5.KOMPLIKASI
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1.Terhadap janin dan bayi.
a.Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga
terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
b.Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
c.Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel
darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.
2.Terhadap ibu
a.Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
b.Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
c.Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
d.Edema paru ‐ paru
e.Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnya.
f.Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma
HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari
setelah melahirkan.
g.Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.
h.Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang
pneumonia aspirasi, dan DIC.
i.Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
6. PATOFISIOLOGI
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang diduga berhubungan dengan berbagai
faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resistensi intra mural pada pembuluh
myometrium yang berikan dengan peninggian tegangan myometrium yang ditimbulkan oleh
janin yang besar pada primipara,anak kembar,atau hidraminion.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematocrit. Perubahan ini menyebabkan terjadinya penurunan perfusi ke organ,termasuk ke
uterus plasental fatal unit. Vasopasme merupakan dasar dari timbulnya eklampsia. Kontriksi
vaskuler menyebabkan restensi aliran darah dan timbulnya hipertensi atrial. Vasopasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dan sirkulasi prosesor. Eklampsia yang
berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
7. PENATALAKSANAAN
Penanganan Kejang :
a.Beri obat anti konvulsan
b.Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung
O2 )
c.Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d.Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e.Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
f.Beri oksigen 4-6 liter / menit
Penanganan Umum :
a.Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara
90/100 mmHg.
b.Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c.Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d.Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e.Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f.Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g.Pantau kemungkinan oedema paru
h.Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertaiaspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i.Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j.Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretic
k.Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l.Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti
dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien
akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4
m.Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian
dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
n.Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks
Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o.Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
p.Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2
gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E, Doengoes, 2017, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC Corwin
Elizabeh.J.2017 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2018, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2017, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC Price,
Silvia A, 2016. Patofisiologi, νolume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.