcoxon
Leher Terhadap hipertensi sign test didapatkan nilai p
Penurunan Intensitas Variabel: value 0,000 (p<0,05) dan
Nyeri Kepala Pada Pasian - Independen: Pengaruh uji mann Whitney dengan p
Hipertensi Di Rsud Kompres hangat value 0,000 (p<0,05),
Tugurejo Semarang - Dependen: Nyeri Leher sehingga dapat disimpulkan
(Setyawan, Et Al 2016) Instrumen: lembar ada pengaruh pemberian
observasi dan melakukan kompres hangat pada leher
intervensi kompres hangat terhadap penurunan
pada leher. intensitas nyeri kepala pada
Analisis: uji Wilcoxon sign pasien hipertensi, dimana
test kelompok yang diberikan
kompres hangat pada leher
lebih efektif dibandingkan
dengan kelompok yang tidak
diberikan kompres hangat
pada leher. Diharapkan
perawat dapat
meminimalkan pemakaian
analgesik untuk mengurangi
nyeri kepala dan
menggunakan kompres
hangat untuk
penatalaksanaan
nonfarmakologis.
4. Studi Kasus: Efektifitas Desain: studi kasus Setelah dilakukan asuhan
Kompres Hangat Sample: 2 orang pasien keperawatan selama tiga
Dalam Penurunan Skala hipertensi hari, pada ketiga pasien
Nyeri Pasien Hipertensi Variabel: menunjukkan nyeri akut
- Independen: Kompres hangat
berhubungan dengan agen
- Dependen: nyeri pasien
(Melly, 2018) cedera biologis teratasi
hipertensi
Instrumen: wawancara,
dengan indikator skala nyeri
observasi turun, tidak ada keluhan
Analisis: - nyeri dan frekuensi istirahat
cukup. Kompres hangat
efektif mengurangi nyeri
pada pasien hipertensi.
5. Aplikasi Kompres Hangat Desain:Studi Kasus Hasil intervensi
68
Terhadap Nyeri Pada Ny. Sample: Paien menunjukkan adanya
S Dengan Hipertensi Di hipertensi penurunan skala nyeri dari
Wilayah Kerja Puskesmas Variabel: skala 5 saat penilaian
Kademangan Kabupaten - Independen: menjadi 0 setelah intervensi
Cianjur Kompres Hangat selama 3 hari atau tidak ada
- Dependen: Nyeri nyeri yang diukur dengan
(Djuwita, 2021)
Instrumen: Wawancara NRS (Numeric Rating
dan bservasi Scale). Dapat disimpulkan
Analisis: - bahwa tindakan kompres
hangat berpengaruh terhadap
penurunan skala nyeri yang
dialami pasien hipertensi
dengan indikator skala nyeri
menurun, tidak ada keluhan
nyeri, dan frekuensi istirahat
yang cukup.
69
kasus kelolaan dengan klien
hipertensi dengan nyeri
kepala akut di ruang
Instalasi Gawat Darurat
RSUD Taman Husada
Bontang. Intervensi inovasi
yang digunakan adalah
Pengaruh Kompres Hangat
Pada Leher. Berdasarkan
data diatas dapat dilihat
adanya pengaruh pemberian
kompres hangat pada leher
terhadap penurunan
intensitas skala nyeri
sebelum diberikan
intervensi dan sesudah
diberikan intervensi.
8 Efektifitas Kompres Hasil penelitian
Hangat Dan Dingin Pada Desain: Quasi Experiment. menunjukkan bahwa yang
Perubahan Tekanan Darah Sample: 80 orang mengalami penurunan
Pasien Hipertensi Di Variabel: tekanan darah sebanyak 26
Puskesmas Blooto Kota - Independen: responden (65,0%) dan
Mojokerto Kompres hangat meningkat sebanyak 25
dan dingn responden (62,5%).
(Isnaini, 2020) - Dependen: Berdasarkan hasil uji
Hipertensi statistik analisis data
Instrumen: Observasi kompres hangat p value =
Analisis: chi square 0,000, maka p value < (0,05)
dan koefisien korelasi 0,552
dan kompres dingin nilai p =
0,644 maka p value > (0,05)
dan koefisien korelasi
0,075 . Hasil penelitian ini
menunjukkan efektivitas
kompres hangat dalam
menurunkan tekanan darah.
Kompres hangat lebih efektif
daripada kompres dingin.
Terbukti kompres hangat
menyebabkan vasodilatasi
(pelebaran pembuluh darah),
meningkatkan relaksasi otot
dan memperlancar sirkulasi
sehingga suplai oksigen
menjadi lebih baik sehingga
nyeri leher berkurang.
70
9. Penerapan Pemberian Desain: studi kasus Hasil Penerapan
Kompres Hangat Pada Sample: 2 pasien menunjukan bahwa skala
Leher Terhadap Skala Variabel: nyeri kedua pasien sebelum
Nyeri Kepala Pada - Independen: dilakukan penerapan
Pasien Hipertensi Di Kompres hangat kompres hangat dengan buli-
Kota Metro - Dependen: buli panas mengalami nyeri
(Nugroho , et al 2022) Nyeri kepalakepala dengan skala 7 (nyeri
Instrumen: Lembar berat terkontrol). Setelah
observasi dan intervensi dilakukan penerapan
Analisis: - kompres hangat selama 3
hari mengalami penurunan
skala nyeri pada kedua
pasien yaitu menjadi skala 0
(tidak nyeri). Kesimpulan
Penerapan menunjukan
bahwa terjadi penurunan
skala nyeri pada pasien
setelah dilakukan penerapan
kompres hangat.
10. Studi Kasus Pemberian Desain: Studi Kasus Hasil: terdapat perubahan
Kompres Hangat Untuk Sample: pasien hipertensi yang signifikan antara
Mengatasi Nyeri Leher Variabel: sebelum dan sesudah
Pada Penderita - Independen: dilakukan kompres hangat
Hipertensi Esensial Di Kompres hangat pada leher dengan hasil skala
Wilayah Kerja - Dependen: nyeri leher nyeri Ny. H dari 6 menjadi
Puskesmas Tanjungrejo Instrumen: Lembar 2, Ny. SR dari 6 menjadi 2
observasi dan intervensi
(Batin, et al 2018) dan Ny. S dari 6 menjadi 1.
Analisis: -
Kesimpulan: kompres hangat
pada leher terbukti dapat
menurunkan nilai skala nyeri
pada pasien hipertensi
dengan keluhan nyeri pada
leher.
71
Lampiran 2
72
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu
Kabupaten Pamekasan
NPM : 721630700
Hormat Kami,
Imilda Febriyanti
NPM : 721630749
73
Lampiran 4
Dibuat oleh Imilda Febryanti Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja Madura.
Tanda tangan di bawah ini menunjukkan bahwa saya telah di berikan
penjelasan dan menyatakan bersedia menjadi responden dengan sadar dan tanpa
paksaan.
Hormat Kami,
(.............................)
tanpa nama
74