Anda di halaman 1dari 11

Eklampsia adalah kelainan

akut pada ibu hamil, saat


hamil tua,
persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya
kejang atau
koma, dimana sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-
gejala
preeclampsia (hipertensi,
edems, proteinuri).
(Wirjoatmodjo, 2010).
Eklampsia merupakan serangan
konvulsi yang mendadak atau
suatu
kondisi yang dirumuskan
penyakit hipertensi yang
terjadi oleh
kehamilan, menyebabkan
kejang dan koma. (kamus
istilah medis,
2011).
Eklampsia adalah kelainan
akut pada ibu hamil, saat
hamil tua,
persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya
kejang atau
koma, dimana sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-
gejala
preeclampsia (hipertensi,
edems, proteinuri).
(Wirjoatmodjo, 2010).
Eklampsia merupakan serangan
konvulsi yang mendadak atau
suatu
kondisi yang dirumuskan
penyakit hipertensi yang
terjadi oleh
kehamilan, menyebabkan
kejang dan koma. (kamus
istilah medis,
2011).
LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMPSIA
A. TINJAUAN TEORI KASUS
1. PENGERTIAN
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2010). Eklampsia
merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan
penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma.
(kamus istilah medis, 2011).
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan demam, pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi,
odema, proteinuria. (obstetrik patologi, 2014).
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan demam, pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi,
odema, proteinuria. (obstetrik patologi, 2014).
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan demam, pada wanita hamil
dan wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi, odema, proteinuria. (obstetrik
patologi, 2014).
2. ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis Pre-eklampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut
“the disease of theories”.Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk
dapatmenerangkan terjadinya Pre-eklampsia adalah sebagai berikut:
1.Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan pada
anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda
asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh
ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim
tidak dipengaruhi oleh system imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon
imunologi dan terjadilah adaptasi. Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan
dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
3.Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan bahan
vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin
angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general,
termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang
meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas pada membrane
glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
4.Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas
merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat
reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua
elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak.
Sehingga electron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan
menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama
adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal
bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada membran
sel, sehingga radikal bebk sel Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada
kehamilan normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti
oksidan juga menurun.
5.Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah,melindungi pembuluh darah
agar tidak banyak terjaditimbunan trombosit dan menghindari
pengaruhvasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dariterbentuknya
radikal bebas yaitu peroksidase lemakatau proses oksidase asam lemak tidak
jenuh yangmenghasilkan peroksidase lemak asam jenuh. Pada eklamsiadiduga bahwa sel
tubuh yang rusak akibat adanya peroksidaselemak adalah sel endotel pembuluh darah.
Kerusakan endotelini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaituberupa
“glumerulus endotheliosis“. Gambaran kerusakanendotel pada ginjal yang sekarang
dijadikan diagnosa pastiadanya pre eklamsia.
6.Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivatprostaglandin dari asam
arakidonik secara seimbang yangaliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero
placentamenimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkanradikal bebas asam
lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaanishkemi regio utero placenta yang terjadi
menurunkanpembentukan derivat prostaglandin (tromboksan danprostasiklin), tetapi
kerusakan trombosit meningkatkanpengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1
denganprostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat danterjadi kerusakan
pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
7.Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 2 - 2½ gram per hari.Bila terjadi kekurangan-
kekurangan kalsium, kalsium ibuhamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
janin,kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkandikeluarkannya kalsium otot
sehingga menimbulkan sebagaiberikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot
dalamwaktu yang lama, maka akan menimbulkan kelemahankonstruksi otot jantung
yang mengakibatkan menurunnyastrike volume sehingga aliran darah menurun.
Apabilakalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akanmenyebabkan konstriksi
sehingga terjadi vasokonstriksi danmeningkatkan tekanan darah.
3. MANIFESTASI KLINIS
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu:kejang-kejang
atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat,meliputi :
1.Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpamelihat (pandangan kosong),
kelopak mata dan tangan bergetar,kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2.Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggamdan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, mukamulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsungkira – kira 20 – 30 detik.
3.Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktuyang cepat, mulut terbuka
dan menutup, keluar ludah berbusa,dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan
kongestidan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonikberhenti dan
penderita tidak sadar, menarik nafas, sepertimendengkur.
4.Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampaiberjam – jam.Kadang antara
kesadaran timbul serangan barudan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
b. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan diagnostic
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiogra

5.KOMPLIKASI
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1.Terhadap janin dan bayi.
a.Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga
terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
b.Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
c.Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel
darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.
2.Terhadap ibu
a.Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
b.Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
c.Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
d.Edema paru ‐ paru
e.Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnya.
f.Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma
HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari
setelah melahirkan.
g.Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.
h.Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang
pneumonia aspirasi, dan DIC.
i.Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
6. PATOFISIOLOGI
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang diduga berhubungan dengan berbagai
faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resistensi intra mural pada pembuluh
myometrium yang berikan dengan peninggian tegangan myometrium yang ditimbulkan oleh
janin yang besar pada primipara,anak kembar,atau hidraminion.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematocrit. Perubahan ini menyebabkan terjadinya penurunan perfusi ke organ,termasuk ke
uterus plasental fatal unit. Vasopasme merupakan dasar dari timbulnya eklampsia. Kontriksi
vaskuler menyebabkan restensi aliran darah dan timbulnya hipertensi atrial. Vasopasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dan sirkulasi prosesor. Eklampsia yang
berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
7. PENATALAKSANAAN
Penanganan Kejang :
a.Beri obat anti konvulsan
b.Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung
O2 )
c.Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d.Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e.Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
f.Beri oksigen 4-6 liter / menit
Penanganan Umum :
a.Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara
90/100 mmHg.
b.Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c.Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d.Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e.Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f.Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g.Pantau kemungkinan oedema paru
h.Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertaiaspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i.Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j.Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretic
k.Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l.Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti
dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien
akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4
m.Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian
dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
n.Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks
Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o.Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
p.Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2
gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2017, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC Corwin
Elizabeh.J.2017 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2018, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2017, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC Price,
Silvia A, 2016. Patofisiologi, νolume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai