Anda di halaman 1dari 173

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BERBASIS


FAMILY CENTERED NURSING MODEL
TERHADAP KEPATUHAN DIET DM
TIPE II DESA AMBUNTEN

Oleh :

HALIMATUS SA’DIYAH
(717.6.2.0892)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2021

i
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BERBASIS


FAMILY CENTERED NURSING MODEL
TERHADAP KEPATUHAN DIET DM
TIPE II DI DESA AMBUNTEN

Oleh :

HALIMATUS SA’DIYAH
(717.6.2.0892)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2021

i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BERBASIS
FAMILY CENTERED NURSING MODEL
TERHADAP KEPATUHAN DIET DM
TIPE II DI DESA AMBUNTEN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja

Oleh:

HALIMATUS SA’DIYAH
(717.6.2.0892)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2021

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Halimatus Sa’diyah


NIM : 717.6.2.0892
Tanda tangan:

Tanggal : 23 Agustus 2021

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BERBASIS


FAMILY CENTERED NURSING MODEL
TERHADAP KEPATUHAN DIET DM
TIPE 2 DI DESA AMBUNTEN

SKRIPSI

NAMA : Halimatus Sa’diyah


NPM : 717.6.2.0892

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL: 23 Agustus2021
Oleh :
PembimbingUtama

(ZakiyahYasin, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIDN : 0720108501
Pembimbing Kedua

(EmdatSuprayitno, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIDN : 0705128704
Mengetahui

Ketua Pogram Studi Keperawatan

(Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIDN : 0720108501

iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh : HalimatusSa’diyah

NPM : 717.6.2.0892

Judul Skripsi :PengaruhPendidikanKesehatanBerbasis Family


Centered Nursing Model TerhadapKepatuhan Diet
DM Tipe 2 di DesaAmbunten

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh Dewan Penguji Skripsi
Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja
Pada tanggal 23 Agustus 2021

DEWAN PENGUJI

KetuaPenguji :Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns.,M.Kep (…………....….)


AnggotaPenguji :Mujib Hannan, S.K.M.,
S.Kep., Ns., M.Kes (…………....….)
AnggotaPenguji :Emdat
Suprayitno,S.Kep., Ns.,M.Kep (…………....….)

Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan

(Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIDN : 0720108501
DisetujuiOleh
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

v
(Dr.Eko Mulyadi, S.Kep., Ns., M.Kep)
NIDN : 0718017901

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKASDEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Wiraraja, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Halimatus Sa’diyah
NPM : 717620892
Program Studi : Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan

Demi penegmbangan ilmu penegtahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Wiraraja Hak Bebas Royaliti Non ekslusif ( Non- exclusive Royalty-
Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered Nursing Model
Terhadap Kepatuhan Diet DM Tipe II di Desa Ambunten.
Beserta perangkat yang ada( jika diperlukan ). Dengan Hak Bebas Royaliti Non
ekslusif ini Universitas Wiraraja berrhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
skripsi saya maupun artikel ilmiah yang ada didalamnya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Sumenep
Pada tanggal : 23 Agustus 2021
Yang menyatakan
TTD & Materai

Halimatus Sa’diyah
Nmp 717620891

vi
MOTTO
Salah satu keberhasilan seseorang itu berasal dari diri kita sendiri. Semakin
kita memanfaatkan waktu dalam mencari ilmu-ilmu baru maka kita akan
mampu mengangkat derajat kita dengan pengamalam itu
(Halimatus Sa’diyah)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya


sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
-QS. Al- Insyirah : 5-6

vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia Nya
yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family
Centered Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Desa Ambunten Tahun 2021”

Skripsi ini tidak lepas dari masukan dan bantuan dari pihak, untuk itu
penulis menyampaikan terimakasih sedalam-dalamnya kepada.

1. Dr. Sjaifurrachman, S.H., C.N., M.H. Selaku Rektor Universitas Wiraraja


2. Mujib Hannan, S.KM., S.Kep., Ns., M.Kes Selaku wakil rektor
Universitas Wiraraja.
3. Dr.Eko Mulyadi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.
4. Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.
5. dr. Hj. Ariyanis Rasdyahati, M.Kes selaku kepala Puskesmas Ambunten
6. Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan mimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Emdat Suprayitno, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak memberikan mimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Mujib Hannan, S.KM., S.Kep., Ns selaku dosen penguji II yang telah
memberikan mimbingan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
9. Jajaran Dosen S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja Sumenep dan semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan penelitian ini.
10. Teristemewa untuk kedua orangtuaku tercinta Bapak H.Moh Sa’ir dan Ibu
Hj.Tola’iya terimakasih atas do’a,motivasi,dukungan serta kasih sayang
yang telah dilimpahkan kepadaku. Terimakasih untuk embahku tercinta
sudah memberikan support yang luar biasa kepada cucunya. Kepada
keluargaku yang telah menjadi semangatku. Kalian telah memberikan
inspirasi dalam hidupku

viii
11. Linda Susanti, Amd.Keb kakakku tercinta yang telah memberikan
semangat hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
12. Pratu Moh.Rizal Darwaman tunanganku yang telah memberika support
dan motivasi kepada saya.
13. Sahabat-sahabatku Elgia Cahyani, Inayatul Hamiezah dan Desi Ratnasari
kalian adalah keluarga, saudara, penyemangat, tetaplah menjadi sahabat
yang luar biasa dan penuh kasih sayang.
14. Teman-teman semester 8 kelas A, tetap jaga silaturahmi dan kompak.
15. Serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga Skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu,
tenaga, dan sumber pustaka yang peneliti miliki sehingga saran dan kritik
dari pembaca akan sangat membantu untuk langkah penelitian selanjutnya.

Sumenep,23-08-2021

Halimatus Sa’diyah

717.6.2.0892

ix
ABSTRAK
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered Nursing Model
Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Tipe II di Desa Ambunten
Oleh: Halimatus Sa’diyah
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Penatalaksanaan Diabetes
mellitus tipe 2 yaitu perencanaan makan (diet), latihan jasmani (olahraga),
terapi obat (insulin) dan edukasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Familiy Centered Nursing Model
Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Ambunten Tahun
2021 .
Desain penelitian ini adalah quasy-experiment dengan pretest-posttest
control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita
Diabetes Mellitus rawat jalan di Puskesmas Ambunten. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah Simple Random sebanyak 75 orang.
Pengumupulan data menggunakan kuesioner yang telah diuji reabilitas dan
validitas sebelumnya. Analisa data yang digunakan adalah uji “Paired Sampel
T Test” dan “Independent Sampel T Test”dengan nilai signifikasinya p = 0,05.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Berbasis Familiy Centered Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Desa Ambunten dengan nilai p= 0,000.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh Pendidikan
Kesehatan berbasis Family Centered Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet
DM Tipe 2 di desa Ambunten. Berdasarkan pendidikan kesehatan berupa
kepatuhan diet dapat dijadikan sebagai suatu program pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan kemampuan perawata mandiri bagi penyandang DM Tipe
2.
Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Model Family Centered Nursing,
Kepatuhan Diet, Diabetes Mellitus Tipe

x
ABSTRACT
The Effect of Family Centered Nursing Model-Based Health Education on Type
II Diabetes Mellitus Diet Compliance in Ambunten Village

By: Halimatus Sa’diyah


Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by high levels of
glucose in the blood. The management of type 2 diabetes mellitus is meal
planning (diet), physical exercise (sports), drug therapy (insulin) and
education. This study aims to determine the Effect of Family Centered
Nursing Model-Based Health Education on Type 2 Diabetes Mellitus Diet
Compliance in Ambunten Village in 2021.

The design of this study was a quasi-experiment with a pretest-posttest


control group design. The population in this study were all outpatients with
Diabetes Mellitus at the Ambunten Health Center. The sampling technique in
this study was simple random as many as 75 people. Collecting data using a
questionnaire that has been tested for reliability and validity before. Analysis
of the data used is the "Paired Sample T Test" and "Independent Sample T
Test" with a significance value of p = 0.05. The results showed that there was
an effect of Health Education Based on Family Centered Nursing Model on
Type 2 Diabetes Mellitus Diet Compliance in Ambunten Village with p value
= 0.000.

The conclusion of this study is that there is an effect of Health Education


based on the Family Centered Nursing Model on Type 2 Diabetes Diet
Compliance in the village of Ambunten. Based on health education in the form
of dietary compliance, it can be used as a health education program to improve
the ability of self-care for people with Type 2 DM.

Keywords: Health Education, Family Centered Nursing Model, Diet


Compliance, Type Diabetes Mellitus

xi
DAFTAR ISI

SKRIPSI...................................................................................................................i
LEMBAR PERSYARATAN GELAR.................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...............................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.........................vi
MOTTO................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................x
ABSTRACT...........................................................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xv
BAB I PENDAHULAN..........................................................................................1
1.1.Latar Belakang........................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................6
1.3.Tujuan Penenlitian..................................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umun.....................................................................................6
1.3.2. Tujuan Khusus........................................................................................6
1.4. Manfaat penelitian.................................................................................................8
1.4.1. Manfaat Teoritis.....................................................................................8
1.4.2. Manfaat Praktis.......................................................................................8
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA................................................................................9
2.1. Pendidikan/Promosi Kesehatan...........................................................................9
2.1.1. Definisi Pendidikan/PromosiKesehatan.................................................9
2.1.2. Visi dan Misi Promosi Kesehatan.........................................................10
2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan..................................................................12
2.1.4. Sasaran Promosi Kesehatan..................................................................14

xii
2.1.5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan.....................................................15
2.1.6. Metode Promosi Kesehatan..................................................................19
2.1.7. Media Promosi Kesehatan....................................................................21
2.1. Konsep Perilaku...................................................................................................23
2.2.1. Perilaku kesehatan................................................................................24
2.2.2. Domain Perilaku...................................................................................26
2.2.3. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku......................................................31
2.2.4. Strategi Perubahan Perilaku..................................................................31
2.3. Model Family Centered Nursing......................................................................33
2.3.1. Pengertian.............................................................................................33
2.3. Diabetes Mellitus.................................................................................................47
2.3.1. Definisi Diabetes Mellitus....................................................................47
2.3.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus................................................................48
2.3.3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus..........................................................49
2.3.4. Manifestasi Klinik............................................................................53
2.3.5. Diagnosis Diabetes Mellitus............................................................54
2.3.6. Komplikasi Diabetes Mellitus..........................................................56
2.3.7. Manajemen Diabetes Mellitus.........................................................59
2.4.Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2.......................................................................62
2.4.1. Pengertian Diet DM Tipe 2..............................................................62
2.4.2. Tujuan Diet DM Tipe 2...................................................................63
2.4.3. Tepat Jumlah Kebutuhan kalori.......................................................63
2.4.4. Pemilihan Jenis Makanan.................................................................66
2.4.5. Pengaturan Jadwal Makan...............................................................68
2.4.6. tandar dan Prinsip Diet DM Tipe 2..................................................68
2.5. Konsep Kepatuhan..............................................................................................70
2.5.1. Definisi Kepatuhan...............................................................................70
2.5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan....................................71
BAB 3 KERANGKA KONSEPUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN........83
3.1. Kerangka Konsep Penelitian..............................................................................83
3.2. Hipotesis Penelitian.............................................................................................84
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................85

xiii
4.1. Desain Penelitian.................................................................................................85
4.2. Kerangka Kerja...................................................................................................86
4.3. Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.........................................87
4.3.1. Populasi.................................................................................................87
4.3.2. Sampel..................................................................................................87
4.3.3. Teknik Sampling...................................................................................88
4.4.Variabel Penelitian...............................................................................................88
4.1.1. Variabel Independen........................................................................88
4.1.2. Variabel Dependen...........................................................................88
4.6.Pengumpulan Instrumen......................................................................................90
4.6.1. Instrumen Penelitian........................................................................90
4.6.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................90
4.6.3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data...............................90
4.7.Analisis Data.........................................................................................................92
4.8.Etika Penelitian.....................................................................................................93
4.8.1. Persetujuan penderita DM Tipe 2 (Informed Consent)....................93
4.8.2. Tanpa nama (Anomity)....................................................................94
BAB 5 HASIL PENELITIAN.............................................................................96
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................96
5.1.1.Letak Geografis.....................................................................................96
5.1.2. Data Demografi....................................................................................97
5.1.3. Jumlah Sumber Daya Kesehatan..........................................................97
5.1.4. Visi dan Misi.........................................................................................97
5.2. Hasil......................................................................................................................98
5.2.1. Data Umum...........................................................................................98
5.2.2. Data Khusus........................................................................................101
BAB 6 PEMBAHASAN.....................................................................................105
6.1. Kepatuhan Diet Responden Sebelum Perlakuan pada Kelompok Perlakuan
.....................................................................................................................................105
6.2. Kepatuhan Diet Responden Sebelum dilakukan pada Kelompok Kontrol. 108
6.3. Kepatuhan Diet responden Setelah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan. 110
6.4. Kepatuhan Diet Setelah Dilakukan pada Kelompok Kontrol.......................112

xiv
6.5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered Nursing Model
Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Tipe 2.............................................113
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................119
7.1.Kesimpulan.........................................................................................................119
7.2.Saran....................................................................................................................119
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis Diabetes Mellitus...........................................55

Tabel 2.2 Perhitungan Kasar Kebutuhan Energi PenyandangDM....................64

Tabel 2.3 Jadwal Makan Penderita DM.............................................................68

xv
Tabel.4.1 Desain penelitian eksperimen pretest-posttest control group.............85

Tabel 4.2 Definisi operasional............................................................................89

xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses terbentuknya sikap dan reaksi...........................................29

Gambar 2.2 Family Centered Nursing Model .................................................34

Gambar 2.3. Langkah-Langkah Diagnostik Diabetes Melitus dan toleransi


Glukosa Terganggu 46

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Teori Lawrence Green (1980),

Tri Suci Lestari (2012) 83

Gambar 4.1 Kerangka Kerja.............................................................................86

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Reseponden
Lampiran 3 Standar Operasional prosedur (SOP) Penerapan
Model Self Care Management
Lampiran 4 Lembar Kuisioner
Lampiran 5 Data Umum Responden
Lampiran 6 Hasil Coding
Lampiran 7 Pengambilan Data Awal Surat Rekomendasi Dari
Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Ke Dekan
Universitas Wiraraja
Lampiran 8 Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Kesatuan
Bangsa Dan Politik Ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumenep
Lampiran 9 Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Kesatuan
Bangsa Dan Politik Ke Kecamatan Kalianget
Lampiran 10 Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Kesatuan
Bangsa Dan Politik Ke Puskesmas Kalianget
Lampiran 11 Uji Analisa Data Menggunakan SPSS
Lampiran 12 Leflet
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian

xviii
DAFTAR SINGKATAN
1. ADA :American Diabetes Association

2. DCCT : Diabetes Control and Complication Trial

3. DM : Diabetes Mellitus

4. HBM : Health Belief Model

5. IDF : International Diabetes Federation

6. IRT : Ibu Rumah Tangga

7. PTM : Penyakit Tidak Menular

8. PSME : Prediabetes Self Management Education

9. PNS : Pegawai Negeri Sipil

10. TTGO :Tes Toleransi Glukosa Oral

11. TGM : Terapi Gizi Medis

12. RISKESDAS :Riset Kesehatan Dasar

13. PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

14. WHO : Word Health Organitation

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena penyandang DM tidak dapat mengendalikan kadar glukosa

darah masih banyak ditemukan di Indonesia. Pada tahun 2020 di wilayah

Ambunten termasuk peringkat ke 4 di Kabupaten Sumenep penyandang

penyakit DM dimana mengalami peningkatan pada tahun tersebut. Salah satu

faktor yang menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol adalah rendahnya

kepatuhan diet Diabetes Mellitus Tipe 2. Ketidakpatuhan diet bisa

menyebabkan terjadinya penyakit kronik bahkan hingga menyebabkan

kematian.

Penderita Diabetes mellitus di dunia menurut data WHO menyatakan 442

juta jiwa menyandang penyakit diabetes mellitus dan mengalami peningkatan

sebanyak 8,5% pada penderita dewasa diperkirakan 2,2 juta jiwa kematian

penyandang diabetes mellitus pada usia 70 tahun. Kasus ini terjadi di berbagai

negara dengan status ekonomi yang rendah. Penyakit diabetes mellitus akan

terus meningkat pada tahun 2035. Penderita Diabetes mellitus menurut IDF

tingkat prevalensi global penderita Diabetes mellitu pada tahun 2019 sebanyak

9,3% (463 juta jiwa). Pada tahun 2030 diperkirakan meningkat menjadi 10,2

( 578 juta orang) (IDF,2019). Indonesia tercatat urutan peringkat ke 7 dengan

kejadian penyandang terbanyak [ CITATION Wid20 \l 1057 ]

Penderita Diabetes mellitus di Provinsi Jawa Timur menurut data

prevalensi penderita Diabetes mellitus sebesar 8% [ CITATION Yul18 \l 1057 ].

Berdasarkan Data dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2018) diabetes

mellitus merupakan penyakit terbanyak yang menduduki peringkat ke

1
2

5[ CITATION Sas19 \l 1057 ]. Penderita diabetes mellitus di Kabupaten Sumenep

berdasarkan data dinas kesehatan yang diperoleh terdapat penderita diabetes

mellitus pada tahun 2019 sebanyak 15,497 orang dan mengalami peningkatan

pada tahun 2020 sebanyak 43,567 orang. Berdasarkan data Puskesmas

Ambunten penderita diabetes mellitus sebanyak 3,227 orang.

Kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus sangat berperan penting

dalam meningkatkan kestabilan kadar glukosa darah. Hasil peneliti yang lebih

spesifik terdapat 114 penderita memiliki hubungan yang baik dalam

mendukung penderita dan melakukan program yang berupa kepatuhan diet

berhasil. Dukungan keluarga merupakan hal utama untuk menunjang program

yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus [ CITATION Dis186 \l 1057 ].

Kepatuhan dalam pengobatan diabetes mellitus pada umumnya masih rendah

dalam menjalankan program diet ditemukan 60%, yang menjalankan program

diet hanya 40%. Penderita kurang mendapatkan motivasi dari keluarga

sehingga memiliki pengaruh yang kurang baik dari dukungan keluarga

sebanyak 53,3% dan hanya beberapa yang memiliki motivasi yang baik

sebanyak 46,7% yang dibuktikan oleh peniliti Butalina dan Purnama (2016)

[ CITATION Dwi181 \l 1057 ].

Diabetes adalah jenis penyakit kronik,dan penyandang perlu mengusuai

dalam menjalankan terapi pengobatan serta penyandang belajar bagaimana

menyesuaikan agar terkontrol. Penyandang dapat melakukan penatalaksanaan

yang ditangani melalui 4 pilar [ CITATION San161 \l 1057 ]. Kepatuhan diet

kunci dari salah satu keberhasilan yang terletak dalam 4 pilar [ CITATION

Zaq191 \l 1057 ]. Program diet diabetes mellitus dalam pengaturan 3J


3

( jadwal,jenis dan jumlah) dapat menstabilkan kadar glukosa darah mendorong

penderita dalam mengikut sertakan menjalankan program diet dalam terapi,

support keluarga. Program diet melibatkan ahli gizi dalam pengaturan 3J,

mulai dari kalori yang disarankan, jenis kebutuhan yang digunakan. Program

diet didapatkan dengan berkalaborasi dengan dokter dan ahli gizi atau tenaga

kesehatan dan memberikan pertanyaan tentang makanan yang disukai agar

penderita tidak jenuh dalam melaksanakan program diet. Penderita diabetes

mellitus dalam menjalakan program diet 3J yang wajib dipatuhi.

Ketidakpatuhan seorang penyandang DM bisa menyebabkan suatu

peningkatan komplikasi akut serta bahkan memperparah dan menyebabkan

kematian. Kepatuhan diabetes mellitus yaitu, suatu perilaku yang menyakini

dalam melaksanakan program diet diabetes mellitus yang diperintahkan oleh

tenaga kesehatan, penatalaksanaan dari beberapa pilaryaitu terapi diet yang

menjadi kunci keberhasilan dalam menstabilkan kadar glukosa darah

Tujuan program diet adalah menstabilkan kadar glukosa darah dalam batas

normal. Program diet dabetes mellitus ini berpengaruh dalam tingkat

keberhasilan dalam melaksanakan 3J (jenis,jumlah dan jadwal) penderita yang

sedang menjalankan program diet. Kepatuhan diet salah satu keberhasilan

dalam 4 pilar utama penatalaksaan yaitu, makanan (diet 3J), Aktivitas fisik

(olahraga), terapi insulin dan edukasi [ CITATION Way151 \l 1057 ] . Program

terapi melalui makanan saat ini banyak di teleti oleh ilmuan maupun oleh

mahasiswa karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kwalitas hidup

penyandang DM dengan metode menggunakan transfer ilmu seperti

pendidikan kesehatan dengan terapi program diet pada pasien. Pendidikan


4

kesehatan merupakan seseorang yang memiliki pengetahuan yang didapat dari

pendidikan, kemudain pengetahuan tersebut diaplikasikan kepada individu,

atau masyarakat yang kurang mengetahui tentang apa yang terjadi. [ CITATION

Sur181 \l 1057 ].

Keptuhan diabetes mellitus terdiri dari beberapa cara yang meliputi diet 3J

(jenis,jumlah dan jadwal), aktivitas fisik (olahraga), penyuntikan insulin, dan

edukasi . Ketidakpatuhan dalam program diet dapat disebabkan karena

kurangnya support keluarga, mengalami kejenuhan, tidak mengerti tentang

penyakit yang dialaminya, rendahnya pendidikan dari beberapa faktor tersebut

bisa mengakibatkan beberapa penyakit komplikasi akut maupun kronis serta

memperparah penyakit bahkan hingga menyebabkan kematian. Beberapa

gejala yang sering ditemukan pada penderita diabetes mellitus

poliuri,polidipsi, polifagia,penurunan berat badan dan penglihatan

kabur[ CITATION Thr18 \l 1057 ]. Pendidikan kesehatan termasuk point penting

dalam memberikan informasi dalam faktor pendukung seperti keluarga dan

memberdayakan masyarakat untuk lebih patuh pada terapi diet yang

dijalaninya dengan adanya pendidikan tersebut secara tidak langsung

mempengaruhi perilaku untuk sadar tentang pentingnya informasinya dan

timbul kemauan dari diri sendiri, kelompok atau masyarakat. Pendidikan

kesehatan merupakan kompenen utama dalam pengobatan diabetes mellitus.

Penderita diabetes mellitus harus benar-benar mengetahui tentang

penatalaksanaan dalam program diet 3J (jenis,jadwal dan jumlah) yang harus

dijalankan [ CITATION Hen151 \l 1057 ]. Salah satu keberhasilan yaitu

menggunakan model family centered nursing dengan adanya dukungan


5

keluarga yang baik maka akan memberikan dampak yang baik pada penderita.

Keluarga merupakan kumpulan yang didasarkan oleh perkawinan keluarga

menjadi point utama dalam pemberian pelayanan dan merupakan orang

terdekat yang dianggap penting, dimana yang akan mampu mengubah perilaku

penderita [ CITATION Nur14 \l 1057 ]


6

1.2. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh pendidikan kesehatan berbasis family centered nursing

model terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus tipe 2 di desa Ambunten

1.3. Tujuan Penenlitian


1.3.1. Tujuan Umun
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing model terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus tipe 2

di desa Ambunten.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi kepatuhan diet pada penyandang DM Tipe 2

sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing model pada kelompok kontrol di desa Ambunten.

2. Mengidentifikasi kepatuhan diet pada penyandang DM Tipe 2

setelah dilakukannya pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing model pada kelompok kontrol di desa Ambunten.

3. Mengidentifikasi kepatuhan diet pada penyandang DM Tipe 2

sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing model pada kelompok intervensi di desa

Ambunten.

4. Mengidentifikasi kepatuhan diet pada penderita DM Tipe 2 setelah

dilakukannya pendidikan kesehatan berbasis family centered

nursing model pada kelompok intervensi di desa Ambunten.


7

5. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing terhadap kepatuhan diet Diabetes Mellitus Tipe 2

pada kelompok kontrol.

6. Menganlisis pengaruh pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing terhadap kepatuhan diet Diabetes Mellitus Tipe 2

pada kelompok intervensi.

7. Menganalisis perbedaan kepatuhan diet pada penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

sebelum intervensi.

8. Menganalisis perbedaan kepatuhan diet pada penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

setelah intervensi.
8

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat

digunakan sebagai bahan pengembangan teori asuhan

keperawatan medikal bedah dan sebagai perbandingan untuk

penelitian selanjtunya tentang pengaruh pendidikan kesehatan

berbasis family centered nursing model terhadap kepatuhan

diet Diabetes Mellitus.

1.4.2. Manfaat Praktis


1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat

digunakan sebagai bahan masukan bagi pelayanan masyarakat

untuk merencanakan program pelayanan kesehatan sehingga

dapat meningkatkan target cakupan kepatuhan diet.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat

digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya

keluarga untuk memberikan dukungannya dalam menjalankan

terapi diet.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan/Promosi Kesehatan

2.1.1. Definisi Pendidikan/PromosiKesehatan


Pendidikan kesehatan menurut WHO (World Health

Orgazination) mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi

promosi kesehatan. Perbedaan dari kedua istilah tersebut yaitu

pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk mengubah perilaku,

sedangkan promosi kesehatan selain untuk mengubah perilaku juga

mengubah lingkungan sebagai upaya untuk memfasilitasikearah

perubahan perilaku tersebut[ CITATION Ira18 \l 1057 ]

Promosi kesehatan merupakan revitilalisasi dari pendidikan

kesehatanpada masa yang lalu, dimana dalam konsep promosi

kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran masyrakat dalam

hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan

saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan

perilaku, baik didalam masyrakat maupun didalam organisasi dan

lingkungan[ CITATION Ira18 \l 1057 ]. Artinya, promosi kesehatan

berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara

memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau

mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan

orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit,

dan sebagainya. Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari

(knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus

dikerjakan/dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hal

9
10

ini berarti bahwa tujuan akhir dari promosi kesehatan/pendidikan

kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat

bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat

berperilaku hidup sehat (healty life style) [ CITATION Not12 \l 1057 ].

Namun demikian, ketiga faktor selain faktor perilaku (lingkungan,

pelayanan kesehatan, dan hereditas) juga memerlukan intervensi

pendidikan kesehatan.

Peran kesehatan dalam empat faktor yang mempengaruhi

kesehatan tersebut sebenarnya masing-masing faktor tersebut terkait

dengan perilaku manusia, yakni perilaku masyarakat dalam menyikapi

dan mengelola lingkungannya, perilaku masyarakat dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatannya, perilaku masyarakat dan petugas

kesehatan dalam menyikapi dan mengelola fasilitas atau pelayanan

kesehatan, kesadaran, dan praktik hidup sehat dalam mewariskan

status kesehatan kepada anak atau keturunannya. Untuk

mengondisikan faktor-faktor tersebut, diperlukan pendidikan

kesehatan/promosi kesehatan. Itulah sebabnya maka promosi

kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Promosi kesehatan selalu terikat

dengan perilaku [ CITATION Not12 \l 1057 ]

2.1.2. Visi dan Misi Promosi Kesehatan


Visi promosi kesehatan adalah apa yang diinginkan oleh

promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan

yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-

Undang Kesehatan No. 28/1992, maupun WHO, yakni meningkatkan


11

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun sosial [ CITATION Ira18 \l 1057 ]

Berdasarkan piagam Ottawa (1984) misi promosi kesehatan

dapat dilakukan menggunakan 3 strategi yang dijelaskan sebagai

berikut :

1. Advokat (Advocate)

Kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan

faktor biologis dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Promosi

kesehatan berupaya untuk mengubah kondisi tersebut sehingga

menjadi kondusif untuk kesehatan masyarakat melalui advokasi.

Kegiatan advokasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan, tetapi juga dapat dilakukan oleh masyarakat sasaran

kepada para pemangku kebijakan dari berbagai tingkat atau sektor

terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

meyakinkan para pemangku kebijakan bahwa program kesehatan

yang akan dijalankan tersebut penting dan membutuhkan dukungan

kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut

2. Menjembatani (Mediate)

Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai

program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Dalam

melaksanakan program-program kesehatan perlu kerja sama

dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun sektor lain


12

yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerja sama atau

kemitraan ini, peran promosi kesehatan diperlukan.

3. Memampukan (Enable)

Memberi kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar

mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

sendiri secara mandiri.

2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan


Menurut WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara

global terdiri dari 3 hal [ CITATION Ira18 \l 1057 ]yaitu:

1. Advokasi (Advocacy)

Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decisuin

makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik di bidang

kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan, yang mempunyai

pengaruh terhadap publik. Tujuannya adalah agar para pembuat

keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain dalam

bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang

menguntungkan kesehatan publik. Bentuk kegiatan advokasi ini

antara lain lobying, pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan

formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian

isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi

kesehatan masyarakat setempat, seminar-seminar masalah

kesehatan, dan sebagainya. Sasaran advokasi adalah para pejabat

eksekutif, dan legislatif, para pemimpin dan pengusaha, serta


13

organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat pusat,

provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau kelurahan.

2. Dukungan sosial (Social support)

Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik

formal (guru, lurah, camat, petugas kesehatan, dan sebagainya)

maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang mempunyai

pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan

program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh

masyarakat dan tokoh agama. Selanjutnya tokoh masayarakat dan

tokoh agama diharapkan dapat menjembatani antara pengelola

program kesehatan dengan masyarakat. Bentuk kegiatan mencari

dukungan sosial ini antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh

masyarakat dan tokoh agama, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan

sebagainya.

3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai

sasaran primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah

agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan

masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara

lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan

masyarakat dalam bentuk, misalnya, koperasi dan pelatihan

keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga.

Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat


14

memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (self relince in health).

2.1.4. Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat, khususnya lagi

perilaku masyarakat. Berdasarkan pentahapan upaya promosi

kesehatan, maka sasaran dibagi dalam 3 kelompok sasaran [ CITATION

Ira18 \l 1057 ]yaitu :

1. Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya

pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan

kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi: kepala

keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui

untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk

kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan

terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan

masyarakat.

2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat disebut sasaran

sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada

kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan

memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di

sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada

sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial

(social support).
15

3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Sasaran tersier promosi kesehatan adalah para pembuat keputusan

atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah.

Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini

sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

2.1.5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek

kesehatan[ CITATION Ira18 \l 1057 ], meliputi :

1) Promosi kesehatan pada aspek promotif

Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah

kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu

meningkatkan kesehatannya.

2) Promosi kesehatan pada aspek preventif (pencegahan) dan aspek

kuratif (penyembuhan)

(1) Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok

masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misalnya

kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas,

para pekerja seks, dan sebagainya. Tujuannya adalah agar

mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.

(2) Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para

penderita penyakit kronis, misalnya asma, diabetes melitus

tuberkulosis, rematik, hipertensi, dan sebagainya.


16

Tujuannya adalah agar penderita mampu mencegah

penyakitnya menjadi lebih parah.

(3) Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok

pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya

adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatannya.

2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan

pelaksanaan[ CITATION Ira18 \l 1057 ], meliputi :

1) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil.

Perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing

keluarga. Orang tua terutama ibu merupakan peletak dasar

perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak

mereka.

2) Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan

bagi keluarga. Lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh

terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan

kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru

harus dikondisikan malalui pelatihan-pelatihan kesehatan,

seminar, lokakarya, dan sebagainya.

3) Promosi kesehatan di tempat kerja


17

Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan

mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya

akan menghasilkan produktivitas yang optimal. Pemilik,

pemimpin, atau manajer dari institusi tempat kerja termasuk

perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga

mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan

mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja.

4) Promosi kesehatan di tempat-tempat umum

Tempat-tempat umum di sini mencakup pasar, terminal bus,

bandar udara, tempat perbelanjaan, tempat olahraga, taman kota,

dan sebagainya. Para pengelola tempat-tempat umum

merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi

tempat-tempat umum dengan fasilitas yang dimaksud, di

samping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan kesehatan

bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras

suara, poster, leaflet, dan sebagainya.

5) Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS),

puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya.

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran

utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan

Pimpinan inilah yang bertanggung jawab atas terlaksananya

pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya.


18

3. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tingkat

pelayanan[ CITATION Ira18 \l 1057 ], meliputi :

1) Promosi kesehatan (Health promotion)

Promosi kesehatan diperlukan dalam peningkatan gizi,

kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan

perorangan, dan sebagainya.

2) Perlindungan khusus (Specifik protection)

Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan

khusus ini, promosi kesehatan sangat diperlukan terutama di

negara-negara berkembang. Kesadaran masyarakat tentang

pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap

penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih

rendah.

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and

prompt treatment)

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan

penyakit masih rendah, maka penyakit-penyakit yang terjadi di

dalam masyarakat sering sulit dideteksi. Promosi kesehatan

sangat diperlukan pada tahap ini.

4) Pembatasan cacat (Disability limitation)

Pengertian dan kesadaran masyarakat yang kurang tentang

kesehatan dan penyakit, sering mengakibatkan masyarakat tidak

melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Promosi kesehatan

sangat diperluakn pada tahap ini.


19

5) Rehabilitas (Rehabilitation)

Seseorang yang sembuh dari suatu penyakit tertentu, terkadang

menjadi cacat. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran

orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan latihan-

latihan yang dianjurkan. Orang cacat setelah sembuh dari

penyakit, terkadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat.

Sering kali masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai

anggota masyarakat yang normal. Promosi kesehatan diperlukan

bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk

masyarakat.

2.1.6. Metode Promosi Kesehatan


Metode promosi kesehatan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu sesuai

dengan kebutuhan [ CITATION Not10 \l 1057 ]

Menurut [ CITATION Not10 \l 1057 ]metode promosi kesehatan

terdiri dari :

1. Metode pendidikan individual (perorangan)

Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai

tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Petugas

kesehatan menggunakan metode (cara) pendekatan individual

dengan cara, antara lain :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)


20

Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif dengan

bimbingan dan penyuluhan. Klien dengan sukarela, berdasarkan

kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku

tersebut (mengubah perilaku).

2) Wawancara (Interview)

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk

menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau

yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan

kesadaran yang kuat.

2. Metode pendidikan kelompok

Kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok

kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya

sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk

kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar.

2) Kelompok kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk

kelompok kecil ini antara lain diskusi kelompok, curang

pendapat (Brain storming), bola salju (Snow balling), kelompok-

kelompok kecil (Buzz group), memainkan peran (Role play), dan

permainan simulasi (Simulation game).

3. Metode pendidikan massa

Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk

mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada


21

masyarakat. Metode ini biasanya dengan menggunakan atau

melalui media massa, yang meliputi :

1) Ceramah umum (public speaking)

2) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media

elektronik, baik TV maupun radio.

3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas

kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah

kesehatan di suatu media massa adalah juga merupakan

pendekatan pendidikan kesehatan massa.

4) Tulisan-tulisan di majalah atau koran

5) Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan

sebagainya juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

2.1.7. Media Promosi Kesehatan


Media promosi kesehatan adalah alat bantu pendidikan

kesehatan/promosi kesehatan yang digunakan oleh tenaga kesehatan

dalam menyampaikan bahan promosi kesehatan. Berdasarkan

fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi

menjadi 3 (Notoatmodjo, 2007), yakni :

1. Media cetak

1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun

gambar.
22

2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat

dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.

3) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.

4) Flif chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam

bentuk buku di mana tiap lembar (halaman) berisi gambar

peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan

atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di

tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.

7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

2. Media elektronik

1) Televisi ialah penyampaian pesan atau informasi kesehatan

melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron,

forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan,

pidato (ceramah), TV spot, kuis atau cerdas cermat, dan

sebagainya.

2) Radio ialah penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara


23

lain obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio

spot, dan sebagainya.

3) Video ialah penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

dapat melalui video.

4) Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi-informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan.

3. Media papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.

Media papan juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada

lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.

2.1. Konsep Perilaku

Konsep/teori keperawatan yang digunakan untuk mendiagnosis

perilaku adalah konsep dari [ CITATION DrI17 \l 1057 ]perilaku dipengaruhi

oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisposising factors), yang meliputi

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors), yang meliputi ketersediaan

sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,


24

misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan

tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk

juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, posyandu, polindes, dokter atau bidan praktik swasta, dsb.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors), yang meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para

petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang, peraturan

peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait

dengan kesehatan.

Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:


B = f (PF, EF,
RF)
Keterangan:

B = Behaviour RF = Reinforcing factors

PF = Predisposing factorsf = Fungsi

EF = Enabling factors

2.2.1. Perilaku kesehatan


Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka

perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan

menjadi 3 kelompok[ CITATION Not10 \l 1057 ], yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)


25

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu :

1) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam

keadaan sehat. Orang yang sehat perlu diupayakan supaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

3) Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makan dan minuman

dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang,

tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi

penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat

mendatangkan penyakit. Hal ini sangat bergantung pada

perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan,

atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health seeking

behaviour)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang

pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau

perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai

mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan


26

Seseorang yang merespon lingkungannya, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan

tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.2.2. Domain Perilaku


Menurut [ CITATION Not10 \l 1057 ], determinan perilaku dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Faktor lingkungan ini yang sering merupakan faktor yang domain

yang mewarnai perilaku seseorang.

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan

membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan:

kognitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor (psychomotor).

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007), yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

1) Proses adopsi perilaku


27

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni:

(1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

(3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya).

(4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

(5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2) Tingkat pengetahuan di dalam domain kogntif

(1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

dan sebagainya.

(2) Memahami (Comprehension)

(3) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar

Aplikasi (Aplication)
28

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

(4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

(5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah satu

ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan


29

atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

Reaksi
Stimulus Proses Stimulus
Rangsangan Tingkah laku
(terbuka)

Sikap
(Tertutup)

Gambar 2.1 Proses terbentuknya sikap dan reaksi

1) Komponen pokok sikap

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok, yakni:

(1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu

objek.

(2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

(3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

2) Berbagai tingkatan sikap

(1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


30

(2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

(3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap tingkat 3.

(4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (Practice)

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, yakni:

1) Persepsi (Perception), mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah

merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (Guided response), dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh

adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

3) Mekanisme (Mecanism), apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atausesuatuitu

sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik

tingkat tiga..

4) Adopsi (Adoption), suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah

dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.


31

2.2.3. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku


Menurut WHO, perubahan perilku dikelompokkan menjadi 2

[ CITATION Not \l 1057 ], yaitu:

1. Perubahan alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu

disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat

sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya

dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga

akan mengalami perubahan.

2. Perubahan terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan

sendiri.

3. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan

di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian

orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut

(berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk

menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan

setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readdiness to

change) yang berbeda-beda, meskipun kondisinya sama.

2.2.4. Strategi Perubahan Perilaku


Menurut WHO, strategi untuk memperoleh perubahan perilaku

dikelompokkan menjadi 3 (Notoatmodjo, 2007), yaitu:

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan


32

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada

sasaran atau masyarakat sehingga bersedia melakukan (berperilaku)

seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan

adanya peraturan-peratutan/perundang-undangan yang harus

dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan

perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu

akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi

tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

2. Pemberian informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara

mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara

menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan-

pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan

akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku

dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang

dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran

mereka sendiri (bukan karena paksaan).

3. Diskusi partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua dalam

memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja,

tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif

menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui


33

diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan

demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku

mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya

perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga, bahkan

merupakan referensi perilaku orang lain. Sudah tentu cara ini akan

memakan waktu yang lebih lama dari cara yang kedua tersebut, dan

jauh lebih baik dengan cara yang pertama.

2.3. Model Family Centered Nursing

2.3.1. Pengertian
Dalam keperawatan keluarga penerapan proses keperawatan

merupakan proses yang komprehensif sehingga memerlukan pendekatan

logis dan sistemik dalam bekerja dengan keluarga dan individu. Model

langkah-langkah proses keperawatan menurut friedman.


34

Family assessment Individual family


members assessment
 Identifying sociocultural
 Enviromental data  Mental
 Structure  Physioal
 Function  Emotional
 Family stream and  Social
coping strategis  Spiritual

Identification of family, family subsistem, and


individual health problems (nursing diagnose)

Plan of care

 Setting goale
 Identifying resaources
 Defining alternative approaces
 Selecting nursing interventions
 Priority setting

Interventions
Implementation of plan mobilizing
resaources

Evaluation of care

Gambar 2.2. Model Family Centered Nursing (Firedman, et a2003)

Family Centered Nursing (FCN) atau keperawatan yang berpusat

pada keluarga didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit

dasar untuk perawatan individu dari anggota keluarga dan unit yang lebih

luas. Keluarga didefiniskan sebagai perspektif sistem yaitu sebuah sistem

sosial kecil yang terbuka dan terdiri atas suatu rangkaian yang saling

bergantung serta dipengaruhi oleh struktur internal dan lingkungan


35

eksternalnya (Friedman, et.al, 2003). Definisi keluarga dari perspektif

tradisional menurut U.S Bureau of the Cesus dalam Friedman, et.al (2003)

menjelaskan keluarga adalah terdiri dari individu yang bergabung bersama

oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah

tangga yang sama. UU No. 10 tahun 1992 menjelaskan bahwa keluarga

adalah unit terkecil di masyarakat, terdiri dari suami istri, atau suami istri

dan anak, atau ayah ibu dan anak. Konteks pembangunan Indonesia tujuan

keluarga adalah menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Keluarga sejahtera dalam Undang-Undang disebut sebagai keluarga yang

dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah dan mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar

anggota dan dengan masyarakat. Definisi keluarga dalam penelitian ini

adalah kumpulan individu yang tinggal dalam satu rumah karena ikatan

perkawinan, pertalian darah dan adopsi serta dipengaruhi oleh

lingkungannya.

Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan

familycentered nursing menggunakan Friedman Model. Pengkajian

dengan model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat

dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya

ketika melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi

perawatan pada anak dan keluarga (Friedman, et.al, 2003).

Keluarga merupakan entry point dalam pemberian pelayanan

kesehatan di masyarakat, untuk menentukan risiko gangguan akibat


36

pengaruh gaya hidup dan lingkungan. Potensi dan keterlibatan keluarga

menjadi makin besar, ketika salah satu anggota keluarganya memerlukan

bantuan terus menerus karena masalah kesehatannya bersifat kronik,

seperti misalnya pada penderita pasca stroke. Praktek keperawatan yang

berpusat pada keluarga (family-centered nursing), didasarkan pada

perspektif bahwa keluarga unit dasar untuk keperawatan individu dari

anggota keluarga. Proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian,

diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1. Asuhan keperawatan keluarga difokuskan pada peningkatan kesehatan

seluruh anggota keluarga. Upaya ini dilakukan melalui perbaikan

dinamika hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga yang

terdiri dari efeksi, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan

kesehatan bagi anggota keluarga.Tujuannya agar mampu merawat anggota

keluarga yang sakit, mencegah terjadinya penularan penyakit pada anggota

keluarga yang lain, dan adanya interdependensi antar anggota keluarga

sebagai suatu system, serta meningkatkan hubungan keluarga dengan

lingkungannya (Friedman et.al, 2003).

Tujuan dari asuhan keperawatan keluarga memandirikan keluarga

dalam melakukan pemeliharaan kesehatan para anggotanya. Keluarga

melakukan 5 (lima) tugas kesehatan keluarga, diantaranya yaitu: mampu

mengenal masalah kesehatan, mampu memutuskan tindakan kesehatan

yang tepat bagi keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan, mampu mempertahankan suasana di

rumah yang sehat atau memodifikasi lingkungan untuk menjamin


37

kesehatan anggota keluarga; mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan di sekitarnya bagi keluarga (Maglaya S.A., 2009). Hasil

penelitian menjelaskan bahwa peran perawat di keluarga dapat

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan merubah perilaku keluarga

(Reni Z., Agrina, Herlina, 2012).

Keluarga merupakan suatu sistem, dimana jika salah satu anggota

keluarga bermasalah akan mempengaruh sistem anggota keluarga yang

lain, begitupun sebaliknya. Masalah individu dalam keluarga diselesaikan

melalui intervensi keluarga dengan melibatkan secara aktif anggota

keluarga lain (Maglaya S.A., 2009). Keluarga sehat terbentuk dari hasil

interaksi internal dan pertukaran antara keluarga dan lingkungannya

sehingga terjadi keseimbangan dalam keluarga (Wright & Leahey, 2000

dalam Friedman, et.al., 2003).

2. Keluarga menjadi salah satu sentral dalam perawatan, dengan

alasan:

a) Keluarga sebagai sumber dalam perawatan kesehatan; b) Masalah

kesehatan individu akan berpengaruh pada anggota keluarga yang lainnya;

c) Keluarga merupakan tempat berlangsungnya komunikasi individu

sepanjang hayat, sekaligus menjadi harapan bagi setiap anggotanya;d)

Penemuan kasus suatu penyakit sering diawali dari keluarga; e) Anggota

keluarga lebih mudah menerima suatu informasi, jika informasi tersebut

didukung oleh anggota keluarga lainnya; f) keluarga merupakan support

system bagi individu (Friedman, et.al., 2003).


38

Pendekatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga

adalah proses keperawatan, yang terdiri dari pengkajian individu dan

keluarga, perumusan diagnosis keperawatan, penyusunan rencana asuhan

keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi dari tindakan yang telah

dilaksanakan (Friedman et.al, 2003).

a. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu kegiatan perawat untuk mendapatkan

informasi anggota keluarga yang dibinanya secara terus-menerus.

Penekanan pada pengkajian model Friedman adalah kerangka struktur-

fungsi keluarga, teori perkembangan dan teori sistem. Pengkajian model

ini memungkinkan perawat mengkaji sistem keluarga secara keseluruhan

sebagai unit dari masyarakat. Asumsi yang mendasari model pengkajian

keluarga ini adalah :1) Keluarga sebagai sistem sosial yang mempunyai

fungsi; 2) Keluarga adalah kelompok kecil dari masyarakat; 3) Keluarga

sebagai sistem sosial mempunyai fungsi menghantarkan individu

bermasyarakat; 4) Individu akan bertindak sesuai dengan norma dan nilai

yang dipelajari dalam sosialisasi dalam keluarga.

Data yang dikaji pada model family centered nursing ini adalah

1) Data Sosial Budaya

Data sosial budaya yang perlu dikaji adalah: Latar belakang budaya

keluarga, bahasa di rumah yang digunakan, asal daerah, aktivitas agama,

sosial, dan budaya, kebiasaan diet dan berpakaian tradisional, agama

keluarga, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, siapa pencari nafkah, siapa


39

yang memberi bantuan memenuhi kebutuhan, berapa pendapatan keluarga,

bagaimana keluarga mengatur keuangan (pengeluaran, tabungan).

2) Data Lingkungan

Data lingkungan yang dikaji adalah lingkungan dalam dan luar

rumah, karakteristik tetangga dan komunitas dan fasilitas umum, dan

mobilitas geografis keluarga, data perkumpulan keluarga dan interaksi

dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.

3) Struktur keluarga

Struktur keluarga menunjukkan cara pengaturan keluarga, pengaturan

unit unit dalam keluarga dan bagaimana unit-unit saling mempengaruhi

(Friedman et.al, 2003). Data struktur keluarga adalah pola komunikasi

terdiri dari observasi penggunaan komunikasi antar anggota keluarga,

bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam

menyampaikan pendapat dan perasaannya selama berkomunikasi dan

berinteraksi. Berapa sering terjadi emosi karena penyampaian pesan,

bagaimana tipe emosi keluarga negatif, positif atau keduanya. Data

berikutnya yang dikaji adalah peran formal dan informal dalam keluarga.

Peran formal terdiri dari provider, pengurus rumah tangga, pengasuh anak,

rekreasional, peran pertemanan (memelihara hubungan dengan keluarga

pihak ayah dan ibu), peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif

pasangan), peran seksual. Sedangkan peran informal bersifat implisit,

sering tidak tampak dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan emosional

anggota keluarga (Satir, 1969 dalam Friedman, et.al, 2003).


40

Peran informal terdiri dari peran pendorong adalah peran dalam hal

memuji, menyetujui, dan menerima kontribusi orang lain; penyelaras

adalah peran dalam menengahi perbedaan yang ada diantara anggota

keluarga; inisiator-kontributor adalah peran dalam menyarankan atau

mengusulkan ide atau perubahan; negosiator adalah peran untuk

menawarkan jalan tengah pada pihak yang berkonflik; dominator adalah

peran untuk memperkuat kewenangan dengan memanipulasi kelompok

atau anggota tertentu; pengikut adalah peran yang lebih cenderung untuk

menerima ide secara pasif, sebagai pendengar dalam diskusi; pencari

pengakuan adalah peran untuk mencoba denga cara apapun yang mungkin

untuk mencari perhatian terhadap diri dan keinginan; sahabat adalah peran

sebagai teman bermain keluarga yang memperturutkan diri sendiri dan

memperbolehkan perilaku anggota keluarga tanpa mempertimbangkan

akibatnya.

4) Nilai-nilai keluarga

Nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, perilaku,

keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep secara sadar maupun tidak

sadar mengikat anggota keluarga karena pengaruh kebudayaan (Parad &

Kaplan, 1965 dalam Friedman, et.al, 2003). Data nilai keluarga yang

dikaji adalah siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan

penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran keluarga,

keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada

kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga,

bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah


41

ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana

nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.

5) Fungsi Keluarga

Friedman, et.al (2003) menjelaskan bahwa fungsi keluarga adalah

sebagai berikut:

a) Fungsi afektif, meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Fungsi ini keluarga

dapat menjalankan tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-

sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah

laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab dan harga diri. Data yang

dikaji adalah pola kebutuhan keluarga dan responnya; apakah anggota

keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling

mendukung satu sama lainnya, apakah anggota keluarga menunjukkan

kasih sayang, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan

anggota keluarga lainnya, bagaimana keluarga menanamkan perasaan

kebersamaan dengan anggota keluarganya.

b) Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.

Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami

oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran

peran peran sosial (Gegas, 1979 dalam Friedman, et.al, 2003). Data yang

dikaji adalah bagaimana keluarga menanamkan disiplin, penghargaan dan

hukuman bagi anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan


42

ketergantungan, memberi dan menerima cinta, latihan perilaku yang sesuai

usia.

c) Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Data yang dikaji adalah jumlah anak,

alat kontrasepsi dan teknologi reproduksi yang digunakan.

d) Fungsi ekonomi, keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Data yang dikaji adalah jumlah pendapatan keluarga, sumber pendapatan

keluarga, penggunaan sumber pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan

pangan, sandang dan papan.

e) Fungsi perawatan kesehatan, menyediakan kebutuhan fisik dan

perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang

mempengaruhi status kesehata anggota keluarga secara individual)

merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.

Data yang dikaji adalah keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk

kesehatan terdiri dari: Bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan

terhadap anggota keluarga, bagaimana sumber informasi kesehatan bagi

anggota keluarga. Bagaimana keluarga mengenal masalah kesehatan dari

anggota keluarga, persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan anggota

keluarga, bagaimana persepsi keluarga terhadap upaya yang dilakukan

untuk menjaga kesehatan. Siapa yang mengambil keputusan untuk

melakukan suatu tindakan apabila anggota keluarga sakit, bagaimana


43

proses pengambilan keputusan dalam keluarga apabila ada anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

Praktik diet keluarga yang dikaji pada fungsi ini adalah apakah

keluarga mengetahui sumber-sumber makanan bergizi, apakah diet

keluarga yang mengalami masalah kesehatan sudah memadai, siapa yang

bertanggung jawab terhadap perencanaan belanja dan pengolahan

makanan, berapa jumlah dan komposisi makanan yang dikonsumsi oleh

keluarga sehari, apakah ada batas anggaran belanja rumah tangga,

bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jadual makan. Kebiasaan

tidur dan istirahat: Apakah jumlah jam tidur anggota keluarga sesuai

dengan perkembangan, apakah ada jadual tidur tertentu yang harus diikuti

oleh anggota keluarga, fasilitas tidur anggota keluarga. Olah raga dan

latihan: Bagaimana kebiasaan olah raga anggota keluarga, persepsi

keluarga terhadap kebiasaan oleh raga, bagaimana latihan anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Kebiasaan penggunaan

obat-obatan dalam keluarga: apakah ada kebiasaan keluarga

mengkonsumsi kopi dan alkohol, bagaimana kebiasaan minum obat pada

anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apakah keluarga

secara teratur menggunakan obat-obatan tanpa resep, apakah obat-obatan

ditempatkan pada tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.

Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji tentang bagaimana

kesehatan keluarga dan anggota keluarga yang lain dalam satu keturunan,

apakah ada penyakit keturunan dalam keluarga. Pelayanan kesehatan yang

diterima. Pelayanan kesehatan yang diterima dari praktisi kesehatan,


44

apakah ada tenaga kesehatan yang datang bertemu dengan anggota

keluarga, apakah pelayanan kesehatan mudah terjangkau oleh keluarga.

Bagaimana perasaan dan persepsi keluarga terhadap pelayanan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan, bagaimanakah pengalaman keluarga

terhadap pelayanan keperawatan kesehatan yang telah didapatkan. Sumber

pembiayaan yang dikaji adalah bagaimana keluarga membayar pelayanan

yang diterima, apakah keluarga masuk asuransi kesehatan, apakah

keluarga mendapat pelayanan kesehatan gratis (Friedman, et.al, 2003).

6) Koping Keluarga

Koping keluarga adalah upaya pemecahan masalah secara aktif

dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada dan

mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan memperkuat unit

keluarga dan mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress (Lazarus,

Averill & Opton, 1974; McCubbin, 1979 dalam Friedman, et.al, 2003).

Data yang dikaji untuk stresor keluarga berkaitan dengan ekonomi dan

sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan stresor

yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan

sehari-hari, apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang

obyektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan stress,

bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stres,

strategi koping bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota

keluarga mempunyai koping yang berbeda-beda.

b. Diagnosis keperawatan
45

Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian, selanjutnya

dianalisis dan dirumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan

adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat

tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai

dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis keperawatan harus

didukung oleh data. Data diartikan sebagai definisi karakteristik. Rumusan

diagnosis keperawatan keluarga ada empat jenis, yaitu aktual, risiko,

promosi kesehatan dan sejahtera (NANDA, 2014). Proses perumusan

diagnosis keperawatan keluarga melibatkan keluarga. Diagnosis

keperawatan memberikan dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang diharapkan (Friedman, et.al, 2003).

c. Perencanaan

Penyusunan rencana keperawatan bekerjasama dengan keluarga.

Rencana keperawatan dikomunikasikan dengan tim kesehatan untuk

meningkatkan pendekatan ketika bekerja dengan keluarga untuk mencapai

hasil yang diharapkan (Friedman, et.al, 2003). Perencanaan keperawatan

keluarga terdiri dari, penetapan tujuan, kriteria hasil yang spesifik, dan

rencana tindakan keperawatan. Keluarga berhak dan bertanggungjawab

untuk membuat keputusan kesehatan mereka sendiri. Penempatan rencana

asuhan keperawatan keluarga mengikuti pilihan bersama yang dirancang

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Friedman, et.al, 2003).

d. Intervensi
46

Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk individu, keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk

membantu klien, keluarga dan komunitas meningkatkan atau

menyesuaikan kondisi fisik, emosi, psikososial, spiritual, budaya dan

lingkungan (ANA, dalam Friedman et.al, 2003). Robinson (1996, dalam

Friedman, et.al, 2003) menjelaskan bahwa intervensi keperawatan yang

dapat membuat suatu perubahan pada keluarga adalah intervensi yang

dapat meningkatkan hubungan antara keluarga dan perawat. Keluarga dan

perawat perlu membentuk kemitraan untuk meningkatka kesehatan dan

perhatian kepada keluarga.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses terus menerus yang terjadi setiap saat

yang didasari atas seberapa efektif intervensi oleh perawat dan keluarga

serta tim lainnya. Keberhasilan ditentukan dengan dengan melihat hasil

pada anggota keluarga (Friedman, et.al, 2003). Proses evaluasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menilai keberhasilan tindakan

keperawatan keluarga yang telah dilaksanakan dengan menilai tingkat

kemandirian keluarga dalam minum obat, diet, aktifitas dan istirahat,

manajemen stres dan kontrol ke pelayanan kesehatan. [ CITATION Uchga \l

1057 ]

2.3. Diabetes Mellitus


47

2.3.1. Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang

ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas

tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun

keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan

pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta

pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia [ CITATION

Sri20 \l 1057 ]

Diabetes Melitus atau sering disebut dengan kencing manis

adalah suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat

memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin

(resistensi insulin), dan di diagnosa melalui pengamatan kadar

glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon yang

dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan dalam

memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk

digunakan sebagai sumber energi[ CITATION IDF19 \l 1057 ].

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

(PERKENI, 2015). Diabetes Melitus merupakan kondisi saat gula

darah dalam tubuh tidak terkontrol akibat gangguan sensitivitas sel

beta pankreas untuk menghasilkan hormon insulin yang berperan

sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh [ CITATION

Dew14 \l 1057 ]
48

2.3.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus


klasifikasi DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional,

dan DM tipe lain. Namun jenis DM yang paling umum yaitu DM tipe

1 dan DM tipe 2[ CITATION Mir12 \l 1057 ]

1) Diabetes Melitus Tipe I

DM tipe 1 merupakan proses autoimun atau

idiopatik dapat menyerang orang semua golongan umur,

namun lebih sering terjadi pada anak-anak. Penderita DM

tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk

mengontrol glukosa darahnya (IDF, 2019). DM tipe ini

sering disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM), yang berhubungan dengan antibody berupa Islet

Cell Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan

Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA). 90%

anak-anak penderita IDDM mempunyai jenis antibodi ini

(Bustan, 2007).

2) Diabetes Melitus Tipe II

DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis

DM yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 85%

pasien DM. Keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relatif. DM tipe ini lebih sering

terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula terjadi

pada orang dewasa muda dan anak-anak (Greenstein dan

Wood, 2010). 3) Diabetes Melitus Gestational


49

Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau

ketiga kehamilan dan tidak mempunyai riwayat diabetes

sebelum kehamilan (ADA, 2020). Diabetes kehamilan

terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui selama

kehamilan pertama. Jumlah sekitar 2-4% kehamilan.

Wanita dengan diabetes kehamilan akan mengalami

peningkatan resiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun

melahir.

4) Diabetes Melitus Tipe Lain

Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan

hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atu

penurunan penggunaan glukosa oleh sel (Porth,2007).

Sebelumnya dikenal dengan istilah diabetes sekunder,

diabates tipe ini menggambarkan diabetes yang

dihubungkan dengan keadaan dan sidrom tertentu, misalnya

diabetes yang terjadi dengan penyakit pankreas atau

peningkatan jaringan pankreas dan penyakit endokrin

seperti akromegali atau syndrom chusing,karena zat kimia

atau obat,infeksi dan endokrinopati

2.3.3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus


Faktor-faktor yang mempengaruhi Diabetes Mellitus menurut

[ CITATION Res15 \l 1057 ]dibagi menjadi:

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Usia
50

Dinegara berkembang penderita Diabetes Mellitus berumur

antara 45-64 tahun dimana usia tergolong sangat produktif.

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kesehatan [ CITATION Soe11 \l 1057 ]. [ CITATION Not12 \l 1057 ]

mengungkapkan pada aspek psikologis dan mental taraf

berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Menjelaskan

bahwa makin tua umur seseorang maka proses perkembangan

mental bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat

seperti ketika berumur belasan tahun.

b. Riwayat Keluarga dengan Diabetes Mellitus

Menurut [ CITATION Hug17 \l 1057 ] riwayat keluarga atau

faktor keturunan merupakan unit informasi pembawa sifat

yang berada didalam kromosom sehingga mempengarui

perilaku. Adanya kemiripan tentang penyakit Daibetes

Mellitus yang diderita keluarga dan kecenderung

pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah contoh

pengaruh genetik.

Responden yang memiliki keluarga dengan Diabetes

Mellitus harus waspada. Resiko menderita DM bila salah

satu orangtunya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika

kedua orangtunya memiliki DM adalah sebesar 75%

[ CITATION Dia101 \l 1057 ].


51

c. Riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir bayi > 4000 gram

atau pernah menderita DM saat hamil ( Diabetes Gestasional).

Pengaruh tidak langsung dimana pengaruh emosi

dianggap penting karena dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan dan pengobatan. Aturan diet, pengobatan dan

pemeriksaan sehingga sulit dalam mengontrol kadar gula

darahnya dapat mempengaruhi emosi penderita [ CITATION

Nab12 \l 1057 ].

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

a. Overweight/berat badan lebih (indeks massa tubuh >

23kg/m2)

Salah satu cara untuk mengetahui kriteria berat

badan adalah dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh

(IMT). Berdasarkan dari BMI atau kita kenal dengan Body

Mass Index diatas, maka jika berada diantara 25-30, maka

sudah kelebihan berat badan dan jika berada diatas 30 sudah

termasuk obesitas.

Menurut [ CITATION Nab12 \l 1057 ] ada beberapa hal yang

dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan yaitu :

1) Makan dengan porsi yang lebih kecil

2) Ketika makan diluar rumah, berikan sebagian porsi untuk

anda untuk teman atau anggota keluarga yang lain.


52

3) Awali dengan makan buah atau sayuran setiap kali anda

makan.

4) Ganti snack tinggi kalori dan tinggi lemak dengan snack

yang lebih sehat.

b. Aktifitas fisik kurang

Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur sangat

bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan

kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan

fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses

penuaan. Olahraga harus dilakkan secara teratur. Macam dan

takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis

pekerjaan dan kondisi kesehatan. Jika pekerjaan sehari-hari

seseorang kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan

berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan lain yang

setara. Kurang gerakatau hidup santai merupakan faktor

pencetus diabetes [ CITATION Nab12 \l 1057 ].

c. Merokok

Penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008).

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok

dengan kejadian DM tipe (p = 0,000). Hal ini sejalan dengan

penelitian oleh Houston yang juga mendapatkan bahwa

perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi terserang DM

Tipe 2 dibanding dengan yang tidak (Irawan, 2010). Dalam

asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahaya untuk


53

kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat

adiktif dan yang bersifat karsinogenik.

d. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)

Jika tekanan darah tinggi, maka jantung akan bekerja lebih

keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes pun

lebih tinggi. Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah

tinggi apabila berada dalam kisaran > 140/90 mmHg. Karena

tekanan darah tinggi sering kali tidak disadari, sebaiknya

selalu memeriksakan tekanan darah setiap kali melakukan

pemeriksaan rutin [ CITATION Nab12 \l 1057 ].

2.3.4. Manifestasi Klinik


Menurut [ CITATION Tjo07 \l 1057 ] dalam [ CITATION Nin15 \l

1057 ] manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus diantaranya :

1. Fase Kompensasi

Pada fase ini penderita menunjukkan beberapa gejala klinis DM yang

klasiknya diantaranya : mual-mual, poligia, polidipsi dan berat badn

naik.

2. Fase dekompensasi (dekompemsasi prancreas)

Apabila keadaan tidak segera diobati, penderita akan masuk

pada fase dekompensasi, dengan gejala klasik: poliuria, polidipsi dan

pasien yang mula-mulanya berat badan naik menjadi turun. Ketika

gejala diatas tersebut pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT”

(poliuria,polidipsi dan berat badan menurun). Bahkan apabila tidak


54

segera diobati dapat diusul dengan mual muntah dan ketoasidosis

diabetic.

