DISUSUN OLEH :
FITRIYANI
HENNY APRINA
TINGKAT II REGULER
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab kematian ibu paling banyak disebabkan karena perdarahan 28%, pre
eklamsia 13%, aborsi 11%, sepsis post partum 10% dan penyebab kematian tidak
langsung lainnya. (http:id.wikipedia.2006.org/wiki./Indonesia). Di Indonesia pre
eklamsia masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian
perinatal. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklamsia serta penanganannya perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, karena
Angka Kematian Ibu berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan
lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,
melahirkan dan masa nifas (Wiknjosastro, 2005: 28)
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Karena itu diagnosa dini sangatlah penting, yaitu mampu mengenal dan
mengobati pre-eklampsi ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. Hal ini
hanya bisa diketahui jika ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil. Jadi
jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal sangatlah penting dalam upaya pencegahan
pre-eklampsia dan eklampsia.
Definisi
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
wanita hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: Hipertensi,
Proteinuri dan oedema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.
Berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema atau keduanya yang
disebabkan oleh kehamilan yang sekarang. Pre-eklampsia merupakan gangguan
yang terutama terjadi pada primigravida. (Supriyadi Teddy, Johanes Gunawan;
1994; Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi;Jakarta;EGC: 236)
Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui denagn pasti. Banyak teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya;
karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang memberikan jawaban
yang memuaskan.
Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab pre-eklampsi adalah teori “iskemia
plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit ini.
Teori yang dapat diterima haruslah yang dapat menerangkan:
a. Kenapa frekuensi tinggi pada: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion
dan molahidatidosa
b. Kenapa bertambah frekuensi pada kehamilan yang makin tua, umumnya
pada triwulan III kehamilan
c. Kenapa terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin
dalam kandungan
d. Kenapa frekuensi turun pada kehamilan berikutnya
e. Sebab timbulnya hipertensi, proteinuria, oedema, konvulsi sampai koma.
Dalam hal-hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklampsi dan eklampsi.
Patofisiologi
Pada pre-eklamsi terjadi spasmus pembuluh darah disertai retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus lumen arteriola sedemikin sempitnya sehingga hanya dapat diallui
oleh satu sel darah merah.
Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah
dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikkan tekanan
perifer agar oksigenisasi jaringan dapat terpenuhi.
Sedangkan kenaikkan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air
yang berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui sebabnya; mungkin
disebabkan karena retensi air dan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh
spasmus arteriola sehingga teradi perubahan pada glomerulus.
Perubahan-perubahan pada organ:
1. Perubahan pada otak
Pada pre-eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-
batas normal. Pada eklampsi, retensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi
pula pada pembuluh darah otak. Edema terjad pada otak yang dapat
menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan
lanjut dapat menyebabkan perdarahan.
2. Perubahan pada uri dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada pre-eklamsi dan eklamsi sering terjadi bahwa tonus rahim
dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat; maka terjadilah partus
prematurus.
3. Perubahan pada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang karena aliran ke ginjal berkurang. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium ke glomerulus menurun; sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filtarsi glomerulus dapat turun sampai 50 %
dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
4. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh
oedema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula
karena terjadinya aspirasi pneumonia. Kadang-kadang ditemui abses paru.
5. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya oedema retina, spasmus pembuluh darah. Bila ini
dijumpai maka sebagai tanda pre-eklampsi berat. Pada eklampsi dapat terjadi
ablasio retinae, disebabkan oedema intra-okuler dan hal ini adalah penderita
berat yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu
gejala lain yang dapat mernunjukkan arah atau tanda dari per-eklampsi berat
akan menjadi ekalmpsi adalah adanya: skotoma, dipplopia dan ambiplopia.
Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina.
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklamsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan nyata pada
metabolisme air, elektrolit, kristaloid dan protein serum. Dan tidak terjadi
ketidakseimbangan elektrolit. Gula darah, bikarbonas natrium dan pH normal.
Pada pre-eklamsi berat dan eklamsi; kadar gula darah naik sementara, asam
laktat adan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alakali akan turun.
Keadaan
ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Seteleh konvulsi selesai zat-zat
organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu berreksi dengan karbonik
sehingga terbentuk bikarbonas natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat
kembali pulih normal. Oleh beberapa penulis/ahli kadar asam urat dalam darah
dipakai untuk menentukan proses pre-eklamsi menjadi baik atau setelah
diberikan penanganan.
Frekuensi
Pada primigravida lebih banyak dijumpai dari multigravida, terutama primi
gravida muda usia. Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklamsi
adalah: molahidatidosa, diabetes melitus, kehamilan ganda, hidropos futalis,
obesitas dan umur lebih dari 35 tahun.
Diagnosis
1. Dari gambaran klinik: pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi dan timbul proteinuria.
Gejala subjektif: sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium; gangguan
visus: pengelihatan kabur, skotoma, diplopis; mual dan muntah. Gengguan
serebral lainnya: oyong, reflek tinggi, dan tidak tenang.
2. Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, reflek meninggi, dan pemeriksaan
laboratorium: proteinuria.
Penatalaksanaan
a. Pencegahan
- Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu secara teliti mengenal tanda-
tanda sedini mungkin (pre-eklampsi ringan); lalu diberikan pengobatan
yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
- Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsi
kalau ada faktor-faktor predisposisi.
- Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenagan, dan
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat; tinggi protein
dan menjaga kenaikkan berat badan yang berlebihan.
b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
- Untuk mencegah terjadinya pre-eklampsi dan eklampsi;
- Hendaknya janin lahir hidup;
- Trauma pada janin seminimal mungkin.
1) Pre-eklampsi ringan
Pengobatan adalah sistematis dan wanita dapat di:
- Rawat jalan dengan skema perikasa ulang yang lebih sering, misalnya
2x seminggu
- Rawat mondok
(a) Penganan rawat inap atau mondok
- Istirahat di tempat tidur adalah istirahat pokok
- Diit rendah garam
- Berikan obat-obatan seperti: valium tablet 5 mg dosis 3x sehari; atau
tablet fenobarbital30 mg dengan dosis 3x sehari; diuretika dan anti-
hipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat,
bahkan bisa menutupi tanda dan gejala per-ekalmpsi berat.
Dengan cara di atas biasanya pre-elampsi ringan jadi tenang dan hilang,
ibu hamil dapat dipulangkan dan diperikasa ulang lebih sering dari
biasa.
(b) Bila pada beberapa kasus gejala masih menetap, penderita tetap dirawat
mondok. Lakukan monitor keadaan janin: kadar estriol urine,
amnioskopik dan ultrasonografi dan sebagainya. Bila keadaan
mengijinkan barulah pada kehamilan ke-37 minggu dilakukan induksi
partus.
2) Pre-eklampsi berat
(a) Pre-eklampsi berat-kehamilan dari 37 minggu
Jika janin belum menujukkan tanda-tanda maturitas paru-paru;
dengan pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penanganannya
adalah sebagai berikut:
- Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr i.m., kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr i.m. setiap 4 jam (selama
tidak ada kontra-indikasi);
- Jika ada perbaikkan jalannya penyakit, pemberian sulfas
magnesikus dapat diberikan lagi selama 24 jam sampai dicapai
kriteria pre-eklampsi ringan (keculai ada kontra-indikasi);
- Selanjutnya wanita dirawat, diperiksa dan janin dimonitor,
penimbangan berat badan seperti pre-eklamsi ringan sambil
mengawasi timbul lagi gejala.
Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti kehamilan di atas 37
minggu.
3.1 Kesimpulan
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA IBU HAMIL
TERHADAP Ny. S DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT
DI RUANG DELIMA RSUD Dr. Hi. ABDOEL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
(S) SUBJEKTIF
A. Identitas
Istri Suami
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sering pusing-pusing dan mengeluh tensi darah tinggi saat
melakukan pemerikasaan kehamilan yang terakhir kali.
b. Tanda-tanda kehamilan
Amenorrhoea : Ya
Mual dan muntah : Ya
Tes Kehamilan : dilakukan tanggal 13 April 2010
hasilnya (+)
e. Diet / makanan
Sebelum hamil
Pola makan dalam sehari : 2-3 kali sehari
Makanan sehari-hari : nasi, lauk pauk, sayur-
sayuran, buah, susu
Sesudah hamil
Pola makan dalam sehari : 3-4 kali sehari
Makanan sehari-hari : nasi, lauk pauk, sayur-
sayuran, buah, susu
f. Pola Eliminasi
BAK : 6-7 kali sehari, warna kuning jernih
BAB : 1 kali sehari, warna, konsistensinya lembek
g. Aktivitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur : tidur malam 7-8 jam dan istirahat siang
1-2 jam
Seksualitas : tidak ada keluhan, 1-2 kali seminggu
Pekerjaan : mengerjakan pekerjaan Rumah Tangga
biasa, selama kehamilan ini pekerjaan
rumah tangga yang berat dikurangi.
h. Imunisasi
TT 1 : Usia kehamilan 16 minggu ( Juli 2010 )
TT 2 : Usia kehamilan 20 minggu ( Agustus 2010 )
5. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah diderita : tidak ada
Perilaku kesehatan : ibu pernah mengkonsumsi
jamu pada kehamilan ini.
