Anda di halaman 1dari 21

Case Report Science

EKLAMPSIA

Disusun oleh :

MUHAMMAD IQBAL

1610070100094

Preseptor :

dr. Helwi Nofira, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis sembahkan kehadirat Allah


SWT , yang telah melimpahkan taufik, hidayat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Eklampsia”. Laporan ini
penulis buat sebagai tugas saat menjalankan kepaniteraan klinik obstetric dan
ginekologi. Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pembimbing penulis dr. Helwi Nofira, Sp.OG (K) yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penulisan laporan kasus ini, sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan.
Namun penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Solok, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Manfaat 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Definisi 3
2.2. Faktor Risiko 3
2.3. Patofisiologi 3
2.4. Gejala Klinis 5
2.5. Diagnosis 6
2.6. Penatalaksanaan 7
2.7. Komplikasi 7
BAB III. LAPORAN KASUS 8
BAB IV. DISKUSI DAN PEMBAHASAN 16
BAB V. KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba- tiba
yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas
yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat grand
mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis. Setelah kejang diafragma
menjadi kaku dan pernapasan berhenti. Selama beberapa detik penderita seperti
meninggal karena henti napas, namun kemudian penderita bernapas panjang dan
dalam, selanjutnya pernapasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan
baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang-kejang berikutnya yang
bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut
status epileptikus.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, persalinan atau masa
nifas. Preeklampsia ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Berdasarkan
waktu terjadinya konvulsi, eklampsia dibagi menjadi antepartum, intrapartum dan
postpartum. Kurang lebih 5% dari kasus preeklampsia berkembang menjadi
eklampsia dan kurang lebih 5% wanita dengan eklampsia meninggal karena
penyakit atau komplikasinya serta kematian neonatal kurang lebih 7%. Insiden
eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari seluruh persalinan dan lebih banyak
ditemukan di negara berkembang (0,3%-0,7%) dibandingkan negara maju
(0,05%-0,1%). Insiden yang bervariasi dipengaruhi antara lain oleh paritas,
gravida, obesitas, ras, etnis, geografi, faktor genetik dan faktor lingkungan yang
merupakan faktor risikonya.
Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang pada kehamilan
≥ 20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran bukan karena
epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya. Kejang eklampsia hampir selalu
didahului oleh preeklampsia. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester ketiga
dan menjadi sering saat kehamilan mendekati aterm.
Eklampsia dapat terjadi pada antepartum, intrapartum, dan postpartum.
Eklampsia postpartum umumnya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah

1
persalinan. Pada penderita preeklampsia dapat memberikan gejala atau tanda khas
sebelum terjadinya kejang disebut tanda prodromal. Preeklampsia yang disertai
tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia.
Kematian ibu akibat eklampsia umumnya berhubungan dengan kesalahan
pengelolaan dan komplikasinya. Kematian maternal pada eklampsia disebabkan
karena komplikasi yang terjadi, diantaranya acute vascular accident, kerusakan
pusat vital pada medula oblongata, trauma akibat konvulsi, perdarahan pasca
partum atau perdarahan solusio plasentae, dan kegagalan total organ vital.
Insiden eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari seluruh persalinan dan
lebih banyak ditemukan di negara berkembang (0,3%-0,7%) dibandingkan negara
maju (0,05%-0,1%). Insiden yang bervariasi dipengaruhi antara lain oleh paritas,
gravida, obesitas, ras, etnis, geografi, faktor genetik dan faktor lingkungan yang
merupakan faktor risikonya. Salah satu komplikasi yang berbahaya dari eklampsia
adalah stroke.
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteran klinik senior di Rumah Sakit

Umum Daerah M. Natsir Solok.

2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang “Eklampsi”

1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Eklampsi
2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan
kepaniteraan klinik senior pada Departemen Obstetri dan Ginekologi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba- tiba


yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas
yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat grand
mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis.Istilah eklampsia berasal dari
bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata-kata tersebut dipergunakan karena
seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda
lain.

Sesuai dengan batasan dari National Institutes of Health (NIH) Working


Group on Blood Pressure in Pregnancy preeklampsia adalah timbulnya hipertensi
disertai dengan proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Saat ini edema pada wanita hamil dianggap sebagai hal yang
biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis preeklampsia. Hipertensi dengan
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 100
mmHg. Proteinuria adalah adanya protein dalam urin dalam jumlah ≥300 mg/dl
dalam urin tampung 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dari urin acak tengah yang tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing..
2.2 Faktor Risiko
Ada banyak hal yang mempengaruhi terjadinya eklampsia, beberapa
diantaranya adalah usia ibu, paritas, usia kehamilan, jumlah janin, jumlah
kunjungan ANC, dan riwayat hipertensi.
2.3 Patofisiologi
Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang sehingga
plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta dan
peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi
menimbulkan kejang atau sampai koma pada wanita hamil.
Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga

3
hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam
tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi
jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
disebabkan oleh retensi air dan garam, proteinuria mungkin disebabkan oleh
spasmus Arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
1. Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada
pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan
serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi
perdarahan.
2.Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus
rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus
prematurus.
3.Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini
menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4.Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan
oleh edema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula
karena terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
5.Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Pada
eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini

4
adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi
kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-
eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan
di korteks serebri atau dalam retina.
6.Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik
sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali
akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi
selesai zat-zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan
karbonik sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali
dapat kembali pulih normal
2.4 Gejala Klinis
Eklamsia biasanya ditandai dengan kejang yang dapat diikuti dengan
kehilangan kesadaran atau koma. Selain itu, ada gejala-gejala lain yang dapat
dirasakan oleh para ibu hamil penderita eklamsia, antara lain :
- Kenaikan tekan darah
- Kenaikan berat badan secara mendadak
- Pengeluaran protein dalam urin
- Edema pada tungkai dan wajah
- Gangguan penglihatan dan sakit kepala
Biasanya gejala-gejala tersebut muncul pada kehamilan trimester kedua akhir atau
ketiga.
●Gejala klinis eklampsia
a. Fase tonik
- Penurunan kesadaran, kadang disertai jeritan,bisa menjadi sianotik.
- Otot lengan,kaki,dada dan punggung menjadi kaku, berlangsung 1 menit.
b. Fase klonik
- 1-2 menit setelah fase klonik, otot mulai menyentak dan berkedut, mulai
terjadi kejang.
- Lidah dapat tergigit, hematoma lidah, perdarahan lidah
c. Fase pasca kejang

5
- setelah fase klonik selesai
- dalam keadaan tidur dalam, bernapas dalam, dan bertahapsadar kembali disertai
nyeri kepala. Biasanya pasien kembali sadar dalam 10-20 menit setelah kejang.
d. Gejala Neurologis
- defisit memori, defisit persepsi visual, gangguan status mental
- defisit saraf kranial
- peningkatan refleks tendon dalam
e. Kondisi janin
- fetal bradikardia dapat terjadi saat dan setelah kejang
- saat penderita sadar kembali, dapat terjadi fetal takikardia, hilangnya variabilitas
dan kadang ditemukan deselerasi (pada pemeriksaan NST)
2.5 Diagnosis dan Gambaran Klinik

Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia. Ditandai dibawah


ini:

1.Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2.Proteinuria 5 gr atau lebih dalam24 jam; 3+ atau 4+ pada pemeriksaan
kualitatif
3.Oliguria, diuresis 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4.Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5.Edema paru atau sianosis.
Pada umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya
preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan, mual keras, nyeri di daerah epigastrium, dan hiperrefleksia.
Terdapat beberapa perubahan klinis yang memberikan peringatan gejala
sebelum timbulnya kejang, adalah sakit kepala yang berat dan menetap,
perubahan mental sementara, pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas, nyeri
epigastrik, mual, muntah. Namun, hanya sekitar 50% penderita yang mengalami
gejala ini. Persentase gejala sebelum timbulnya kejang eklampsia adalah sakit
kepala yang berat dan menetap (50-70%), gangguan penglihatan (20-30%), nyeri
epigastrium (20%), mual muntah (10-15%), perubahan mental sementara (5-
10%).

6
Frekuensi pernapasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan
dapat mencapai 50 kali per menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai
asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat ditemukan
sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal
tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang –
kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria.
Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda
awal perbaikan kondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam
waktu beberapa hari sampai dua minggu setelah persalinan apabila keadaan
hipertensi menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit
vaskuler kronis.
2.6 Penatalaksanaan eklampsi antara lain :
Penatalaksanaan Eklampsia pertolongan pertama saat di IGD hindari
ransangan, Pasang spatula lidah, Bebaskan jalan napas, Beri : MgSO4 20% 4 g
(20 cc) I.V pelan-pelan atau MgSO4 40 % 8 g (10 cc) I.M ( 10 cc BoKa + 10 cc
BoKi ) Pasang infus D5% atau RL, Fiksasi badan di tempat tidur 15 – 30
menit. kirim ke upf obgyn eklampsia di upf obgyn. Pertolongan lanjut di kamar
bersalin atau ruang isolasi. Periksa dalam dan Pasang kateter menetap. Lanjutan
MgSO4 40 % 10 cc I.M tiap 6 jam, Bila kejang lagi ⇨ MgSO4 20 % 10 cc
I.V.Bila kejang lagi setelah 20’ berikan Pentothal 5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan
atau Amibarbital 3-5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan. Berikan obat-obat penunjang
(Antihipertensi,Antibiotik, Diuretik, Kardiotonik), Periksa lab darah, urin, liver
enzyme. Setelah terjadi stabilisasi 4-8 jam setelah mulai sadar terminasi
kehamilan tanpa memandang usia kehamilan dengan trauma seminimal
mungkin pada ibu belum inpartu.Pervaginam Induksi dengan pitosin +
Amniotomi. Sebaiknya bila Bishop skor> 8 Perabdominam.
2.7 Komplikasi

Komplikasi dari eklampsia yaitu: Edema paru, Pendarahan otak, Ablasio


retina, Sindrome HELLP, Gagal ginjal akut, Nekrosis periportal, Psikosis, Solusio
plasenta, Cardiac arrest, Asidosis metabolik

7
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Refnita
Umur : 24 Tahun
Alamat : Koto Baru
Tanggal Masuk : 22 Februari 2021
Jam masuk : 07.40 WIB
Pekerjaan : IRT

3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD M. Natsir Solok dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 2 jam SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Kejang (+) >2x SMRS
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-)
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
- Keluar darah dari kemaluan (-)
- Pandangan menjadi kabur (+)
- Muntah (+) 2x SMRS
- Demam (-) Batuk (+) Sesak nafas (+)
- Nyeri kepala (+) sejak 1 hari SMRS
- HPHT : 16-06-2020
- TP : 23-03-2021
- ANC : 5x ke bidan
c. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus Haid : Teratur
- Panjang Siklus : 28 hari
- Lama : 4-5 hari
- Ganti DUK : 2-3 x/hari

8
- Nyeri Haid :-
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Ada riwayat hipertensi
- Tidak ada riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal, paru, dan
penyakit menular.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,ginjal,
paru, dan penyakit menular.
f. Riwayat Perkawinan
1x pernikahan, pada tahun 2020
g. Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : (1/0/0)
1) Sekarang
h. Riwayat kontrasepsi
Tidak ada
i. Riwayat Imunisasi
Tidak ada

3.3. Pemeriksaan Fisik


a. Vital Sign
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Frekuensi Nadi : 116 x/menit
Frekuensi Napas : 32 x/menit
Suhu : 36,2 ˚C
b. Status Generalisata
Kepala : Normochepal
Wajah : Chloasma Gravidarum(-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal
Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
c. Status Obstetrik
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan

9
Sikatrik (-), striae gravidarum (-).
Palpasi :
L1 : Fundus uteri teraba 3 jari dibawah proc. Xypoideus teraba masa
lunak, noduler
L2 : Tahanan terbesar di kanan, bagian kecil janin sebelah kiri
L3 : Teraba masa bulat keras terfiksir
L4 : Konvergen

TFU : 32 cm
TBA : 3255 gram
His : (-)
DJJ : 70-80 x/ menit
Genitalia

-Pemeriksaan luar : V/U : tenang, PPV (-)

-VT : tidak dilakukan

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Jenis Pemeriksaan Hasil
Hb 14,9 gr/dl
Leukosit H 20.000/mm3
Trombosit 358.000/mm3
Hematokrit 45,0 %
Eritrosit H 5.200.000/mm3

