Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

EKLAMPSIA

DISUSUN OLEH:

KHARISMA WARDANI SATYASHANDY

NIM. P17321195008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN 2019
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia
(hipertensi, edemA, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2010).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu
kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan,
menyebabkan kejang dan koma. (kamus istilah medis, 2011).
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan demam, pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi, odema,
proteinuria. (obstetrik patologi, 2014).

2. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Pre-eklampsia dan Eklampsia saat ini
masih belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi,
itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada
saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan
terjadinya Pre-eklampsia adalah sebagai berikut:
a. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih
sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang
merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara
imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat
diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim
tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi
modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia
terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang
tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
c. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero
placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai
sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini
mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan
aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general,
termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan
anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin
vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan
peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga
menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
d. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas.
Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen
yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal
bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan berpasangan.
Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak.
Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain
dari atom lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia
sumber radikal bebas yang utama adalah placenta, karena placenta
dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan bekerja
pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada membran sel,
sehingga radikal bebas merusak sel Pada eklamsia kadar lemak lebih
tinggi daripada kehamilan normal, dan produksi radikal bebas
menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun.
e. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi
pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan
menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan
kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak
atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan
peroksidase lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel
tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel
pembuluh darah. Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada
glumerulus ginjal yaitu berupa “glumerulus endotheliosis“. Gambaran
kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti
adanya pre eklamsia.
f. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin
dari asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin.
Ishkemi regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme
yang menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh.
Keadaan ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan
pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin),
tetapi kerusakan trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan
sehingga berbanding 7 : 1 dengan prostasiklin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat dan terjadi kerusakan pembuluh darah
karena gangguan sirkulasi.
g. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 2 - 21⁄2 gram per hari. Bila
terjadi kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium
yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot
sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan dikeluarkannya
kalsium dari otot dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan
kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan menurunnya
strike volume sehingga aliran darah menurun. Apabila kalsium
dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi
sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.

3. Patofisiologi
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga
berhubungan dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan
resisitensi intra mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan
peninggian tegangan miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar
pada primipara, anak kembar atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor
yang bila memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan
ini mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan aldosteron.
Rennin angiostensin menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin
memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air
dan elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

4. Klasifikasi
a) Berdasarkan waktu terjadinya, eksklampsia dapt dibagi:
1. Eklampsia gravidarum
a. Kejadian 50% sampai 60%
b. Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum
a. Kejadian sekitar 30% sampai 35%
b. Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat
mulai inpartu
3. Eklampsia puerperium
a. Kejadian jarang yaitu 10%
b. Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
b) Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu:
kejang-kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat,
meliputi :
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar
ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan
sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira – kira 20 – 30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat
tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.Setelah
berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak
sadar, menarik nafas, seperti mendengkur. 4. Stadium koma. Lamanya
ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma.

5. Penatalaksanaan
1. Penanganan Kejang :
a. Beri obat anti konvulsan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka,sedotan,
masker O2 & tabung O2)
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
2. Penanganan Umum :
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai
tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada
oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%,
selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml
lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar
panas sewaktu pemberian MgSO4
m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m
setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan
atau kejang terakhir
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal
16 / menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam
terakhir
o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan abnormal.
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator.
q. Beri kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-
lahan sampai pernafasan mulai lagi.

B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN


a. Konsep manajemen asuhan varney (Konsep saja secara umum 7 langkah
varney) menurut Muslihatun (2011) :
a) Langkah 1. Pengkajian data
Data yang harus dikumpulkan pada ibu hamil, meliputi :
biodata/identitas baik ibu maupun suami, data subjektif dan data
objektif, yang terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul dan
pemeriksaaan laboratorium/penunjang lainnya. Biodata yang
dikumpulkan dari ibu dan suaminya meliputi : nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap.
 Data subjektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan , meliputi:
1. Riwayat perkawinan, terdiri atas : status perkawinan,
perkawinan ke, umur ibu saat perkawinan dan lama
perkawinan.
2. Riwayat menstruasu, meliputi HPHT, siklus haid, perdarahan
pervaginam dan flour albus.
3. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi : riwayat ANC, gerakan
janin, tanda-tanda bahaya atau penyulit, keluhan utama, obat
yang dikonsumsi, termasuk jamu, kkhawatiran ibu.
4. Riwayat obstetri (Gravida (G), Para(P), Abortus(Ab), Anak
hidup (Ah)), meliputi perdarahan pada kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu, BB lahir bayi <2500 gram atau >400 gram
serta masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu.
5. Riwayat keluarga berencana, meliputi : jenis metode yang
dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan
berhenti, keluhan/alasan berhenti.
6. Riwayat kesehatan/penyakit ibu dan keluarga, meliputi :
penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi,
hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS.
7. Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan
8. Imunisasi TT
9. Pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi : pola nutrisi
(makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal
hygiene, aktifitas dan istirahat.
10. Riwayat psikososial, meliputi pengetahuan dan respon ibu
terhadap kehamilan dan kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah
keluarga dirumah, respon keluarga terhadap kehamilan,
dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan.
 Data objektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan, meliputi :
1. Pemeriksaan ibu hamil
1) Keadaan umum : tingkat energi, keadaan emosi dan postur
badan ibu selama pemeriksaan, TB dan BB.
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, frekuensi
denyut nadi dan pernafasan.
3) Kepala dan leher : edema wajah, cloasma gravidarum,
mata(kelopat mata pucat, warna sklera), mulut (rahang
pucat, kebersihan, keadaan gigi (karies, karang, tonsil),
leher : pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe.
4) Payudara : bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting susu, kolostrum atau cairan lain, retraksi,
massa dan pembesaran kelenjar limfe.
5) Abdomen : adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra,
strie gravidarum), tinggi fundus uteri dengan tangan jika
usia kehamilan lebih dari 12 minggu, dan dengan pita
ukuran jika usia lebih dari 22 minggu. Palpasi abdomen
untuk mengetahui lerak, presentasi, posisi (usia kehamilan
lebih dari 28 minggu), dan penurunan kepala janin (usia
kehamilan lebih dari 36 minggu), DJJ janin dengan
fetoskop jika usia kehamilan lebih dari 18 minggu.
6) Ekstremitas : edema tangan dan kaki, pucat pada kuku jari,
varises, reflek patella.
7) Genetalia : luka, varises, kondiloma, cairan (warna,
konsistensi, jumlah, bau), keadaan kelenjar bartholini
(pembengkakan, cairan kista), nyeri tekan, hemoroid, dan
kelainan lain.
8) Inspekulo : keadaan serviks (cairan/darah, luka,
pembukaan), keadaan dinding vagina (cairan/darah, luka).
9) Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adakah
dilatasi dan nyeri tekan/goyang. Palpasi uetrus untuk
mennetukan ukuran, bentuk dan posisi, monilitas, nyeri,
adanya masa (pada trimester 1 saja)
10) Punggung, danaya kelainan bentuk atau tidak.
11) Kebersihan kulit.
b) Langkah 2. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah
Mengidentifikasi masalah dari data yang ada untuk menentukan
diagnosa yang akurat yang terdiri dari diagnosa, masalah dan
kebutuhan. Interpretasi data diperoleh dari pengkajian data dasar
pasien.
c) Langkah 3. Mengidentifikasi Diagnosa Dana Masalah Potensial.
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial. Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah ada teridentifikasi.
d) Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera.
Diperlukan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasrakan kondisi pasien. Langkah ini sebagai
cerminan keseimbngan dari proses manajemen kebidanan.
e) Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh.
Langkah ini ditentukan oleh hasil pengkajian data pada langkah
sebelumnya. Jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa
dilengkapi. Juga bisa mencerminkan rasional yang benar/valid.
Pengetahuan teori yang slaah atau tidak memadai atau suatu data dasar
yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan menghasilkan asuhan
pasien yang tidak cukup dan berbaya.
f) Langkah 6. Pelaksanaan perencanaan.
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini
sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh
petugas kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melaksanakan seluru
asuhan sendiri, tetapi bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memantau rencanya benar-benar
terlaksana).
Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena
adanya komplikasi. Manajemen yang efisien berhubungan dengan
waktu, biaya serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua
rencana telah dilaksanakan.
g) Langkah 7. Evaluasi.
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah
teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah. Pelaksanaan rencana
asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila anak menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik, terjadinya
pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan kelompok usia
dan ukuran fisik sesuai dengan batasan ideal anak.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
terlaksanan dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif.
Langkah – langkah proses manajemen umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
menejemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik.
Manajemen kebidanan yang terdiri atas 7 langkah ini
merupakan proses berfikir dalam mengambil keputusan klinin dalam
memberikan asuha kebidanan yang dapat diaplikasikan/diterapkan
dalam setiap situasi.

b. Pendokumentasian secara SOAP (mengarah pada kasus)


Nama Ibu/suami : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta
mencegah kekeliruan.
Umur : menentukan prognosis kehamilan. Jika umur
terlalu lanjut atau terlalu muda, maka
persalinan lebih banyak resikonya. Usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35
tahun.
Agama : Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan
penderita yang berkaitan dengan ketentuan
agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat
ketika memberi pertolongan dan perawatan
dapat diketahui dengan siapa harus
berhubungan, misalnya dengan agama Islam
memanggil ustad dan sebagainya.
Pendidikan : Mengetahui tingkat pengetahuan untuk
memberi konseling sesuai pendidikannya.
Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat
berperan dalam kualitas perawatan bayinya dan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan.
Alamat : Mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama.
Alamat diperlukan bila mengadakan kunjungan
rumah.
Cara Masuk :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama : Keluhan yang sering terjadi pada saat
kehamilan trimester III adalah suami mengatakan ibu ibu kejang 2
menit yang lalu sebelum terjadi kejang ibu mengeluh nyeri kepala
hebat, pandangan kabur dan nyeri ulu hati.
2. Riwayat Menstruasi : Data yang dikumpulkan mencangkup
siklus haid, lamanya, HPHT, dan keluhan. HPHT ibu tanggal 24
September 2018, TP tanggal 1 Juli 2019.
3. Riwayat hamil ini
a. Trimester I : berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya
kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama
hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
b. Trimester II : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali,
keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE
yang didapat. Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia
berapa merasakan gerakan janin (gerakan pertama fetus pada
primigravida dirasakan pada usia 18 minggu dan pada
multigravida 16 minggu), serta imunisasi yang didapat.
c. Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali,
keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE
yang didapat.
d. Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih dahulu ditentukan
status kekebalan / imunisasinya. Ibu hamil yang belum pernah
mendapatkan imunisasi maka statusnya T0, jika telah
mendapatkan interval minimal 4 minggu atau pada masa
balitanya telah memperoleh imunisasi DPT sampai 3 kali
maka statusnya adalah T2, bila telah mendapat dosis TT yang
ke tiga (interval minimal dari dosis ke 2) maka statusnya T3,
status T4 didapat bila telah mendapatkan 4 suntikan dosis
(interval minimal 1 tahun dari dosis ke 4).
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
a. Kehamilan
Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan
seperti hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat,
pandangan kabur, dan bengkak-bengkak ditangan dan wajah.
b. Persalinan
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau premature,
perdarahan atau tidak dan ditolong oleh siapa. Jika wanita
pada kelahiran terdahulu melahirkan secara bedah sesar,
untuk kehamilan saat ini mungkin melahirkan pervaginam.
Keputusan ini tergantung pada lokasi insisi di uterus, jika
insisi uterus berada dibagian bawah melintang, bukan
vertikal maka bayi diupayakan untuk dikeluarkan
pervaginam.
c. Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang-kejang, dan laktasi.
Kesehatan fisik dan emosi ibu harus diperhatikan.
5. Riwayat kesehatan pnyakit yang pernah diderita.
Selama hamil, ibu dan janin dipengaruhi oleh kondisi medis /
sebaliknya. Kondisi medis dapat dipengaruhi oleh kehamilan.
Bila tidak diatasi dapat berakibat serius bagi ibu. Hipertensi dapat
mempredisposisikan pada trombosit vena profilasi dan
selanjutnya embolisme paru. Kondisi lain seperti asma, epilepsi,
infeksi memerlukan pengobatan dan dapat menimbulkan efek
samping pada janin. Komplikasi media utama seperti DM,
jantung memerlukan keterlibatan dan dukungan spesialis medis.
6. Riwayat penyakit keluarga (ayah, ibu, mertua) yang pernah
menderita sakit.
Informasi tentang keluarga pasien penting untuk mengidentifikasi
wanita yang beresiko menderita penyakit genetik yang dapat
mempengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi
yang menderita penyakit genetik
7. Status perkawinan
Ditanya menikah atau tidak, berapa kali menikah, usia pertama
menikah dan berapa lama menikah. Apabila ibu maupun bapak
menikah lebih dari satu kali ditanyakan alasan kenapa dengan
pernikahan yang terdahulu sampai berpisah.
8. Riwayat psiko sosial ekonomi.
a. Respon ibu terhadap kehamilan ini
Dalam mengkaji data ini, dapat ditanyakan langsung
kepada klien mengenai bagaimana perasaannya terhadap
kehamilannya dan penerimaan terhadap kehamilannya.
b. Pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan
Data ini dapat diperoleh dari beberapa pertanyaan yang
diajukan kepada pasien mengenai perawatan kehamilan. Hal
ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pasien
mengetahui tentang perawatan kehamilan dan perawatan
bayinya kelak.
c. Respon keluarga terhadap kehamilannya ini
Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap
kehamilan ibu akan sangat berpengaruh terhadap
kenyamanan psikologis ibu.
d. Budaya dan tradisi setempat
Untuk mendapatkan data ini, bidan sangat perlu
melakukan pendekatan terhadap keluarga pasien teruama
orangtua. Hal ini biasanya berkaitan dengan masa hamil
seperti pantangan makanan. Banyak warga masyarakat dari
berbagai kebudayaan percaya akan hubungan asosiatif antara
suatu bahan makanan menurut bentuk atau sifatnya, dengan
akibat buruk yang ditimbulkannya. Hal ini mendorong
timbulnya kepercayaan untuk memantang jenis-jenis
makanan yang dianggap dapat membahayakan kondisi ibu
atau bayi dalam kandungannya.
Sebagian masyarakat Jawa sering menitik
beratkan aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan,
sehingga didalam adat istiadat mereka terdapat berbagai
upacara yang cukup rinci. Biasanya upacara dimulai sejak
usia ketujuh bulan (mitoni).
9. Pola makan/minum/eliminasi/istirahat.
a. Pola nutrisi
Ini penting untuk diketahui untuk mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil. Dengan menggali dari pasien tentang makanan
yang disukai dan yang tidak disukai, seberapa banyak ia
mengkonsumsinya. Sehingga jika diperoleh data yang tidak
sesuai dengan standar pemenuhan, maka kita dapat
memberikan klarifikasi dalam pemberian pendidikan
kesehatan mengenai gizi ibu hamil.
Beberapa hal yang perlu kita tanyakan pada pasien
berkaitan dengan pola makan adalah apa saja yang dimakan
setiap hari, frekuensi makan ibu, pantangan makanan, alergi
makanan. Kita juga harus dapat memperoleh data tentang
kebiasaan pasien dalam memenuhi kebutuhan cairannya.
Energi 2300 kkal, protein 65 gram, kalsium 1,5
gram/hari (trimester akhir membutuhkan 30-40 gram), zat
besi rata-rata 3,5 mg/hari, fosfor 2 gr/hari dan vitamin A 50
gram. Dapat diperoleh dari 3x makan dengan komposisi 1
entong nasi, 1 potong daging/telur/tahu/tempe, 1 mangkuk
sayuran dan satu gelas susu dan buah. (Sulistyawati, Ari
2009).
b. Pola istirahat
Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup baik siang
maupun malam untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan
bayinya, kebutuhan istirahat ibu hamil : malam ±8-10
jam/hari, siang ±1-2 jam/hari. (Sulistyawati, Ari 2009).
c. Pola eliminasi
BAB pada trimester III mulai terganggu, relaksasi umum
otot polos dan kompresi usus bawah oleh uterus yang
membesar. Sedangkan untuk BAK ibu hamil trimester III
mengalami ketidaknyamanan yaitu sering kencing.
(Sulistyawati, Ari 2009).
d. Pola aktivitas
Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun
tidak terlalu lelah dan berat karena dikhawatirkan
mengganggu kehamilannya, ibu hamil utamanya trimester I
dan II membutuhkan bantuan dalam melakukan akivitas
sehari-hari agar tidak terlalu lelah. Kelelahan dalam
beraktivitas akan banyak menyebabkan komplikasi pada
setiap ibu hamil misalnya perdarahan dan abortus.
(Sulistyawati, Ari 2009).
e. Pola seksual
Pada trimester III tidak boleh terlalu sering dan hati-hati
karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan
persalinan premature. (Sulistyawati, Ari 2009).
f. Personal hygiene
Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan diri diantaranya adalah mandi, keramas,
mengganti baju dan celana dalam serta kebersihan kuku.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik/tidak, cemas/tidak, untuk