6. Riwayat Sosial
Kehamilan ini direncanakan : ya, karena pasangan ini ingin
mempunyai anak lagi
Status perkawinan : menikah 1 kali lamanya 3 tahun
Susunan keluarga yang tinggal serumah
Jenis Pendidi Keteran
No Umur Hubungan Pekerjaan
Kelamin kan gan
1. Laki - laki 33 tahun Suami SMP Wiraswasta Sehat
2. Laki - laki 2,5tahun Anak - - Sehat
(O) OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
1.1 Keadaan Umum : Baik
1.2 Keadaan Emosional : Stabil
1.3 Tanda-tanda vital : TD : 160/120 mmHg R : 24 x / menit
N : 84 x / menit T : 36,5 C
1.4 Tinggi Badan : 158 cm, BB : 78 kg sebelum hamil 63 kg
1.5 LILA : 31 cm
2. Pemeriksaan Fisik
2.1 Mata
Kelopak mata telah oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih
2.2 Mulut dan Gigi
Bibir lembab, lidah bersih, gigi dan graham tidak ada caries, tidak ada
pembengkakan gusi.
2.3 Leher
Pada kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak ada pembengkakan,
dan tidak ada bendungan pada vena jugularis.
2.4 Dada
Jantung : normal, bunyi lup dup
Paru-paru : normal, tidak terdengar bunyi wheezing dan ronchi
Payudara : pembesaran simetris kanan dan kiri, puting susu menonjol,
ada hiperpigmentasi pada daerah puting dan areola, tidak
ada benjolan, rasa nyeri dan pengeluaran.
2.6 Ekstermitas
Terdapat oedema pada kaki, tidak terdapat varises dan kemerahan,
setra tidak ada kekakuan sendi dan otot.
Refleks patella (+) kanan dan kiri
2.7 Abdomen
Pada abdomen tidak terdapat bekas luka operasi, tidak ada tumor/ acites,
terdapat strie gravidarum dan linea nigra, bentuk perut memanjang.
2.8 Anogenital
Tidak ada luka parut pada perineum, tidak ada varises dan pembengkakan
pada vulva dan vagina, tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada
pembengkakan pada kelenjar bartholini, dan tidak ada haemorrhoid pada
anus.
3. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
3.1 Palpasi
Uterus : sesuai usia kehamilan
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px. Pada fundus teraba satu bagian
yang besar, lunak, yaitu bokong.
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba tahanan yang keras,
memanjang dari atas ke bawah yaitu punggung dan pada bagian kiri
perut ibu teraba bagian kecil janin.
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian keras, bulat,
dan melenting.
Leopold IV : Konvergen
4. Pemeriksaan Penunjang
4.1 Laboratorium
Urin : protein (+3), glukosa (-)
Darah :
- Hb 9,8 gr%
- Hematokrit 33%
- Trombosit 301 ribu
- Leukosit 24770
- Masa perdarahan
(A)ASSESMENT
Diagnosa : G2P1A0 hamil aterm dengan preeklamsia berat
Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala.
(P)PLANNING
1. Melakukan observasi keadaan umum dan TTV ibu
Keadaan umum ibu lemah, TD : 160/120 mmHg, N : 84x/menit, R : 24x/menit,
T : 36,50C
2. Melakukan pemasangan dower kateter.
Dower kateter telah terpasang.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi dan tindakan :
Infus RL+ 15cc MgSO4 40% terpasang dengan tetesan 25 tetes/menit
Memberikan injeksi IV 10cc MgSO4 40% bolus pelan-pelan
Memberikan tablet oral Nifiedipine 10mg 3x1 hari
4. Melakukan observasi keadaan janin dengan memantau DJJ 1 jam sekali.
DJJ (+) terdengar di 3 jari di bawah pusat ibu sebelah kanan dengan
frekuensi 130x/menit.
5. Memeberikan pendidikan kesehatan kepada ibu untuk miring kekiri.
6. Mengobservasi tanda-tanda inpartu.
7. Memberikan penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan
janinnya saat ini, serta meminta inform consent kepada keluarganya.
Ibu dan keluarganya telah mengetahui tentang kondisi ibu dan janinnya saat
ini dan telah memberikan persetujuan terhadap tindakan-tindakan yang akan
dilakukan.
8. Memberikan asupan nutrisi dan cairan pada ibu untuk menambah energi saat
persalinannya.
Ibu diberikan makan dan minum.
DAFTARPUSTAKA
Manuba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana . Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayansan Bina Pustaka.
Prawirohadjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neanatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Suherni, S. Pd, APP, M.Kes.2009.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta : .
Fitramaya
www.kuliahbidan.wordpress.com