Sementara itu tanda dan gejala dari Diabetes Melitus

menurut Tjokoprawiro 2007 dan Hans trandra 2008 diantaranya :

1. Poliuria (banyak kencing)

2. Polidpsi (banyak minum)

3. Polifagia(banyak makan)

4. Penuruna berat badan

5. Gangguan penglihatan

6. Luka sukar sembuh

7. Rasa kesemutan.

2.3.5. Diagnosis Diabetes Mellitus


Dalam menentukan adanya diabetes mellitus, tes urin tunggal

tidak boleh dilakukan namun perlu ditambah dengan tes gula darah,

dapat dikatakan diabetes ketika adanya gejala dan peningkatan kadar

gula darah, [ CITATION Dun03 \l 1057 ] . Kriteria diagnostik diabetes

berdasarkan panduan WHO dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik Diabetes Berdasarkan Paduan WHO


Tahap Dula darah puasa Gula darah acak OGTT

Normal < 6.1 mmol/L Gula darah 2 jam


< 7.8 mmol/L

Gangguan Gangguan gula Gangguan


toleransi darah puasa- gula toleransi glukosa-
darah puasa lebih gula darah 2 jam
Glukosa dari 6.1 mmol/L lebih dari 7.8
dan < 7.0 mmol/L dan <
mmol/L 11.1 mmol/L

Diabetes Lebih dari 7.0 Lebih dari 11.1 Gula darah 2 jam
mmol/L mmol/L dan
55

gejala > 11.1 mmol/L

Catatat pada tabel ini ditunjukkan glukosa darah vena. Glukosa darah
kapiler 10-15% lebih tinggi daripada darah vena. Sumber [ CITATION Dun03 \l
1057 ]

Atau jika kita menggunakan satuan mg/dl, maka untuk

mendiagnosa diabetes dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4 Kriteria Diagnostik Diabetes


Test Tahap diabetes Tahap prediksi

Gula darah puasa Lebih dari 126 mg/dl 100-125 mg/dl

OGTT Lebih dari 200 mg/dl 140-199 mg/dl

Gula darah acak > 200 mg/dl

Keterangan :

 Gula darah puasa diukur sesudah puasa malam selama 8 jam.

 Oral Glucosa Tolerance Test (OGTT) diukur sesudah puasa semalam, lalu

pasien diberikan cairan 75 gr glukosa untuk diminum. Lalu gula darah

diukur 2 jam kemudian.

 Gula darah acak diukur sewaktu-waktu.

 Untuk mendiagnosa diabetes, perlu dilakukan uji ulang ketika

mendapatkan hasil yang abnormal, sehingga mendapatkan konfirmasi

yang akurat.

 Diabetes dapat didiagnosa dengan adanya gejala khusus (khas).

Sumber : [ CITATION Nat \l 1057 ] & [ CITATION Del05 \l 1057 ]

Berdasarkan ADA 2013, screening untuk Diabetes dengan pemeriksaan :

Tabel 2.5 Kriteria Diagnostik Diabetes berdasarkan ADA 2013


Pemeriksaan Pre diabetes Diabetes

HbAc1 5.7-6.4% Lebih dari 6.5%


56

GDP 100-125 (Impaired Fasting Lebih dari 126 mg/dl


Glucose/IFG)

OGTD 140-200 (Impaired Glukosa Lebih dari 200


Tolerence/ IGT)

Random plasma glucose Lebih dari 200 mg/dl

Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai penyaring

dan diagnosa DM :

Tabel 2.5 Kriteria Diagnostik Diabetes berdasarkan Depkes RI 2008


Bukan DM Belum pasti DM
DM

Kadar glukosa Plasma vena <100 100-199 Lebih dari 200


darah sewaktu darah kapiler
(mg/dl)

Kadar glukosa Plasma vena < 90 90-199 Lebih dari 200


darah puasa darah kapiler
(mg/dl)

(sumber : PPTM, Depkes RI, 2008)


Untuk kelompok resiko tinggi yang menunjukkan kelainan hasil

dilakukan pemeriksaan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45

tahun tanpa faktor resiko lain.

2.3.6. Komplikasi Diabetes Mellitus


Menurut Helmawati 2015 komplikasi diabetes dibagi menjadi

2 yaitu komplikasi jangka pendek (akut) dan komplikasi jangka

panjang (kronis):

1. Komplikasi jangka pendek (akut)

Komplikasi akut merupakan komplikasi yang terjadi dalam jangka

waktu pendek, atau bersifat mendadak. Adapun komplikasi akut diabetes

terdiri dari ketoasidosis diabetic, hipoglikemia, dan syndrom hyperosmolar

diabetic.

a. Ketoasidosic diabetic
57

Kadar hormon insulin yang sangat rendah di dalam darah menjadi

penyebab utama terjadi ketoasidosis. Saat kadar insulin sangat rendah,

maka gula yang ada dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh

untuk diproses menjadi sumber energi. Sel-sel tubuh “kelaparan” karena

tidak mendapatkan gula sebagai makanan selanjutkan beralih “memakan”

lemak sebagai alternative. Kondisi ini pada akihirnya membentuk asam

beracun yang disebut keto. Keseluruhan proses inilah yang disebut

ketoasidosis. Gejala-gejala ketoasidosis ditunjukkan dengan beberapa hal,

yaitu mulut kering, rasa haus, intensitas buang air kecil sering (poliuria)

mual, muntah dan terkadang nyeri perut. Selain itu gejala-gejala tersebut,

ada pula gejala kelanjutannya seperti kesulitan bernafas, dehindrasi, rasa

ngantuk dan yang terparah adalah keadaan koma. Saat seseorang

mengalami ketoasidosis maka perlu segera dibawah kerumah sakit untuk

mendapatakan penanganan medis cepat. Penanganan ketoasidosis biasanya

dilakukan dengan pemberian injeksi pada darah yang turut berkurang

akibat sering buang air kecil (poliuria).

b. Hipoglikemia

Pada umumnya, orang yang memiliki penyakit diabetes beresiko

mengalami serangan hipoglikemia. Namun, orang yang tidak menderita

diabetes pun juga bisa terserang hipoglikemia. Secara umum, penyebab

hipoglikemia yang berkaitan dengan obat. Hipoglikemia yang berkaitan

dengan obat adalah hipoglikemia yang timbul karena penggunaan obat-

obatan. Ini umumnya terjadi pada penderita diabetes yang mengkonsumsi

obat penurun kadar gula darah. Sementara itu, hipoglikemia yang tidak
58

berkaitan dengan obat biasa dibebakan karena berpuas, aktivitas fisik

berlebihan dan dampak dari masukan makanan dan minuman. Konsumsi

alcohol dalam jumlah banyak bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup

berat.

c. Sindrom hipersmolar diabetic (diabetik hipersmolar syndrome)

Sindrom hipersmolar diabetic adalah kondisi yang disebabkan

kadar gula darah puncak terukur sebesar 600mg/dl. Ketika gula darah

mencapai level ini, darah menjadi kental dan manis. Kelebihan pula lantas

dibuang ke dalm air seni yang memicu pembuang jumlah besar cairan

dalm tubuh. Jika tidak ditangani, sindrom hipersmolar diabetes dapat

menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan koma. Sindrom hipersmolar

diabetic umum terjadi pada penderia paruh baya yang memiliki diabetes

tipe 2.

2. Komplikasi Kronis

Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dalm waktu lama dapat

menyebabkan komplikasi kronik, yaitu kerusakan pembuluh darah dan

saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi 2

jenis, yakni pembuluh darah besar meliputi pembuluh darah jantung ( dpat

menyebabkan komplikasi jntung koroner), pembuluh darah tepi ( dapat

menyebabkan komplikasi kaki diabetic). Sedangkan komplikasi pada

pembuluh darah kecil berupa keruskan retina (retinopati diabetic)

[ CITATION Lin16 \l 1057 ].

a. Penyakit jantung koroner


59

b. Gangguan mata ( retinopati diabetic)

c. Gangguan ginjal (refnopati diabetic)

d. Gangguan saraf (neuropati diabetic)

e. Diabetes dan infeksi

f. Kaki diabetic.

2.3.7. Manajemen Diabetes Mellitus


Dalam mempertahankan gula darah membutuhkan manajemen

diri agar konsisten dalam berperilaku hidup sehat. Manajemen diri

adalah usaha individu dengan menggunakan teknik terapeutik (teknik

yang secara otomatis dapat menyembuhkan) yang akan diberikan

sebagai intervensi dan pengelolaan mengendalikan dan mengarahkan

diri, selain itu untuk mendukung perubahan perilaku menuju

polahidup sehat setelah terdiagnosa diabetes [ CITATION Cit19 \l 1057 ]

Pengelolaan diabetes mellitus sering dikenal dengan 4 Pilar

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM).

Menurut [ CITATION Per151 \l 1057 ] 4 Pilar Penatalaksanaan

Diabetes Mellitus (DM) terdiri dari :

1. Edukasi

Diabetes mellitus tipe II umumnya terjadi pada saat pola

gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan.

Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif

pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi

pasien dalam menuju perubahan perilaku. Edukasi yang diberikan

meliputi :
60

a. Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditujukan

untuk kelompok resiko tinggi.

b. Edukasi untuk pencegahan sekunder yaitu edukasi yang

ditujukan untuk pasien baru. Materi edukasi berupa pengertian

diabetes, gejala, penatalaksanaan, mengenal dan mencegah

komplikasi akut dan kronik, dll.

c. Edukasi untuk pencegahan tersier yaitu edukasi yang ditujukan

pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang diberika meliputi :

cara pencegahan komplikasi dan perawatan, upaya untuk

rehabilitasi,dll.

2. Terapi gizi medis atau Perencanaan Makan

Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari

penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM

adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli

gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri).

a. Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes melitus

b. Terpenuhinya nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan

seperti vitamin dan mineral

c. Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil

d. Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena

pada pasien diabetes melitus jika serum lipid menurun maka

resiko komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun

e. Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi

komplikasi yang dapat ditimbulkan dari diabetes melitus.


61

3. Latihan jasmani

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena

dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin. Latihan juga dapat meningkatkan

kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta

trigliserida (ADA, 2012). Kegiatan jasmani sehari - hari dan latihan

jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30

menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes

melitus. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani

yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging,

dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani.

Menurut ADA (2012), ada beberapa pedoman umum untuk

melakukan latihan jasmani pada pasien diabetes yaitu :

a. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung kaki

lainnya.

b. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin.

c. Periksa kaki setelah melakukan latihan.

d. Hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk.

4. Intervensi farmakologis

Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang

benar, olah raga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau
62

suntikan insulin. Pasien diabetes tipe 1 mutlak diperlukan suntikan

insulin setiap hari. Pasien diabetes tipe 2, umumnya pasien perlu

minum obat antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes

memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan

kombinasi suntikan insulin dan tablet.

5. Monitoring keton dan gula darah

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara

mandiri (SBMG), penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk

mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Memonitoring

glukosa darah merupakan pilar kelima yang dianjurkan kepada pasien

diabetes melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah

dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan

hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar diatas untuk

menurunkanresiko komplikasi dari diabetes melitus (Smeltzer et al,

2008).

2.4. Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2


2.4.1. Pengertian Diet DM Tipe 2
Penatalaksanaan diet bagi penderita DM tipe 2 merupakan

bagian dari penatalaksanaan DM tipe 2 meliputi pengetahuan,

perbaikan gizi, olahraga dan obat antidiabetes[ CITATION Ala19 \l

1057 ] .Penatalaksanaan diet DM tipe 2 adalah penatalaksanaan diet

meliputi 3 (tiga) hal utama yang harus diketahui dan dilaksanakan

oleh penderita DM, yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal

makan (Perkeni, 2011). Menurut ADA (2010), penatalaksanaan diet


63

pada penderita DM tipe 2 berfokus pada pembatasan jumlah energi,

karbohidrat, lemak jenuh, dan natrium. Menurut Budiyanto (2002),

gizi dan diabetes mempunyai hubungan yang erat. Strategi atau

perencanaan makanan yang tepat merupakan pengobatan diabetes

yang penting karena diet untuk penderita DM merupakan diet yang

berkelanjutan (Budiyanto, 2002).

2.4.2. Tujuan Diet DM Tipe 2


Menurut (Pranadji ddk,1995) [ CITATION Har11 \l 1057 ] tujuan

khusus penatalaksanaan diet bagi penderita DM, yaitu :

1. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati

normal.

2. Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat

badan ideal/normal.

3. Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara

tingkat kesehatan optimal dan aktivitas normal

4. Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan

penderita(misalnya: sedang hamil,mempunyai penyakit hati atau

tuberkulosis paru)

5. Perencanaan diet dibuat dengan mempertimbangkan kesukaan

dan kebutuhan masing-masing penderita

2.4.3. Tepat Jumlah Kebutuhan kalori


1. Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan

berat badan ideal yaitu berat badan sesuai tinggi badan. Ada beberapa
64

cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang

DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal

yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut

ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis

kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara

perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut:

perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca

yang dimodifikasi (perkeni 2015)

BBI = 90% (TB dalam cm – 100) x 100%

Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah

150 cm, rumus imodifikasi menjadi : Berat Badan Ideal

BBI = 90% (TB dalam cm – 100) x 1 kg

Perhitungan Berat Badan Ideal menurut Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Masa Tubuh dapat dihitung dengan rumus :

IMT = BB (kg)

TB2 (m)

Tabel 2.2Perhitungan Kasar Kebutuhan Energi Penyandang DM


Status Kalori/kgBB ideal
gizi

Kerja Kerja sedang Kerja


santai Berat

Gemuk 25 30 35

Normal 30 35 40

Kurus 35 40 40 – 50

Sumber : Sukardji (2009). Penatalaksanaan Gizi pada DM dalam : Penatalaksanaan DM

Terpadu Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.


65

Jumlah kalori untuk IMT normal 1700-2100 kkal dan gemuk

1300-1500 kkal dengan komposisi sebagai berikut, 45-65% berasal dari

karbohidrat, pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan, sukrosa

<5% dari total energi dan serat dianjurkan sekitar 25 gram/1000 kkal/hari, protein

10-20%, lemak 20-25%, dengan asam lemak jenuh <7% dan kandungan kolesterol

<300 mg/hari.

a. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:

1. Jenis kelamin

Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan

sebesar 25 kal/kg BB sedangkan untuk pria sebesar 30

kal/kg BB.

2. Umur

Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori

dikurangi 5% untuk setiap dekade antara 40 dan 59 tahun.

Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%.

Pasien usia diatas 70 tahun dikurangi 20%

3. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan

intensitas aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10% dari

kebutuhan basal diberikan pada keadaan istirahat.

Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan aktivitas

ringan ( pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga).

Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang

(pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang


66

tidak perang).Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas

berat (petani, buruh, atlet, militer dalam keadaan latihan).

Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat

(tukang becak, tukang gali, pandai besi)

4. Stres Matabolik

Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress

metabolik (sepsis, operasi, trauma).

5. Berat Badan

Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori

dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat

kegemukan. Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori

ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk

meningkatkan BB. Jumlah kalori yang diberikan paling

sedikit 1000-1200kkal perhari untuk wanita dan

1200600kkal perhari untuk pria. Secara umum, makanan

siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan

komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi besar

untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),

serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) diantaranya.

Tetapi pada kelompok tertentu perubahan jadwal, jumlah

dan jenis makanan dilakukan sesuai dengan kebiasaan.

Untuk penyandang DM yang mengidap penyakit lain, pola

pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyerta


67

2.4.4. Pemilihan Jenis Makanan


Penderita DM harus mengetahui dan memahami jenis makanan

apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus

dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat

(Waspadji2007). Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang

mengandung banyak karbohidrat sederhana, makanan yang

mengandung banyak kolesterol, lemak trans, dan lemak jenuh serta

tinggi natrium (ADA, 2010). Makanan yang diperbolehkan adalah

sumber karbohidrat kompleks, makanan tinggi serat larut air, dan

makanan yang diolah dengan sedikit minyak. Penggunaan gula murni

diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu [ CITATION Han15 \l 1057 ]

Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap

seperti sirup,gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan

kandungan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel,

kacang kapri, daun singkong, bit, dan bayam harus dibatasi tidak boleh

dalam jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas,

anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi.

Sayuran yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan

kalori rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak, selada

air, jamur kuping, dan tomat. Selain itu makanan yang perlu dihindari

yaitu makanan yang mengandung banyak kolesterol, lemak trans, dan

lemak jenuh serta tingi natrium (Waspadji et al.,2010).

Selain itu, Perkeni (2011) menyebutkan bahwa penderita

diabetes harus membatasi makanan dari jenis gula, minyak, dan

garam. Banyak pasien DM tipe 2 mengeluh karena makanan yang


68

tercantum dalam daftar menu diet kurangbervariasi sehingga

sering terasa membosankan. Untuk itu agar ada variasi dantidak

menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan makanan penukar

lain. Perludiingat dalam penggunaan makanan penukar, kandungan

zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya

(Suyono, 2009).

2.4.5. Pengaturan Jadwal Makan


Pengaturan jadwal makan juga penting karena berkaitan

dengan kadar glukosa darah (ADA, 2010). Penderita DM makan

sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan

dengan interval waktu 3 jam. Jadwal makan standar yang digunakan

oleh penderita DM disajikan dalam tabel berikut (Waspadji, 2007).

Tabel 2.3 Jadwal Makan Penderita DM


Jenis makanan Waktu Total
kalori
Makan pagi 07.00 20%

Selingan 10.00 10%

Makan siang 13.00 30%

Selingan 16.00 10%

Makan sore/malam 19.00 20%

Selingan 21.00 10%


Sumber : Waspadji (2007). Pedoman Diet DM. Jakarta : FK UI

2.4.6. tandar dan Prinsip Diet DM Tipe 2


Menurut Waspadji et al. (2010), standar diet DM diberikan

pada pasien diabetes atau pasien sehat yang bukan penyandang DM

sesuai kebutuhannya. Terdapat 8 jenis standar diet menurut


69

kandungan energi, yaitu diet DM 1100, 1300, 1500, 1700, 1900,

2100, 2300, dan 2500 kalori. Secara umum, standar diet1100 kalori

sampai dengan 1500 kalori untuk penderita DM yang gemuk. Diet

1700 sampai dengan 1900 kalori untuk penderita diabetes dengan

berat badan normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500

kalori untuk penderita dibetes kurus (Waspadji et al., 2010)

[ CITATION Yuy14 \l 1057 ]. Prinsip diet bagi penderita DM

menurut Perkeni (2011), yaitu :

1. Energi disesuaikan dengan kebutuhan dengan faktor koreksi

umur, jenis kelamin, aktivitas, dan berat badan

2. Karbohidrat 45 – 65 % dari energy total

3. Protein 10 – 20 % dari energi total

4. Lemak 20 – 25% dari energi total. Pengguanaan lemak jenuh

< 7%; lemak tidak jenuh ganda < 10%, selebihnya lemak tidak

jenuh tunggal; dan kolesterol < 300mg/hari

5. Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang banyak

mengandung kolesterol, lemak trans dan lemak jenuh serta

makanan yang banyak mengandungnatrium

6. Makanan yang dianjurkan adalah sumber karbohidrat kompleks,

makanan tinggi serat dan makanan yang diolah dengan

sedikitminyak

7. Gula untuk bumbu diperbolehkan. Dalam satu hari hanya

diperbolehkankonsumsi gula < 5% kebutuhan energi


70

2.5. Konsep Kepatuhan

2.5.1. Definisi Kepatuhan


Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Pranoto, 2007), patuh

adalah suka menurut perintah, taat kepada perintah, sedangkan

kepatuhan adalah perilaku sesuai dengan aturan dan berdisiplin.

Menurut Decision theory, kepatuhan adalah bentuk pengambilan

keputusan dari seorang penderita penyakit tertentu (James, 1985 dalam

Suparyanto 2010). Sedangkan menurut Sarafino (1990) yang dikutip

oleh Slamet, B (2007), mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai

tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh petugas kesehatan atau orang lain.

Perilaku kepatuhan adalah perilaku yang harus dilakukan

seorang pasien untuk melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang

ditentukan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan

sesuai dengan penyakit diabetes mellitus yang dideritanya.

Terbentuknya perilaku kepatuhan ditentukan pengetahuan, sikap,

keyakinan, nilai–nilai yang dimiliki pasien diabetes mellitus serta

ketersediaan atau keterjangkauan fasilitas kesehatan dan dorongan dari

petugas atau dari keluarga pasien(Niven, 2008). [ CITATION Elf19 \l 1057 ]


71

2.5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang

yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal

(Notoatmodjo in Tri Suci Lestari, 2012).Pola makan penderita DM

tipe 2 dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri

penderita DM maupun dari luar diri penderita. Menurut Klienfield

(2006), determinan perilaku dalam pengelolaan penyakit DM

sangat kompleksdan beragam.Berikut ini faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan dietpenderita DM :

1. Usia

Menurut Suyono (2009), biasanya di atas usia 40 tahun

kasus DM tipe 2 meningkat di Indonesia. Sebuah penelitian

Maillins (1972) dalam Uji (2001) memperlihatkan bahwa

kejadian DM mulai meningkat tajam pada usia mendekati 40

tahun dan mulai menurun pada usia 60 tahun.Pada kasus DM,

umur berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menerapkan

terapi non farmakologis salah satunya diet (Isnariani, 2006).

Dalam berbagai literatur berbagai penelitian negara tingkat

dunia, usia mempunyai hubungan terhadap kepatuhan diet

penderita DM tipe 2 (Zanjani et al., 2006; Nelson et al., 2002;

Ellis, 2010). Pada beberapa penelitian membuktikan bahwa

usia dewasa lebih patuh dibandingkan lansia (Nelson et al.,

2002; Ouyang, 2007).

Sebuah penelitian di Indonesia yang dilakukan di Rumah


72

Sakit RSUP Persahabatan juga menunjukkan hal serupa

bahwa usia berhubungan dengantingkat kepatuhan diet

pada penderita DM tipe 2 (Uji, 2001). Penelitian Amadewi

(2004) di Rumah Sakit PMI Bogor menunjukkan usia dewasa

lebih patuh diet dibandingkan lansia. menurut pendapat

Hurlock (1993) bahwa usia dewasa merupakan usia yang

secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan untuk dapat

memahami dan menjalankan berbagai aturan dibandingkan

orang yang sudah usia lanjut.

Menurut Anggina et al. (2010), dengan bertambahnya usia

maka terjadi penurunan fungsi pendengaran penglihatan dan

daya ingat seorang pasien sehingga pada pasen usia lanjut

akan lebih sulit menerima informasi dan akhirnya salah

paham tentang instruksi yang diberikan. Namun, ada

penelitian yang tidak mendukung hal di atas yaitu antara usia

dan kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 tidak

mempunyai hubungan bermakna (Albright, Parchman,dan

Burge,2001; Amadewi, 2004; Liu dan Park, 2004).

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian Sattar et al. (2003), pria memiliki

risiko yang lebih besar terkena diabetes tipe 2 dibandingkan

wanita meskipun mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT)

lebih rendah daripada wanita. Hal ini disebabkan karena pada

pria penumpukan lemak terkonsentrasi di sekitar perut


73

sehingga memicu obesitas sentral yang lebih berisiko memicu

gangguan metabolisme. Dengan kata lain, laki-laki lebih rentan

terhadap DM tipe 2 (Sattar et al., 2003).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa antara perempuan

dan laki – laki mempunyai angka harapan hidup yang

berbeda (Health, 2007). Hal ini terjadikarena jenis kelamin

merupakan salah satu faktor predisposisi yang menetukan

perilaku kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2010)

Beberapa penelitian menunjukkan faktor jenis kelamin

berhubungan dengan kepatuhan diet penderita DM (Safford et

al., 2005; Carpenter, 2008; dan Wong et al., 2005). Di

Indonesia, berdasarkan penelitian Masjur (2000) terdapat

hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet yang

dijalankan penderita DM tipe 2, yaitu laki - laki lebih (75%)

dibandingkan perempuan (27%). MenurutMursamsini (1994),

laki – laki lebih patuh dalam diet karena berkaitan

dengantanggung jawabnya sebagai pencari nafkah sehingga

dirinya menyadari harus patuh dalam diet. Sedangkan menurut

Wong (2005), laki – laki biasanya lebih bersifat aktif dalam

menjalankan berbagai aturan dibandingkan perempuan.

Namun, pada berbagai penelitian lain ternyata jenis kelamin

tidak berhubungan secara bermakna terhadap kepatuhan diet

penderita DM (Rubin dan Peyrot, 1998; Nelson et al., 2002;

Tovar, 2007; Warsono, 2000; Munawar, 2001;Amadewi,


74

2004; Uji, 2001).

3. Tingkat Pendidikan

Secara teori, seseorang dengan pendidikan tinggi

akan mempunyai kesempatan untuk berperilaku baik

(Winkleby et al., 1992). Menurut Ouyang (2007), orang

dengan pendidikan tinggi lebih mudah memahami dan

mematuhi perilaku diet dibandingkan dengan orang yang

tingkat pendidikannya rendah. Menurut Notoatmodjo (2003),

tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan

sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih

tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk

menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam

perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal

kesehatan dan gizi.Dalam banyak penelitian, tingkat

pendidikan berhubungan secara langsung dengan kepatuhan

diet (Delamater, 2006; Karter et al., 2007; Ettner et al., 2009;

Ellis, 2010). Beberapa penelitian di Indonesia memperlihatkan

hasil serupa, yaitu tingkat pendidikan berhubungan dengan

kepatuhan diet yang dijalankan penderita DM (Uji, 2001;

Darbiyono, 2011).

Namun, di beberapa penelitian tingkat pendidikan dengan

kepatuhan diet tidak berhubungan secara bermakna (Ruggiero

et al., 1997; Dye dan Johnson, 2007; Munawar, 2001;

Amadewi, 2004). Namun, di beberapa penelitian tingkat


75

pendidikan dengan kepatuhan diet tidak berhubungan secara

bermakna (Ruggiero et al., 1997; Dye dan Johnson, 2007;

Munawar, 2001; Amadewi, 2004).

4. Etnis atau Budaya


Menurut WHO (2003), etnis telah digunakan sebagai salah

satu prediktor tradisional dalam menganalisis kepatuhan

terutama dalam kepatuhan pengobatan. Menurut Ettner et al.

(2009), perbedaan etnis atau budaya dikaitkan dengan

pemilihan untuk memasak jenis makanan tertentu sesuai etnis

atau budayanya. Sebuah penelitian terhadap penderita DM tipe

2 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa perbedaan etnis

antara Afrikan Amerika dan Hispanik berhubungan dengan

kepatuhan dalam memonitor diet mereka (Oster et al., 2006).

Hal ini didukung dalam penelitian Ellis (2010) bahwa

kelompok etnis mayoritas lebih patuh dalam diet (74%)

dibandingkan dengan kelompok etnis minoritas (25,1%).

5. Pendapatan

Dalam berbagai macam literatur mengenai

kepatuhan, pendapatan merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan (Piette et al., 2004;

O’Conner, 2006). Berdasarkan penelitian Ettner et al. (2009)

pada TRIAD study menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pendapatan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet pada

penderita DM tipe 2. Hal ini didukung dalam penelitian Ellis

(2010) bahwa penderita DM tipe 2 dengan pendapatan yang


76

rendah lebih tidak patuh (51,4%) dibanding yang mempunyai

pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang yang mempunyai

pendapatan rendah peluang untuk membeli makanan sesuai

diet diabetes lebih sedikit dibandingkan denganyang

pendapatannya tinggi (Ellis, 2010).

6. Biaya Pengobatan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Vijan et al. (2004),

semua pasien DM tipe 2 yang diteliti menyatakan bahwa biaya

pengobatan merupakan masalah bagi mereka untuk patuh

dalam menjalankan diet. Banyak penderita DM

yangmengeluhkan bahwa mahalnya biaya pengobatan penyakit

tersebut membuat mereka tidak dapat membeli berbagai

makanan sesuai diet yang dianjurkan (Vijan et al., 2004).

7. Tingkat Keparahan Penyakit DM


Sebuah penelitian di Taiwan menunjukkan bahwa ada

hubungan antara tingkat keparahan penyakit dengan kepatuhan

dalam menjalankan diet pada pasien DM tipe 2, yaitu

pasien dengan komplikasi kronis lebih rendah tingkat

kepatuhannya dibandingkan dengan pasien komplikasi akut

(Ouyang, 2007). Hal ini terjadi karena pasien diabetes dengan

komplikasi akut selalu berupaya untuk mencegah kondisi

penyakit yang lebih buruk melalui dietnya (Ouyang, 2007).

8. Kontinuitas Cek Kesehatan

Kontinuitas yang baik pada pasien DM dalam melakukan

cek kesehatan akan membuat pasien lebih familiar dan


77

lebih baik dalam menjalankan rekomendasi pengobatan

dari petugas kesehatan (O’conner, 2006). Berdasarkan

penelitian Ellis (2010), ada hubungan antara kontinuitas pasien

DM tipe 2 dalam melakukan cek kesehatan dengan kepatuhan

diet, yaitu pasien yang rutin melakukan cek kesehatan lebih

patuh (88%) dibandingkan pasien yang tidak rutin cek

kesehatan (4,5%).

9. Keikutsertaan Penyuluhan Gizi

Penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan

merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus

menerus yang kemajuannya harus terus diamati terutama

oleh mereka yang memberikannya (Basuki, 2009). Tujuan

penyuluhan bagi penderita DM yang utama adalah untuk

meningkatkan pengetahuan yang akan menjadi titik tolak

perubahan sikap dan gaya hidup mereka (Basuki, 2009).

Menurut Waspadji (2009), edukasi diabetes adalah pendidikan

dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi

pasien DM yang bertujuan menunjang perubahan perilaku

sehingga mencapai akan mencapai kualitas hidup yang lebih

baik. Artinya, semakin sering seseorang mendapat penyuluhan

maka semakin baik pula perilakunya.Berdasarkan penelitian

berbagai penelitian keikutsertaan pasienDM tipe 2 dalam

mengikuti penyuluhan gizi berhubungan dengan tingkat

kepatuhan diet mereka (Denney, 2009; Siddiqui et al., 2010;


78

Arsana et al., 2008). Menurut Siddiqui et al. (2010), penderita

DM yang mengikuti penyuluhan gizi secara rutin lebih patuh

dalam diet.

10. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah

hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya. Secara garis besar

pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu tahu,

memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2010). Pengetahuan merupakan salah satu faktor psikososial

yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet yang dijalankan

penderita DM tipe 2 dimana yang mempunyai pengetahuan

baik lebih patuh dibandingkan yang berpengetahuan kurang

(Browne, 2000; Tovar, 2007)

Di Indonesia, berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa

ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

diet pada penderita DM tipe 2 (Munawar, 2001; Uji, 2001).

Namun, dari beberapa penelitian menunjukkan hasil

sebaliknya bahwa pengetahuan tidak berhubungan secara

bermakna dengan diet yang dijalankan penderita DM


79

(Darbiyono 2011; Ouyang, 2007; Murata et al., 2003;

Amadewi, 2004).

11. Persepsi
Menurut Atkinson dan Hilgard (1991) dalam Sarwono

(2004) bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan

dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.

Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui

atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan

indera.Menurut konsep model kepercayaan kesehatan (Health

Belief Model), persepsi yang positif dari seseorang merupakan

unsur penting yang membentuk seseorang untuk mengambil

tindakan yang baik dan sesuai untuk melakukan tindakan

pencegahan atau penyembuhan penyakit (perceived threats)

dalam hal ini pengobatan untuk DM (Rosenstock et al., 1988).

Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara

persepsi dengan keptuhan diet pada penderita DM tipe 2

(Travis, 1997; Tovar, 2007).Hasil penelitian tersebut didukung

juga di Indonesia, yaitu berdasarkan penelitian AlTera

(2011) di Semarang, persepsi merupakasan salah satu

determinan yang berhubungan dengan kepatuhahan dalam

menjalankan diet pada penderita DM tipe 2 usia 45 – 70 tahun.

Namun, hal-hal tersebut tidak didukung penelitian Hendro

(2010) di RSUD Deli Serdang yang menyatakan tidak ada

hubungan yang bermakn aantara persepsi dengan kepatuhan

diet pasien DM tipe 2 usia 40–70 tahun.


80

12. Motivasi Diri

Menurut Rachmat (2005) dalam Hendro (2010),

motivasi diri adalah dorongan, baik dari dalam maupun

dari luar diri manusia untukmenggerakkan dan mendorong

sikap serta perubahan perilakunya. Dalam konteks perubahan

pola makan bagi penderita DM tipe 2, motivasi didasarkan

pada keinginan penderita untuk sembuh dan mengurangi

kecatatan akibat menderita DM sehingga mereka termotivasi

untuk mengikuti program diet yang dianjurkan (Hendro, 2010).

Dalam penelitian Senecal et al. (2000) di Amerika Serikat,

terdapat hubungan antara motivasi diri dengan manajemen diri

termasuk diet pada penderita DM tipe 2 usia dewasa dan

lansia. Berdasarkan penelitian Hendro (2010), faktor

psikososial paling berpengaruh signifikan terhadap pola

makan penderita DM tipe 2 usia 40 – 70 tahun rawat jalan di

RSUD Kabupaten Deli Serdang adalah faktor motivasi diri.

Dalam penelitian ini diabetisi yang mempunyai motivasi baik

sebanyak 77,8%, lebih patuh dibandingkan yang motivasinya

kurang 22,2% yang patuh diet.

Hal ini disebabkan karena keinginan (motivasi) kuat untuk

sembuh dapat menjadi stimulan bagi individu penderita DM

untuk mengikuti seluruh anjuran dalam proses pengobatan

penyakit tersebut (Rowley, 1999). Sedangkan hal tersebut

tidak sejalan dengan penelitian Tovar (2007) di Texas bahwa


81

motivasi diri tidak berpengaruh secara bermakna dengan

kepatuhan diet penderita DM tipe 2.

13. Sikap

Berdasarkan penelitian Anderson et al. (1993), pasien DM

dengan tingkat kepatuhan diet tinggi mempunyai sikap lebih

positif karena sikap yang positif dapat membantu

meningkatkan keinginan mereka dalam menjalankan diet yang

baik.

14. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan merupakan salah satu yang

mempunyai hubungan kritis dengan penatalaksanaan

penyakit DM tipe 2 khususnya diet (Hurley dan Shea, 1993).

Berdasarkan penelitian Ouyang (2007), kepercayaan diri

mempunyai hubungan positif dengan pelaksanaan 6 prinsip

diet di Taiwan.

15. Depresi

Berdasarkan penelitian Lin et al. (2004),

menunjukkan bahwa ada hubungan antara depresi dan

perilaku pasien DM tipe 2 dalam penatalaksanaan penyakitnya,

seperti diet, aktivitas fisik, dan pengobatan medis.

16. Dukungan keluarga

Faktor psikososial yang erat kaitannya dengan perilaku

kesehatan adalah adanya interaksi sosial dalam bentuk

dukungan baik dukungan keluarga maupun dukungan secara


82

sosial dan kaitannya dengan perilaku diet DM tipe 2 (Hendro,

2010). Dalam berbagai penelitian, dukungan keluarga

berhubungan dengan kepatuhan diet yang dijalankan penderita

DM tipe 2 (Haryono, 2009; Vijan et al., 2005; Wen et al.,

2004). Hal tersebut didukung juga di Indonesia, penelitian

Anggina et al., (2010) bahwa dukungan keluarga juga

berhubungan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2

usia < 41 dan 41-65 tahun di RSUD Cibabat, Cimahi dimana

pasien yang mendapat dukungan positif dari keluarganya

(96,7%) lebih patuh diet dibandingkan yang mendapat

dukungan keluarga negatif (76,7%).Berdasarkan penelitian

Dye et al. (2003) yang menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita DM tipe 2 merasa sulit untuk mematuhi diet karena

biasanya anggota keluarga mereka tidak menyukai makanan

diet yang mereka konsumsi. Rendahnya dukungan keluarga

ternyata berdampak negatif bagi diri penderita DM yaitu

menyebabkan depresi sehingga mereka cenderung tidak

mengikuti anjuran diet yang dianjurkan (Barbara et al., 2009).


BAB 3
KERANGKA KONSEPUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian


Predisposing Enambling Reinforcing factor
factor factor
1.pelayanan petugas
1.Pendidikan 1.jarak kesehatan
2.tingkat pelayanan
pengetahuan 2. dukungan
3.sikap keluarga
4.kepercayaan

Penyebab DM Perilaku Pendidikan Family


centered
-rusaknya 1.pengetahuan Kesehatan model
pankreas
2.sikap
Resistensi insulin
3. tindakan

Faktor internal Kepatuhan diet Faktor eksternal


Diabetes Mellitus Tipe
1. usia 1.budaya
2
2.jenis kelamin 2. dukungan
keluarga
3.gaya hidup
Meningkatkan
4. pengetahuan kemandirian pasien 3.pendapatan
DM dalam melakukan
5.persepsi perawatan diri 4.biaya pengobatan

6.motivasi diri 1.pengaturan pola 5.cek kesehatan


makan 6. pendidikan
7.percaya diri
2.melakukan aktivitas
fisik

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Teori Laurence Green (1980)


Tri Suci Lestari (2012)

83
84

Keterangan :

: diteliti : berhubungan

: : tidak diteliti : pengaruh

3.2. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh pendidikan kesehatan berbasis family centered nursing model

terhadap kepatuhan diet Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Ambunten.


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah cara dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum

akhir pengumpulan data[ CITATION Nur14 \l 1057 ]. Rancanganini

menggunakan quasy-exsperimen,pretest-postest,control group. Rancangan ini

menggambarkan hubungan sebab akibat dengan cara meneliti kelompok

kontrol disamping kelompok intervensi.

Tabel 4.1. desain penelitian eksperimen pretest posttest control group


Subjek Pra Perlakukan Pasca-Test

K-A O I O1-A

K-B O - O1-B

Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan :

K-A : Subjek intervensi

K-B : Subjek kontrol

O : Observasi sebelum intervensi (perlakuan)

I : Intervensi (perlakuan)

O1 (A+B) : oberservasi sesudah intervensi

Rancangan ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok intervensi yang

diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan

perlakuan.pada kedua kelompok tersebut diawali dengan pretest dan setelah

dilakukan intervensi dilakukan pengukuran kembali (pasca-test). [ CITATION

Nur14 \l 1057 ].

85
86

4.2. Kerangka Kerja

Populasi

Semua penyandang DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas


Ambunten sebanyak 325 penderita DM Tipe 2

Sampel

Semua penyandang DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas


Ambunten sebanyak 34 penderita DM Tipe 2

Teknik Sampling:

Simple Random Sampling

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Pendidikan Kesehatan Kepatuhan diet DM

Pengumpulan Data

Pengolahan Data :

Editing,coding,scoring,entry data, tabulating

Analisis Data:
Paired Sampel T Test untuk menguji kelompok t berpasangan
Independet Sampel T Test: untuk menguji pengaruh perilaku pada kelompok
kontrol dan perlakukan setelah dilakukan intervensi

Penyajian hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan Saran


87

4.3. Populasi,Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini ialah subjek (contoh manusia : klien)

yang mencukupi syarat yang telah ditetapkan [ CITATION Nur14 \l 1057 ] .

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua penyandang DM Tipe 2 yang

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ambunten sebanyak 75 orang.

1. Kriteria Inklusi

a. Penyandang DM Tipe 2 yang tidak mengalami komplikasi.

b. Penyandang DM dengan umur 20-65 tahun.

c. Penyandang yang bersedia hadir.

4.3.2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi sederhana yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian yang menggunakan teknik

sampling. Pemilihan sampel yang tepat, sangat membantu peneliti

untuk mengurangi perbedaan hasil penelitian[ CITATION Nur14 \l

1057 ]. Sampel penelitian yaitu penyandang DM Tipe 2 yang

tinggal di area Puskesmas Ambunten pada tahun 2020 sebanyak

176 orang.

Sampel didapatkan dari semua populasi kemudian untuk

mendapatakan sampel tersebut dapat dirumuskan menggunakan

rumus yang telah ditetapkan, yaitu :

n= N.z2..p.q

d2.(N-1)+z2.p.q

n= 325.1,962.0,5.0,5
88

0,102.(325-1)+1,962.0,5.0,5

n= 312,13

4,2004

n= 74,309

n= 75

keterangan :

n = perkiraan besaran sampel

N = perkiraan besaran populasi

z = nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1-p (100%-p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,10)

4.3.3. Teknik Sampling


Penelitian ini menggunakan Simple Rindom Sampling dengan cara

menuliskan nama-nama responden dan di kopyok untuk diambil

secara acak untuk menentukan kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol[ CITATION Nur14 \l 1057 ].

4.4. Variabel Penelitian

4.1.1. Variabel Independen


Variabel Independen adalah variabel bebas yang memiliki

pengaruh terhadap nilai lainnya. Variabel Independen yang

digunakan yaitu Pendidikan Kesehatan.

4.1.2. Variabel Dependen


Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
89

nilai lainnya atau bisa juga disebut sebagai variabel terikat. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu Kepatuhan

Diet Diabetes Mellitus Tipe 2

4.5. Definisi Operasional

Definisi Operasional yaitu mengambarkan variabel secara operasional

dan berdasarkan karaktersiik yang diteliti [ CITATION Nur14 \l 1057 ] . Penelitian

ini melibatkan dua variabel yaitu: pendidikan kesehatan dan kepatuhan diet

Diabetes Mellitus Tipe 2.

Tabel 4.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


Operasional Ukur

1. Pendidikan Penyuluhan yang Penyuluhan DM - - -


kesehatan dilakukan oleh Tipe 2:
tenaga kesehatan -Pengertian
terhadap penderita penatalaksanaan
DM Tipe 2 dengan diet DM Tipe 2
model family -Tujuan
centered nursing penatalaksanaan
dan pemberian diet DM Tipe 2
leaflet selama 1x -Kebutuhan energi
dalam sebelum dan zat gizi
penderita DM
-Pemilihan jenis
makanan
-Pengaturan jadwal
makanan
-Standar dan
Prinsip diet DM
Tipe 2

2. Kepatuhan Perilaku Kepatuhan diet Kuesio Rasio Kepatuhan diet


diet DM Tipe penderita DM Tipe 2: ner dm tipe 2 :
2 DM Tipe 2 - Jumlah 1 = tidak patuh
yang patuh makanan (< 55 %)
terhadap - Jenis 2 = cukup patuh
standart makanan (56 % - 75%)
diet - Jadwal 3 = patuh (76%-
meliputi makana 100%)
jenis,jumla
h dan
jadwal
90

4.6. Pengumpulan Instrumen


4.6.1. Instrumen Penelitian
Isntrumen yaitu perangkat atau alat yang akan digunakan untuk

membantu mengungkapkan data yang diinginkan dari

peneliti[ CITATION Nur14 \l 1057 ] . Alat yang digunakan memakai

lembar kuesioner. Kuesioner yang diberikan berisi pertanya yang

berkaitan tentang penelitian yang dilakukan dengan hasil jawaban

yang akan dirahasiakan.

4.6.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ambunten.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan penelitian ini

dilakukan dari bulan 05 juni 2021-31 juni 2021

4.6.3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.6.3.1. Prosedur Penelitian


1. Peneliti meminta izin kepada Kepala Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Wiraraja Madura untuk melakukan

penelitian.

2. Peneliti meminta rekomendasi dari BAKESBANGPOL (badan

kesatuan bangsa politik dan perlindungan masyrakat) untuk

direkomendasikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Sumenep, dan tempat penelitian.


91

3. Peneliti meminta izin kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Sumenep.

4. Peniliti meminta izin kepada kepala Puskesmas Ambunten.

5. Peneliti mengidentifikasi sampel, dengan mengumpulkan

penyandang DM Tipe 2 sesuai dengan kriteria inklusi.

6. Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 yang terpilih diberikan

informed consen sebagai tindakan persetujuan untuk dijadikan

sampel penelitian.

7. Peneliti melakukan pretest kepada kelompok intervensi dari

kelompok kontrol dengan memberikan lembar kuesioner.

4.6.3.2. Pengelolahan Data


Pengumpulan data yang didapatkan dari lembar kuesioner yang

telah diisi kemudian diproses dengan tahap yaitu:

1. Editing

Dalam editing ini peneliti memeriksa ulang kelengkapan data

jika kuesioner ada yang kosong maka memberikan kembali

untuk mengisi agar jawaban dari responden jelas.

2. Coding

Untuk memudahkan pengelolahan data, maka hasil observasi

dari masing-masing responden diberi kode

a. Pendidikan kesehatan

Pengkodean : yang dilakukan intervensi diberi kode (1),

dan yang tidak dilakukan intervensi diberi kode (2).

b. Kepatuhan diet DM Tipe 2


92

Pengkodean : patuh diberi kode (3), cukup patuh diberi

kode (2) dan tidak patuh diberi kode (1).

3. Skor

Untuk kemudahan dalam pengelolahan data maka jawaban dari

kuesioner-kuesioner diberikan skor :

a. Pendidikan Kesehatan

Skor : yang dilakukan intervensi diberikan kode (1), dan

yang tidak dilakukan intervensi diberikan kode (2).

Terhadap 10 pertanyaan tentang: jenis,jumlah dan jadwal

4. Tabulating

Tabulasi yaitu cara untuk memudahkan data dalam

pengelolahan data dengan memasukan data kedalam tabel dan

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus

sesuai kriteria. Jawaban tersebut kemudian dimasukkan kedlam

tabel dengan menghitung frekeunsi.

5. Entry data

Dalam kegiatan ini data yang telah diperoleh akan dimasukkan

sesuai dengan nama-nama variabel yang telah dibuat.

4.7. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu metode untuk menghitung data secara

akurat. Kemudian peneliti melakukan analisis univariat dilakukan terhadap

setiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel frekuensi

distribusi dan dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji “Paired

Sampel T Test” untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberi


93

intervensi. Uji signifikannya menggunakan derajat kesalahan 0,05 dan

menggunakan SPSS. Jika p=value< a artinya ho ditolak, sedangkan H1

diterima. Sebaliknya jika p value > a artinya Ho diterima, H1 ditolak.

Uji “Independent Sampel T Test” digunakan untuk menguji pengaruh

perilaku pada kelompk kontrol dan kelompok intervensi setelah dilakukan

pendidikan kesehatan. Uji signifikannya menggunakan derajat 0,05 dan

menggunakan fasilitas SPSS. Jika p value < a artinya Ho ditolak, sedangka H1

diterima artinya ada pengaruh pendidika kesehatan berbasis family centered

nursing model terhadap kepatuhan diet DM Tipe 2.

4.8. Etika Penelitian


4.8.1. Persetujuan penderita DM Tipe 2 (Informed Consent)
Penelitian ini dilaksanakan setalah mendapatkan izin dari Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Wiararja Sumenep. Setelah

mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Ambunten peneliti tidak

langsung memberikan pendidikan kesehatan akan tetapi sebelum

dilaksanakan hal tersebut peneliti pertama kali memberikan lembar

infomkonsen apakah bersedia dijadikan responden atau tidak, jika

tidak bersedia peneliti tidak akan memaksa karena responden

memiliki hak atas semuanya.

4.8.2. Tanpa nama (Anomity)


Dalam penelitian ini peneliti tidak mencantumkan nama-nama

penyandang DM tetapi hanya menggunakan kode inisial guna

menjaga kode etik penyandang.


94

4.8.3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh penelitin,hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

4.9. Keterbatasan Penelitian

1. Variabel-variabel yang mempengaruhi kepatuhan diet seperti

tingkat pengetahun dan tingkat pendidikan selain penyuluhan yang

dilakukan penelitian dapat mempengaruhi kepatuhan diet dalam

peneltian ini.

2. Keaktifan hadir responden dalam penyuluhan belum diamati oleh

peneliti dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Hal tersebut

bisa menjadi faktor lain yang mempengaruhi peningkatan

kepatuhan diet penderita diabates melitus tipe 2.

3. Responden yang hadir saat penyuluhan sebanyak 34 orang,

sedangkan sampel menurut rumus sebanyak 75. Hal tersebut

menjadi faktor ketidak hadiran karena masa pandemi sehingga

sampel yang digunakan oleh peneliti sebanyak 34 responden.


BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1.Letak Geografis
Kecamatan Ambunten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Laut Jawa

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Rubaru

3. Sebelah Barat : Kecamatan Pasongsongan

4. Sebelah Timur : Kecamatan Dasuk

Berdasarkan geografisnya Kecamatan Ambunten menempati area seluas

50.542,966 km (2,41% dari luas kabupaten Sumenep). Terbagi dari wilayah

daratan rendah bukan pantai dengan luas 30.831,21 km2 (61%), dan wilayah

daratan rendah pantai dengan luas 19.711,76 km2 (39%). Dengan jumlah desa

sebanyak 15 desa yaitu Desa Ambunten timur, Desa Ambunten Tengah, Desa

Ambunten Barat, Desa Tambaagung Barat, Desa Tambaagung Tengah, Desa

Tambaagung Ares, Desa Tambaagung Timur, Desa Sogian, Desa Keles, Desa

Bukabu, Desa Campor Barat, Desa Campor Timur, Desa Beluk Ares, Desa

Beluk Kenek, Desa Beluk Raje.

95
96

5.1.2. Data Demografi


Berdasarkan data yang didapat dari kantor Kecamatan Ambunten pada

tahun 2021 luas wilayah Kecamatan Ambunten 50.542,966 dengan jumlah

penduduk berjumlah 38.490 jiwa. Dengan komposisi penduduk laki-laki

sebanyak 18.367 jiwa (47,72) dan perempuan 20.123 jiwa (52,28). Resiko

jenis kelamin sebesar 91,27% dengan kepadatan penduduk sebanyak 761,57

jiwa/km2

5.1.3. Jumlah Sumber Daya Kesehatan


Adapun jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Ambunten pada tahun

2021 yaitu : memiliki 1 Puskesmas, 2 Puskesmas Pembantu, 9 Ponkesdes, 14

Desa Siaga, 51 Posyandu, 3 Polindes, 4 BPS, 2 Ponkestren dan 1 Apotik.

Jumlah tenaga kesehatan di UPT. Puskesmas Saronggi terdiri dari : 3 Dokter

Umum, 1 Dokter Gigi, 19 Bidan, 24 Perawat, 1 Tenaga Apoteker, 2 Tenaga

Gizi, 1 Tenaga Sanitasi, dan 1 Tenaga Analis Laboratorium. Berdasarkan hasil

rekapitulasi anggaran APBN (Dana BOK, Kapitasi dan Non Kapitasi)

Puskesmas Ambunten tahun 2021 mendapat anggaran APBN sebesar Rp.

1.582.736.000,-.

5.1.4. Visi dan Misi


1. Visi

Masyarakat Kecamatan Ambunten sehat yang mandiri dan berkeadilan

2. Misi

a. Menggerakkan pembangunan yang berwawasan kesehatan


97

b. Meningkatkan derajat kesehatan, melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat guna mendorong

terwujudnya kemadirian masyarakat untuk hidup sehat.

c. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya

upaya kesehatan yang paripurna merata bermutu dan berkeadilan

untuk masyarakat kepulauan dan daratan.

d. Meningkatkan dan mendaya gunakan sumber daya kesehatan.

e. Menciptakan tata kelolah kepemerintahan yang baik.

5.2. Hasil

5.2.1. Data Umum


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah


Kerja Puskesmas Ambunten
No Umur Kelompok Presentase % Kelompok Presentase %
Perlakuan Kontrol
1. 41-44 2 11,8 1 5,9
2. 45-48 2 11,8 3 17,6
3. 49-52 2 11,8 3 17,6
4. 53-56 3 17,6 3 17,6
5. 57-60 2 11,8 2 11,8
6. 61-64 6 35,3 5 29,4
Total 17 100,0 17 100,0
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi responden berdasarkan
usia, menunjukkan sebagian besar responden diabetes melitus tipe 2 pada
kelompok perlakuan yaitu umur 61-64 tahun sebanyak 6 responden (35,3
%) dan pada kelompok kontrol yaitu umur 61-64 tahun sebanyak 5
responden (29,4 %).
98

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Wilayah Kerja Puskesmas Ambunten
N Jenis Kelamin Kelompok Persentase % Kelompok Persentase
o Perlakuan Kontrol %

1 Perempuan 12 70,6% 11 64,7%


2 Laki-laki 5 29,4% 6 35,3%
Total 17 100,0 17 100,00
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin pada

kelompok perlakuan adalah sebagian besar perempuan sebanyak 12 orang

(70,6%) dan sebagian besar dari kelompok kotrol adalah perempuan

sebanyak 11 orang (64,7%).

3. Karaktersitik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di
Wilayah Kerja Puskesmas Ambunten
No Pendidikan Kelompok Persentase% Kelompok Persentase%
Perlakuan Kontrol
1. Tidak Sekolah - - - -
2. SD 12 70,6% 14 82,4%
3. SMP 2 11,8% 3 17,6%
4. SMA 1 5,9% - -
5. Sarjana 2 11,8% - -
Total 17 100,0% 17 100,0%
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa pendidikan terakhir

responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hampir

seluruhnya adalah SD masing-masing sebanyak 12 orang (70,6%) dan 14

orang (82,4%).
99

4.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Wilayah Kerja Puskesmas Ambunten
N Pekerjaan Kelompok Persentase% Kelompok Persentase%
o Perlakuan Kontrol
1 Petani - - 5 29,4%
2 Nelayan 5 29,4% - -
3 IRT 11 64,7% 11 64,7%
4 Pns 1 5,9% 1 5,9%
Total 17 100,0 17 100,0
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa pekerjaan responden

pada kelompok perlakuan sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga

masing-masing sebanyak 11 orang (64,7%) dan 11 orang (64,7%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Durasi Penyakit


Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Penyakit di
Wilayah Kerja Puskesmas Ambunten
No Durasi Penyakit Kelompok Persentase% Kelompok Persentase%
Perlakuan Kontrol
1 1 tahun 6 35,4% 10 58,8%
2 <1 tahun 11 64,7% 7 41,2%
Total 17 100,0 17 100,0
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa durasi penyakit

responden ada perbadingan dalam durasi antara 1 tahun dan <1 tahun dari

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebagain besar pada kelompok

perlakuan durasi penyakit <1 tahun sebanyak 11 orang (64,7%)

sedangkan kelompok kontrol sebagian besar adalah 1 tahun sebanyak 10

orang (58,8%).

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan


Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambunten

N Status Pernikahan Kelompok Persentase Kelompok Persentase


o Perlakuan % Kontrol %
1 Menikah 17 100,0 17 100,0
100

2 Tidak menikah - -
Total 17 100.0 17 100,0
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa seluruh kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol sudah menikah yaitu 17 orang (100,0)
untuk kelompok perlakuan 17 orang (100,0) dan kelompok kontrol 17
orang (100,0).

5.2.2. Data Khusus


1. Kepatuhan diet Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan berbasis
family centered nursing model pada kelompok Perlakuan dan Kontrol
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Sebelum
Pemberian Penyuluhan di Desa Ambunten
No Kepatuhan Diet Kelompok Persentase% Kelompok Persentase%
Perlakuan Kontrol

1 Patuh - - - -
2 Cukup Patuh 7 41,2% 1 5,9%
3 Kurang Patuh 10 58,8% 16 94,1%
Total 17 100,0 17 100,0
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

kepatuhan diet pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum

pemberian penyuluhan adalah kurang patuh sebanyak 10 orang (58,8%)

dan sebanyak 16 orang (94,1%).

2. Kepatuhan diet Setelah dilakukan pendidikan kesehatan berbasis family


centered nursing model pada kelompok Perlakuan dan Kontrol
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Setelah
Pemberian Penyuluhan di Desa Ambunten

No Kepatuhan Diet Kelompok Persentase % Kelompok Persentase


Perlakuan Kontrol

1 Patuh 6 35,3% - -
2 Cukup Patuh 10 58,8% 2 11,8%
3 Kurang Patuh 1 5,9% 15 88,2%
Total 17 100,0 17 100,0
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2021
101

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa kepatuhan diet pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah pemberian penyuluhan

sebagai besar adalah cukup patuh sebanyak 10 orang (58,8%). Kepatuhan

diet pada kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan) cenderung sama

seperti sebelum perlakuan hampir seluruhnya penderita Diabetes Mellitus

Tipe 2 kurang patuh yaitu sebanyak 15 orang (88,2%).

3. Tabel Hasil Uji Paired Sampel T Test Kepatuhan Diet pada Kelompok
kontrol sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan berbasis
family centered nursing model.
Kelompok Hasil Pamping Mean P Value Sig (2
Tailed)
Kontrol Pre Test 38,82 0,013
Post Test 48,28
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2021

Berdaskan tabel diatas pada kelompok kontrol sebelum dan setelah


dilakukan pendidikan kesehatan berbasis family centered nursing model
didapatkan nilai pre tes dengan nilai rata rata mean 38,82 dan nilai post
test didapatkan nilai rata rata mean 48,28.

Diperoleh nilai sig (2 Tailed) P = 0,013 > 0,05


4. Tabel Hasil Uji Paired Sampel T Test Kepatuhan Diet pada Kelompok
perlakuan sebelum dan setelah dilakukan perlakuan pendidikan
kesehatan berbasis family centered nursing model

Kelompok Hasil Pamping Mean P Value Sig (2


Tailed)
Perlakuan Pre Test 48,24 0,000
Post Test 68,82
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel diatas pada kelompok perlakuan sebelum dan
setelah dilakukan pendidikan kesehatan berbasis family centered
nursing model didapatkan nilai pre test dengan nilai rata rata mean
48,24 dan nilai post test didapatkan nilai rata-rata mean 68,82
Diperoleh nilai sig (2 Tailed) P = 0,000 < 0,05
102

5. Tabel Hasil Uji Independent Sampel T Test Kepatuhan Diet pada


Kelompok perlakuan dan kontrol setelah dilakukan perlakuan
pendidikan kesehatan berbasis family centered nursing model

Kelompok Hasil Pamping Mean P Value Sig (2


Tailed)
Perlakuan Post Test 68,82 0,000
Kontrol Post Test 48,24
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2021
Berdasarkan tabel diatas setelah dilakukan pendidikan kesehatan
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapatkan nilai post
test pada kelompok perlakuan rata-rata mean 68,82 dan pada kelompok
kontrol didapatkan nilai post test pada kelompok kontrol rata-rata mean
48,24.
Diperoleh nilai sig (2 Tailer) P = 0,000 < 0,05
Hasil Paired Sample T Test kepatuhan diet pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji Paired Sampel T Test dari

pretest kepatuhan diet kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

didapatkan nilai signifikan 0,013 yang nilainya lebih besar dari taraf

kesalahan α 0,05. Berdasarkan uji statistik tersebut, maka H0 diterima

dan H1 diterima yang artinya tidak ada perbedaan antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dilakukan perlakuan sehingga

menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing model terhadap kepatuhan diet dm tipe 2

Hasil Independen Sampel T Test kepatuhan diet pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji Independen Sampel T Test

dari posttest kepatuhan diet kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

didapatkan hasil signifikan 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf

kesalahan α 0,05. Hasil uji statistik tersebut maka H0 ditolak dan H1

diterima yang artinya ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan


103

kelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan dan kelompok kontrol

setelah diberikan perlakuan sehingga menunjukkan ada pengaruh

pendidikan kesehatan berbasis family centered nursing model terhadap

kepatuhan diet diabetes mellitus tipe 2


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Kepatuhan Diet Responden Sebelum Perlakuan pada Kelompok


Perlakuan

Hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan berbasis family

centered nursing model terhadap kepatuhan diet DM Tipe 2 sebelum

diberikan perlakuan menunjukkan sebagian besar memiliki perilaku

kategori kurang patuh sebanyak 10 responden (58,8%). Bersadarkan

penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Irna Non Bedah

Penyakit Dalam RSUP. DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2014

( Hendra Harwadi,Kusman Ibrahim,Helmi Hayaty,2015) menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan kepatuhan pasien dalam melaksanakan diet

diabetes (3J Jenis,Jumlah,Jadwal) setelah diberikan pendidikan p

valuenya (P = 0004).

Friedman (1998) dalam murniasah (2017) menyatakan dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Green (1900) menyatakan

bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu (reinforcing) dalam

menentukan perilaku seseorang terhadap memnfaatkan fasilitas

kesehatan.

104
105

Berdasarkan hasil penelitian lain dengan Judul Pengaruh Edukasi

Kepada Keluarga Terhadap Perubahan Dukungan Keluarga dan Perilaku

Diet Pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Perumnas II Pontianak (Ratna

Sari,Sukarni,Parliani,2017) didapatkan hasil penelitian ada pengaruh

edukasi kepada keluarga terhadap perubahan dukungan keluarga dan

perilaku diet pasien DM Tipe 2 hasil uji yang dilakukan menggunakan

Uji Paired Sampel T Test (P = 0,000) pada dukungan keluarga.

Berdasarkan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Kecamatan Sumbang Banyumas (Dwi Arini Ernawatu, Ika Murti Hartini,

Nur Signa Aini Gumilas 2020)

Penelitian dengan judul Faktor-Faktor Ketidakpatuhan Diet pada

Klien Diabetes Mellitus oleh Zaqqi Ubaidillah, Arga Prisma Dipanusa

(2019) dalam penelitian tersebut ketidakpatuhan diet bagi penderita

diabetes mellitus salah satunya adalah dukungan keluarg,pengahasil dan

tingkat pendidikan. Penelitian dari judul tersebut ketidakpatuhan diet

diabetes mellitus didapatkan mayoritas responden rata rata usia dewasa

akhir dengan jumlah 16 orang (43,24 %). Pendapatan ekonomi dari

pengahasilan yang didapatkan dobawah standar pokok 18 orang ( 37,84

%). Faktor pengetahuan tentang diet diabetes mellitus sebanyak 23 orang

(62,16 %).

Penelitian ini juga dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dayan Hisni,Retno Widowati,Nur Wahidin (2017) dengan judul

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus


106

pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Puskesmas Limo Depok,

bahwa dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang dietry

dherence. Kepatuhan diet yang dilaksanakan oleh pasien dm merupakan

hal yang bisa menurunkan kadar glukosa dalam darah dimana dalam

terapi diet pasien mampu mengikuti anjuran-anjuran yang didapatkan

melalui tenaga kesehatan. Faktor pendukung salah satunya keluarga juga

merupakan hal yang bisa mendorong pasien untuk mensupport dalam

menjalakan terapi yang dijalani. Penilitian ini juga didukung oleh Dwi

Arini Ernawai,Ika Murti Hartini,Nur Signa Aini Gumilas (2020) dengan

judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Diet pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Sumbangan Banyumas.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan diet salah satunya tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikann semakin tinggi

tingkat pengetahuan yang didapatkan.

Tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang dalam proses memahami dan menerapkan apa

yang telah disampaikan seperti menerapkan pola makan (diet) yang tepat

untuk penderita diabetes melitus tipe 2. Pendidikan menjadi penting

karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar

pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan pengetahuan yang

berdampak pada kesejahteraan seseorang. Pendidikan dapat

mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal sehingga

berpengaruh dalam pengambilan keputusan.


107

6.2. Kepatuhan Diet Responden Sebelum dilakukan pada Kelompok


Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan diet pada

kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan) hampir seluruhnya kurang

patuh yaitu sebanyak 15 orang (88,2%). Berdasarkan hasil penelitian

yang diperoleh hampir semua kelompok kontrol kurang patuh terhadap

kepatuhna diet yang dijalaninya. Rendahnya kepatuhan diet dapat

mneingkat komplikasi dan penyakit menahun seperti serebrovaskuler,

penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit

mata, penyakit ginjal dan syaraf.

Menurut WHO (2017) kelompokkan menjadi tiga, yaitu :

Perubahan alamiah (natural change), yang disebabkan oleh kejadian

alamiah Perubahan terencana (planned change), terjadi karena

direncanakan sendiri oleh subjek Kesediaan untuk berubah (readdiness to

change), disebabkan oleh adanya inovasi dalam masyarakat. Manusia

adalah makhluk yang berakal dan perilaku. Entitas dan pengaruh manusia

bisa dilihat dari perilakunya sehari-hari. Perilaku manusia akan berubah

seiring berjalannya waktu, sehingga contoh perubahan perilaku manusia

dari waktu ke waktu memang nyata adanya.

Hasil penelitian yang dilakukan Herlena Essy Phitri dan

Widiyaningsih (2013) diketahui bahwa kepatuhan sebagian besar tidak

patuhsebanyak 31 responden (57,4%). Hasil penelitian ini sama seperti

penelitian Winda (2006) di RSUD Salatiga yang menunjukkan hanya

42% pasien yang patuh menjalankan diet diabetes mellitus sedangkan

sebanyak 58% pasien tidak patuh.Penelitian Setyani (2007)


108

menggambarkan tingkat ketaatan diet bagipasien diabetes mellitus, hasil

penelitiannya menunjukkan hanya 43% pasien yang patuh menjalankan

diet diabetes mellitus. Sebanyak 57% pasien tidak patuh menjalankan

diet yang dianjurkan.

Menurut Dwi Indah Prasetia (2017) dengan judul Pengaruh

Penerapa HAPA ( Health Action Process Approach) Terhadap

Peningkatan kepatuhan Diet pada Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam

penelitian tersebut menganalisis pengaruh Health Action Process

Approach terhadap peningkatan kepatuhan diet pada penderita DM Tipe

2. Data yang digunakan adalah uji statistik Uji Wilcoxon Sign Rank Test

dan Mann Whitney U Test dengan sig 0,05. Hasil menunjukkan bahwa

penerapan HAPA berpengaruh terhadap efekasi diri pada kelompok

perlakuan (p=0,014) kepatuhan (p=0,025), kadar gula (p=0,009). Uji

Mann Whitney menunjukkan adanya peningkatan kepatuhan diet

(p=0,002)

Penderita Diabetes Mellitus 2 dimana penderita harus menjalankan

terapi berupa diet yang bertujuan dalam menerunkan jumlah kadar

glukosa dalam darah sehingga penyakit Diabetes Mellitus bisa dikatakan

penyakit menahun sehingga penderita jenuh menjalani diet yang

harusnya dijalani dan kurangnya informasi yang diberikan tenaga medis

akan semakin menambah kurangnya pengetahuan dan kesadaran diri

penderita DM tipe 2
109

6.3. Kepatuhan Diet responden Setelah Perlakuan pada Kelompok


Perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan diet

pada kelompok perlakuan setelah pemberian penyuluhan adalah cukup

patuh sebanyak 11 orang (64,7%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan

setelah diberikan perlakuan pemberian promosi kesehatan dengan model

family centered nursing model terhadap kelompok perlakuan, kepatuhan

diet penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 menjadi cukup patuh. Hal

tersebut menunjukkan peningkatan dari sebelum diberikan promosi

kesehatan dengan model family centered nursing model terhadap

kelompok perlakuan yang sebagain besar kurang patuh terhadap dietnya.

Tujuan dilakukan promosi kesehatan yakni meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik

fisik, mental dan sosial sehingga produktif secara ekonomi maupun

sosial.

Menurut Irma Nurmala (2018), promosi kesehatan/pendidikan

kesehatan adalah proses penyadaran masyarakat dari hal pemberian

pengetahuan dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan

dalam upaya meningkat kesehatan. Upaya yang mampu menjembatani

perubahan perilaku, baik di dalam masyakarat maupun di luar

lingkungan. Bertujuan untuk menyadari masayrakat atau mengetahui

bagaimana cara memelihara kesehatan.

Penelitian ini dibuktikan oleh penelitian Mujib Hannan,Abdul

Muhith,Sugesti Aliftitah,Nur Laili Rochim dengan judul Promosi


110

Kesehatan dengan Model Sesama Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Diet

Pasien Diabetes mellitus Tipe 2 (2018). Data dikumpulkan menggunakan

kuesioner yang telah diuji reabilitas dan validitas sebelumnya. Analisa

data yang digunakan adalah uji “Wilcoxon Signed Rank Test” dan uji

“Mann-Whitney” dengan nilai signifikasinya p = 0,05. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Model

Sesama Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Tipe 2 dengan nilai

signifikansi p = 0,000. Penyandang diabetes perlu mendapat pengetahuan

minimal setelah diagnosis ditegakkan. Informasi yang diberikan

mencakup pengetahuan umum tentang Diabetes Mellitus Tipe 2,

pemantauan mandiri oleh di penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2, dan

penatalaksanaan Diabetes MTipe 2 seperti perencanaan makan (Diet).

Promosi Kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan

masyarakat terutama individu dalam meningkatkan derajat kesehatan

mereka sangat efektif untuk menambah pengetahuan dan kesadaran diri

seseorang dalam memberdayakan dirinya untuk merubah perilaku yang

sebelumnya merugikan menjadi menguntungkan untuk kesehatannya,

seperti contohnya perilaku merubah pola makan (diet) yang sesuai

dengan standar diet penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 mampu menyerap informasi-informasi

mengenai beragam diet sehingga ada dorongan motivasi baik dari tenaga

kesehatan maupun dari diri sendiri,ketika mempunyai tekat untuk

melakukan sesuatu yang didasari oleh diri sendiri maka akan lebih cepat
111

memperbaiki kesehatan dengan cara menerapkan pola makan yang

dianjurkan

6.4. Kepatuhan Diet Setelah Dilakukan pada Kelompok Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan diet pada kelompok

kontrol (yang tidak diberikan perlakuan) cenderung sama seperti sebelum

perlakuan hampir seluruh penderita Diabetes Mellitus kurang patuh

sebanyak 14 orang (82,4%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa kepatuhan diet pada kelompok kontrol (tidak

diberikan perlakuan) setelah diberikan promosi kesehatan dengan model

family centered nursing model sebagian besar penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 masih kurang patuh terhadap diet yang dijalaninya.

Menurut Siregar (2006), penderita diabetes mellitus seharusnya

menerapkan pola makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan

glukosa sesuai dengan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan tubuh

melalui pola makan sehat. Namun tampaknya kepatuhan pasien terhadap

prinsip gizi dan perencanaan makanan merupakan salah satu kendala

pada pasien diabetes mellitus. Penderita diabetes mellitus masih banyak

yang tersiksa sehubung dengan jenis dan jumlah makanan yang

dianjurkan. Ketidakpatuhan penderita diabetes mellitus ditunjukkan

dengan pasien yang tidak menggunakan gula khusus penderita DM.

Responden masih makan pagi,siang dan malam dengan porsi yang sama

banyaknya. Menurut Almatsier (2009), jumlah kalori yang dikonsumsi

secara berlebihan akan meningkatkan kadar gula pasien. Pada pasien

diabetes mellitus tidak dianjurkan mengkonsumsi gula berlebihan.


112

Makanan tersersebut harus. Dihindari karena gula akan masuk kedalam

aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kenaikan gula

darah secara tiba-tiba. Penderita dianjurkan memakai gula khusus

diabetes kedalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula.

Pengetahuan merupakan kunci dari segala hal, baik berupa

penyuluhan ataupun infromasi lainnya yang mencakup kesehatan. Hasil

penelitian yang dilakukan pada kelompok kontrol setelah memberikan

kuesioner berupa pola makan yang baik bagi penyandang diabetes

mellitus, didapatkan ada 1 orang yang dikategorikan cukup patuh setelah

diberikan kuesioner yang awalnya tidak patuh naik menjadi cukup patuh,

ditarik kesimpulan dari minimnya sebuah infromasi akan bemperngaruh

terhadap kesehatan, dan bahkan pola hidup seseorang ditentukan dari

perilaku sendiri, dan perilaku juga mempengaruhi tingkat kesehatan

seseorang.

6.5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered


Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family centered Nursing


Model terhadap Kepatuhan Diet Pada Kelompok Perlakuan
Hasil peneltian menunjukkan bahwa kepatuhan diet pada

kelompok perlakuan sebelum pemberian penyuluhan hampir

seluruhnya adalah kurang patuh 13 orang (76,5%). Tabel 5.7

menunjukkan bahwa sebagain besar kepatuhan diet pada kelompok

perlakuan setelah pemberian penyuluhan adalah cukup patuh

sebanyak 11 orang (64,7%) %). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan hasil uji Paired Sample T Test Test didapat keseluruhan


113

kepatuhan diet penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 mengalami

peningkatan dengan nilai signifikannya 0,000 yang nilainya lebih

kecil dari taraf kesalahan α 0,05. Berdasarkan hasil uji statistiknya

tersebut maka, H0 ditolak H1 diterima yang artinya ada Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered Nursing Model

Terhadap Kepatuhan Diet DM Tipe 2 di desa Ambunten.

Pendidikan kesehatan/promosi kesehatan merupakn suatu proses

yang berlangsung secara terus menerus yang kemajuaannya terus

diamati oleh terutama oleh mereka yang memberikannya

(Noadjmojo,2014). Tujuan penyuluhan bagi penderita diabetes

mellitus yang utama adalah untuk meningkatkan pengetahuan yang

akna menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka

(Basuki,2009). Menurut Waspadji (2009) edukasi diabetes adalah

pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan

bagi pasien DM yang bertujuan menunjang perubahan perilaku

sehingga mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Artinya, semakin

sering seseorang mendapatkan penyuluhan maka semakin baik pula

perilakunya.

Promosi kesehatan yang dilakukan dengan model family centered

sangat berpengaruh terhadap kepatuhan diet yang dijalani para

penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2, pemberdayaan langsung yang

dilakukan kepada para penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 atau

yang disebut kader dasawisma dapat meningkatkan pengetahuan

sekaligus motivasi untuk patuh terhadap diet yang dijalani. Peran


114

perawat dan kader dasawisma mampu meningkatkan kesadaran diri

dan motivasi untuk melakukan perubahan seperti memiliki pola

makan yang seimbang atau sesuai dengan anjuran perawat dimana

sesorang dikatakan patuh apabila unsur 3 J tercapai dengan

maksimal yaitu jadwal, jenis, dan jumlah sesuai dengan standar

kepatuhan diet.

2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered Nursing

Model Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus pada Kelompok

kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan diet pada

kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan) adalah hampir

seluruhnya kurang patuh yaitu sebanyak 16 orang (94,1%). Tabel 5.8

menunjukkan bahwa kepatuhan diet pada kelompok kontrol (tidak

diberikan perlakuan) cenderung sama seperti sebelum perlakuan

hampir seluruhnya penderita Diabetes Mellitus tipe 2 kurang patuh

yaitu sebanyak 15 orang (88,2%).

Hasil uji Paired Sampel T Test Testdidapatkan nilai signifikan

0,013 yang nilainya lebih besar dari taraf kesalahan α 0,05.

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, maka H0 diterima dan H1

ditolak yang artinya tidak ada pengaruh pendiikan kesehatan

berbasis family centered nursing model terhadap kepatuhan diet dm

tipe 2 di desa Ambunten. Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol

tidak diberikan perlakuan berpa promosi kesehatan dengan model

sesama.
115

Menurut Niven (2008), faktor yang mempengaruhi kepatuhan

salah satunya adalah pengetahuan, pengetahuan pasien yang rendah

tentang diet dapat menimbulkan kesadaran yang rendah yang akan

berdampak dan berpengaruh pada pasien dalam meamatuhi diet yang

sedang dijalani.Upaya pendidikan kesehatan pada pasien diabetes

mellitus akan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang

dideritanya, pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien diabetes

mellitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik

dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan

pengertian dan kemampuan pengelolaan penyakit diabetes mellitus

Tidak diberikannya perlakuan berupa promosi kesehatan dengan

model sesama kepada kelompok kontrol maka tidak ada perubahan

perilaku yang distimulus oleh pemberian promosi berupa

pengetahuan tentang tata cara diet yang sesuai dengan standar diet

yang telah ditentukan. Selain itu tidak adanya kerja sama antara

penyandang Diabates mellitus dengan para tenaga medis seperti

tidak adanya kader dasawisma dalam mendampingi para penyandang

Diabetes Mellitus yang lain, mengingat tugas kader dasawisma

sendiri adalah memberikan dukungan moril dalam mengadaptasi

perubahan, memberikan nasehat dalam mengatasi hambatan

perilaku. Perubahan perilaku salah satunya dipengaruhi oleh faktor

predisposisi seperti pengetehuan yang dimiliki seseorang sehingga

menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan

orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.


116

3. Perbedaan Hasil Kepatuhan Diet Setelah Perlakuan pada Kelompok

Perlakuan dan Kelompok Kontrol.

Berdasarkan hasil uji Indepent Sampel T Test dari postest

kepatuhan diet kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

didapatkan nilai signifikan 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf

kesalahan α 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, maka H0

ditolak dan H1 diterima yang artinya ada perbedaan kepatuhan diet

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah perlakuan

sehingga menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan

berbasis family centered nursing model terhadap kepatuhan diet DM

tipe 2 di desa Ambunten.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Tri Suci Lestari (2012)

dengan judul Hubungan Psikososial dan Penyuluhan Gizi Dengan

Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di Rsup

Fatmawati Tahun 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara keikutsertaan penyuluhan gizi dengan kepatuhan

diet, yaitu responden yang keikutsertaan penyuluhan gizi tergolong

baik 7,8 kali lebih patuh diet dibandingkan mereka yang

keikutsertaan penyuluhan gizi kurang.

Menurut Siti Maryam (2014) promosi kesehatan pada

hakikatnya adalah suatu kegiatan atau suatu usaha menyampaikan

pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu.

Dengan adanya pesan tersebut diharapkan sasaran dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan


117

tersebut akhirnya diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap

perilaku.

Perbedaan kepatuhan diet antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol terjadi karena kelompok kontrol tidak diberikan

perlakuan berupa promosi kesehatan dengan model sesama.

Pemberian informasi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya peningkatan kepatuhan diet. Semua

penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 pada kelompok kontrol diberikan

promosi kesehatan setelah dilakukan penelitian, karena sesuai

dengan etika penelitian semua kelompok diberikan perlakuan yang

sama saat penelitian selesai.


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Kepatuhan diet pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan

pendidikan hampir seluruhnya kurang patuh sebanyak 10 orang.

Kepatuhan diet pada kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan)

hampir seluruhnya kurang patuh sebnayak 16 orang.

2. Kepatuhan diet pada kelompok perlakuan setelah dilakukan

pendidikan sebagain besar cukup patuh yaitu sebanyak 10 orang.

Kepatuhan diet pada kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan)

cenderung sama seperti sebelum perlakuan sebagain besar penderita

diabetes mellitus tipe 2 hampir seluruhnya kurang patuh yaitu

sebanyak 15 orang.

3. Kepatuhan diet pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan

(pretest) hampir seluruhnya kurang patuh yaitu sebanyak 16 orang.

Kepatuhan diet pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan

(posttest) hampir seluruhnya kurang patuh yaitu sebanyak 16 orang.

4. Hasil penelitian menunjukkan ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Berbasis Family Centered Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet

DM di Ambunten

118
119

7.2. Saran

1. Bagi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Penderita diabetes mellitus tipe 2 diharapkan mematuhi

penatalaksanaan diabetes yang berupa diet untuk menghindari adanya

komplikasi akut ataupun komplikasi kronis serta kadar glukosa darah

tetap terkontrol dengan baik.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehstan di Puskesmas Ambunten diharapkan lebih

meningkatkan kualitas dan kualitas penatalaksanaan diabetes mellitus

tipe 2 baik melalui pendidikan kesehatan tentang penatalaksaan terapi

diet.

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Bagi ilmu keperawatan bermanfaatn untuk mengembangkan ilmu

keperawatan medikal bedah.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lingkup tempat penelitiannya

lebih luas tidak hanya di satu Puskesmas dan meneliti tentang faktor

yang paling berpengaruh dalam menurunkan glukosa darah pada

penderita diabetes mellitus tipe 2.


DAFTAR PUSTAKA
Alan Budiman Karamoy, Made Dharmadi. "KADAR GLUKOSA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2." VOL. 8 NO.4 , 2019:
1.
Citra Windani, Mohammad Abdul, Z. S2, Udin Rosidin. "GAMBARAN SELF-
MANAJEMEN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI
PUSKESMAS TAROGONG KABUPATEN GARUT ." Vol 15 No 1,
2019: 1-9.
Damayanti, Santi. DIABETES MELLITUS & PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN . Jl. Sadewa No.1 Sorowajan Baru, Yogyakarta : Nuha
Medika , 2016 .
Diska Dwi Lestari, Karina Megasari Winahyu, Samsul Anwar. "Kepatuhan Diet
pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Dukungan Keluarga di
Puskesmas Cipondoh Tangerang ." Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia
Vol 2, No 1, 2018 ISSN 2580-3077 , 2018 : 83-92.
Dwi Putri Lumban Toruan, Darwin Karim, Rismadefi Woferst. "HUBUNGAN
MOTIVASI DIRI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2 ." JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember)
2018 , 2018: 142.
Fatimah, Restyana Noor. "DIABETES MELITUS TIPE 2." Volume 4 Nomor 5,
Februari 2015, Februari 2015 : 95-96.
Hadjarati, Hartono. "Health and Sport ." Health & Sport Vol 3, No 1, Agustus
2011 : 199-284, 2011: 226.
Hendra Harwadi, Kusman Ibrahim, Helmi Hayaty. "PENGARUH PENDIDIKAN
KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DM
TIPE2 DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM RSUP DR.M.
DJAMIL PADANG TAHUN 2014." Vol. 04 No. 02 Juli-Desember 2015 ,
2015 : 36.
Ira Nurmala, Fauzie Rahman,Adi Nugroho,Neka Erlyani,Nur Laily,Vina Yulia
Anhar. Promosi Kesehatan. Surabaya : Pusat Penerbit dan Pencetakan
Universitas Airlangga, 2018.
Irwan. Etika dan Perilaku Kesehatan. Krapyak Kulon RT 03 No. 100,
Panggungharjo Sewon Bantul: CV. ABSOLUTE MEDIA, 1 Mei 2017.
Izza, Elfa Lailatul. "Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Menjalani
Terapi Diet Ditinjau Dari Theory Of Planned Behavior ." Tesis,
Perpustakaan Universitas Airlangga , 2019 : 40-44.
Lina Ema Purwanti, Sholihatul Maghfirah. "FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI
KRONIS (KAKI DIABETIK) DALAM DIABETES MELLITUS TIPE
2 ." Vol. 7, No. 1, , 2016 : 27.
Maulana, Mirza. Mengenal Diabetes Melitus, Paduan Praktis Menangani
Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: KataHati, 2012.
Notoadmodjo, Promosi Kesehatan. Surabaya : Pusat Pencetakan Airlangga , 2014
.
Nur isnaini, Muhammad Helmi Agung Saputra. "PENGETAHUAN DAN
MOTIVASI MENINGKATKAN KEPATUHAN DIET DIABETES
MELLITUS TIPE II ." Vol 15 No.3 , 2017 : 1-2.
Nursalam. METODOLOGI PENELITIAN ILMU KEPERAWATAN. Jln. Raya
Lenteng Agung No.101 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610 : Salemba
Medika, 2014.
Rahayu, Nuning. "Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus dengan Tingkat
Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Klinik Penyakit Dalam
RSUD dr.Sayidiman Magetana ." Skripsi: Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun , 2017: 48-49.
sari, Sri Mulia. "PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP
PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 ." Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 , 1 Juni 2020 : 11.
Sasmiyanto. "The Relationship of Health Behavior with the Area of Sugar
Content and Quality of Life of Diabetes Patients ." Vol 4, No 2 November
2019, pp. 114-123 P-ISSN 2549-4880, E-ISSN 2614-1310 Journal DOI:
https://doi.org/10.31965/jkp , 2 November 2019 : 110.
Setiyawati, Yuyun. "Terapi Diet Diabetes Melitus Sebagai Intervensi
Dalam Upaya Penurunan Gula Darah pada Keluarga Ibu S di Kelurahan
Sukatani,Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat ." Karya Tulis
Ilmiah: FIK UI, 2014: 39-40.
Sinta Widya Sari, Rany Adelina. "APAKAH POLA MAKAN MENJADI
FAKTOR DOMINAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
INDONESIA? (STUDI LITERATUR) ." JAKAGI, Volume 1, Nomor 1,
Desember 2020 , 2020: 58-60.
Suratun Haryono, Eros Siti Suryati, Raden Siti Maryam. "PENDIDIKAN
KESEHATAN TENTANG DIET TERHADAP KEPATUHAN PASIEN
DIABETES MELLITUS." Jurnal Riset Kesehatan, e-ISSN 2461-1026,
2018 , 2018 : 2.
Tandra, Hans. Diabetes Bisa Sembuh, Pentunjuk praktis mengalahkan dan
menyembuhkan diabetes . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Thresia Dewi, Aswita Amir, Muh. Sabir. "KEPATUHAN DIET PASIEN DM
BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN
KELUARGA DI WILAYAH PUSKESMAS SUDIANG RAYA ." Media
Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Diet DM, Pengetahuan, Dukungan
Keluarga , 2018 : 55-61.
Uchira. "Model Keperawatan Peran Keluarga Terhadap Perilaku Berisiko
Premarital Sex pada Remaja Wanita Berbasis Teori Family Centered
Nursing Model dan Self Efficacy ." Tesis, Perpustakaan Universitas
Airlangga: 42-47.
Wayan Ardana Putra, Khairun Nisa Berawi. "Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 ." Majority Volume 4 Nomor 9 Desember 2015,
2015 : 8-10.
Widiastuti, Linda. "ACUPRESURE DAN SENAM KAKI TERHADAP
TINGKAT PENDERITA DIABETES MELLITUS ." Volume 3, Nomor 2,
Juni 2020 , 2020: 695.
Yulia Patma Desita, Hidayatun Nufus, Leo Yosdimyati Romli. "PENGARUH
WALKING EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
DENGAN PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR DI
DESA BANJARDOWO KABUPATEN JOMBANG ." 2018: 2.
Zaqqi Ubaidillah, Rizka Nur Qolifah, Nuraini. "HUBUNGAN TINGKAT
KEPATUHAN TERHADAP QUALITAS HIDUP PADA PASIEN
DIABETES ." Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti Vol 7 no 1 tahun 2019 ,
2019 : 1-3.
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak /Ibu/Saudara calon responden
Di-
Tempat

Dengan Hormat,
Bersama ini saya menyampaikan menyampaikan satu berkas kuesioner yang
bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family
Centerd Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet DM Tipe 2 di Desa Ambunten”.
Untuk itu saya mohon Bapak /Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan
sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya sesuai dengan penilaian Bapak /Ibu/Saudara.
Bantuan Bapak /Ibu/Saudara sangat berarti bagi saya, terutama ditunjukkan untuk
menunjang data dalam rangka penyusunan skripsi sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja Sumenep.
Identitas Bapak /Ibu/Saudara akan dirahasiakan. Dalam kuesioner ini tidak ada
pertanyaan/pernyataan yang dibuat untuk menjebak, oleh karena itu tidak ada
jawaban yang salah. Jawaban yang benar sesuai dengan keadaan Bapak /Ibu/Saudara
alami. Kelengkapan kuesioner ini sangat penting, untuk itu sangat mengharapkan
Bapak /Ibu/Saudara dapat mengisi keseluruhan kuesioner. Semua data dalam
kuesioner akan terjamin.
Atas kerjasama dan bantuan Bapak /Ibu/Saudara, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya,
Peneliti

Halimatus Sa’diyah
NPM. 717620891
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Peneliti : Halimatus Sa’diyah

Pembimbing : 1. Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep


2. Emdat Suprayitno, S.Kep., Ns., M.Kep

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia/tidak bersedia*)


untuk turut berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Program Studi Ilmu
Keperawatan yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family
Centered Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet DM Tipe II Di Desa Ambunten”
Tanda tangan saya dibawah ini menunjukkan bahwa saya diberi informasi
dalam memutuskan untuk berperan serta dalam penelitian ini secara sadar dan suka
rela tidak ada unsur paksa dari siapapun.

Sumenep, 2021
Responden

(...............................................)
*) Coret Salah Satu
Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DI BALAI DESA KECAMATAN AMBUNTEN


KABUPATEN SUMENEP DENGAN
MATERI PENATALAKSAAN
DM TIPE 2

Disusun Oleh :

Halimatus Sa’diyah

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2021
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Topik : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2


Sub topik : Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2
Tempat : Balai Desa
Sasaran : Penderita DM Tipe 2
Jumlah : 50
Hari/tgl :
Jam : 08.00-08.40
Waktu : 40 menit
A. Analisis Interaksi

Saat diberikan penyuluhan mengenai penatalaksanaan Diabetes

Melitus Tipe 2, peserta akan diberi penjelasan tentang definisi Diabetes

Melitus Tipe 2, tujuan penatalaksaan Diabetes Melitus, kebutuhan energi

dan zat gizi penderita Diabetes Melitus. Pemilihan jenis makanan,

pengaturan jadwal makan dan jumlah makanan.

B. Tujuan Intruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit tentang

penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2, para masyarakat bisa mengerti

tentang penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 dan dapat menrubah

pola makanannya.

C. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit tentang Mioma Uteri,

diharapkan para masyarakat bisa :

1. Menjelaskan Pengertian Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2


2. Menjelaskan Tujuan Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2

3. Menjelaskan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Penderita Diabetes

4. MenjelaskanPemilihan Jenis Makanan

5. MenjelaskanPengaturan Jadwal Makan

6. MenjelaskanStandar dan Prinsip Diet DM Tipe 2

D. Meteri Pembelajaran

1. Pengertian Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2

2. Tujuan Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2

3. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Penderita Diabetes

4. Pemilihan Jenis Makanan

5. Pengaturan Jadwal Makan

6. Standar dan Prinsip Diet DM Tipe 2

E. Metode Penyuluhan

Menggunakan metode Family Centered Nursing Model

F. Media

1. Leaflet

2. Slide (power point)

A. Pengorganisasian

1. Pembimbing akademik :

2. Moderator : Inayatul Hamiezah

3. Pembicara : Halimatus Sa’diyah

4. Observer : Desi Ratnasari

5. Fasilitator : Elgia Cahyani


B. Kegiatan Penyuluhan

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1. 10 menit Pembukaan :
- Membuka kegiatan dengan mengucapkan Menjawab salam
salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan dari penyuluhan Memperhatikan
- Menyebutkan materi yang akan diberikan Memperhatikan
- Kotrak waktu
- Pre test Memperhatikan
Menjawab
2. 15 Menit Pelaksanaan :
- Menggali pengetahuan masyarakat Memperhatikan
mengenai diet DM Tipe 2 Memperhatikan
- Menjelaskan pengertian diet DM Tipe 2 Memperhatikan
- Menjelaskan tentang standar diet DM Tipe 2 Memperhatikan
meliputi : Jumlah, Jenis, dan jadwal.

3. 15 menit Evaluasi :
- Memberikan kesempatan kepada peserta Bertanya
untuk bertanya
- Menanyakan kepada peserta tentang materi
yang telah diberikan
- Memberikan reinforcement positif kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan
- Post test
Menjawab pertanyaan
Terminasi :
- Mengucapkan terimakasih atas peran serta
peserta
- Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

C. Metode Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

1) Publikasi dilakukan 40 menit sebelum kegiatan penyuluhan dengan

target peserta

2) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dilakukan1

minggu sebelumnya

3) Persiapan media (lefleat) dan kelengkapan alat yang akan digunakan

4) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Balai Desa Kec. Ambunten

Kab. Sumenep
2. Evaluasi Proses

1) Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 80% dari

jumlah masyarakat yang akan datang

2) Peserta antusias terhadap kegiatan penyuluhan

3) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat kegiatan

4) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara

benar

5) Terdapat hambatan atau tidak ada hambatan selama berjalannya

penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Dengan memberikan pertanyaan melalui lisan berupa:

1. Pengertian Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2


2. Tujuan Penatalaksanaan Diet DM Tipe 2
3. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Penderita Diabetes
4. Pemilihan Jenis Makanan
5. Pengaturan Jadwal Makan
6. Standar dan Prinsip Diet DM Tipe 2
D. Denah Kegiatan

3. 1.
Peserta Flipchart

2. Peserta 4.

Keterangan :

1 : Penyaji
2 : Observer/dokumentasi
3 : Fasilitator
4 : Moderator
E. Rundown

WAKTU DURASI KEGIATAN


08.00 – 08.05 5 menit Absensi peserta
- Pembukaan oleh moderator
08.05 – 08.10 5 menit
- Pre test
08.10 – 08.30 20 menit Pemberian materi oleh pemateri
- Tanya jawab (diskusi)
08.25 – 08.35 10 menit - Post test
- Penutupan
Lampiran 4

Kuesioner

No Responden : Pekerjaan :
Umur : Tgl penelitian :
Pendidikan : Lama sakit :
Kuesioner Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Tipe 2

Beritah tanda (√) pada kolom jawaban

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya makan/minum yang manis

(misalnya: Teh,Kopi,Permen,Kue)
2. Saya makan makanan yang berlemak

(misalnya:

Sate,Kambing,Soto,Mentega,Gulai dll)
3 Saya menghindari makan makanan

instan/ cepat saji (misalnya : mie instan,

fast food)
4. Saya makan camilan disela jam makan

saya (misalnya: gorengan, kue manis,

Biskuit/krakers, dll)
5. Saya mengikuti anjuran tidak makan

buah-buahan yang tinggi gula (misalnya:

duren)
6. Saya mengkonsumsi makanan yang

diperbolehkan oleh tenaga medis

(misalnya: tempe, tahu,dsb)


7. Saya makan makanan dengan jumlah

yang banyak (misalnya: nasi putih,

131
kentang, nasi jagung, dll)
8. Saya mengurangi mengkonsumsi

makanan yang tidak diperbolehakan

(misal: makanan berpengawet)


9. Saya makan makanan lebih dari 1 kali

sehari ( misalnya: nasi putih, kentang,

nasi jagung)
10 Saya makan setiap hari dengan terjadwal

Sumenep, -06-2021

(................................)
Lampiran %

Data Umum

Responden Jenis Kelamin Umur Pendidikan


1. Perempuan 64 Sarjana
2. Perempuan 61 SD
3. Perempuan 46 SD
4. Perempuan 56 SD
5. Perempuan 64 SD
6. Perempuan 52 SD
7. Perempuan 58 SD
8. Perempuan 51 SD
9. Perempuan 60 SD
10. Perempuan 42 Sarjana
11. Perempuan 41 SMA
12. Perempuan 48 SMP
13. Laki-Laki 64 SD
14. Laki-Laki 53 SD
15. Laki-Laki 64 SD
16. Laki-Laki 54 SD
17. Laki-Laki 64 SD
18. Perempuan 60 SD
19. Perempuan 45 SD
20. Perempuan 55 SD
21. Perempuan 50 SD
22. Perempuan 50 SD
23. Perempuan 48 SMP
24. Perempuan 45 SMP
25. Perempuan 57 SD
26. Perempuan 61 SD
27. Perempuan 54 SD
28. Perempuan 41 SD
29. Laki-Laki 51 SD
30. Laki-Laki 61 SD
31. Laki-Laki 63 SD
32. Laki-Laki 64 SMP
33. Laki-Laki 64 SD
34. Laki-Laki 54 SD
Lampiran 6

HASIL CODING

Pretest Kepatuhan Diet DM Tipe 2

Responde P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Skor Penilain


n
1 10 10 10 10 10 10 0 0 0 0 60 Cukup patuh
2 0 0 0 0 10 0 10 0 10 0 30 Kurang patuh
3 10 10 10 10 10 0 10 0 0 0 60 Cukup patuh
4 0 0 0 0 0 10 10 0 10 0 30 Kurang patuh
5 10 0 0 0 10 10 0 10 0 0 40 Kurang patuh
6 10 10 0 10 0 0 10 0 0 0 40 Kurang patuh
7 10 10 10 10 10 0 10 0 0 0 60 Cukup patuh
8 10 10 10 10 10 0 10 10 10 0 70 Cukup patuh
9 0 0 10 10 0 10 0 10 0 0 40 Kurang patuh
10 10 10 10 10 10 0 10 10 10 0 70 Cukup patuh
11 10 10 0 0 10 10 10 0 10 0 60 Cukup patuh
12 10 10 10 0 10 10 10 0 10 0 70 Cukup patuh
13 0 0 10 10 10 10 0 0 0 0 40 Kurang patuh
14 0 0 0 10 10 0 10 0 0 0 30 Kurang patuh
15 0 0 0 10 10 0 10 10 0 0 40 Kurang patuh
16 0 0 10 10 0 0 10 10 0 0 40 Kurang patuh
17 0 0 10 10 10 0 10 0 0 0 40 Kurang patuh
18 0 0 10 10 0 10 10 0 0 0 40 Kurang patuh
19 0 0 10 10 0 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh

134
20 0 0 0 0 10 10 10 0 0 0 30 Kurang patuh
21 0 0 10 10 0 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
22 0 0 0 10 10 0 10 0 0 0 30 Kurang patuh
23 0 0 0 10 10 0 10 0 0 0 30 Kurang patuh
24 10 10 0 0 10 10 10 0 10 0 60 Cukup patuh
25 0 0 10 10 10 0 10 0 0 0 40 Kurang patuh
26 0 0 0 10 10 10 10 0 0 0 50 Kurang patuh
27 0 0 0 10 10 10 0 0 0 0 30 Kurang patuh
28 0 0 0 10 10 0 10 0 0 0 30 Kurang patuh
29 10 10 0 0 0 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
30 10 10 0 0 0 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
31 0 0 10 10 10 10 0 0 0 0 40 Kurang patuh
32 0 0 0 10 10 0 10 0 0 0 30 Kurang patuh
33 0 0 0 10 0 10 10 0 0 0 30 Kurang patuh
34 0 0 0 10 0 0 10 0 0 0 20 Kurang patuh
Posttest Kepatuhan Diet DM Tipe 2

Responde P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Skor Penilain


n
1 10 10 10 10 10 10 10 10 10 0 90 Patuh
2 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0 70 Cukup patuh
3 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80 Patuh
4 0 0 0 10 10 10 10 10 10 0 60 Cukup patuh
5 10 0 0 0 10 10 10 10 10 0 60 Cukup patuh
6 10 10 10 10 0 10 10 0 0 0 60 Cukup patuh
7 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80 Patuh
8 10 10 10 10 10 0 10 10 0 0 70 Cukup patuh
9 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80 Patuh
10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 0 80 Patuh
11 10 10 10 10 10 10 10 0 10 0 80 Patuh
12 10 10 10 0 10 10 10 0 10 0 70 Cukup patuh
13 10 10 10 10 10 10 0 0 0 0 60 Cukup patuh
14 10 10 0 10 10 10 10 0 0 0 60 Cukup patuh
15 10 10 0 10 10 0 10 10 0 0 60 Cukup patuh
16 10 10 10 10 0 0 10 10 0 0 60 Cukup patuh
17 0 0 10 10 10 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
18 0 0 10 10 10 10 10 0 0 0 50 Kurang patuh
19 0 0 10 10 0 10 10 0 0 0 40 Kurang patuh
20 0 0 10 10 10 10 10 10 0 0 60 Cukup patuh
21 0 0 10 10 0 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
22 0 0 0 10 10 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
23 0 0 0 10 10 10 10 10 10 0 60 Cukup patuh

136
24 10 10 0 0 10 10 10 0 0 0 50 Kurang patuh
25 0 0 10 10 10 10 10 0 0 0 50 Kurang patuh
26 0 0 0 10 10 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
27 0 0 0 10 10 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
28 0 0 0 10 10 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
29 10 10 0 0 0 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
30 10 10 0 0 0 10 0 10 0 0 40 Kurang patuh
31 0 0 10 10 10 10 0 0 0 0 40 Kurang patuh
32 0 0 0 10 10 0 10 10 0 0 40 Kurang patuh
33 0 0 0 10 0 10 10 10 0 0 40 Kurang patuh
34 0 0 0 10 10 10 10 10 0 0 50 Kurang patuh
Lampiran 7
PENGAMBILAN DATA

138
Lampiran 8

139
Lampiran 9

140
Lampiran 10

141
Lampiran 11

142
Lampiran 12

Uji Analisis Menggunakan SPSS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretes_Perlak Posttest_Perla
uan kuan
N 17 17

Normal Parametersa,b Mean 48,24 68,82

Std. Deviation 14,678 11,114

Most Extreme Absolute ,301 ,257


Differences
Positive ,301 ,257

Negative -,200 -,196

Test Statistic ,301 ,257

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c ,004c

Monte Carlo Sig. (2- Sig. ,074d ,176d


tailed)
99% Confidence Lower ,067 ,166
Interval Bound
Upper Bound ,081 ,186

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretes_Kontro Posttest_Kont
l rol
N 17 17
Normal Parametersa,b Mean 38,82 48,24
Std. Deviation 11,114 6,359
Most Extreme Absolute ,257 ,315
Differences
Positive ,257 ,273
Negative -,196 -,315
Test Statistic ,257 ,315
Asymp. Sig. (2-tailed) ,004c ,000c
Sig. ,176d ,054d

143
Monte Carlo Sig. (2- 99% Confidence Lower Bound ,166 ,048
tailed) Interval Upper Bound ,186 ,059
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of the Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper


Pair 1 Pre Perlakuan - Post Perlakuan -20,588 11,440 2,775 -26,470 -14,706 -7,420 16 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Pre kontrol - Post kontrol -9,412 13,906 3,373 -16,562 -2,262 -2,791 16 ,013

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

Std. Error
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Difference
post perlakuan Equal variances assumed 8,396 ,007 6,629 32 ,000 20,588 3,106
Equal variances not assumed 6,629 25,462 ,000 20,588 3,106

145
Lampiran 13

Leaflet

TERAPI GIZI Gizi adalah zat-zat penting dalam 3. Lemak


makanan yang berhubungan dengan
BAGI PENDERITA kesehatan tubuh
Berguna untuk:
DIABETES MELLITUS - Sumber lemak: kacang-
TIPE II Zat-zat gizi penting
kacangan,minyak,susu
Anjuran konsumsi bagi
1. Karbohidrat penderita Diabetes 20-24%
Digunakan untuk:
- Memenuhi kebutuhan
energi pembentukan sel
PERSIAPAN PENGELOLAHAN
sel baru.
MAKANAN
- Sumber: beras,umbi-
umbian, kentang,jagung,
roti dll. JUMLAH KALORI

Anjuran konsumsi bagi Bagi penderita yang tidak mempunyai


penderita Diabetes 60-70% masalah BB:BBX30

2. Protein Bagi yang menjalankan olahraga


Diperlukan untuk: ditambah sekitar 300an
- Penunjang Pertumbuhan
- Pengaturan Proses JADWAL MAKANAN
Tubuh
Disusun oleh: Bagi pendeita diabetes dianjurkan lebih
Anjuran konsumsi bagi sering dengan porsi sedang. Disamping
Haalimatus Sa’diyah jadwal makan utama pagi,siang dan
penderita Diabetes 10-15%
147 malam dianjurkan porsi makanan ringan
diantara waktu tersebut.

(selang waktu sekita 3 jam)


JENIS MAKANAN Makanan yang dianjurkan: CONTOH MENU

Makanan yang perlu dibatasi : Makanan berkarbohidrat berserat


misal: WAKTU MENU
Makanan berkalori dan berlemak tinggi, PAGI Nasi
misal : Kacang-kacangan,Sayuran,buah segar Telur dadar
seperti:Pepaya,Kedongdong,Apel,Tom Tumis Kacang
Nasi, daging berlemak, jeroan, kuning at,Salak,Semangka, dll panjang
telur, es krim, sosis, cake, cokelat, SELINGAN Pisang rebus
dendeng, makanan gorengan. Sedangkan buah buahan yang terlalu SIANG Nasi
manis tidak dianjurkan seperti: Pepes ikan
Sawo,Jeruk,Nanas,Rambutan,Durian, Tumis kacang
Nangka,Anggur dll. merah
Sayur asam
SELINGAN Pepaya
ANJURAN BAGI PENDERITA DM Pisang
 Makananlah secara teratur sesuai MALAM Nasi
Semur ayam
dengan porsi makanan Tahu goreng
 Atur penggunaan makanan Sup bayam

sumber karbohidrat komplek


 Makanlah aneka sayuran
GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN
sebanyak-banyaknya.
MEMPENGARUHI
 Laksanakan diet dengan disiplin
PERKEMBANGAN PENYAKIT
Lampiran 14

Dokumentasi Penelitian

149
Hasil Cek plagiasi

151
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA

Nama : Halimatus Sa’diyah


NIM : 717.6.2.0892
Pembimbing 2 : Emdat Suprayitno, S.Kep., Ns., M.Kes
Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered Nursing
Model Terhadap Kepatuhan Diet DM Tipe 2 di Desa Ambunten
No Tanggal Bab Masukan Revisi Paraf
1 21 Juli 2021 5 Pada bagian Uji Sudah dihapus
Independen t Sebelum bagian Uji
dimasukkan Independent
2 6 Pada pembahasan tambah Pada
opini Pembahasan
Sudah
ditambah

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA

Nama :Halimatus Sa’diyah


NIM :717.6.2.0892
Pembimbing 2 : Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kes
Judul Skripsi :Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Family Centered
Nursing Model Terhadap Kepatuhan Diet DM Tipe 2 di Desa
Ambunten
No Tanggal Bab Masukan Revisi Paraf
1 10-09-2021 - Pada bagian abstrak Sudah
lebih dari 250 kata direvisi
2 11-09-2021 4 Pada bagian populasi d Sudah
nya diganti 0,10 direvisi
3 12-09-2021 - Pada bagian kata Sudah
pengantar dihapus direvisi
kalimat proposal

Anda mungkin juga menyukai