mengetahui keadaan umum pasien
secara keseluruhan. (Sulistyawati, Ari
2009).
Keasadaran : Composmentis/apatis/letargis/somnolen.
(Sulistyawati, Ari 2009).
TD : Tekanan Darah ibu harus diperiksa
setiap kali pemeriksaan kehamilan.
Tekanan diastolik merupakan indikator
untuk prognosis pada penanganan
hipertensi dalam kehamilan. (Kusmiyati,
Yuni 2011 : 49). Tekanan darah
dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90
mmHg. Bila tekanan darah meningkat,
yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih,
dan/atau diastolik 15 mmHg atau
lebih, kelainan ini dapat berlanjut
menjadi pre-eklamsi dan eklamsi jika
tidak ditangani dengan cepat.
(Romauli, 2011).
BB/TB : Ditimbang tiap kali kunjungan untuk
mengetahui penambahan berat badan
ibu. Normalnya penambahan berat
badan tiap minggu adalah 0,50 Kg.
Tinggi badan merupakan ukuran
antropometrik ke dua yang penting.
Tinggi badan hanya menyusut pada usia
lanjut, oleh karena itu tinggi badan
dipakai sebagai dasar perbandingan
terhadap perubahan-perubahan relative
seperti nilai berat dan lingkar lengan
atas. Mengukur tinggi badan bertujuan
untuk mengetahui tinggi badan ibu dan
membantu menegakkan diagnosis.
Mengukur tinggi badan dapat berfungsi
juga untuk mengetahui indeks masa
tubuh dari ibu hamil. Tinggi badan <145
cm (resiko meragukan, berhubungan
dengan kesempitan panggul
Nadi : Dalam keadaan santai denyut nadi ibu
sekitar 60-80x/menit. Denyut nadi
100x/menit atau lebih dalam keadaan
santai merupakan pertanda buruk.
(Romauli, 2011).
Pernafasan : Untuk mengetahui fungsi system
pernafasan. Normalnnya 16-24 x/menit.
(Romauli, 2011).

2. Pemeriksaan fisik
a) Mata : Konjungtiva pucat menandakan anemia
pada ibu yang akan mempengaruhi
kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan,
sklera ikterus perlu dicurigai ibu mengidap
hepatitis. (Romauli, 2011).
b) Mulut : Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering
tanda dehidrasi, sariawan tanda ibu kurang
vitamin C. Karies gigi menandakan ibu
kekurangan kalsium. Saat hamil terjadi
karies yang berkaitan dengan emesis,
hyperemesis gravidarum (Romauli, 2011).
c) Leher : Adanya pembesaran kelenjar tyroid
menandakan ibu kekurangan iodium,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kretinisme pada bayi dan bendungan vena
jugularis/tidak. (Romauli, 2011).
d) Dada : Mengetahui ada tidaknya benjolan atau
massa pada payudara. Memeriksa bentuk,
ukuran, simetris atau tidak. Putting susu
pada payudara menonjol, datar atau masuk
ke dalam
e) Panggul : Distansia spinarum : normal 24-26 cm,
Distansia kristarum : normal 28-30 cm,
Boudelouge normal ± 18 cm, Lingkar
panggul : normal 80-100 cm.
f) Ekstremitas atas dan bawah
Adanya varises sering terjadi karna kehamilan berulang dan
bersifat herediter, edem tungkai sebagai tanda kemungkinan
terjadinya preeklamsi, bendungan kepala sudah masuk PAP
dan tekanan pada kava inverior
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
1. Palpasi

Tujuan : a)Untuk mengetahui umur kehamilan.


b)Untuk mengetahui bagian-bagian janin.
c)Untuk mengetahui letak janin.
d)Janin tunggal atau tidak.
e)Sampai dimana bagian terdepan janin masuk
kedalam rongga panggul.
f) Adakah keseimbangan antara ukuran kepala dan
janin.
g) Untuk mengetahui kelainan abnormal ditubuh.
Pemeriksaan abdomen pada ibu hamil meliputi :
(1) Leopold I
Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan
28 minggu :1/3 di atas pusat atau 3 jari diatas pusat
32 minggu : pertengahan antara pusat dan procesus
Xyphoideus
36 minggu : setinggi procesus xyphoideus
40 minggu : Dua jari (4 cm) di bawah px

Tanda kepala : keras, bundar, melenting.


Tanda bokong : lunak, kurang bundar, kurang melenting.
(2) Leopold II
Normal : Teraba bagian panjang, keras seperti papan
(punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain
teraba bagian kecil janin.
Tujuan : Untuk mengetahui batas kiri atau kanan pada uterus
ibu, yaitu punggung pada letak bujur dan kepala
pada letak lintang. (Romauli, 2011).
(3) Leopold III
Normal : Pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat,
keras dan melenting (kepala janin).
Tujuan : Mengetahui presentasi/bagian terbawah janin yang
ada di sympisis. (Romauli, 2011).
(4) Leopold IV
Posisi tangan masih bisa bertemu, dan belum masuk PAP
(konvergen), posisi tangan tidak bertemu dan sudah
masuk PAP (divergen).
2. Auskultasi
Normalnya terdengar denyut jantung dibawah pusat ibu
(dibagian kiri atau bagian kanan). Mendengarkan denyut
jantung bayi meliputi frekuensi dan keteraturannya. DJJ
dihitung selama 1 menit penuh. Jumlah DJJ normal antara
120-160x / menit.
3. Perkusi :
Reflek patella normalnya tungkai bawah akan bergerak
sedikit ketika tendon diketuk. Bila gerakannya berlebihan
dan cepat, maka hal ini mungkin merupakan preeklamsia.
Bila reflek patella negatif kemungkinan pasien mengalami
kekurangan vitamin B1.
4. Pemeriksan laboratorium.
a) Pemeriksaan Laboratorium Darah
(1) Pemeriksaan Haemoglobin
Untuk mengetahui kadar Haemoglobin (Hb) dalam
darah dan menentukan derajat anemia. Pemeriksaan
minimal dilakukan dua kali selama hamil, yaitu pada
trimester UK 12 minggu dan trimester III UK 27 minggu.
Dengan memakai alat Sahli, kondisi Haemoglobin dapat di
golongkan sebagai berikut :
Hb 11 gr % : tidak anemia.
Hb 9-10 gr % : anemia ringan.
Hb 7-8 gr % : anemia sedang.
Hb <7 gr % : anemia berat.
(2) Pemeriksaan golongan darah
b) Pemeriksaan Laboratorium Urine
(1)Pemeriksaan albumin
Dilakukan pada kunjungan pertama kehamilan dan pada
kunjungan trimester III UK 27 minggu. Tujuannya untuk
mengetahui ada tidaknya albumin dalam urin dan berapa
kadarnya.
(2)Pemeriksaan reduksi
Untuk mengeahui kadar glukosa dalam urin, dilakukan pada
waktu kunjungan pertama kehamilan. Pemeriksaan reduksi
yang sering digunakan yaitu dengan metode Fehling.
C. ANALISA/INTERPRETASI DATA
Ny S G4P3A0 UK 32 minggu janin tunggal/hidup/intrauterin dengan
eklampsia.

D. PENATALAKSANAAN
1. Beritahu keluarga hasil pemeriksaan ibu saat ini.
2. Kolaborasi dengan dokter SP,OG untuk pemberiam terapi
selanjutnya. Kolaborasi telah dilakukan dan dokter memberikan
instruksi agar pasien diberi 4g 40% MgSO4 dalam larutan 10 ml
intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8 g IM dan sediakan
kalsium glukonase 1 g dalam 10 ml sebagai antidotum, pasang
infus dekstran 5% dengan tetesan 20 tetes/menit, pasien telah
diberi terapi oleh bidan sesuai instruksi dari dokter Sp,OG.
3. Pasang dauer kateter untuk mnegetahui diuresis dan untuk
menentukan protein dalam air kencing secara kuantitatif, dauer
kateter telah terpasang, dan langsung dilakukan pemeriksaan
protein urin dengan hasil (++++).
4. Anjurkan keluarga untuk membantu mengatur posisi ibu dengan
kaki sedikit lebih tinggi dari pada kepala untuk mengeluarkan
lendir yang menghambat jala nafas ibu dan selanjutnya posisikan
miring kiri dan kanan tiap jam untuk menghindarkan rasa pegal
pada ibu, keluarga telah mengerti dan mampu melaksanakannya.
5. Pantau perkembangan yang adekuat dan ukur keseimbangan cairan,
katerisasi urine, observasi tekanan darah, nadi, pernafasan dan DJJ
30 menit, suhu, reflek setiap jam agar tidak terjadi kejang berulang.
Pantauan telah dilakaukan bidan.

c. Bagan alur berpikir dan pendokumentasian secara SOAP

Alur pikir bidan Pencatatan dari asuhan


Kebidanan
Proses Manajemen
Dokumentasi Kebidanan
Kebidanan

No 7 Langkah Varney 5 langkah SOAP NOTES


(kompetensi
bidan)

1 Pengumpulan Data Data Subyektif


Obyektif
2 Masalah/diagnosis Analisis/ Analisis/Diagnosa
3 Antisipasi masalah Diagnosa
potensi/diagnosa
lain
4 Menetapkan
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
5 Perencanaan Perencanaan Penatalaksanaan
6 Implementasi Implementasi 1. Konsul

7 Evaluasi Evaluasi 2. Tes diagnostik lab


3. Rujukan
4. Pendidikan/konseling
5. Follow up

Gambar 2.2. Keterkaitan antara Manajemen Kebidanan dan Sistem Pendokumentasian SOAP

C. REFRENSI
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Corwin Elizabet, J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 9. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapis Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia.
Marilyn E, Doengoes. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai