Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyebab kematian maternal yang terpenting di Indonesia seperti halnya di
negara lain 95% disebabkan trias klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta
infeksi. Penyebab tak langsung seperti penyakit hepatitis, tuberculosis, anemia, malaria,
diabetes mellitus (Manuaba, 2001). Kematian dan kesakitan ibu juga berkaitan dengan
pertolongan persalinan dukun sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan
faktor pelayanan medis (Manuaba, 2001).
AKI menurun sangat lambat dekade terakhir, sedangkan target MDG’s yang
ditegaskan dalam Keppres No. 5 tahun 2010 adalah 102/100.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan negara – negara ASEAN AKI di Indonesia menempati peringkat
teratas. (Depkes RI, 1999 ).
Angka  Kematian Ibu (AKI) dinegara berkembang karena kehamilan, persalinan
dan nifas merupakan masalah yang komplek dan berkepanjangan. Bahkan sampai saat
ini masalah tersebut belum teratasi. Dinegara miskin, sekitar 25-50 % kematian wanita
subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan
biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitas
(Saefudin: 2006:3).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Healht Organization (WHO)
menjelaskan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menduduki  pringkat  ke-
6  dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
AKI di Indonesia pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan pada tahun 2011 AKI adalah 228 /100.000AKI mengalami penurunan dari
tahun 2007 sampai 20011 (Depkes RI, 2008).
AKI di Jawa Barat mengalami penurunan dari tahun 2003 sampai tahun 2007,
yaitu pada tahun 2003 sebesar 321.15/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun
2007 AKI sebesar 81/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2007)
AKI di Kota Cirebon pada tahun 2011 berjumlah 49 orang (Laporan Tahunan
Dinkes Kota Cirebon. 2011). Penyebab kematian ibu di Kota Cirebon tahun 2011 adalah
pre-eklampsia dan eklampsia (28 %), perdarahan (24%), dan infeksi (11%). Pre-

1
2

eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu tertinggi pertama di


Cirebon.
Berdasarkan data di RS Sumber Kasih Cirebon tahun 2016 jumlah ibu haml
dengan preeklampsi berat yaitu sekitar 270 (8,3%) dari 2248 ibu hamil (medical record
RS SUmber Kasih Cirebon, 2016).
Mengingat semakin meningkatnya kasus Eklampsia terutama di Negara-negara
berkembang, maka kelompok kami mengangkat tema Pre-Eklampsia berat   dari hasil
temuan saat melakukan Praktek Klinik Kebidanan I di RS Sumber Kasih Cirebon dari
180 keseluruhan di temukan 18 kasus PEB dalam waktu 4 minggu dari tanggal 22 maret
2018 -14 april 2018, maka kelompok kami tertarik mengangkat tema Pre-Eklampsia
berat   sebagai bahan membuat laporan kasus pada Ny. K hamil trimester III ini, guna
menegakkan diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi
Eklampsia sehingga kematian ibu dan perinatalnya dapat dicegah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif dengan PEB di RS Sumber Kasih sesuai
dengan asuhan kebidanan yang dituangkan ke dalam SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan persalinan dengan PEB pada Ny. K
b. Mampu melakukan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. K
c. Mampu melakukan Asuhan Kebidanan bayi baru lahir Ny. K
d. Mampu melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan pada masa
kehamilan, persalianan, masa nifas dan bayi baru lahir dengan baik dan benar.

C. Manfaat
1. Manfaat Teori
Diharapkan mampu melakukan asuhan yang sesuai dengan teori yang sudah ada,
bahwa setelah dilakukan asuhan mendapatkan hasil yang diharapkan.
3

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat bermanfaat sebagai bahan dokumntasi, informasi dan juga sebagai
bahan perbandingan studi kasus selanjutnya.
b. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan bentuk pelayanan yang
dilakukan sesuai dengan teori yang berkembang dan standar asuhan kebidanan
yang berlaku.
c. Bagi Kelompok
Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat
mengaplikasikannya dalam penanganan kasus persalinan pada ibu dengan
PEB.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pre Eklampsia Berat


a. Pengertian
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri, sebab terjadinya masih belum jelas.
preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal
(Cunningham, 2005).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria yang timbul saat kehamilan. Pre eklampsia berat  adalah penyakit yang
mempuyai dua atau lebih gejala seperti tekanan sistolik Tekanan darah sistolik ³ 160
mmHg, Tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg, proteinuria > 5 g dalam 24 jam,
Oliguaria < 400 ml/24 jam, keluhan serebral, nyeri epigasrtium, edema paru-paru
atau sianosis (Wiknjosastro, 2007)

b. Etiologi
Penyebab pasti Preeklampsia masih belum jelas. Hipotesa faktor-faktor etiologi
Preeklampsia bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : genetic, imunologik,
gizi dan infeksi serta infeksi antara factor-faktor tersebut. Ada beberapa teori yang
mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini
sering dikenal dengan “The disease of theory” adapun teori-teori tersebut antara
lain:
1) Peran prostasiklin dan tromboksan S
Pada Preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada kehamilan normal
meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis. Aktivasi trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin sehingga terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel.
2) Peran faktor imunologis Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama,
hal ini dihubungkan dengan pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
5

plasenta yang tidak sempurna. Beberapa wanita dengan Preeklampsia


mempunyai kompleks imun dalam serum. Beberapa study yang mendapati
aktivasi komplemen dan system imun humoral pada Preeklampsia.
3) Peran faktor genetik / familial Beberapa bukti yang mendukung factor genetik
pada Preeklampsia antara lain:
a) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
b) Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak-
anak dari ibu yang menderita Preeklampsia.
c) Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak cucu ibu
hamil dengan riwayat Preeklampsia dan bukan ipar mereka.
d) Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron-System (RAAS).

c. Patofisiologi
Perubahan pokok pada preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Dengan biopsi ginjal, Althchek dkk. (1968)
menemukan spasmus yang hebat pada arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus
lumen arteriola demikian kecilnya sehingga hanya dilalui oleh satu sel darah merah.
Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh, maka
mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat tampaknya merupakan
usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenisasi jaringan dapat
dicukupi, kenaikan berat badan dan oedema disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya.
Telah diketahui bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang
rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air
dan natrium. Pada preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat (Wiknjosastro, 2007). Perubahan-perubahan yang terjadi pada
preeklampsia :
1) Perubahan pada plasenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta.
Hal ini menyebabkan terjadinya gawat janin sampai kematiannya karena
6

kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap


perangsangan sering didapatkan pada preeklampsia dan eklampsia.
2) Perubahan pada ginjal
Disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyababkan
filtrasi glomerulus mengurang. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus
arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun,
yang menyebabkan retensi garam dan air.
3) Perubahan pada retina
Pada peeklampsia tampak oedema retina, spasmus setempat atau menyeluruh
pada satu atau beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
perubahan lainnya pada retina yaitu retinopatia arteriosklertika, ablasio retina,
skotoma, diplopia dan ambliopia.
4) Perubahan pada paru-paru
Oedema paru-paru merupakan sebab utama kematian preeklampsia dan
eklampsia. Komplikasi ini disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.
5) Perubahan pada otak
Resistensi pembuluh darah dalam otak pada hiertensi dalam kehamilan lebih
tinggi daripada eklampsia. Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan
pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun pada eklampsia.
6) Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyertai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui
sebabnya. Terjadi pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
interstisial. Kejadian ini diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein
serum, sering bertambahnya oedema menyebabkan volume darah mengurang
dengan akibat hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi
berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran tentang
perbaikan keadaan penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan.
7

d. Gejala-gejala Preeklampsia berat


Biasanya tanda-tanda Preeklampsia timbul dalam urutan: pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada
Preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif.
Pada Preeklampsia berat, Gejala-gejalanya adalah :
1) Tekanan darah sistolik ³ 160 mmHg, tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg
2) Peningkatan kadar enzim hati/ icterus
3) Trombosit < 100.000/mm³
4) Oliguaria < 400 ml/24 jam
5) Proteunaria > 3 g/liter
6) Nyeri epigastrium
7) Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat
8) Perdarahan retina
9) Oedema pulmonum
10) Koma (Winkjosastro,2007).

e. Komplikasi  Preeklampsia berat


Komplikasi - komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.
Komplikasi berikut ini biasanya terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia :
1) Solusio plasenta, komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
2) Hipofibrinogenemia, pada Preeklampsia berat.
3) Hemolisis, penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan
pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
4) Nekrosis periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
5) Perdarahan otak, komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
6) Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung
sampai seminggu.
8

