Disusun oleh :
D IV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
T.A. 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
AKI menurun sangat lambat dekade terakhir, sedangkan target MDG’s yang
ditegaskan dalam Keppres No. 5 tahun 2010 adalah 102/100.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN AKI di Indonesia menempati peringkat
teratas. (Depkes RI, 1999 ).
Angka Kematian Ibu (AKI) dinegara berkembang karena kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan masalah yang komplek dan berkepanjangan. Bahkan sampai saat ini
masalah tersebut belum teratasi. Dinegara miskin, sekitar 25-50 % kematian wanita subur
disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan
biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitas
(Saefudin: 2006:3).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Healht Organization (WHO)
menjelaskan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menduduki pringkat ke-6
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
AKI di Indonesia pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan pada tahun 2011 AKI adalah 228 /100.000AKI mengalami penurunan dari
tahun 2007 sampai 2011 (Depkes RI, 2008).
Mengingat semakin meningkatnya kasus Eklampsia terutama di Negara-negara
berkembang, maka penulis mengangkat tema Pre-Eklampsia berat dari hasil temuan saat
melakukan Praktek Klinik Keperawatan Maternitas di Rumah Sakit Abdul Moeloek dari
keseluruhan pasien yg di rawat di ruang Delima rata-rata dirawat karena kasus PEB,
maka penulis tertarik mengangkat tema Pre-Eklampsia berat sebagai bahan membuat
laporan kasus, guna menegakkan diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan
berlanjut menjadi Eklampsia sehingga kematian ibu dan perinatalnya dapat dicegah.
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pre-Eklamsi Berat?
2. Bagaimana penyebab pada pre eklamsi berat?
3. Bagaimana tanda dan gejala, klasifikasi dari pre eklamsi berat?
4. Bagaimana patofisiologi dari pre eklamsi berat?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita pre eklamsi berat?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian preeklamsia berat.
2. Untuk mengetahui etiologi preeklamsia berat.
3. Untuk mengetahui gejala dan tanda preeklamsia berat.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan preeklamsia berat.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan preeklamsia berat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-
tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. ( Taufan,
2011).
Pre eklamsi adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable ( usia kehamilan >
20 minggu dan / berat janin 500 gram ) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan
edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit
trofoblastik. ( Taufan, 2011)
Pre eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam tri wulan ke 3 pada
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnyan mola hidatidosa. (Prawirohardjo,
2005).
2. Klasifikasi
Pre eklamsia Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
1) Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
c. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter.
2) Preeklampsia Berat, ditunjukan dengan gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
c. Bila timbul komplikasi berat sebagai berikut :Oliguria, yaitu jumlah urin kurang
dari 500 cc per 24 jam, Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri
pada epigastrium, Terdapat edema paru dan sianosis, Nyeri epigastrum, kuadran
kanan atas abdomen, Gangguan fungsi hepar. (Icesmi dkk, 2013)
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Di
Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab utama
kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang
dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
1) Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
2) Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4) Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
2) Peran faktor imunologis.
3) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
4) Peran faktor genetic
5) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
6) Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka
4. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia
pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak
dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan
tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi
trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan
perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan
gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah
sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan
selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol
menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati
oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema
serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial
yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya
kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan
terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya
pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah
yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP
akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan
sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan
terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah
menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga
menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah
jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium
dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga
dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas
terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan
reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa
keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat
akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan
proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem
diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan
memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan
menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth Retardation serta
memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia
duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat
menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat,
merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi
metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2
ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang
diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa
keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang
kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
5. Pathway Preeklamsia
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr% )
b. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
c. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
2. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3. Pemeriksaan Fungsi hati
b. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
c. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
d. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
e. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
f. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
g. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
2) Radiologi
1. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
8. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
1) Pada Ibu
1. Eklapmsia
2. Solusio plasenta
3. Pendarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
5. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2) Pada Janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pre-Eklamsia
1) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin.
2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100
mmhg).
3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan
minimal 8 jam pada malam hari).
4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu.
8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu.
9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,
atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia
berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.
11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau
indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan
matur.
12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
1. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan
medisinal.
2. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklampsi berat antara lain sebagai berikut :
a. Identitas umum ibu
b. Data riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan terdahulu
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsi ringan atau berat dan eklampsi dalam
keluarga
Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau diatas 35
tahun
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah:
1. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan ata kadar normal hemoglobin utk wanita
hamil adalah 12-14gr%)
2. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
Pemeriksaan radiologi
Penurunan curah Tupan: Pemantauan nadi dan Dengan memantau nadi dan
jantung yang Curah jantung tekanan darah. tekanan darah dapat melihat
berhubungan dengan normal peningkatan volume plasma,
hipovolemi/penuruna relaksasi vaskular dengan
n aliaran balik vena. Tupen: penurunan tahanan perifer
Aliran balik vena
normal Lakukan tirah baring pada Meningkatkan aliran balik
ibu dengan posisi miring vena, curah jantung, dan
kiri. perfusi ginjal.
Daftar Pustaka
Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta
JNPKKR – POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta
Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi,
Penerbit EGC, Jakarta
Icesmi dkk, 2013.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DENTITAS
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke rumah sakit Abdul Moeloek pada tanggal 23 Oktober 2018 atas
rujukan dari Rumah Sakit Bumi Waras karena tekanan darah tinggi dan gemeli. Klien
mengalami tekanan darah tinggi sejak usia kehamilan 8 bulan. Saat pengkajian klien
mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi namun saat kehamilan 4 bulan tensi
klien selalu, klien juga mengatakan tidak tau bahwa klien hamil gemeli karena klien
hanya periksa di puskesmas dan bidan desa. Namun saat di USG di rumah sakit Bumi
Waras nampak kehamilan gemeli, pemeriksaan lab menunjukan proteinuria +1 dan
butuh penanganan khusus.
4. Ketergantungan obat
Klien mengatakan tidak ketergantungan akan obat
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
7. Riwayat pernikahan
Status menikah,Ny.R mengatakan usia pernikahannya sudah 18 tahun dan ini
merupakan pernikahan yang pertamanya.
8. Riwayat menstruasi
Ny.R mengatakan haid pertama kali pada umur 13 tahun. Saat klien menggunakan
KB suntik, klien tidak mengalami menstruasi. Namun saat klien menggunakan KB piil,
klien mengalami menstruasi lancar setiap bulan siklusnya teratur yaitu siklus 28 hari
lamanya 6-8 hari dan biasanya Ny.R menggunakan kain untuk pembalutannya ganti
2 lkali dalam satu hari, warna haid merah dengan konsistensi cair.
F. SKALA NYERI
Klien mengatakan nyeri terus menerus pada bagian kepala sampai sulit untuk menoleh
dengan skala nyeri 3-4.
G. ISTIRAHAT TIDUR
Klien mengatakan pada saat sebelum hamil ia tidur selama sekitar 6-8 jam per hari. Klien
mengatakan saat hamil ia merasakan sulit tidur, klien mengatakan sering terbangun di
malam hari. Saat ini tidur 4-5 jam, ia mengatakan tidak bisa tidur saat lampu ruangan
terlalu terang, dan suhu ruangan yang dingin.
H. NUTRISI
Klien mengatakan makan dengan enak, dan menghabiskan satu porsi makan. Dengan
frekuensi 3x dalam sehari makanan selalu dihabiskan. Ny.R selalu minum 4 aqua botol
pada malam hari dengan ukuran 600cc. Ny.R juga minum 3 gelas pada siang hari dengan
ukuran 200 cc.
I. PENCERNAAN (ELIMINASI)
Buang air besar : klien BAB lancar saat dirumah 1 kali sehari.
Buang air kecil : Terpasang kateter dengan jumlah urine 500 cc.
J. EKSTREMITAS
a) Ektremitas atas kiri terpasang infuse RL berisi MgSO4 40%
b) Ekstremitas bawah : edema pada ekstermitas bawah saat memasuki usia
kehamilan 32 minggu.
MCH 31 27-31 Pg
1. Nifedipin 10 mg
2. MgSO4 40%
1. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. 1 DS : Resiko penurunan curah Vasokontriksi pembuluh
Klien mengeluh nyeri kepala (pusing) jantung darah
Klien mengatakan kepala tidak bias ditengokkan ke
kanan dan kekiri
Klien mengatakan mengalami hipertensi sejak usia
kehamilan 4 bulan.
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi.
Klien mengatan tidak mengalami hipertensi pada
kehamilan sebelumnya.
DO :
TD : 160/100 mmhg
Nadi : 92x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,5 C
Klien tampak kesakitan
Skala nyeri 4
Terdapat edema di kaki
DO :
Klien tampak gelisah
Klien sulit tidur