Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN EKLAMPSIA

Nama : Faizal ikhsan

NIP : 198302242014071003
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

EKLAMPSIA

A. Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia
(hipertensi, edema, proteinuria). (Wirjoatmodjo, 2010).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu
kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi pada masa
kehamilan, menyebabkan kejang dan koma. (kamus istilah medis, 2011).
Eklampsia merupakan penyakit akut dengan kejang dan demam, pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi, edema,
proteinuria. (Obstetrik Patologi, 2014).
B. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Pre-eklampsia dan Eklampsia saat ini masih
belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah
sebabnya penyakit ini sering disebut “the diasease of theories”. Pada saat ini
hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Pre-
eklampsia adalah.
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering
ditemukan pada anak wanita dari ibu penederita pre-eklamsia.
2. Teori Imunologi
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis, janin yang
merupakan tanda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik
dapat diterima dan ditolak oleh ibu. Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila
janin dianggap bukan benda asing. Dan Rahim tidak dipengaruhi pleh
sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan
terjadilah adaptasi. Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam
adaptasi imunologi yang tidak terlalu kuat sehingga konsep tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Placenta
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan ischemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi,
menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan
peningkatan prduksi renin angiotensin dan aldosterone. Renin angiotensin
menimbulkan vaso konstriksi general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan arteriolar yang meningkatkan
sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksia kapiler dan pengangkatan pemeabilitas pada
membrane glumeurus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih
jauh.
4. Teori Tadikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ischemia placenta adalah radikal bebas.
Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolism oksigen yang
sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai
dengan adanya satu atau dual electron dan berpasangan. Radikal bebas
akan timbul bila ikatan pasangan electron rusak. Sehingga electron yang
tidak berpasangan akan mencari electron lain dari atom lain dengan
menimbulkan kerusakan sel. Pada eklamsia radil bebas bersumber utama
pada placenta. Karena placenta dala pre eklamsia mengalami ischemia.
Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak
dijumpai pada membrane sel, sehingga radikal bebas sel pada eklamsia
kadar lemak lebih tinggi dari pada kehamilan normal dan produksi radikal
bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi
pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan
menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan
kelanjutan dari berbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau
proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase
lemas asam. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh rusak akibat adanya
proksidase lemak adalah sel endotel pebuluh darah. Kerusakan endotel ini
sangat spesifik dijumpai pada glumeurus ginjal yaitu berupa “glumeurus
endotheliosis”. Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang
dijadikan diagnose pasti adanya pre eklamsia.
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivate prostaglandin dari
asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Iskhemi
region utero placenta menimbulkan gangguan metabolism yang
menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan
iskhemi region utero placenta yang terjadi menurunkan pembentukkan
derivate prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan
trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7:1
dengan prostasiklin yang menyebabkan darah karena gangguan sirkulasi.
7. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 2-2 ½
gram per hari. Bila terjadi
kekurangan kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memnuhi kebutuhan
janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya
kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan
dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama, maka akan
menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan
menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun. Apabila
kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan kontriksi
sehingga vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.

C. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat dibagi :
1. Eklampsia Gravidarum
a. Kejadian 50% sampai 60%
b. Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia Parturientum
a. Kejadian 30% sampai 33%
b. Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat
mulai inpartu
3. Eklampsia Puerperium
a. Kejadian jarang yaitu 10%
b. Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir
D. Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu : kejang-kejang
atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat Awal atau Aura (Invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke
kenan dank e kiri.
2. Stadium Kejang Tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium Kejang Klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dlam waktu yang sangat cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit.
Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung
1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas,
seperti mendengkur.
4. Stadium Koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang
antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma.
E. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu hamil dan janin. Usaha utama
adalah melahirkan bayi hidup ibu yang menderita eklampsia. Komplikasi di
bawah ini biasanya terjadi pada eklampsia.
1. Solusio Plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.
2. Hipofibrinogenemi
Pada eklampsia ditemukan 23% hipofibrinogenemia. Maka perlu dilakukan
pemerikasaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis
Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang dikenal karea icterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita
eklampsia dapat menerangkan icterus tersebut.
4. Pendarahan Otak
5. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia
6. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal
ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
7. Edema Paru-Paru
Zuspan (2008) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia,
hal ini disebabkan karena payah jantung.
8. Nekrosis Jantung
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tapi ternyata
juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati juga dapat
diketahui dengan pemerikasaan faal hati, terutama penentuan enzim-
enzimnya.
9. Sindroma HEELP
Merupakan haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
10. Kegagalan Ginjal
Kelainan ini berupa endotelisis glomeurus yaitu pembengkakan sitoplasma
sel endotelialtubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain
yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
11. Komplikasi Lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang,
pneumonia aspirasi, dan DIC (dessiminated Intravascular Coogulation).
12. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian intra-uterin.
F. Patofisiologi
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang diduga berhubungan
dengan berbagia faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra
mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian
tegangan miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara,
anak kembar atau hidraminion. Iskemia uterus plasenta mengakibatkan
timbulnya vasokontriksor yang bila memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin, angiostensin dan
aldosterone. Renin angiostensin menimbulakn vasokontriksi generalisata dan
semakin memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan
retensi air dan elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima pada
arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ, termasuk ke utero plasenta fatal unit.vasospasma merupakan dasar dari
timbulnya proses eklampsia. Kontruksi vascular menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasma dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating prosessors. Eklamsi
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfisi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
palsenta sehingga daapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan Kejang
a. Beri obat anti konvulsan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker
O2 dan tabung O2)
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Asprasi mulut dan tenggorokan
e. Baringkan pasien pada posis kiri, terndelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
f. Berikan oksigen 4-6 liter/menit
2. Penanganan Umum
a. Jika tekana diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih).
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric.
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml/jam.
f. Infus cairan diperhatikan/dipertahankan 1 1/8ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru.
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam.
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedama paru. Jika ada
oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic.
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside.
l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5
menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gram 1ml dengan 1 ml lignokain
2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu
pemeberian MgSO4.
m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m
setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau
kejang terakhir.
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal
16/menit. Reflex Patella (+), urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir.
o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan abnormal.
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas. Bantu dengan ventilator. Beri
kalsium glukonat 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan
sampai pernafasan mulai lagi.
H. Pathway
Peredaran darah dinding Rahim berkurang (ischemia Rahim)

Plasenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasma


(ischemia uteroplacenta) dan

Eklamsia

Kejang Vasokonstriksi Ginjal penurunan plasenta


dalam sirkulasi

Lidah berbuih Peningkatan renin peningkatan hematokrit


Angiostensin dan aldosterone
Penurunan perfusi ke
organ ke utero plasenta

Ketidakefetifan Odema
bersihan jalan nafas
Kelebihan Gangguan pertumbuhan
volume cairan plasenta

Risiko Resiko tinggi


cedar pada terjadinya
janin foetal distres
I. Pencegahan
Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang
aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan
penderita eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada
pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk
menghindarkan timbulnya kejangan ; penderita dalam hal ini dapat diberi
diazepam 20mg 1M. Selain itu, penderita harus disertai seseorang yang dapat
mencegah terjadinya trauma apabila terjadi serangan kejangan.
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan
mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan dieresis. Dalam pada itu,
pertolongan yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah mempertahankan
jalan pernapas pernapasan bebas, menghinda menghindarkan tergigitnya
lidah, pemberi pemberian oksigen, oksigen, dan menjaga agar penderita tidak
mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang
selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan beberapa obat,
misalnya:
a. Sodium pentotbal pentotbal sangat berguna untuk menghentikan kejangan
dengan segera bila diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini
mengandung bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya
dapat diberikan di rumah sakit dengan pengawasan yang sempurna dan
tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan resustitasi. Dosisi inisial dapat
diberikan sebanyak 0,2 – 0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan.
b. Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekatan saraf pusat pada hubungan
neuromuscular tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat
ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan
dieresis, dn menambah aliran darah ke uterus. Dosis inisial yang diberikan
ialah 8g dalam larutan 40% secara intramuscular; selanjutnya tiap 6 jam 4g,
dengan syarat bahwa refleks patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih
per menit, dieresis harus melebihi 17 600ml per hari; selain intramuskulus,
sulfas magnesikus dapat diberikan secara intravena; dosis inisial yang
diberikan adalah 4g 40% MgSO4 dalam larutan 10ml intravena secara
perlahan-lahan, diikuti 8g IM dan selalu disediakan kalsium gluakonas 1g
dalam 10 ml sebagai antidotum.
c. Lytic cocktail cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100
mg, dan prometazin 5o mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan
diberikan secara infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan
keadaan dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5
menit dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil,
pengukuran dapat dijarangkan menurut keadaan penderita. Sebelum
diberiak obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia harus
dihindarkan dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejangan,
seperti keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.
J. Asuhan Keperawatan Eklampsia
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
- Umur biasanya sering terjadi sering terjadi pada primi gravida primi
gravida , < 20 tahun 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu kesehatan ibu sekarang : sekarang : terjadi
peningkatan terjadi peningkatan tensi, oedema, tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu kesehatan ibu sebelumnya : sebelumnya :
penyakit g penyakit ginjal, anemia, injal, anemia, vaskuler vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda,
mola riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis : jenis makanan yang makanan yang dikonsumsi
baik dikonsumsi baik makanan pokok makanan pokok maupun
selingan
- Psiko sosial spiritual : spiritual : Emosi yang Emosi yang tidak stabil
d tidak stabil dapat menyebabkan apat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Data Objektif
- Inspeksi Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam
- Palpasi Palpasi : untuk mengetahui mengetahui TFU, letak janin,
lokasi edema
- Auskultasi Auskultasi : mendengarkan mendengarkan DJJ untuk
mengetahui mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks mengetahui refleks patella
patella sebagai sebagai syarat pemberian SM pemberian SM (  jika
refle  jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
 Tanda vital Tanda vital yang diukur dalam diukur dalam posisi
terbaring posisi terbaring atau tidur, atau tidur, diukur 2 diukur 2
kali dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri protein uri dengan kateter dengan
kateter atau midstream atau midstream ( biasanya biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala
kualitatif ), 28 kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan : peningkatannya peningkatannya lebih dari 1
kg/minggu
 Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran ; penurunan GCS penurunan
GCS sebagai tanda sebagai tanda adanya kelainan kelainan pada
otak
 USG ; untuk mengetahui mengetahui keadaan keadaan janin
 NST : untuk mengetahui mengetahui kesejahteraan kesejahteraan
janin
2. Diagnosa Keperawatan
a. kebersihan jalan nafas tidak nafas tidak efektifnya berhubungan
efektifnya berhubungan dengan peningkatan dengan peningkatan
produksi produksi saliva berlebih berlebih saat kejang
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin pada janin
berhubungan dengan berhubungan dengan perubahan pada plasenta
c. Risiko cedera pada janin berhubungan d berhubungan dengan tidak
adekuatnya adekuatnya perfusi perfusi darah ke placenta
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan ko cemas )
berhubungan dengan koping yang tidak ping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
3. Rencana Keperawatan

Perencanaan
No Dx. Kep Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
.
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan pas Anjurkan pasien
tidak efektifnya keperawatan diharapkan bersihan untuk ien untuk mengosongkan m
berhubungan d tidak jalan nafas maksimal. Dengan mengosongkan mulut dar ulut dari
efektifnya berhubungan ktiteria hasil : benda i benda atau zat atau zat
dengan peningkatan - Pasien akan mempertahankan tertentu atau alat yang lain untu
engan peningkatan pola pernafasan efektif dengan menghindari rahang mengatup jika
produksi produksi jalan nafas paten kejang terjadi. R/ menurunkan
saliva berlebih saat risiko aspirasi atau masuknya
berlebih saat kejang sesuatu benda asing ke faring.
- Letakkan pasien pada posisi
miring, permukaan datar,
miringkan kepala selama serangan
kejang. R/ meningkatkan aliran
secret, mencegah lidah jatuh dan
menyumbat  jalan na  jalan nafas
- Tanggalkan pakaian pada daerah
leher atau dada dan abdomen. R/
untuk memfasilitasi usaha bernafas
atau ekspansi dada
- Lakukan penghisapan sesuai
indikasi R/ menurunkan risiko
aspirasi atau aspiksia
- Berikan tambahan oksigen atau
ventilasi manual sesuai kebutuhan.
R/ dapat menurunkan hipoksia
cerebral.
2. Resiko tinggi terjadinya Setelah dilakukan tindakan - Monitor DJJ sesuai indikasi indikasi R/.
foetal distress pada perawatan Setelah dilakukan Peningkatan DJJ sebagai indikasi
janin berhubungan tindakan perawatan selama 3 x terjadinya hipoxia, prematur dan
dengan perubahan pada selama 3 x 24 jam tidak terjadi solusio plasenta

plasenta foetal distress tidak terjadi foetal - Kaji tentang tentang pertumbuhan
distress pada janin. Dengan Kriteria pertumbuhan janin R/. Penurunan
Hasil : fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi
- DJJ (+); 12-12-12 sehingga timbul IUGR
- Hasil NST : Normal - Jelaskan adanya Jelaskan adanya
- Hasil USG : Normal tanda-tanda solutio tanda-tanda
solutio plasenta ( plasenta ( nyeri
perut, perdarahan, rahim
perdarahan, rahim tegang, aktifitas
janin turun ) R/. Ibu dapat
mengetahui tanda dan gejala
solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
- Kaji respon janin pada janin pada
ibu yang diberi yang diberi SM R/.
Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
- Kolaborasi dengan medis dalam
medis dalam pemeriksaan USG
pemeriksaan USG dan NST R/.
USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
3. Risiko cedera pada Setelah dilakukan tindakan perawatan - Istirahatkan ibu R/ dengan
janin berhubungan selama …x.. diharapkan agar cedera mengistirahatkan ibu diharapkan
berhubungan dengan tidak terjadi pada janin. Dengan metabolism tubuh menurun dan
tidak adekuatnya Kriteria Hasil : peredaran darah ke placenta
adekuatnya perfusi - Tidak terjadinya cedera pada menjadi adekuat, sehingga
perfusi darah ke janin kebutuhan O2 untuk janin dapat
placenta, hipoksia dipenuhi
jaringan - Anjurkan Anjurkan ibu agar tidur
miring ke kiri R/ dengan tidur
miring ke kiri diharapkan vena
cava dibagian kanan tidak tertekan
oleh uterus yang membesar
sehingga aliran darah ke placenta
menjadi lancer
- Pantau tekanan tekanan darah ibu
R/ untuk mengetahui keadaan
aliran darah ke placenta seperti
tekanan darah tinggi, aliran darah
ke placenta berkurang, sehingga
suplai oksigen ke janin berkurang.
- Memantau bunyi jantung jantung
ibu R/ dapat mengetahui keadaan
jantung janin lemah atau
menurukan menandakan suplai O2
ke placenta berkurang sehingga
dapat direncanakan tindakan
selanjutnya.
- Beri obat hipertensi hipertensi
setelah setelah kolaborasi
kolaborasi dengan dokter R/ dapat
menurunkan tonus arteri dan
menyebabkan penurunan after load
jantung  jantung dengn vasodilatasi
pembulu pembuluh darah, sehingg
sehingga tekanan tekanan darah
turun. Dengan menurunnya
tekanan darah, maka aliran darah
ke placenta menjadi adekuat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Marilynn E, Doengoes, 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
Jakarta: EGC Corwin Elizabeh.J. 2009 Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. E disi 9 Alih bahasa Tim penerbit PSIK UNPAD,
Jakarta: EGC
2. Mansjoer, Arif dkk, 2010, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Carpenito, Lynda Juall, 2011, Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi, Jakarta: EGC
4. Price, Silva A, 2016. Patofisiologi, valume 2, Jakarta: Buku
Kedoketeran: EGC

Anda mungkin juga menyukai