7) Oedema paru-paru.
8) Nekrosis hati, nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan
akibat vasopasmus arteriol umum.
9) Sindrom HELLP yaitu  haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
10) Kelainan ginjal.
11) Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-
kejang pneumonia aspirasi. 
12) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.

f. Pencegahan Preeklampsia berat


1) Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat
tidak selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein,
dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan.
2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda  Preeklampsia berat dan mengobatinya
segera apabila di temukan.
3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila setelah dirawat tanda-tanda Preeklampsia berat tidak juga dapat di
hilangkan.
4) Penilaian kondisi janin dalam rahim. Pemantauan tinggi fundus uteri, pemeriksaan
gerak janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban.
5) Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang
paling tepat dilakukan.

g. Penanganan Preeklampsia berat


Penanganan preelampsia berat berujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan
optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Semua kasus preeklampsia
berat harus ditangani secara aktif. Penanganan umum preeklampsia berat antara lain :
9

1) Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik diantara 90-100
mmHg dan mencegah perdarahan serebral. Berikan hidralazin 5 mg IV, pelan-
pelan setiap 5 menit sampai tekanan darah turun atau berikan hidralizin 12,5 mg
IM setiap 2 jam. Jika tidak tersedia, berikan: a. labetolol 10 mg IV, jika tekanan
diastolik tetap >110 mmHg, berikan labetolol 20 mg IV, naikkan dosis sampai
40 dan 80 mg jika tekanan diastolik tetap >110 mmHg sesudah 10 menit. b.
nifedipin 5 mg sublingual, jika tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg
sublingual. c. metildopa 3 x 250 – 500 mg/hari.
2) Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar).
3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan. Kateterisasi
urine untuk memantau pengelaran urine dan proteinuria.
4) Jika jumlah urine < 30 ml/jam : a. Hentikan magnesium sulfat (MgSO 4) dan
berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau RingerLaktat) pada kecepatan 1 liter per 8
jam. b. Pantau kemungkinan edema paru.
5) Jangan tinggalkan pasien sendirian.
6) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
7) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
8) Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik, misalnya furosemid 40 mg
IV, sekali saja jika ada edema paru.
9) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test).
Jika ada pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulopati.

Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda preeclampsia
berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.
Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi dapat difikirkan cara
terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu utuk seterusnya bahaya
eklampsia. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbuya kejang-kejang dapat
diberikan:
10

1) Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4gram), disuntikkan


intarmuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat diulang
4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya
diberikan bila diuresis baik, refleks patella positif, dan kecepatan pernafasan
lebih dari 16 er menit. obat tersebut, selain menenangkan juga menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan diuresis;
2) Klorpomazin 50 mg intramuskulus; c. Diazepam20 mg, intramuskulus.
Kadang – kadang keadaan penderita dengan pengobatan tersebut menjadi lebih
baik. Akan tetapi umumnya pada preeklampsia berat sesudah bahaya akut
berakhir sebaiknya dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena
dalam keadaan demikian harapan bahwa janin hidup terus tidak besardan adanya
janin dalam uterus menghambat sembuhnya penderita dari penyakitnya.
11

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN ANTENATAL CARE PADA NY. K
DENGAN HIPERTENSI DAN RIWAYAT
SECTIO CAESARIA DI RS SUMBER KASIH

Tanggal : 24 Maret 2018


Waktu : 10.15 WIB
Tempat : Poliklinik RS Sumber Kasih

A. DATA SUBJEKTIF
1.   Identitas
Nama Ibu : Ny. K Nama Suami : Tn. R
Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa :Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Muara Alamat : Desa Muara

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan pusing dan lemas.

3.  Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, Campak, menderita penyakit keturunan seperti asma, jantung, diabetes,
hipertensi

4. Riwayat Sosial Ekonomi


Merupakan kehamilan yang ketiga. Respon ibu dan keluarga tentang
kehamilan baik. Keluarga mendukung kehamilan ini dan merupakan kehamilan
yang direncanakan. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami. Pola

11
12

makan ibu teratur 3 kali sehari dan tidak ada makanan yang dipantang. Suami
merokok di dalam rumah. Pola istirahat ibu teratur, pekerjaan rumah dikerjakan
bersama-sama.