Imunologi
Anti HIV Non Reaktif
TPHA Non Reaktif
HbsAg Non Reaktif
Urinalisa
Protein +3
Kimia Klinik
SGOT H 41 U/L

10
SGPT 31 U/L
Total Pro-Alb-Glo
Albumin 3,68 g/dL
Globulin H 3,68 g/dL
Ureum L 18 mg/dL
Kreatinin 1,03 mg/dL

3.5. Diagnosis
G1P0A0H0 gravid preterm 35-36 minggu + Eklampsi

3.6. Penatalaksanaan
- Kontrol keadaan umum, tanda-tanda vital
- Nasal kanul O2
- Pasang kateter
- IVFD Ringer Lactat
- Inj Regimen MgSO4
- Inj lasix 1 mg
- Inj dexametasone 2 mg
- Inj ceftriaxon 2x1 gr

Rencana Tindakan:

Jika hasil labor aman dan TTV stabil segera SCTPP atas indikasi eklampsi

Tanggal 22 Februari 2021 pukul 09.00 wib, laporan operasi :

- Pasien ditidurkan terlentang di atas meja operasi dan dilakukan anestesi


general (GA)
- Dilakukan tindakan asepik dan antiseptic
- Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi
- Dilakukan insisi kulit bertahap
- Insisi dilakukan mulai dari sub kutis, facia, otot, sampai menembus
peritoneum
- Setelah peritoneum terbuka tampak uterus, gravid sesuai dengan laserasi
dari luar

11
- Bayi dilahirkan dengan melaksir kepala
- Lahir bayi pukul 09.20 wib
 JK : Perempuan
 BB : 2.100 gr
 PB : 30 cm
 Anus :+
 Ketuban : Keruh
- plasenta dilahirkan dan sedikit tarikan ringan pada tali pusat
- Uterus dijahit 2 lapis
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
- Kulit dijahit subkutikuler

DIAGNOSIS AKHIR

P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsia

Pasien pindah ke ruang ICU untuk tindakan selanjutnya


PERAWATAN DI RUANG ICU
Tanggal Senin, 22 Februari 2021 pukul 18.00 WIB
S Pasien dari IGD dengan eklampsi, nyeri luka post operasi
O Tampak Sakit Sedang
Kes : DPO RR : 12x/i
TD : 127/80 mmHg Temp : 36.1oC
Nadi : 100 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  IVFD RL + oxytosin 20  Syr morfin 2 mg/jam
unit / 8 jam  E1 cefotaxim 2x1 gr
 Inj CaGluconas 1 gr  H1 dexamtason 4x10 mg
(ekstra)  Paracetamol 4x1 gr
 Inj omeprazole 2x40 mg  Syr propofol 100 mg/jam
 Nebu combiven II/8 jam  Syr lasix 2 mg/jam
 NAC 4x200 mg  Metildopa 3x500 mg

Tanggal Selasa, 23 Februari 2021 pukul 08.00 WIB


S Nyeri dibekas operasi (+), pasien tampak gelisah

12
O Tampak Sakit Sedang
Kes : E2M4V2 RR : 20 x/i
TD : 127/80 mmHg Temp : 36.7oC
Nadi : 102 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  IVFD RL + oxytocin 20  Syr propofol 100 mg/jam
unit/8 jam  Syr lasix 2 mg/jam
 Inj omeprazole 2x40 mg  Nebu combiven II/8 jam
 Syr morfin 2 mg/jam  NAC 4x200 mg
 E2 cefotaxim 3x1 gr  Metildopa 3x500 mg
 H2 dexametason 4x10  Inj metoclopramid 3x10 mg
mg
 Paracetamol 4x1 gr

Tanggal Rabu, 24 Februari 2021 pukul 08.00 WIB


S Nyeri bekas oprasi (+), pasien tampak gelisah, nafsu makan (-)
O Tampak Sakit Sedang
Kes : E3M6Vtube RR : 17 x/i
TD : 153/99 mmHg Temp : 36.9 oC
Nadi : 128 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  IVFD RL + oxytosin 20  H3 dexametason 2x10 mg
unit 500 cc/jam  E2 levofloxacin 1x750mg
 E3 cefotaxim 3x1 gr  Nebu combivent II/8 jam
 Metoclopramide 3x10mg  Methildopa 3x500 mg
 PCT 4x1 gr  NAC 4x200 mg
 OMZ 2x40 mg

Tanggal Kamis, 25 Februari 2021 pukul 08.00 WIB


S Nyeri dibekas operasi (+), batuk (+)
O Tampak Sakit Sedang
Kes : E4M6V4 RR :17 x/m
TD :110/80 mmHg Temp :36,9 oC
Nadi :76 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi

13
P  IVFD RL 500 cc/24jam  H4 dexametason 2x10 mg
 E3 cefotaxim 3x1 gr  E3 levofloxacin 1x750mg
 Metoclopramide 3x10mg  Nebu combivent II/8 jam
 PCT 4x1 gr  Methildopa 3x500 mg
 OMZ 2x40 mg  NAC 4x200 mg

Tanggal Jum’at, 26 Februari 2021 pukul 08.00 WIB


S Nyeri dibekas operasi (+)
O Tampak Sakit Sedang
Kes : E4M6V5 RR : 22 x/m
TD : 135/78 mmHg Temp : 35,8 oC
Nadi : 88 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  IVFD RL 500cc/24 jam  Methildopa 3x250 mg
 E5 cefotaxim 3x1 gr  PCT 4x750 mg
 E4 levofloxacin 1x750  Fluconadzol 2x150 mg
mg  Ambroxol 3x30 mg
 Nebu combiven II/8 jam  Ranitidin 2x150 mg
PASIEN PINDAH KE
BANGSAL NIFAS PADA
PUKUL 10.30 WIB

Tanggal Sabtu, 27 Februari 2021 pukul 08.00 WIB


S Nyeri bekas oprasi (+), batuk (+)
O Tampak Sakit Sedang
Kes : E4M6V5 RR : 17 x/i
TD : 130/90 mmHg Temp : 36.7 oC
Nadi : 82 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  IVFD RL 500 cc/jam  levofloxacin 1x750mg
 Nebu combivent
 cefotaxim 3x1 gr

14
 cefixime 2x100 mg
 nifedipin 2x10 mg

Tanggal Minggu, 28 Februari 2021 pukul 10.00 WIB


S Nyeri bekas operasi mulai berkurang
O Tampak Sakit Sedang
Kes : E4M6V5 RR : 19 x/i
TD : 130/90 mmHg Temp : 36.7 oC
Nadi : 82 x/menit
A P1A0H1 post SCTPP a/i eklampsi
P  Pasien sudah cek labor,
hasilnya sudah normal
dan pasien sudah bisa
pulang kerumah

BAB IV

DISKUSI DAN PEMBAHASAN KASUS


Telah didiagnosis seorang pasien perempuan berusia 24 tahun dengan
diagnosis G1P0A0H0 gravid preterm 35-36 minggu + Eklampsi. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
Pasien datang ke IGD RSUD M Natsir pada tanggal 22 Februari 2021 pukul
07.40 WIB dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 2 jam SMRS.
Pasien juga merasakan kejang sebanyak >2x SMRS, pandangan menjadi kabur,
nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada, keluar lendir bercampur darah dari
kemaluan tidak ada, keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada, pasien

15
belum mengalami pembukaan lengkap, muntah 2x SMRS, batuk ada, sesak nafas
ada, nyeri kepala ada sejak 1 hari SMRS. Hal ini menandakan adanya eklampsia.
Pada pemeriksaan obstetrikus, pemeriksaan luar didapatkan Leopold I: fundus
uteri teraba 3 jari dibawah proc xhypoideus teraba massa lunak dan noduler.
Leopold II: tahanan terbesar disebelah kanan, bagian kecil janin sebelah kiri.
Leopold III: teraba bulat keras ,terfiksir. Leopold IV : Konvergen. TFU 32 cm, his
(-), DJJ 70-80 x/menit, TBJ 3255 gram. Pada vaginal toucher tidak dilakukan.

Tindakan selanjutnya yang diambil untuk pasien ini adalah persalinan


perabdominal atau SCTPP. Karena persalinan pervaginam belum dapat dilakukan.

BAB V

KESIMPULAN
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba-
tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa
nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya

Ada banyak hal yang mempengaruhi terjadinya eklampsia, beberapa


diantaranya adalah usia ibu, paritas, usia kehamilan, jumlah janin, jumlah
kunjungan ANC, dan riwayat hipertensi. Eklamsia biasanya ditandai dengan
kejang yang dapat diikuti dengan kehilangan kesadaran atau koma. Selain itu, ada
gejala-gejala lain yang dapat dirasakan oleh para ibu hamil penderita eklamsia,

16
antara lain, kenaikan tekan darah, pengeluaran protein dalam urin, edema pada
tungkai dan wajah, gangguan penglihatan dan sakit kepala

Penatalaksanaan Eklampsia pertolongan pertama saat di IGD hindari


ransangan, Pasang spatula lidah, Bebaskan jalan napas, Beri : MgSO4 20% 4 g
(20 cc) I.V pelan-pelan atau MgSO4 40 % 8 g (10 cc) I.M ( 10 cc BoKa + 10 cc
BoKi ) Pasang infus D5% atau RL, Fiksasi badan di tempat tidur 15 – 30
menit. kirim ke upf obgyn eklampsia di upf obgyn. Pertolongan lanjut di kamar
bersalin atau ruang isolasi. Periksa dalam dan Pasang kateter menetap. Lanjutan
MgSO4 40 % 10 cc I.M tiap 6 jam, Bila kejang lagi ⇨ MgSO4 20 % 10 cc
I.V.Bila kejang lagi setelah 20’ berikan Pentothal 5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan
atau Amibarbital 3-5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan. Berikan obat-obat penunjang
(Antihipertensi,Antibiotik, Diuretik, Kardiotonik), Periksa lab darah, urin, liver
enzyme. Setelah terjadi stabilisasi 4-8 jam setelah mulai sadar terminasi
kehamilan tanpa memandang usia kehamilan dengan trauma seminimal
mungkin pada ibu belum inpartu.Pervaginam Induksi dengan pitosin +
Amniotomi. Sebaiknya bila Bishop skor> 8 Perabdominam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Andalas M, Ramadana AK, Rudiyanto R. EKLAMPSIA POSTPARTUM:


SEBUAH TINJAUAN KASUS. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2017
Apr;17(1):13-7.
2. Anggraeni W, Pramono BA. Analisis Faktor Risiko terhadap Luaran
Maternal dan Perinatal Pada Kasus Eklampsia di RSUP Dr Kariadi Tahun
2016-2017 (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro
University). 2017;7(1):28-4.

17
3. Lalenoh DC. Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana Anestesia
Perioperatif. Deepublish; 2018;2(1):12-1.
4. Rozikhan. Faktor-faktor Resiko Terjadinya Eklampsia di RS Soewondo
Kendal. Universitas Diponegoro. Semarang: 2007
5. Alpiansyah,angga, Rodiani. Primigravida hamil 37 minggu dengan
eklampsia antepartum. Fakultas kedokteran Universiatas Lampung:2017
6. Ika, Paulina, Mindo sinaga, H.A Fernandez. Faktor Resiko Kejadian Pre-
eklampsia Pada Ibu Hamil. Kupang:2015
7. Saifudin, Abdul Bari, Trijatmo Rachimhadhi, Wiknjosastro. Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi ke empat,cetakan ke lima.
Jakarta. 2016
8. Santoso, Budi Iman. Preeklampsia- Eklampsia. Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.2017
9. Istifadah, Nabila, Mussia, Nur Riska Rahmawati. Gambaran faktor resiko
penyebab preeklampsia/eklampsia pada ibu hamil. Jurnal Kesehatan Vol.3
NO.1. Jember:2013
10. Umar,Mareza Yolanda, Psiari Kusuma Wardani. Faktor- faktor yang
berhubungan dengan kejadian pre-eklampsia pada perempuan bersalin.
Jurnal Kesehatan 2(1):45-50. Jakarta: 2017
11. Sjahjadi, Novilla rezka. Impending Eklampsia dan Oedem Paru.
Pekanbaru:2017

18

Anda mungkin juga menyukai