Anda di halaman 1dari 13

Departemen Keperawatan Gawat Darurat

Stikes Panakkukang Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


EKLAMSIA GRAVIDARUM DI RUANG IGD OBGYN
RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH :

ASLIFA 17.04.056
CICI MUHTAR 17.04.057
EKAWATI 17.04.058
EMMI ARIANI 17.04.059
HARBIANI 17.04.061
NURUL MUSFIRAH 17.04.099
ARHAM 17.04.055
AHMAD ALFIAN 17.04.052

CI.LAHAN CI.INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI PROFESI NERS
T.A 2018
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFISISI
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa
nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo
2014).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk
menjadi kejang (helen varney;2013).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang
dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan
koma, (kamus istilah medis 2011).
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada
wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan 2010).

B. KLASIFIKASI EKLAMSIA
Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling
sering terjadi),
a) kejadian 15% sampai 60 %
b) serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
a) Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
b) Saat sedang inpartu
c) Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
a) Kejadian jarang
b) Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

C. ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum
sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini
sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat
diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi,
genetik, penyakit pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang
berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri
spiralis pada awal trimester satu dan dua.

D. PATOFISIOLOGI
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron
yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan
natrium. Serta pada eklampsia parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi
gawat janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan
tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia,
sehingga mudah terjadi pada partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah
dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air.
Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat
filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal
penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi
glomerulus akibat spasmus arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi
glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan dieresis turun
pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa
arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan
berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan
ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini
disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau
dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi
pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada
eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan
menurun.
Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya
terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini,
diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema,
menyebabkan volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu
peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh
berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang,
sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan penyakit
dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga
menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga
natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas
natrikus. Dengan demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup
bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang
ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.

E. MANIFESTASI KLINIS
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang
atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan
kosong ), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka
dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka
kelihatan kongesti dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti
dan penderita tidak sadar, menarik nafas, seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1. Terhadap janin dan bayi.
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah
sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat
terlepas.
b. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas
membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin.
Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah
100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita
eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
d. Edema paru – paru
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol
umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,
peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel
sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester
dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat
timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -
kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
i. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah rutin
b) Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan diagnostik
a) Ultrasonografi
b) Elektrokardiograf

H. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
1. Penanganan Kejang :
a) Beri obat anti konvulsan
b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2
dan tabung O2 )
c) Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d) Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e) Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi
f) Beri oksigen 4-6 liter / menit
2. Penanganan Umum :
a) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic
diantara 90-100 mmHg.
b) Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d) Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e) Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g) Pantau kemungkinan oedema paru
h) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin.
i) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru
hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
k) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit.
Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril
yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4
m) Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam
kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
n) Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit.
Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o) Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
p) Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium
glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan
mulai lagi.

I. PENCEGAHAN
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre
eklamsia. Perlu diwaspadai pada wanita hamil dengan adanya faktor-faktor predisposisi.
Walaupun timbulnya pre eklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya
dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan
yang baik pada wanita hamil (Prawirohardjo S, 2012). Mencegah kejadian pre eklamsia
ringan dan mencegah pre eklamsia bertambah berat dengan :
1. Diet Makanan
Makan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Dengan
makanan empat sehat lima sempurna dengan tambahan 1 telur per hari untuk
meningkatkan jumlah protein.
2. Cukup Istirahat
Dengan tirah baring 2 x 2 jam per hari miring ke kiri, untuk mengurangi tekanan
darah pada vena cava inferior, meningkatkan aliran darah vena dengan tujuan
meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan placenta sehingga menurunkan
iskhemia placenta.
3. Pengawasan antenatal selama hamil dengan menilai adanya pre eklamsia dan kondisi
janin dalam rahim dengan ; pemantauan tinggi fundus uteri, pemeriksaan janin
dalam rahim, denyut jantung janin, dan pemantauan air ketuban, usulkan untuk
melakukan USG.
4. Penderita berobat jalan dengan nasehat : segera datang bila terdapat tanda-tanda :
kaki bertambah berat  oedem, gerakan janin terasa kurang, kepala pusing dan mata
makin kabur.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
a. Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya.
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
2. Data Obyektif :
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU (Tinggu Fundus Uteri), letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )
e. Pemeriksaan penunjang ;
 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid
biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin bisa muncul (Nanda, 2015) :
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
2. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
3. Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
4. Resiko terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir.
Intervensi :
a. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
b. Jelaskan penyebab nyerinya
R/ Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
c. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/ Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
d. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
2. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
b. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptif
c. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
d. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
3. Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (
vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
Intervensi :
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi
dari PIH
b. Catat tingkat kesadaran pasien
R/ Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
d. R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,
jantung dan paru yang mendahului status kejang
e. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uteru
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi Monitor DJJ
sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
4. Resiko terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
Intervensi :
1) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
2) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
3) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
4) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
keadaan/kesejahteraan janin
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2014, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC


Corwin Elizabeh.J.2012 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
PSIK UNPAD, Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif dkk, 2013, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran penerbit Universitas Indonesia

Carpenito,Lynda Juall, 2011 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC

Price, Silvia A, 2010. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2010

Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk
pendidikan bidan , Jakarta EGC 2011

Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi
Subekti, Jakarta EGC 2009.

Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Tim.

Anda mungkin juga menyukai