5. Riwayat Obstetri Ginekologi


a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
HPHT : 18-08-2017

b. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang Lalu


Umur Anak Ket
Tahun Tempat Jenis
No Kehamil Penolong Penyulit
Partus partus Persalinan JK BB
an
RS 1.300 Meninggal
1. 2014 8 bulan SC Dokter PEB Perempuan
Pelabuhan gr
1.000 Meninggal
2. 2017 RS AWN 7 bulan SC Dokter PEB Perempuan
gr
Hamil
3.
ini

6.   Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakam KB apapun. 

B.     DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis/ sadar penuh
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Suhu : 36,5 °C
Pernafasan : 22 kali/ menit
13

Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 156 cm

Mata : kongjutiva ananemis ,sklera anikterik


Mulut : simetris,bersih,tidak pecah-pecah,tidak sariawan,gigi rapi dan
bersih.
Leher :Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Dada
Bentuk dada : simetris, tidak ada kelainan
Payudara : tidak ada nyeri, benjolan, puting susu menonjol, colostrum tidak
ada.
Paru-paru : tidak ada wheezing dan ronchi.
Abdomen
Terdapat bekas luka operasi, TFU : 28 cm, letak memanjang, PUKA, presentasi
kepala , DJJ : 124 x/menit.
Ekstremitas
Atas : tidak terdapat oedema
Bawah : terdapat oedema
Genitalia Luar
Tidak ada luka, varices, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini dan skene,
tidak ada keputihan.
Anus
Tidak ada hemorrhoid.
2. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 10,1 gr/dl
Protein urine : (+)
(Pemeriksaan dilakukan di Puskesmas Suranenggala)
14

C.  ASSESSMENT
Ny. K G3P2A0 usia 29 tahun, usia kehamilan 32-33 minggu dengan hipertensi dan
riwayat SC 2x.

D.  PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
→ Hubungan terbina dengan baik.
2. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan
→ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
3. Memberikan dukungan moril pada pasien dan keluarga
→ Ibu dan keluarga merasa tenang
4. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat
→ Ibu bersedia untuk istirahat cukup.
5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi tarik nafas dalam
→ Ibu mampu melakukan teknik relaksasi.
6. Menjelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan
→ Ibu memahami dan mampu mengulangi informasi.
7. Menjadwalkan kontrol ulang berikutnya
→ Ibu bersedia datang kembali dua minggu kemudian atau bila ada keluhan.
15

ASUHAN INTRANATAL CARE PADA NY. K


DENGAN PEB DAN RIWAYAT SECTIO CAESARIA
DI RS SUMBER KASIH

Tanggal Pemeriksaan : 27 Maret 2018


Waktu : 18.30 WIB
Tempat : Ruang Bersalin/ VK RSU Sumber Kasih

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. K Nama : Tn. R
Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Blok Muara Wetan RT 02 RW 04 Desa Muara Suranenggala

2. Riwayat Masuk Rumah Sakit


Pasien masuk ke ruang bersalin/vk pukul 18.30 wib, pasien membawa surat
pengantar dari dr. Amelia, SpOG dengan G3P2A0 grav 32-33 mgg dengan PEB
dan riwayat SC 2 kali. Pasien mengeluh pusing dan pandangan agak kabur, perut
kencang-kencang, gerakan janin masih dirasakan aktif oleh pasien sampai
sekarang. Pasien merasa cemas dengan kehamilannya.
Pasien merasa hamil 8 bulan, HPHT 18 agustus 2017. Ini merupakan
kehamilan yang ketiga dan belum pernah mengalami keguguran. Pasien selalu
memeriksakan kehamilannya ke bidan dan ke dr. Amelia, SpOG. Terakhir
memeriksakan kehamilan di Poliklinik dr.Amelia, SpOG, TBJ ± 1300 gram.
Selama kehamilan ini tekanan darah pasien selalu tinggi, pasien
mengatakan mempunyai riwayat eklampsi pada kehamilan dan persalinan
sebelumnya. Tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan maupun alergi
terhadap makanan.
16

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
b. Nadi : 80 x/m
c. Suhu : 36,0 °C
d. Pernafasan : 20 x/m
3. Wajah : tidak ada oedema
4. Mata : konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik
5. Abdomen
Terdapat bekas luka operasi, TFU 28 cm, PUKA, presentasi kepala, DJJ 127
x/m, kontraksi 1x10’,< 20”.
6. Ekstremitas
 Atas : tidak terdapat oedema
 Bawah : terdapat oedema, tidak ada varises
7. Pemeriksaan dalam
v/v t.a.k, portio tebal lunak, Ø kuncup
8. Pemeriksaan penunjang
Hematologi
 Hemoglobin : 10,1 g/dl
 Hematocrit : 32,9 %
 Lekosit : 13.900/ mm3
 Trombosit : 135.000/ mm3
 Eritrosit : 4,91 Juta/ul
Koagulasi
 Waktu pendarahan (BT) : 2’10”
 Waktu pembekuan (CT) : 3’50”
Golongan darah :B
Rhesus : positif
Urinalisa
 Protein urine : 300/ + 3
17

C. Assesment
Ny. K usia 29 tahun, G3P2A0 usia kehamilan 32-33 minggu dengan PEB, riwayat
SC 2 kali dan suspek Hellp Syndrom. Keadaan umum pasien dan janin baik.
Potensial Eklampsi, foetal distress dan syok. Kolaborasi dengan dr. SpOG.

D. Planning
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga
 Hubungan telah terbina dengan baik
2. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
 Pasien dan keluarga mengerti tujuan dan tindakan yang akan diberikan
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga
 Pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
4. Monitoring tanda-tanda vital pasien dengan memasang alat monitor TTV dan
SpO2
 Terpasang monitor Bedside, TD 166/107 mmHg, Nadi 89x/m, SpO2 99 %
5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda eklampsi
 Pasien dan keluarga mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang
tanda- tanda eklampsi
6. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala
persalinan
 Pasien dan keluarga mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang
tanda- tanda dan gejala persalinan
7. Menganjurkan pasien untuk tidur miring ke kiri
 Pasien tidur miring ke kiri
8. Monitoring kesejahteraan janin dengan memasang alat CTG
 Alat CTG sudah terpasang dan DJJ diobservasi tiap 1 jam (lembar observasi
terlampir)
9. Melibatkan suami atau keluarga dalam setiap tindakan
 Suami selalu mendampingi dalam setiap tindakan
10. Menganjurkan salah satu anggota keluarga untuk selalu mendampingi dan
memberikan motivasi
 Pasien didampingi oleh suami
18

11. Mengajarkan tekhnik relaksasi tarik nafas dalam


 Pasien mampu melakukan tekhnik relaksasi tarik nafas dalam
12. Memberikan dukungan moril pada pasien dan keluarga
 Pasien dan keluarga merasa tenang
13. Mengajarkan pada keluarga untuk memberikan rasa nyaman pada pasien
dengan cara pemijatan pada daerah pinggang untuk mengurangi rasa nyeri
 Keluarga dapat melakukannya dan pasien merasa nyaman
14. Konsul dr. Amelia SpOg, advice:
 Prosedur tetap pasien PEB (pemberian obat MgSO4 dan memasang DC)
 Pemberian oksigen
 Pemberian obat kortikosteroid (injek Dexamethason 4x2 amp)
 Pemberian obat antihipertensi (dopamet 3x250 mg, nifedifin 3x10 mg)
 Observasi ketat TTV dan DJJ
 Rencana USG malam ini
 Puasakan pasien
 Rencana SC besok pagi jam 07.00 WIB
19

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. K 2 JAM POST SC


DI RS SUMBER KASIH CIREBON

No RM : 8125462
Tempat : Rs. Sumber Kasih
Tanggal & jam masuk RS : 27-03-2018 pkl 17.38 wib

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama ibu : Ny. K Nama Suami : Tn. R
Umur : 29 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Blok muara wetan rt 02/rw 01 desa muara suranenggala Cirebon

2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kaki masih terasa baal

3. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Anak pertama lahir tahun 2014 di Rs.Pelabuhan lahir premature usia kehamilan 8
bulan persalinan secara sectio caesaria jenis kelamin perempuan, BB 1300 gram.
Anak kedua lahir tahun 2017 di Rs. Arjawinangun. Lahir premature usia kehamilan
7 bulan Karena PEB persalinan secara section caesaria. Jenis kelamin perempuan
BB 1000 gram

4. Riwayat kehamilan dan persalinan terakhir


Masa kehamilan : 32-33 minggu
Tempat persalinan : Ruang operasi Rs.Sumber Kasih Cirebon
Tanggal / jam : 28 Maret 2018/ 08.35 wib
Lama tindakan : 1 jam
20

Komplikasi yang menyertai kehamilan adalah PEB, riwayat SC 2x, dan suspek
hellps syndrome.

5. Riwayat post partum


a. Mobilisasi
Pasien masih belum bisa menggerakan kaki
b. Pola makan
Pasien masih puasa, boleh minum pukul 15.00 WIB dan harus bertahap
c. Pola istirahat
Pasien tampak tidur terlentang
d. Pola Eliminasi
- BAB : (-)
- BAK : terpasang urine kateter ± 500 cc

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
b. Standar emosional : stabil
c. Tanda vital
-TD 128/86 - Rr 23 x/m
-Nadi 86x/m - Suhu 36 c
d. Kepala dan leher
-Oedema wajah : tidak ada
-Mata : Simetris, sclera anikterik, conjugtiva ananemis
-Mulut : Bersih, bibir merah muda, tidak ada caries
-Leher : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tyroid dan vena
jugularis
e. Payudara
-bentuk : simetris
-Benjolan : tidak ada
-Putting susu : menonjol
-Pengeluaran ASI: belum ada
21

f. Abdomen
- Luka operasi : baik tidak ada rembes
- Kontraksi uterus : baik
- Kandung kemih : kosong
g. Ekstremitas
- Oedema : ada
- Varices : tidak ada
h. Genitalia Luar
- Oedema : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Pengeluaran lokhea : rubra, perdarahan masih dalam batas normal
i. Anus : tidak ada hemoroid

C. ASSESMENT
Ny. K 30 tahun P3A0 2 jam post Sc

D. PLANNING
1. Bina hubungan baik dengan pasien dan keluarga
 Hubungan telah terbina dengan baik
2. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang cara mobilisasi miring kanan
kiri bila kaki sudah bisa digerakkan
 Pasien mampu memahami tentang cara mobilisasi miring kanan kiri bila
kaki sudah bisa di gerakkan
3. Observasi keadaan umum, TTV 4 jam sekali
 TD : 128/86, N:84x/m, RR : 23x/m SH:36 C
4. Observasi kontaksi uterus, dan perdarahan setiap 1 jam
 Kontarksi uterus baik, luka operasi (+) rembes (-) perdarahan pervaginam
dalam batas normal
5. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda- tanda syok
 Keluarga mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang tanda- tanda
syok
22

6. Memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap memberikan ASI


 Pasien akan berusaha untuk tetap memberikan asi
7. Kolaborasi dengan dr.Widodo SpAn, advice :
- Observasi k/u dan TTV
- Jam 15.00 boleh minum
- Jam 17.00 boleh makan
- Inj keterolac 3x1
- Inj ondancentron 3x1
8. Kolaborasi dengan dr.Amelia SpOg, advice :
- Observasi k/u dan TTV
- ceftriaxone 2 x 1 gr
- keterolac 3x1 amp
- MgSO4 lanjutkan sesuai protap sampai 24 jam post SC
- Aff DC 24 jam post SC
- Cek HB 6 jam post SC
23

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.K 6-8 JAM POST SC DI RS SUMBER KASIH

No. Register                : 8125462


Masuk tgl/jam             : 27/03/2018
Ruang                          : R.KUTA/ Ruang Nifas

A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama ibu : Ny. K Nama Suami : Tn. R
Umur : 29 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Blok muara wetan rt 02/rw 01 desa muara suranenggala Cirebon

2. Keluhan Utama
Pasien Mengatakan Nyeri Luka Operasi

3. Riwayat Post partum


Pola kebutuhan sehari-hari
 Nutrisi : pasien minum bertahap, bila tidak ada mual 2 jam
kemudian pasien boleh makan bubur saring
 Eliminasi : terpasang DC ± 300 cc
 Pola Aktivitas   :   sudah bisa miring kanan dan miring kiri

4. Riwayat Psikososial Spiritual


Ibu mengatakan suami dan keluarganya selalu  mendukung dia untuk
melakukan mobilisasi. Ibu mengatakan ia dan keluarganya mengerti tentang
keadaan masa nifas.
24

B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmetis.
3. Tanda Vital : TD : 130/90 Mmhg Nadi : 88 x /menit
SH : 36,4°C RR : 24 x /menit
4. Kepala : Tidak ada kelainan
5. Mata : Tidak ada kelainan.
6. Mulut : Tidak ada kelainan.
7. Leher : Tidak ada kelainan.
8. Hidung : Normal nafas cuping hidung tidak ada.
9. Dada : Bentuk payudara simetris puting menonjol
10. Perut : Luka Operasi Tampak tertutup kassa steril,
tidak ada rembes, TFU 2 Jari di bawah pusat
11. Extremitas : Atas (tidak ada oedema)
bawah (oedema) reflek pattela (+)
12. Genitalia : p/v dbn
13. Hasil Laboraturium
HB : 5.5g/dl ( post op)

C. ASSESMENT
Ny. K 29 Th 6-8 jam Post OP SC dengan Anemia.

D. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga
 Pasien dan kelurga mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan dan
merasa senang dan lega
2. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan genetalia dengan mengganti
pampers bila pampers penuh darah atau kotor
 Pasien dan keluarga mengerti penjelasan bidan dan mampu mengulang
penjelasan bidan serta  pasien dan keluarga mengatakan akan berusaha
melaksanakan anjuran tersebut
25

3. Menjelaskan dan menganjurkan tentang perawatan luka operasi


 Pasien mengerti penjelasan bidan dan berusaha untuk melakukan anjurannya
4. Menganjurkan untuk mobilisasai bertahap
 Pasien mengerti dan dapat melakukan mobilisasi bertahap dibantu oleh
keluarga
5. Memberikan KIE tentang penggunaan alat kontrasepsi setelah masa nifas
 Pasien memilih KB IUD untuk alat kontrasepsi nya
6. Konsul dr Amelia, SpOG, advice:
 Transfusi 2 labu PRC
 Observasi KU, TTV, luka operasi dan perdarahan.
7. Melakukan inform consent dan menjelaskan pada keluarga pasien untuk
tindakan transfusi darah.
 Keluarga pasien mengerti dan bersedia untuk dilakukan tranfusi darah
26

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. K DENGAN BBLR


DI RS SUMBER KASIH

No RM : 8129057
Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2018
Jam : 08.35 WIB
Tempat : Ruang OK RS Sumber Kasih

1. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
Nama : By. Ny. K
Hari/ Tanggal lahir/ jam lahir : Rabu/ 28 maret 2018/ 08.35 wib
Alamat : Blok muara wetan rt 02/rw 01
Desa muara suranenggala Cirebon

2. DATA OBJEKTIF
A. Keadaan umum
1. Kesadaran : composmentis
2. Keadaan umum : baik
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Berat badan : 1715 gram
5. Panjang badan : 41 cm
6. Lingkar kepala : 30 cm
7. Lingkar dada : 26 cm
8. Apgar Score :7/9
9. Cacat : tidak ada
10. Anus : ada
11. Suhu : 36,6 C
12. Nadi : 113-136 x/m
13. Respirasi : 54 x/m
14. SPO2 : 100 %
27

B. Pemeriksaan fisik
Kepala : simetris, rambut tipis bersih, tidak terdapat caput
Mata : simetris, conjungtiva ananemis, sclera normal,
palpebra normal
Hidung : tidak terdapat cuping hidung, secret tidak ada
Mulut : bersih, tidak ada secret, tidak ada hipersaliva, tidak ada
Cianosis, lidah bersih
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar vena jugolaris,
tidak terdapat benjolan
Dada : simetris, terdapat nafas cepat, retraksi dada minimal
Abdomen : simetris, tidak terdapat benjolan, bising usus ada,, tali
pusat segar
Genetalia : normal
Ekstremitas : terdapat anus, jari tangan dan kaki normal

3. ASSESMENT
Bayi baru lahir sc atas indikasi PEB + riwayatSC + riwayat eklampsi + smk +
BBLR dengan asfiksia ringan.

4. PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
2. Melakukan inform consent dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Menerima bayi, jaga hangat, atur posisi, isap lender, keringkan, atur posisi
kembali
4. Menilai ulang keadaan bayi -> bayi menangis spontan, rawat tali pusat, jaga
hangat
5. Setelah 10 menit kemudian ->bayi menangis merintih, gerak aktif, muntah
tidak ada, kembung tidak ada, sesak ada, retraksi dada tidak ada, cianosis
tidak ada,oksigen ½ liter/menit, rawat tali pusat
6. Observasi keadaan umum dan TTV -> Sh :36,6 C, nadi :113-136 x/m,
respirasi :54 x/m, SPO2 :100 %
7. Kolaborasi dengan dr.Ludy, SpA advice :
28

- Rawat NICU
- Observasi keadaan umum dan TTV -> apabila keadaan bayi memburuk
lapor segera dr. SpA
- Rawat bayi di inkubator
8. Menjelaskan kepada orang tua tentang keadaan bayi dan advice dokter ->
keluarga mengeri tentang keadaan bayi dan setuju bayi dirawat di ruang
NICU
9. konfirmasi ruang NICU -> ruang NICU sudah siap
10. Mengantar bayi ke ruang NICU dengan menggunakan Infarm warmer
bersama orang tua bayi dan observasi selanjutnya diteruskan di NICU.
29

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria yang timbul saat kehamilan. Pre eklampsia berat  adalah penyakit yang
mempuyai dua atau lebih gejala seperti tekanan sistolik Tekanan darah sistolik ³ 160
mmHg, Tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg, proteinuria > 5 g dalam 24 jam,
Oliguaria < 400 ml/24 jam, keluhan serebral, nyeri epigasrtium, edema paru-paru
atau sianosis. Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
timbul nya hipertensi 160/110 mmhg atau disertai pritein uria atau oedema 20
minggu atau lebih. Factor utama adalah genetic, jika ibu atau mertua memiliki
riwayat preeclampsia kita juga beresiko mengalaminya pada satu kali atau lebih
kehamilan, yang kedua adalah kelainan pembuluh darah,penyempitan pembuluh
darah bias mengakibatkan suplai darah ke organ organ vital jadi berkurang.
Preeklpampsia biasa terjadi pada kehamilan pertama, penyebab pasti
preeclampsia sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi
plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau adanya
gangguan pembuluh darah ibu.
Komplikasi pada ibu berupa atonia uteri, hellps syndrome,albasi retina, gagal
jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin berupa IUGR, prematuritas,
kematian janin, solutio plasenta.
Dalam makalah ini, kelompok kami dapat menarik kesimpulan dari kasus
yang telah telah diobservasi pada pasien Ny. K G3P2A0 Gravida 32-33 minggu
dengan PEB dan Riwayat Caesaria :
1. Dilakukan pengkajian menyeluruh secara continue pada pasien agar kondisi
pasien dapat terus dipantau.
2. Dilakukan intepretasi masalah agar didapat diagnosa masalah yang dialami
pasien
3. Mengidentifikasi diagnosa yang dialami pasien. Hal ini dilakuakn dokter atau
tenaga medis yang bertanggung jawab atas pasien tersebut.
30

4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera yang dibutuhkan oleh pasien.


5. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman oleh dokter atau tenaga
medis yang bertanggung jawab atas pasien tersebut.
29

B. Saran
1. Bidan
a. Diharapkan setiap bidan untuk selalu meningkatkan pengetahuan tentang
asuhan kebidanan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
b. Diharapkan setiap pemeriksaan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir harus dilakukan secara optimal dan sesuai dengan teori dan
kebutuhan ibu.
2. Ibu Hamil
Diharapkan ibu dapat memeriksa kehamilan kehamilannya secara rutin untuk
mendeteksi dini komplikasi yang terjadi pada saat hamil.
3. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa yang sedang melakukan praktek lapangan dapat belajar
mengidentifikasi mengenai tanda dan gejala dan serta kompliksi dari kehamilan
yang dialami oleh pasien, agar dilain kesempatan dapat mengetahui jenis KIE
yang dapat diberikan ke pasien dengan PEB.
31

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat, Aziz., 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Depkes R. 2010. Pelayanan Asuhan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba. IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB Untuk Pendidikan
Kebidanan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rukiyah, Ai Yeyek DKK. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Trans Info
Media.
Saifuddin, AB. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

31

Anda mungkin juga menyukai